Anda di halaman 1dari 89

PENDIDIKAN KARAKTER

PADA ANAK USIA DINI


dan Optimalisasi Pendidikan Karakter
Melalui Sentra Bermain Peran
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72
1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara masing-
masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00
(lima milyar rupiah)
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PENDIDIKAN KARAKTER
PADA ANAK USIA DINI
dan Optimalisasi Pendidikan Karakter
Melalui Sentra Bermain Peran

Eky Prasetya Pertiwi. M.Si


Ianatuz Zahro. M.Pd
Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini
dan Optimalisasi Pendidikan Karakter Melalui Sentra Bermain Peran
© Eky Prasetya Pertiwi. M.Si., Ianatuz Zahro. M.Pd

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


All Rights Reserved

Cetakan Pertama, 2018

Editor : Catur Yunianto, S.H., M.H.


I Made Hartawan
Desain Cover : Eky Creatif
Sumber Cover : Diambil Dari Hasil Pengabdian Pendampingan Guru TK Di PAUD
LABSCHOOL IKIP PGRI Jember
Tata Letak Isi : Heri
Pracetak : Khotimatuz Zahro. S.Pd
Produksi : Romdoni


Jl. Raya Pleret Besalen RT 05, Baturetno,
Banguntapan Bantul, Yogyakarta
Indonesia
E-mail: ycaturyuniato@gmail.com
Sms/wa: 081227249919

Penerbitan Buku ini Kemenristek Dikti Bekerja Sama Dengan


LPPM IKIP PGRI Jember Tahun 2018

xii + 76 hal: 15,5 x 24 cm


ISBN: 978-602-6913-68-5
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah hirobbil alamin, segala puji bagi Allah Tuhan


Semesta Alam. Saya ucapkan terimakasih kepada Allah SWT yang
selalu memberi saya kekuatan dan semangat dalam menyusun
buku sebagai bahan ajar Pendidikan Karakter Anak Usia Dini dan
Optimalisasi Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini Melalui Sentra
Bermain Peran. Buku bahan ajar ini berisi tentang materi materi yang
saya ambil dari beberapa buku mengenai pendidikan karakter. Ada
beberapa pandangan dari penyusun untuk memberikan gambaran
dan variasi dalam berpikir. Harapan saya kedepan adalah saya bisa
mengembangkan kembali isi buku ini agar bisa lebih lengkap dan
bermanfaat. Semoga buku bahan ajar ini dapat bermanfaat bagi
pengguna khususnya mahasiswa/i yang menempuh mata kuliah
pendidikan karakter.
Tidak lupa saya ucapkan terimakasih juga untuk semua pihak
terkait yang selalu memberikan doa dan semangat kepada saya, Suami,
keluarga dan para sahabat. Ucapan terimakasih saya sampaikan juga
kepada Lembaga dan LPPM IKIP PGRI Jember, TK PAUD LabsSchool
IKIP PGRI Jember serta pihak – pihak yang turut membantu saya
dalam penelitian. Tak lupa penyusun membuka masukan dan saran
agar ada revisi untuk bahan ajar pendidikan karakter selanjutnya agar
lebih baik kedepan.

v
DAFTAR ISI

BAB I
PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER............................................. 1

BAB II
PRINSIP, LANDASAN DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER............. 9

BAB III
HAKIKAT PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER..................... 17

BAB IV
KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AGAMA....................... 29

BAB V
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN KARAKTER DAN MASA
GOLDEN AGE....................................................................................... 31

BAB VI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER
PADA ANAK USIA DINI....................................................................... 39

BAB VII
METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER ANAK
USIA DINI.............................................................................................. 53

BAB VIII
OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK
USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN............................... 63

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 75

vii
PENDAHULUAN

Pada Bab I Buku ini berisi tentang pengertian Pendidikan


Karakter. Pengertian Pendidikan Karakter pada bab ini terdiri dari
beberapa pendapat para ahli. Dilengkapi dengan soal – soal untuk
melatih para mahasisiwa/I sebagai upaya pemantapan pemahaman
tentang pendidikan karakter.
Pada Bab II berisi mengenai prinsip, landasan dan Nilai
Pendidikan Karakter, termasuk diantaranya mengenai nilai- nilai
karakter berlandaskan budaya bangsa Indonesia.
Pada Bab III berisi mengenai Hakikat pembelajaran pendidikan
karakter yang memuat tentang pemahaman definisi belajar oleh
beberapa ahli, pengertian dan tujuan pembelajaran pendidikan
karakter, pengertian mengajar menurut beberapa ahli, asas mengajar
dalam pendidikan karakter, proses belajar mengajar pendidikan
karakter, model pembelajaran pendidikan karakter.
Pada Bab IV berisi mengenai Konsep Pendidikan Karakter dalam
Agama. Pada materi ini membahas mengenai konsep pendidikan
dalam berbagai ajaran agama. Beberapa pendapat diantaranya
merupakan hasil interview yang dilakukan oleh penulis kepada
beberapa orang yang yang bukan muslim. Hal ini bertujuan untuk
lebih mengetahui makna pendidikan karakter dalam beberapa ajaran
misalnya pada agama nasrani atau hindu.
Pada Bab V berbicara mengenai hubungan antara Pendidikan
Karakter dan Masa Golden Age. Pada Pembahasan pada bab ini juga
membahas tentang : karakteristik anak usia dini dan pentingnya masa
usia dini
Pada Bab VI membahas tentang Pembelajaran Pendidikan Karakter
Pada Anak Usia Dini yang berisi tentang permasalahan pembelajaran
yang terjadi di kelas serta model pembelajaran pada anak usia dini

ix
Pada Bab VII berisi mengenai metode-metode pembelajaran
pendidikan pendidikan karakter anak usia dini Melalui Sentra
Bermain Peran. Sedangkan pada Bab VIII merupakan hasil penelitian
yang berjudul “Optimalisasi Pendidikan Karakter Pada Anak USia
Dini Melalui Sentra Bermain Peran” yang penelitiannya dilakukan
oleh TIM peneliti. Pada Bab VIII berisi mengenai bagaimana upaya
pengoptimalisasi pendidikan karakter pada anak usia dini melalui
sentra bermain peran berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas di
sebuah Taman Kanak – Kanak di Jember

x
ANALISIS INSTRUKSIONAL
(PEMETAAN KOMPETENSI)

Organisasi Pembelajaran

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menjelaskan konsep – konsep dalam mata kuliah pendidikan karakter dan mampu
mengidentifikasikan masalah yang sedang berkembang, serta dapat bekerjasama sebagai
upaya mengubah perilaku sesuai dengan karakter mulia serta menunjukkan secara
langsung dalam kehidupan sehari-hari (C2), (P2), (A3)

(6)
Metode Pembelajaran
Pendidikan
pendidikan karakter AUD

(5)
Masa Golden Age dan
Pembelajaran Pendidikan
Karakter AUD

(4)
Pendidikan Karakter dalam
Agama

(3)
Hakikat Pembelajaran Pendidikan
Karakter AUD

(1) (2)
Pengertian Pendidikan Prinsip, Landasan dan Nilai
Karakter Pendidikan Karakter di
Sekolah

xi
BAB I

PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER

1. Pengertian Pendidikan
Pengertian pendidikan karakter berasal dari dua kata yaitu
Pendidikan dan Karakter. “Pendidikan” lebih merujuk pada kata
kerja sedangkan “ karakter” lebih merujuk pada sifatnya. Pendidikan
karakter melalui proses pendidikan, diharapkan menghasilkan sebuah
karakter yang baik. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu proses
pengembangan diri dengan berbagai macam potensi yang dimiliki
manusia, seperti kemampuan akademis, relasional, bakat / talenta,
kemampuan fisik dan daya seni.
Pengertian Pendidikan menurut Undang – Undang No 20 tahun
2003 tentang sistem Pendidikan Nasional:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendidikanadalah sebagai usaha sadar, terencana, dan sistematis.
Pengertian Pendidikan bisa pula diartikan sebagai suatu bentuk
pembimbingan dan pengembangan potensi peserta didik yang terarah
dan tertanam dalam kepribadian, kemudian dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pengertian Karakter
Pengertian Karakter dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan
sebagai watak, tabiat, pembawaan, dan kebiasaan. Pusat Bahasa
Depdiknas, mengartikan karakter sebagai bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,

1
tempramen, dan watak yang berkaitan dengan segala bentuk tingkah
laku seseorang dalam kehidupan kesehariannya.
Menurut Faslil Jalal:
Karakter ialah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan,
mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik
terhadap lingkungan)
Menurut Simon Philips (2008)
Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada
suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang
ditampilkan
Menurut Doni Koesoema (2007):
Karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap
sebagai ciri atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukn – bentukan yang diterima
dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan
sejak lahir.
Menurut Winnie
Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku.
Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah
orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila
seseorang berperilaku jujur, suka menolong tentulah orang tersebut
memanifestasikan karakter mulia
Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan personality.
Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of
character) apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral.
Menurut Roucek and Warren
Kepribadian adalah organisasi dari faktor-faktor biologis,
psikologis, dan sosiologi yang mendasari perilaku individu-individu.
Kepribadian mencakup kebiasaan –kebiasaan, sikap, dan lain-lain
sifat yang khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang
tadi berhubungan dengan orang lain (Soekanto, 1985:181)
Jadi karakter memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut:
ü Karakter adalah “siapakah dan apakah kamu pada saat orang
lain sedang melihat kamu” (character is what you are when
nobody is looking)
ü Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan
(character is the result of values and beliefs)

2
ü Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah
kedua (character is a habit that becomes second nature)
ü Karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikirkan oleh
orang lain terhadapmu (charahter is not reputation or what
others think abaout you)
ü Karakter bukanlah seberapa baik kamu daripada orang lain
(character is how much better you are than others)
Karakter yang baik berawal dari: Pembiasaan dalam pemikiran
(habits of the mind), Pembiasaan dalam hati (habits of the action),
Pembiasaan dalam tindakan (habits of action). Sedangkan orientasi
Pembangunan Karakter adalah Untuk menumbuhkan dan memper-
kuat jati diri bangsa, Untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Untuk membentuk manusia dan masyarakat
Indonesia yang berakhlak mulia dan bangsa yang bermartabat.
Istilah kepribadian juga berkaitan dengan istilah karakter, yang
diartikan sebagai totalitas nilai yang mengarahkan manusia dalam
menjalani hidupnya. Jadi ia berkaitan dengan sistem nilai yang
dimiliki oleh seseorang. Orang yang matang dan dewasa biasanya
menunjukkan konsistensi dalam karakternya. Ini merupakan akibat
keterlibatannya secara aktif dalam proses pembangunan karakter. Jadi
karakter dibentuk oleh pengalaman hidup. Pada akhirnya tatanan
dan situasi kehidupanlah yang menentukan terbentuknya karakter
karakter masyarakat kita.
Untuk menilai orang lain, orang akan melihat kepribadiannya.
Umumnya, kepribadian baik itu menyenangkan dan menarik.
Sedangkan, kepribadian buruk itu menjengkelkan dan menimbulkan
rasa tidak suka.
Kepribadian Buruk Kepribadian Baik
· Ketidakkonsistenan dalam · Konsisten dalam kesatuan
kesatuan berpikir dan bertindak berpikir dan bertindak
· Tidak sesuai antara apa · Antara yang dikatakan dan
yang dikatakan dengan yang dilakukan sesuai
dilakukan · Tak pernah ingkar janji dan
· Sering ingkar janji dan suka tidak suka berbohong
berbohong · Produktif, menghasilkan sesuatu
· Juga tidak menghasilkan yang berguna minimal bagi
sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri, dan akan lebih
dirinya dan orang lain baik kalau bagi orang lain
· Perilaku dan tingkahnya
berubah ubah

3
· Kikir dan tidak suka memberi · Kreatif, suka menemukan hal-
· Malas dan tidak tanggap hal baru yang berguna dan
terhadap suatu keadaan, memudahkan menghadapi
rangsangan atau masalah masalah
· Selalu dan sering tergantung · Perilaku dan tingkahnya tidak
pada orang lain aneh-aneh, dan tidk harus
sama dengan orang lain,
· Tidak memiliki alasan dan
tetapi punya penjelasan dan
argumen ketika memilih atau
membuat orang lain mengerti/
memutuskan sesuatu
memahami kenapa kita
· Pendiam, tidak aktif, tidak melakukannya
ekspresif, tak mampu
· Dermawan dan suka
mengartikulasikan dirinya, dan
membantu orang lain
kalau ditanya hanya menjawab
satu dua kata patah · Aktif dan tanggap terhadap
sesuatu keadaan, rangsangan
· Penakut
atau masalah
· Pengecut
· Mandiri, independen, otonomi,
· Peragu tidak tergantung pada orang
· Ikut-ikutan dan suka meniru lain.
(permisif) · Memiliki alasan dan
· Individualis-egois argumen ketika memilih atau
· Lebai, sok-sok an, over acting memutuskan sesuatu
· Berani karena benar dan
meyakini bahwa sesuatu harus
diperjuangkan secara keras
karena dianggap benar dan
bisa mengungkapkan pada
orang lain tentang keyakinan
yang memandu keberaniannya
· Perfeksionis, tetapi tidak egois
dan tidak lebai
Tabel. Perbedaan Kepribadian Buruk dan Baik

Jika kebudayaan merupakan pola yang mengatur tiap anggotanya


yang merupakan sosok yang memiliki kepribadian masing-masing,
ada dua hal yang mungkin terjadi. Pertama, kepribadian manusia
akan ditentukan oleh budayanya karena ia harus menyesuaikan diri
dengan pola-pola pikir dan tingkah laku yang ada. Kedua, masyarakat
dan kebudayaannya merupakan abstraksi perilaku manusia. “
Kepribadian masing-masing manusia mencerminkan kepribadian
bangsa” , begitulah kita sering mendengarnya.

4
3. Pengertian Pendidikan Karakter
Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli
1.  Pendidikan Karakter Menurut Lickona
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan
sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi
karakter siswa. Tetapi untuk mengetahui pengertian yang
tepat, dapat dikemukakan di sini definisi pendidikan karakter
yang disampaikan oleh Thomas Lickona. Lickona menyatakan
bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha
yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat
memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang
inti.
2.  Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai
cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, maupun  negara.
3.  Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda
atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada
kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan
“mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap,
berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).
4.  Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi
Menurut  kamus psikologi, karakter adalah kepribadian
ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran
seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif
tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).
Dari pengertian beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa
Pengertian Pendidikan Karakter adalah sebagai suatu usaha belajar
dalam proses yang terencana dalam mengubah dan mengembangkan
perilaku diri yang berhubungan dengan hati, jiwa, kepribadian, budi
pekerti agar memiliki nilai nilai yang khas yaitu kebaikan. Kebaikan
tersebut diaplikiasikan dalam kehidupan sehari–hari dalam lingkungan
keluarga, bermasyarakat dan berbangsa.
Menurut Suryanto “Urgensi Pendidikan Karakter”:
Cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara.

5
Rangkuman
Pendidikan Karakter merupakan proses bagaimana cara berpikir
dan berperilaku individu untuk selalu mengarah pada kebaikan diri
dan lingkungan sekitar guna mendapatkan pengetahuan, penanaman
konsep dan keterampilan, menyangkut penghayatan dan keterampilan
berpikir, serta kreativitas untuk menyelesaikan suatu masalah dengan
baik dan bijaksana.

6
Latihan
Pilihlah Jawaban yang anda anggap paling benar:
1. Pengertian pendidikan
a. sebagai suatu bentuk pembimbingan dan pengembangan
potensi
b. sebagai suatu bentuk pembimbingan dan pengembangan
potensi peserta didik yang terarah dan tertanam dalam
kepribadian.
c. sebagai suatu bentuk pembimbingan dan pengembangan
potensi peserta didik yang terarah dan tertanam dalam
kepribadian, kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Pengertian karakter menurut etimologi adalah
a. Karakter ialah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan,
mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak
baik terhadap lingkungan)
b. sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, dan watak
yang berkaitan dengan segala bentuk tingkah laku seseorang
dalam kehidupan kesehariannya
c. semua jawaban benar
3. karakter menurut Lickona adalah:
a. adalah suatu usaha yang tidak disengaja untuk membantu
seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan,
dan melakukan nilai-nilai etika yang inti
b. adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu
seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan,
dan melakukan nilai-nilai etika yang inti
c. adalah suatu usaha untuk membantu seseorang sehingga ia
dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai
etika yang inti
4. Pengertian pendidikan karakter menurut Suryanto adalah:
a. Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau
individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada
kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan
“mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak,
bersikap, berucap, dan merespon sesuatu
b. Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau
individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada
kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan
7
“mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak,
bersikap, berucap, dan merespon sesuatu
c. Karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau
moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan
dengan sifat-sifat yang relatif tetap
5. Apa yang dimaksud urgensi pendidikan karakter menurut
Suryanto?
a. Cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkungan keluarga
b. Cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat
c. Cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara
Jawablah Pertanyaan berikut dengan Jelas!
1. Jelaskan Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Para ahli dan
simpulkan dengan jawaban anda!
2. Menurut Suyanto (2009) mendefinisikan pendidikan karakter
sebagai cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa, maupun  negara. Jelaskan
maksudnya!
3. Setelah anda memahami pendidikan karakter, sebutkan contoh
perilaku berkarakter pada lingkungan sekitar anda!
4. Jelaskan Hubungan antara penidikan karakter dengan tujuan
Pendidikan Nasional di negara Indonesia!

8
BAB II

PRINSIP, LANDASAN DAN NILAI


PENDIDIKAN KARAKTER

1. Prinsip Pendidikan Karakter


Prinsip Pendidikan Karakter Menurut Sri Judiani:
1. Berkelanjutan, yaitu proses pengembangan nilai-nilai
karakter merupakan proses tiada henti, dimulai dari awal
peserta didik masuk sampai terjun ke masyarakat
2. Melalui semua mata pelajaran, yaitu pengembangan diri dan
budaya sekolah serta muatan lokal
3. Nilai- nilai tidak diajarkan, tetapi dikembangkan dan
dilaksanakan, hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan
kemampuan, baik ranah kognitif, afektif dan psikomotorik;
4. Proses Pedidikan dilakukan peserta didik dengan aktif dan
menyenangkan, yaitu guru harus merencanakan kegiatan
belajar yang menyebabkan peserta didik aktif merumuskan
pertanyaan, mencari sumber informasi, dan mengumpulkan
informasi dari sumber, mengelola informasi yang sudah
dimiliki, menumbuhkan nilai budaya karakter pada diri
mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di
kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.
Prinsip Pendidikan Karakter di Sekolah Menurut Koesoema:
1. Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan
apa yang kamu katakan atau kamu yakini
2. Setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan
menjadi orang macam apa dirimu
3. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik
itu dilakukan dengan cara – cara yang baik, bahkan
seandainyapun kamu harus membayarnya secara mahal
disebabkan mengandung resiko

9
4. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan
oleh orang lain sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat
memilih patokan yang lebih baik bagi mereka
5. Bayaran bagi mereka yang mempunyai karakter baik adalah
kamu menjadi pribadi yang lebih baik. Ini akan membuat
dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni
Prinsip Pendidikan Karakter menurut Character Education Quality
Standars:
1. Mempromosikan nilai – nilai etika sebagai basis karakter
2. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya
mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku
3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif
untuk membangun karakter
4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan perilaku yang baik
6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna
dan menantang, yang menghargai semua peserta didik,
membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk
sukses
7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para peserta
didik
8. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral
yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan
setia kepada nilai dasar yang sama
9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan
luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai
mitra dalam usaha membangun pendidikan karakter

2. Landasan Pendidikan Karakter


Landasan – landasan dalam melaksanakan dan mengembangkan
pendidikan karakter di Indonesia
1. Agama : kebajikan dan kebaikan bersumber dari agama
2. Pancasila : merupakan dasar negara Indonesia yang menjadi
acuan dalam melaksanakam kegiatan Pemerintahanpancasila
harus menjadi ruh setiap pelaksanaanya
3. Budaya : Nilai budaya dijadikan sebagai dasar dalam
pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam
komunikasi antar-anggota masyarakat

10
4. Tujuan Pendidikan Nasional : Mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dan mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

3. Nilai-Niai Pendidikan Karakter:


Nilai – nilai Pendidikan Karakter menurut Doni Koesoema dalam
bukunya Strategi Mendidik Anak:
1. Nilai Keutamaan diartikan menghayati dan melaksanakan
tindakan – tindakan yang utama dan membawa kebaikan
bagi diri sendiri maupun orang lain.
2. Nilai Keindahan berarti mampu mengembangkan nilai
estetika di tempat manapun dia berada, menjadikan insan
yang memiliki kesadaran religius yang kuat
3. Nilai Kerja berarti bekerja sungguh sungguh penuh ketekunan
dan bersabar dalam memperoleh hasil
4. Nilai Cinta Tanah Air diartikan sebagai menumbuhkan dan
selalu menanamkan rasa cinta tanah air
5. Nilai Demokrasi berarti menghargai dan memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk berpendapat dan
mengeluarkan seluruh aspirasinya dengan baik dan benar
tanpa ada paksaan ndan tekanan dari pihak manapunrasa
persatuan dan kesatuan
6. Nilai Kesatuan berarti adanya perbedaan seharusnya bisa
bersatu dengan cara saling menghormati dan menghargai
perbedaan (pendidikan karakter juga berfungsi untuk
menanamkan rasa persatuan dan kesatuan)
7. Nilai Moral berarti menyangkut masalah tentang benar dan
salah maupun baik dan buruk. Mendik anak anak berdasarkan
moral melalui pendidikan karakter dan berbudaya bangsa
8. Nilai Kemanusiaan adalah salah satu nilai yang terdapat dalam
pendidikan karakter (mementingkan rasa kemanusiaan)

11
Nilai – Nilai Karakter Berlandaskan Budaya Bangsa

1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.

12
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan kebajikan bagi dirinya
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Bertanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.

13
Tiga bagian yang saling berhubungan dalam Karakter

Rangkuman:
1. Prinsip Pendidikan Karakter Menurut Sri Judiani adalah
berkelanjutan, yaitu proses pengembangan nilai-nilai karakter
merupakan proses tiada henti, dimulai dari awal peserta didik
masuk sampai terjun ke masyarakat, melalui semua mata pelajaran,
yaitu pengembangan diri dan budaya sekolah serta muatan lokal,
nilai- nilai tidak diajarkan, tetapi dikembangkan dan dilaksanakan,
hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan kemampuan,
baik ranah kognitif, afektif dan psikomotorik;proses Pedidikan
dilakukan peserta didik dengan aktif dan menyenangkan.
2. Landasan – landasan dalam melaksanakan dan mengembangkan
pendidikan karakter di Indonesia diantaranya pancasila, agama,
budaya dan tujuan pendidikan nasional
3. Nilai – Nilai Karakter Berlandaskan Budaya Bangsa diantaranya:
Religius , Jujur, Toleransi, Disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah
air, menghargai prestasi, bersahabat komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, Peduli Lingkungan, peduli sosial, bertanggung
jawab,

14
Latihan :
Jawablah Pertanyaan tersebut dengan tepat dan jelas!
1. Apakah yang dimaksud dengan Prinsip Pendidikan Karakter ?
Jelaskan Jawaban Saudara!
2. Nilai – nilai apa saja yang diperlukan dalam mendidik anak?
3. Nilai nilai karakter apa saja yang dijadikan acuan dalam
pembentukan karakter berlandaskan budaya bangsa? Sebutkan
contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari!
4. Ada empat hal yang melandasi pendidikan karakter di Indonesia.
Sebutkan dan jelaskan empat landasan tersebut!

15
BAB III

HAKIKAT PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


KARAKTER

Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri


seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat
menjadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana transfer
ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana
pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturasi dan sosialisasi) (Adnan,
2010). Lebih lanjut dijelaskan bahwa seorang anak harus mendapatkan
pendidikan yang menyentuh 3 dimensi dasar kemanusiaan: (1) afektif
yang tercermin pada kualitas keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia, (2)
kognitif yang tercermin pada kapasitas piker dan daya intelektualitas
untuk menggali dan mengembangkan , dan (3) psikomotorik yang
tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis,
kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.
Pemikiran-pemikiran mengenai pendidikan karakter tersebut
diperkuat dengan dasar hukum yang jelas pada UU Sisdiknas pasal 3,
bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam rangka
mewujudkan pendidikan karakter pemerintah melakukan berbagai
upaya untuk mengimplementasikan di sekolah dan kampus. Namun
demikian, kita harus menrujuk pendapat Stiles (1998) bahwa
“Pembangunan karakter tidak dapat dilakukan dengan serta merta
tanpa upaya sistematis dan terprogram sejak dini” (Furqon, 2010).

17
1. Pemahaman definisi belajar oleh beberapa ahli, diantaranya:.
1. Menurut Skinnerbelajar adalah Proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif
2. Menurut Robert M. Gagne, belajar merupakan kegiatan yang
kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya
kapabilitas disebabkan oleh stimulus yang berasal dari
lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.
3. Carl R. Rogers berpandangan bahwa belajar adalah praktik
pendidikan yang menitikberatkan pada segi pengajaran,
bukan pada siswa yang belajar.
4. Benjamin Bloom berpendapat, belajar adalah perubahan
kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk
meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat
ataupun sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
5. Menurut Jerome S. Brunner, belajar atau pendidikan bukan
sekedar persoalan tekhnik pengelolaan informasi dan
penerapan teori belajar di kelas atau menggunakan hasil
ujian prestasi. Belajar merupakan pembentukan watak siswa.
2. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Pendidikan Karakter
Menurut Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno (1995:167) pembelajaran
adalah:
1. Usaha perubahan yang dilakukan secara sungguh – sungguh
dan sistematis, mental serta dana, pancaindra, otak dan
anggota tubuh lainnya, serta aspek-aspek kejiwaan, seperti
intelegensi, bakat, motivasi, minat, dan sebagainya;
2. Mengadakan perubahan dalam diri antara lain tingkah laku;
3. Mengubah kebiasaan diri yang buruk menjadi baik;
4. Mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak terhormat
menjadi hormat, dan sebagainya
5. Mengubah keterampilan, misalnya olah raga, seni, jasa,
tekhnik dan sebagainya;
6. Menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu,
misalnya tidak bisa membaca, menulis, dan sebagainya,
menjadi bisa
Menurut Slameto (1988:35), tujuan pembelajaran adalah:
1. Tujuan umum, yaitu tujuan pendidikan yang diinginkan
suatu negara tertentu terhadap pendidikan dinegaranya;
2. Tujuan khusus, yaitu tujuan pendidikan yang hendak dicapai
oleh suatu instasi pendidikan tertentu terhadap peserta didik

18
3. Tujuan mata pelajaran, yaitu tujuan pendidikan yang hendak
dicapai pada masing-masing mata pelajaran tertentu;
4. Tujuan dalam jam pelajaran, yaitu tujuan pendidikan yang
hendak dicapai pada tiap materi yang disampaikan.
Hubungan antara tujuan belajar dengan tujuan pembelajaran
pendidikan karakter, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
Pemikiran pengetahuan dan kemampuan berpikir tidak dapat
dipisahkan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan
lebihh besar perkembangannya dalam kegiatan belajar.
2. Penanaman Konsep dan Keterampilan
Penanaman konsep juga memerlukan keterampilan,
menyangkut persoalan penghayatan dan keterampilan
berpikir, serta kreativitas untuk menyelesaikan dan
merumuskan suatu masalah atau konsep
3. Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak
didik, guru lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya.
Untuk itu, dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi
dan berpikir tanpa melupakan menggunakan pribadi guru
dengan contoh atau model.
Dalam belajar sangat diperlukan motivasi agar peserta didik
mau melakukan kegiatan tersebut fdengan sebaik baiknya
dan menghasilkan tujuan belajar yang baik pula.
Dapat disimpulkan bahwa Hakekat Pembelajaran pendidikan
karakterdiantaranya adalah:
1. Untuk mendapatkan pengetahuan
2. Penanaman konsep dan keterampilan, menyangkut
penghayatan dan keterampilan berpikir, serta kreativitas
untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah
3. Pembentukan Sikap berhati hati dalam berperilaku dan
berhati hati /bijak
3. Pengertian Mengajar menurut ahli:
Pengertian mengajar menurut Sardiman (2001:16) didefinisikan
sebagai:
1. Menanamkan pengetahuan kepada anak
2. Mengajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan
3. Menyampaikan pengetahuan dan kebudayaan kepada anak;

19
4. Aktivitas mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi
proses belajar.
Sedangkan menurut Udin S. Winata Putra (1993:12), pengertian
mengajar itu sangat kompleks maka dapat dipahami bahwa mengajar
adalah:
1. Proses yang kompleks, tidak sekedar menyampaikan
informasi dari guru kepada siswa;
2. Upaya sengaja dalam rangka memberikan kemungkinan bagi
peserta didik untuk terjadinya proses belajar mengajar sesuai
dengan tujuan yang dirumuskan,
3. Memberikan upaya merangsang, bimbingan, pengarahan,
dan dorongan kepada peserta didik agar terjadi proses belajar
4. Bukan upaya guru menyampaikan bahan materi, melainkan
cara peserta didik dapat mempelajari bahan sesuai dengan
tujuan;
5. Berdasarkan pengakuan kebenaran bahwa pelajaran pada
hakikatnya adalah suatu proses mekanik.
4. Asas-asas mengajar dalam pendidikan karakter
1. Motivasi,
2. Aktivitas,
3. Minat dan Perhatian,
4. Keperagaan,
5. Individual,
6. Pengulangan,
7. Keteladanan,
8. Pembiasaan (Ramayulis, 2004:33)
Asas–asas mengajar ini harus dijadikan acuan dalam menerapkan
pendidikan karakter, baik disekolah, keluarga maupun dimasyarakat.
Menurut Langford dalam Salahudin (2013), yang penting dalam
hubungan yang relevan bukanlah antara pengajaran dengan
pendidikan, tetapi antara pengajaran sebagai suatu profesi pendidikan.
5. Proses Belajar Mengajar Pendidikan Karakter
Proses belajar mengajar berhasil karena adanya pengaruh antara
pendidik dengan peserta didik. Oleh karena itu sekolah dapat
memberikan fasilitas, sarana, media, sumber dan tenaga kependidikan
untuk membantu mendorong dan membimbing peserta didik
dalam proses pembelajaran guna memperoleh keberhasilan dalam
pembelajaran. Proses pembelajaran juga harus dikembangkan dalam

20
kehidupan di keluarga dan masyarakat. Dalam proses pembelajaran
ada dua kegiatan, yaitu :
1. Kegiatan belajar oleh peserta didik (guru)
2. Kegiatan mengajar oleh pendidik (guru)
Menurut Udin S Winata Putra (1993:1) belajar adalah proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil
pengalaman dan latihan. Perubahan sebagai hasil dari belajar dapat
ditimbulkan dalam berbagai bentuk, seperti berubahnya tingkah laku
kecakapan serta kemampuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah Proses perubahan tingkah laku, yang meliputi:
1. Perubahan pengetahuan,
2. Perubahan sikap,
3. Perubahan perbuatan,
4. Perubahan Pemahaman,
5. Perubahan Keterampilan,
6. Perubahan apresiasi
Belajar merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar.
Menurut Sardiman (2001:20), belajar adalah perubahan tingkah laku
atau penampilan dalam serangkaian kegiatan, misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya.
Dalam pengertian luas belajar adalah kegiatan psikofisik menuju
perkembangan pribadi seluruhnya, sedangkan arti sempitnya, belajar
sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yangmerupakan
sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Substansinya, peserta didik dengan seluruh jiwa dan tenaganya
berusaha menjalankan proses pembelajaran untuk menjadikan anak
didik sebagai pribadi yang berkualitas dan berkarakter. Menurut
Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno (1995:34), belajar adalah usaha
atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan dalam diri
seseorang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.
Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar beranjak dari
taksonomi Bloom meliputi berbagai domain berikut:
1. Kognitif meliputi perubahan dari segi penguasaan
pengetahuan dan perkembangan keterampilan yang
diperlukan untuk memanfaatkan pengetahuan tersebut
dalam kehidupan
2. Afektif meliputi perubahan dari segi sikap mental, perasaan,
dan kesadaran

21
3. Psikomotorik meliputi perubahan dari segi bentuk-bentuk
tindakan motorik
Ada tiga tipe golongan anak yang harus diketahui oleh pengajar,
diantaranya:
1. Tipe auditif, yaitu anak yang mudah menerima pelajaran
melalui pendengaran
2. Tipe visual, yaitu anak yang mudah menerima pelajaran
melalui penglihatan
3. Tipe metodik, yaitu anak yang mudah menerima pelajaran
mellaui gerkaan atau tindakan.
Beberapa bahan dan metode yang dapat diterapkan oleh pengajar
dalam proses pembelajaran, dantaranya:
1. Bahan yang memerlukan pengamatan. Metode yang dapat
digunakan adalah:
a. Metode ceramah
b. Metode demonstrasi
2. Bahan yang memerlukan keterampilan atau gerak tertentu.
Metode yang dapat digunakan adalah:
a. Metode simulasi
b. Metode demonstrasi
3. Bahan yang mengandung materi berpikir. Metode yang dapat
digunakan adalah:
a. Metode tanya jawab atau diskusi
b. Metode konferensi
4. Bahan yang mengandung unsur emosi. Metode yang dapat
digunakan adalah:
a. Metode sosiodrama
b. Bermain peran
Proses belajar mengajar menurut Sadirman (2001:23) yang dihubungkan
dengan pendidikan karakter menurut Salahudin (2013:69), diharapkan
menghasilkan peserta didik (anak) yang menguasai tiga bidang ilmu
dalam pembelajaran berikut:
1. Kognitif yang meliputi:
a. Knowledge (pengetahuan, ingatan)
b. Analysis (menguraikan, menentukan hubungan)
c. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh)
d. Syntesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk
bangunan baru)

22
e. Evaluation (menilai)
f. Aplication (menerapkan)
2. Afektif yang meliputi
a. Receiving (sikap menerima)
b. Responding (memberikan respon)
c. Valuing (nilai)
d. Organization (organisasi)
e. Characterization (karakterisasi)
3. Psikomotor yang meliputi:
a. Initiatory level
b. Pre-routine level
c. Rountinized level
6. Model Pembelajaran Pendidikan Karakter
Model pembelajaran pendidikan karakter di lingkungan sekolah,
menurut ahmad Fikri, meliputi hal berikut:
1. Perubahan-perubahan yang harus terjadi dalam mengajar
pendidikan karakter, yaitu:
a. Model penilaian/evaluasi
b. Pengelolaan kurikulum (perencanaan)
c. SDM pendidik dan tenaga kependidikan berkarakter
d. Kegiatan pembelajaran: KO korikuler dan Ekstrakurikuler
2. Proses Pendidikan Karakter diajarkan untuk mengupayakan
keberhasilan dalam pendidikan karakter, ada beberapa proses
pendidikan karakter yang diajarkan, yaitu:
a. Knowing the good (ta’lim) tahap memberikan pemahaman
tentang nilai agama/akhlak melalui dimensi akal, rasio dan
logika dalam setiap bidang studi
b. Loving the good (tarbiyah) yaitu tahap menumbuhkan rasa
cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai kebaikan, melalui
dimensi emosional, hati, atau jiwa.
c. Doing the good (taqwim), yaitu tahap mempraktikkan nilai-
nilai kebaikan, melalui dimensi perilaku dan amaliah
3. Lima prinsip dasar pembelajaran pendidikan karakter
a. Berkelanjutan
b. Melalui semua mata pelajaran
c. Pengembangan diri dan budaya satuan pendidikan
d. Nilai tidak diajarkan, tetapi dikembangkan melalui proses
belajar
e. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan
menyenangkan
23
4. Pendekatan-pendekatan pendidikan karakter
a. Keteladanan
b. Pembelajaran
c. Pemberdayaan dan pembudayaan
d. Penguatan terus menerus
e. Monitoring dan evaluasi
5. Pendidikan Karakter diajarkan dengan beberapa cara, diantaranya:
a. Setiap mata pelajaran menuntut kompetensi yang
mengandung nilai-nilai kebaikan dan kehidupan, seperti
kejujuran, keuletan, kerjasama, kompetensi, kebangsaan,
sopan santun, kesatuan, sportivitas, dan sebagainya
b. Ada beberapa mata pelajaran yang mengandung kompetensi
lebih sarat dengan sikap dan nilai-nilai dibandingkan dengan
mata pelajaran lain.
6. Memasukkan pendidikan karakter berbasis nilai agama dan
budaya bangsa pada setiap mata pelajaran, mencakup sbb:
a. Pendidikan agama
Nilai agama dan budaya bangsa yang harus dikembangkan dalam
pendidikan agama adalah:
1. Beriman, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi
(tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan
sosial
2. Keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia
dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan sesama
manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan
hubungan manusia dengan alam sekitarnya
3. Mengasihi, mensyukuri, hidup rukun, memelihara alam
ciptaan Tuhan, tanggung jawab dan sebagainya
b. Matematika
Nilai agama dan budaya bangsa yang harus dikembangkan dalam
matematika adalah:
1. Ulet
2. Percaya diri
3. Kerja sama
4. Kreatif
5. inovatif
c. Pendidikan Sains
Nilai agama dan budaya bangsa yang harus dikembangkan dalam
pendidikan Sains adalah
1. Bersyukur

24
2. Kreatif
3. Teliti
4. Tekun
5. Cinta lingkungan
6. Tidak boros
7. inovatif
d. Pendidikan Jasmani
Nilai agama dan budaya bangsa yang harus dikembangkan dalam
pendidikan jasmani adalah:
1. Hidup sehat
2. Terampil/terengginas
3. Sportif
4. Kerjasama
5. Kreatif
6. Disiplin
7. Optimal dalam penggunaan waktu
7. Kegiatan terprogram sebagai penunjang pendidikan karakter
berbasis nilai agama dan budaya bangsa
Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang diprogram dan
direncanakan, baik pada tingkat kelas maupun sekolah yang
bertujuan memberikan wawasan tambahan pada anak tentang
unsur-unsur baru dalam kehidupan bermasyarakat yang penting
untuk perkembangan anak, seperti:
a. seminar dan workshop: AIDS, hemat energi, HAM/hak anak,
dan lain-lain
b. kunjungan : panti asuhan, tempat/orang yang terkena
musibah, tempat penting, dan lain-lain
c. Proyek: lomba, pentas, bazar, dan lain-lain
8. Model pendidikan anak dalam pendidikan karakter. Adapun
model pendidikan anak dalam pendidikan karakter adalah:
a. Mengenalkan norma dan aturan-aturan syariat (nasihat)
b. Ajarkan dengan model (qudwah)
c. Memberikan reward dan hukuman yang proporsional
(balasan);
d. Pembiasaan (conditioning)
e. Konsisten

25
Rangkuman:
1. Kemampuan Belajar Individu di antaranya Kognitif, Afektif,
Psikomotorik
2. Asas-asas mengajar dalam pendidikan karakter, Motivasi,
Aktivitas, Minat dan Perhatian, Keperagaan, Individual,
Pengulangan, Keteladanan, Pembiasaan

26
Latihan:
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas!
1. Apa saja asas- asas Pendidikan Karakter menurut saudara!
2. Menurut anda apa hakekat PEndidikan Karakter?
3. Jelaskan Proses Belajar mengajar pendidikan karakter!
4. Jelaskan bagaimana seorang guru memasukkan pendidikan
karakter di sekolah? Sebutkan satu contoh aplikasinya!
5. Dari proses pembelajaran yang sudah anda lalui, perubahan apa
saja yang telah terjadi pada diri saudara!

27
BAB IV

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER


DALAM AGAMA

1. Konsep Islam tentang anak


“Setiap Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang
tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Fitrah dalam hadis di atas mengandung makna potensi
(kemampuan dasar anak). Para mufasirin menyebutkan bahwa fitrah
diartikan sebagai potensi kebaikan yang dibawa anak sejak lahir.
Menurut Baharudin, istilah fitrah dapat dipandang dari dua sisi, yaitu
sisi bahasa dan agama. Dari sisi bahasa, makna fitrah ialah suatu
kecenderungan bawaan alamiah manusia. Sementara dari segi agama,
fitrah mengandung makna keyakinan agama, yaitu manusia sejak
lahir telah memiliki fitrah agama tauhid mengesakan Tuhan.
Fitrah diartikan sebagai potensi dasar manusia yang terkait
dengan keyakinan yang meliputi nilai-nilai, sikap hidup, dan
kebutuhan untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Fitrah juga
dimaknai sebagai sifat dasar manusia berupa keyakinan akan adanya
Tuhan dan keinginan untuk menyembah Tuhan. Menurut Ginanjar
(Zuchdi, 2009:48) sebagaimana masih dikutip Mulyasa menjabarkan
fitrah sebagai tujuh budi mulia; yang sekaligus menjadi tujuh budi
utama, yaitu jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil,
dan peduli
Islam memerintahkan untuk selalu memberikan pendidikan
kepada anak, sebagai upaya pengembangan potensinya. Orang tua
maupun pendidik dilarang membunuh dan mensengsarakan anak,
baik fisik maupun mental. Sebagaimana firman Allah SWT, yang
artinya:

29
Sesungguhnya rugilah orang–orang yang membunuh anak
mereka karena ketidaktahuan dan kebodohan mereka. (QS Al-
An’am 140)
Para mufasirin mengarikan membunuh dalam arti luas, yaitu
selain membunuh secara fisik, yaitu menghilangkan nyawa anak, juga
membunuh dalam arti menghilangkan seluruh kreativitas, perasaan,
serta potensi-potensi yang dimiliki anak. Maka dari itu, anak yang
merupakan amanah Allah SWT harus dipelihara dengan sebaik-
baiknya melalui proses pendidikan yang mendidik, memanusiakan
manusia supaya anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal
baik dari segi jasmani maupun rohani.
Memahami Konsep Fitrah:
“Fitrah relates to the individuals innate reality and also bearing
on one’s beliefs, value, and attitudes to lif, worldniew and interaction
with the surrounding environment. As such, fitrah cannot be
phenomenal world” Muhamed (1995) dan Astuti (2011)
Fitrah diartikan sebagai potensial dasar manusia yang terkait
dengan keyakinan yang meliputi nilai-nilai, sikap hidup dan
kebutuhan untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Fitrah dimaknai
juga sebagai sifat dasar manusia pd keyakinanny adanya Tuhan dan
keinginan meyembah Tuhan.

2. Konsep Pendidikan untuk Anak dalam ajaran


Nasrani
Saudara – saudara yang menjadi ayah! Janganlah menyakiti
hati anak-anakmu sehingga mereka menjadi putus asa. (Kolose
3:21).
Dia telah kupilih supaya memerintah anak –anak nya dan
keturunanya untuk mentaati Aku dan melakukan apa yang baik
dan adil. Jika hal itu mereka lakukan, segala janji-Ku kepada
Abraham akan Kupenuhi.” ( Kejadian 18:19)
Ajarkanlah kepada anak – anakmu. Hendaklah kamu
membicarakannya di dalam rumah dan diluar rumah waktu
beristirahat dan waktu bekerja (Ulangan 6:7)
Tidak memukul anak, berarti tidak cinta, harus berani
memukul dia (Amsal 13:24)
Ajarkanlah seorang anak cara hidup yang patut baginya,
maka sampai masa tuanya ia akan hidup demikian (Amsal 22:6)

30
BAB V

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN


KARAKTER DAN MASA GOLDEN AGE

UU Sisdiknas menyebutkan bahwa Pendidikan merupakan suatu


usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara
Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini adalah suatu upaya
untuk menanamkan nilai – nilai kebaikan supaya dapat menjadi
kebiasaan ketika kelak dewasa atau pada jenjang pendidikan
selanjutnya
Menurut Mulyasa :
Pendidikan karakter bagi anak usia dini mempunyai makna
yang lebih tinggi dari pendidikan moral karena tidak hanya berkaitan
dengan masalah benar-salah tetapi bagaimana menanamkan
kebiasaan (habit) tentang bagaimana perilaku yang baik serta
menumbuhkan kesadaran dan komitmen untuk menerapkan
kebajikan dalam kehidupan sehari-hari.

Karakteristik Anak usia dini


Dalam pasal 28 Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20/2003 ayat 1, disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini
adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Menurut
kajian rumpun ilmu PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa
negara PAUD dilaksanakan sejak 0-8 tahun.
Karakteristik Anak Usia Dini:
1. Unik
Manusia lahir dengan perbedaan antara yang satu dengan yang
lainnya. Hal ini meliputi sifat bawaan, kapabilitaas, minat, dan
latar belakang.
31
2. Egosentris
Sikap anak yang cenderung memahami dan memperhatikan
suatu hal hanya dari sudut pandang kepentingan sendiri saja
3. Aktif dan Energik
Saat anak sudah mulai berkembang, biasanya mereka senang
sekali melakukan berbagai aktifitas. Mereka seolah-olah tidak
pernah lelah, tidak pernah merasa bosan, dan tidak pernah mau
berhenti beraktifitas kecuali ketika mereka tidur
4. Rasa Ingin Tahu yang kuat
Umumnya setiap anak memiliki rasa penaaran dan ingin
mengetahui ini dan itu. Setiap anak mereka ingin mengetahui
hal-hal baru yang mereka belum ketahui
5. Eksploratif dan berjiwa petualang
Rasa ingin tahu yang kuat biasanya diiringi dengan menjelajahi
sesuatu dan berjiwa petualang. Misalnya mencoret dinding,
senang membokar mainan yang diberinya.
6. Spontan
Perilaku dan sikap yang dilakukan anak pada umumnya adalah
sikap asli mereka dan tanpa ada sikap rekayasa. Hal ini dapat kita
jumpai ketika anak berbicara ceplas ceplos dan merefleksikan
apapun yang ada dalam hati dan pikiran mereka
7. Senang dan kaya dengan fantasi
Anak biasanya suka terhadap hal-hal yang imajinatif. Misalnya
cerita dongeng. Mereka tidak hanya senang mendengarkan orang
lain bercerita tetapi mereka juga senang bercerita kepada orang
lain
8. Mudah frustasi
Rasa ingin berlebh dan tidak segera dituruti akan menjadikan
anak mudah frustasi. Sikap yang sering mereka lakukan ketika
merasa frustasi biasanya mereka ungkapkan dengan marah,
menangis, dan sebagainya
9. Kurang Pertimbangan
Anak biasanya kurang mempertimbangkan hal-hal yang mereka
akan lakukan. Apakah yang mereka lakukan itu berbahaya bagi
dirinya atau tidak. Misalnya ketika mereka bermain dengan
benda-benda tajam, mereka cenderung memainkannya dari pada
mendengarkan perkataan orang tua
10. Daya Perhatian yang pendek
Anak pada umumnya memiliki daya perhatian yang pendek.
Misalnya ketika mereka memperhatikan sesuatu apalagi yang

32
bersifat membosankan, mereka akan secepatnya menolak/
menghindar dan segera memperhatikanhal-hal yang menarik dan
menyenangkan bagi dirinya
11. Semangat Belajar yang tinggi
Ketika anak mempunyai keinginan yang menyenangkan dan
menarik perhatiannya, biasanya mereka akan terus mencari
cara untuk memahami apa yang mereka inginkan tadi. Misalnya
mereka tertarik untuk mewarnai, maka mereka akan melakukan
kegiatan mewarnai berulang-ulang sehingga mereka merasa bisa
12. Semakin menunjukkan minat terhadap teman
Seiring pertumbuhan anak, mereka akan menunjukkan minat
dan bersosialisasi dengan temannya. Misalnya mereka melakukan
kerja sama atau berhubungan dengan temannya dengan cara
meminjamkan mainanya atau membagikan makanan yang
mereka punya.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling
mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden age dan sangat
strategis dalam pengembangan sumber daya manusia (Direktorat
PAUD, 2005). Rentang anak usia dini dari lahir sampai usia enam
tahun adalah usia kritis sekaligus dalam proses pendidikan dan dapat
mempengaruhi proses serta hasil pendidikan seseorang selanjutnya
artinya pada periode ini merupakan periode kondusif untuk
menumbuh kembangkan berbagai kemampuan, kecerdasan, bakat,
kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio – emosional dan spiritual.

Pentingnya Masa Usia Dini


Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi
perkembangan dan pertumbuhan anak, karena pada usia dini anak
memiliki kepekaan dalam kehidupannya. Masa keemasan merupakan
masa penentuan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini
sangat tepat meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan
fisik, bahasa, sosial-emosional, konsep diri, seni moral, dan nilai-nilai
agama. Pada usia ini, anak mencoba untuk mandiri yang secara fisik
dimungkinkan oleh kemampuan mereka untuk berjalan, berlari, dan
berkelana tanpa dibantuoleh orang dewasa lagi. Dengan kebebasan
ini, anak masuk dalam periode menjelajah/eksplorasi. Beberapa hal
dapat dicapai dalam periode ini, seperti keberanian untuk menjelajah,
insting untuk menentukan arah sendiri. Pada periode ini kemampuan
anak dalam meningkatkan kepercayaan diri dikembangkan. Problem
yang dapat terjadi menurut Erikson, adalah rasa malu karena mereka

33
merasa tidak mampu be on their own. Ini akan terjadi bila orang
tua terlalu banyak ikut campurmisalnya dalam hal membantu atau
mengoreksi kekeliruan anak. Misalnya ketika anak mulai belajar
bahasa, maka orang tua terus berusaha memperbaiki anak yang
sedang belajar berbicara, akan mengakibatkan anak menjadi penakut/
pemalu dalam berkomunikasi.
Hal yang perlu dilakukan dalam periode ini adalah:
1. Orang tua harus sering berkomunikasi dengan anak dan
menanyakan pendapat anak
2. Menciptakan suasana yang berwarna warni dan tidak membuat
anak bosan
3. Mengarahkan anak pada hal- hal yang positif
4. Anak pada usia ini yang dipelajari adalah kemampuan memiliki
inisiatif baru. Orang tua perlu terus menggugah rasa percaya
anak bahwa mereka bisa dan boleh menentukan hidip mereka
sendiri. Dalam prinsip-prinsip dasar perkembangan anak usia
dini terdapat empat tahap yaitu:
- Domain perkembangan : fisik/motorik, sosial, emosi, bahasa,
kognisi saling terkait dan saling mempengaruhi
- Terjadi secara berurutan, kemampuan, keterampilan dan
pengetahuan dibangun dari kemampuan yang sudah
dimilikinya
- Perkembangan anak bervariasi baik antar anak maupun antar
aspek perkembangan antar anak itu sendiri.
- Pengalaman awal mempengaruhi pada perkembangan anak.
Ada periode optimal pada setiap tipe perkembangan dan
belajar anak.
Masa golden age juga merupakan masa pembentukan dan
penentu masa depan. Masa depan seorang anak tidak terlepas
dari perkembangan dan pertumbuhan anak sejak lahir, dimana
perkembangan dan pertumbuhan anak akan menjadi optimal jika
mendapat rangsangan atau stimulus dari lingkungan sekitar anak.
Teori yang berhubungan dengan perkembangan anak adalah teori
kematangan Gesell (1920 – 1930) bahwa pola tingkah laku dan
perkembangan dari seorang anak secara otomatis sejalan dengan
pertumbuhan fisik dan perkembangan motoriknya. Anak berkembang
sesuai dengan waktu atau jadwa alaminya, menurut Gesell usaha
untuk mempercepat kematangan dan kesiapan anak dalam berbagai
hal adalah usaha yang sia-sia dan hanya menghabiskan waktu saja.

34
Anak akan memperkaya pengalaman sesuai dengan tahapan
perkembangannya. Orang tua dan seorang guru haruslah mengetahui
dan memahami urutan perkembangan anak sehingga dapat
memberikan rangsangan dan pengalaman-pengalaman bagi anak
yang sesuai dengan tahapan perkembangan. Menurut Sigmund
Freud (1856-1939), kepribadian dasar kita dibentuk pada lima tahun
pertama.

Hubungan antara Pendidikan Karakter dengan Masa


Golden Age
Dalam paparan di atas sudah dijelaskan mengenai golden age,
yaitu usia yang menentukan pembentukan perkembangan anak.
Dalam hal ini pendidikan juga mempengaruhi perkembangan anak.
Karakter dasar yang dimiliki anak usia dini diantaranya:
1. Kebaikan
Kebaikan dalam diri anak sudah ada sejak lahir. Tuhan Yang Maha
Esa memberikan kebaikan pada diri setiap anak. Selanjutnya,
lingkunganlah yang berperan aktif dalam mempengaruhi dan
mengembangkan kebaikan dalam diri anak tersebut. Anak akan
menjadi baik jika lingkungannya membuatnya baik dan demikian
halnyasebaliknya. Oleh sebab itu sejak anak usia dini anak harus
dibiasakan dengan hal-hal yang baik. Hal tersebut berhubungan
dengan potensi yang dimiliki anak. Kebaikan yang tertanam
dalam diri anak akan membentuk karakter yang positif.
2. Suka Meniru
Sesuatu hal yang dilihat dan dirasakan oleh anak akan senantiasa
diikutinya. Meskipun secara nalar anak belum dapat memlih dan
mengerti mana yang baik dan mana yang buruk. Bagi anak apa
yang membuatnya senang dan menarik maka itulah yang akan
ia ikuti. Sebagai orang tua dan guru kita harus memberikan
dan menunjukkan sikap yang positif kepada anak-anak. Ucapan
maupun perbuatan selayaknya diselaraskan dengan kondisi anak.
Hal ini dimaksudkan supaya anak-anak dapat meniru ucapan
dan perbuatan yang positif. Atas dasar ini, maka pemberian
pendidikan karakter sebaiknya diberikan contoh-contoh yang
baik terutama dalam hal mendidik anak usia dini.
3. Suka bermain
Bermain merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh
anak pada usia dini. Untuk itu maka bermain harus dijadikan
dasar dalam kegiatan pembelajaran. Bagaimana upaya seorang

35
guru agar anak anak tetap merasa senang tetapi juga tetap bisa
memperhatikan pembelajaran yang berlangsung. Sehingga tujuan
pembelajaran pada anak usia dini tetap berlangsung. Harapan
nya adalah agar anak tidak malas, tidak jenuh, dan bosan dalam
mengikuti berbagai macam pembelajaran. Agar anak dapat
dengan mudah menangkap dan mengaplikasikan pendidikan
karakter dalam kehidupan sehari – hari, maka konsep bermain
perlu diterapkan.
4. Rasa Ingin Tahu yang Tinggi
Anak usia dini memiliki karakter rasa ingin tahu yang tinggi. Itulah
sebabnya ia selalu bertanya kepada siapa saja yang ia hadapi.
Orang tua dan guru harus mampu memberikan pelayanan pada
anak dengan memberika jawaban yang logis yang dapat diterima
oleh anak sesuai usianya. Semu karakter yang ada pada diri anak
usia dini tersebut merupakan gambaran umum bahwa sejak kecil
anak mempunyai potensi karakter yang baik. Apabila berbagai
karakter dasar tersebut dkembangkan dengan sebaik-baiknya,
niscaya anak akan memiliki karakter yang baik di masa-masa
selanjutnya.
The Golden age adalah masa-masa keemasan seorang anak, yaitu
masa masa ketika anak mempunyai banyak potensi yang sangat baik
untuk dikembangkan. Pada tahap inilah, waktu yang sangat tepat
untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan sehingga melahirkan karakter
yang nantinya diharapkan akan dapat membentuk kepribadiannya.
Menurut Gardner (1998) menyebutkan bahwa anak usia dini
memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan otak
manusia mengalami lompatan dan berkembang pesat yaitu mencapai
80 %. Ketika dilahirkan ke dunia, anak manusia telah mencapai
perkembangan otak 25%, sampai usia 4 tahun perkembangannya
mencapai 50 %, dan sampai 8 tahun mencapai 80 %, selebihnya
berkembang sampai usia 18 tahun.
Sejalan dengan hal tersebut, Laura menyebutkan dalam bukunya
Development Through the Lifespan sebagai berikut:
Betwen aggges 2 and 6, the barin increases from 70 percent of
its adult weigh to 90 percent. By age 4, many parts of the cerebral
cortex have overproduced synapses
Maksudnya, antara usia 2dan 6 tahun, otak meningkat 70 persen
dari berat dewasa sampai 90 persen. Pada usia 4 tahun, banyak
bagian dari korteks serebral telah dioverproduksi sinapsis. Hal ini
menunjukkan bahwa pada masa usia dini (0-6/8 tahun) merupakan

36
masa yang tepat untuk dilakukan pendidikan, guna merangsang
kecerdasan anak supaya dapat berkembang dengan optimal.
Atas dasar hal tersebut, penting kiranya dilakukan pendidikan
anak usia dini, dalam memaksimalkan kemampuan dan potensi anak.
Memanfaatkan golden age sebagai masa pembinaan, pengarahan,
pembimbingan, dan pembentukan karakter anak usia dini. Dengan
dilakukan pendidikan karakter sejak usia dini diharapkan anak
akan dapat menjadi manusia yang berkepribadian baik sehingga
bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, maupun bangsa dan
negara.

Rangkuman
Masa golden age adalah usia kritis sekaligus dalam proses
pendidikan dan dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan
seseorang selanjutnya artinya pada periode ini merupakan periode
kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan,
kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio – emosional
dan spiritual. Masa golden age juga merupakan masa pembentukan
dan penentu masa depan. Masa Golden age adalah sebagai masa
pembinaan, pengarahan, pembimbingan, dan pembentukan karakter
anak usia dini. Dengan dilakukan pendidikan karakter sejak usia dini
diharapkan anak akan dapat menjadi manusia yang berkepribadian
baik sehingga bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, maupun
bangsa dan negara.

37
Latihan:
Jawablah Pertanyaan Berikut dengan tepat dan jelas!
1. Mengapa Pendidikan Karakter perlu ditanamkan sejak usia dini ?
2. Karakter dasar apa saja yang dimiliki Anak Usia Dini?
3. Jelaskan Bagaimana hubungan antara Pendidikan karakter
dengan masa Golden Age!
4. Diskusikan dengan teman kelasmu upaya atau usaha apa saja yang
sudah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya menanamkan
pendidikan karakter sejak usia dini?
5. Dari pertanyaan nomer 4 tersebut, diskusikan kelebihan dan
kelemahannya!

38
BAB VI

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KARAKTER


PADA ANAK USIA DINI

Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu upaya logis yang didasarkan pada
kebutuhan belajar anak. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses
kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi
dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri
siswa seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki
termasuk gaya belajar, maupun potensi yang ada di luar diri siswa,
seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk
mencapai tujuan belajar tertentu.
Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
Proses pembelajaran anak usia dini tidak terlepas dari bagaimana
peran guru dalam menciptakan suasana belajar, strategi pembelajaran,
media dan model pembelajaran yang digunakan. Menurut Mills
(1989:4) berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi
akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau
sekelompok orang bertindak berdasarkan model tersebut.
Beberapa permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas yaitu:
1. Peran guru masih sangat dominan, hal ini terlihat dari kegiatan
utama guru dikelas yang hanya menyampaikan informasi yang
bersifat satu arah sehingga anak cenderung pasif.
2. Sebagian guru ketika mengajar berpedoman pada buku teks
yang telah baku, hal ini membuat peserta didik kurang mendapat
perspektif yang realistik dan berdaya guna bagi pemecahan
masalah dalam kehidupan sehari-hari
3. Posisi tempat duduk yang kurang berpihak pada proses
komunikasi sehingga komunikasi dan diskusi jadi sulit antar
peserta didik

39
4. Pertanyaan yang dilontarkan lebih banyak bersifat konvergen
daripada divergen, sehingga melumpuhkan kreativitas anak (dis-
empowering) yang tentu juga mempengaruhi kemandirian anak,
sebab anak yang kreatif cenderung mandiri
Beberapa model pembelajaran yang harus diketajui oleh
guru Anak Usia Dini dan dapat dipahami dalam mengembangkan
pembelajaran dikelas:
1. Model Pembelajaran Behaviorisme
Model belajar behaviorisme (Good:1990) menganggap
behaviorisme atau tingkah laku ini dapat diperhatikan dan
diukur. Prinsip utama adalah faktor rangsangan (stimulus),
Respon (respose) serta penguatan (reinforcement). Model ini
menganggap faktor lingkungan sebagai rangsangan peserta didik.
Rangsangan peserta didik itu adalah respon yang dihasilkan.
Menurut Thorndike : hubungan di antara stimulus dan respon
akan diperkuat apabila responnya positif maka akan diberikan
reward yang positif dan tingkah laku yang negatif tidak diberikan
apa apa.
Dalam model pembelajaran behaviorisme menurut Gagne
etal (1992) terdapat delapan elemen yang harus dilakukan guru
dalam proses pembelajaran disekolah, diantaranya:
1) Menarik perhatian
2) Menjelaskan tujuan
3) Merangsang proses “recall”
4) Menyiapkan bahan atau materi yang dapat merangsang/
menarik perhatian
5) Menyediakan bimbingan terhadap peserta didik
6) Memberi penghargaan terhadap kemajuan peserta didik
berdasarkan tugas dan latihan
7) Menilai kemajuan belajar peserta didik dan
8) Mengembangkan pengetahuan dan kepandaian yang telah
dimiliki peserta didik
2. Model Belajar Kognitif
Model belajar kognitif merupakan model pemrosesan
pengetahuan dengan menyatakan, bahwa pengetahuan yang
diterima akan terlebih dahulu disimpan. Pengetahuan yang baru
diterima akan dibandingkan dengan kognitif yang telah dulu ada.
Pengetahuan yang telah ada tersebut dapat diperbaiki, ditambah,
disesuaikan dan digabungkan dengan pengetahuan baru.

40
Selanjutnya, pengetahuan tersebut dipindahkan sebagai ingatan
jangka pendek dan jika pengetahuan itu dianggap penting, akan
dipindahkan sebagai ingatan jangka panjang, sebagai suatu
rangkaian fase, meggunakan step-step kognitif: pengkodean
(cooding); penyimpanan (storing), perolehan kembali (retrieving),
dan pemindahan informasi (transferring information), suatu tugas
dapat dipelajari dengan baik urutan yang spesifik pada sembilan
peristiwa, yaitu:
1) Memperoleh perhatian (gaining attenntion)
2) Informasi peserta didik pada tujuan (informing the learner of
the objective),
3) Prasyarat daya ingat sebagai prasyarat belajar (stimulating
recall of prerequisite learning)
4) Menyajikan materi baru (presenting new material),
5) Menyediakan bimbingan belajar (providing learning
guidance)
6) Menyatakan capaian (eleciting performance),
7) Menyatakan umpan balik sebagai ketepatan (providing
feedback about correctness)
8) Menaksir capaian (assessing performance), dan
9) Penambahan ingatan dan daya ingat (echancing retention
and recall)
3. Model Belajar Konstruktivisme
Model belajar Konstruktivisme merupakan proses
pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan
disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah
lama dipraktekkan dalam proses belajar dan pembelajaran
baik ditingkat sekolah dasar, menengah, maupun universitas,
meskipun belum jelas terlihat.
Paham konstruktivisme memberikan pemahaman bahwa
dalam proses belajar mengajar, guru tidak selalu memindahkan
pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba
sempurna. Dengan kata lain, peserta didik harus membangun
suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-
masing.
Pembelajaran konstruktivisme berdasarkan pemahaman
Piaget bernggapa nbahwa:
1) Gambaran mental seseorang dihasilkan pada saat berinteraksi
dengan lingkunganya

41
2) Pengetahuan yang diterima oleh seseorang merupakan
proses pembinaan diri dan pemaknaan, bukan internalisasi
makna dari luar.
Permasalahan pembelajaran di kelas anak usia dini dapat
dilakukan oleh guru anak usia dini dengan mengadopsi pendapat
Hunts dengan prosedur ROPES, yaitu: review, presentasi, exercise, and
summary (Hunts, 1999). Review (1) adalah langkah yang dilakukan
guru dalam melihat dan mengukur kesiapan anak mempelajari materi
pelajaran hari ini dengan melihat penguasaan materi sebelumnya
yang sudah mereka pelajari sebagai dasar untuk memahami
pelajaran tersebut. Guru bisa menyampaikan review selama lebih
kurang lima menit. Tahap Overview (2) adalah tahap dimana guru
menyampaikan isi secara singkat dan guru mempersilahkan anak
untuk menyampaikan usul saran mereka dalam proses pembelajaran
agar anak tidak merasa tertekan selama proses pembelajaran dan
anak merasa dihargai sehingga anak merasa senang dengan proses
pembelajaran yang dikembangkan itu. Tahap Presentasi (3), adalah
tahap guru menyampaikan penjelasan penting tentang isi pelajaran
hari itu, dimana guru melakukan proses menceritakan, menunjukkan
dan proses mengerjakan. Semakin bervariasi guru membelajarkan
semakin anak menjadi senang, nyaman dalam belajar. Tahap Exercise
(4), yaitu dimana guru memberikan kesempatan pada anak untuk
melatih apa yang telah mereka peroleh dari guru sesuai dengan
pemahaman mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Tahap
Sumary (5), adalah tahap dimana guru meringkaskan dari hasil belajar.
A. Pembelajaran Berbasis Kasih Sayang
Rasa kasih sayang merupakan kebutuhan jiwa yang paling pokok.
Hakikat kasih sayang adalah komunikasi dalam suatu keluarga antara
anak dan orang tua. Kasih sayang dari guru berupa gelar tanpa tanda
jasa.
Konsep kebutuhan pokok manusia dari segi kejiwaan:
Kebutuhan rasa aman, Kebutuhan rasa kasih sayang , Kebutuhan
akan penghargaan, Kebutuhan rasa kebebasan, Kebutuhan rasa
sukses, Kebutuhan akan satu kekuatan pembimbing
Peran Keluarga dalam mendidik anak dengan kasih sayang:
Menurut William J. Goode:
Keluarga adalah institusi sosial yang ada dalam setiap masyarakat,
melalui keluarga seseorang memperoleh kemanusiannya.

42
Menurut Steve Biddulph dalam buku: “ Mendidik Anak Dengan
Cinta”. Cinta dibedakan menjadi:
a. Cinta Lembut: kemampuan untuk bersikap relaks, hangat
dan penuh perhatian dengan meluangkan waktu untuk
anak-anak sehingga anak merasa nyaman dan perasaan cinta
akan mengalir dengan sendirinya
b. Cinta Tegas : Kemampuan untuk bersikap baik sekaligus
tegas terhadap anak –anak dalam membuat aturan yang jelas
sekaligus memberlakukannya dengan tegas, tanpa marah,
tanpa mengendur, tanpa menyerah, sikap tegas dengan ingin
mencintai yang bertolak dengan sikap dingin dan kaku.
Misal: disiplin
Tindakan orang tua dalam mendidik anak dengan kasih sayang:
1. Penyusunan dan Pengasuhan anak
2. Dengan mencium anak
3. Dengan memberikan pujian, perhatian, dan menghargai
perubahan-perubahan anak
4. Dengan pelukan, belaian, sentuhan
5. Memberikan pendidikan agama kepada anak, terutama
akidah
6. Membiasakan anak-anak untuk berakhlak baik dan
menasehati ketika melakukan kesalahan
7. Bersikap lemah lembut kepada anak dan bersikap tegas,
seperti anakku, belahan jiwaku, sayangku, kehidupanku
8. Bersikap adil kepada semua anak dan bersabar
9. Memperhatikan kesehatan anak, baik secara jasmani
maupun ruhani
Aplikasi pembelajaran kasih sayang di sekolah:
Guru sebagai aktor utama di sekolah Hal penting yang harus
dimiliki guru dalam proses belajar-mengajar:
a. Kegairahan dan kesediaan belajar (misal: kematangan,
pengalaman masa lalu, kesesuaian materi dan metode
pengajaran)
b. Membangkitkan minat Peserta didik
c. Menumbuhkan bakat dan sikap yang baik (guru memberikan
cinta dan kasih pada murid, guru memberi contoh dan
memahami minat murid)
d. Mengatur proses belajar-mengajar
e. Mentransfer pengaruh belajar di dalam sekolah kepada
penerapannya dalam kehidupan di luar sekolah
43
Bentuk Kasih Sayang yang diajarkan Guru:
a. Penyetingan dalam perencanaan kegiatan harian mengacu
pada indikator diantaranya sbb:menunjukkan sikap mandiri,
mengendalikan perasaan, menghargai org dsb
b. Perbincangan santai di sela waktu istirahat ataupun dengan
penyampaian materi yang tidak terlalu formal
c. Guru selalu bersikap ramah pada anak didiknya tanpa
memandang perbedaan di antara mereka
d. Guru tidak terlalu sering marah tanpa alasan yang kuat,
menanyakan keadaan anak didik yang sakit, menengok,
tanggap terhadap perubahan anak didik
e. Memberi arahan pada anak ketika melakukan kesalahan
f. Saling berbagi kepada teman, menyayangi teman, mengetahui
nama teman, membantu teman, berkomunikasi dan bergaul
dengan teman
g. Menumbuhkan empati anak dengan cara melibatkan diri
memelihara tanaman atau binatang peliharaan
h. Menumbuhkan kelembutan dalam kejiwaan anak dengan car
menhelap tanaman hias, mengelus binatang

B. Pembelajaran Berbasis Kebersamaan


Pembelajaran AUD lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat
Mendidik anak berbasis kebersamaan
} Perlu adanya kerjasama antara keluarga, sekolah serta
lingkungan yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya.
} Konsep mendidik anak berbasis kebersamaan berawal dari
pribadi individu dan sosial sehingga pendiidkan bukan saya
dan kamu, tetapi kami sehingga kebersamaan akan tampak
dalam proses pembelajaran
Intipokok pendidikan kebersamaan:
1. Membawa manusia pada manusia kolektif
2. Kekuatan terletak pada kebersamaan
3. Kooperatif learning, yaitu bagaimana bisa belajar berkelompok
bagaimana menghargai kebersamaan
4. Saling ta’awun/ tolong menolong
5. Membangun keterampilan sosial
6. Adanya komunikasi antara sekolah dengan masyarakat
tujuannya adalah menyamakan pandangan

44
7. Menjalin komunikasi dengan instansi pemerintah

Pembelajaran berbasis kebersamaan

C. Pembelajaran Berbasis Ketauhidan


Karakteristik Pembelajaran Berbasis Ketauhidan:
1. Mengutamakan adab sebelum ilmu, berlandaskan sikap
ikhlas, hormat dan sederhana
2. Menyeluruh dan selaras yaitu terpenuhinya kebutuhan
manusia yaitu jasad dan ruh
3. Kembali kepada fitrah. Tuhan menciptakan segala sesuatu
pada status inisialnya dalam keadaan adil
Untuk mewujudkan pembelajaran berbasis ketauhidan dapat
dilakukan oleh orang tua sejak anak dilahirkan. Misalkan memberikan
nama, menjalankan aturan sesuai dengan ajaran agamanya dan
memberikan pendidikan sesuai dengan tingkat usianya.
D. Pembelajaran Berbasis Kemandirian
Pembelajaran berbasis kemandirian bertujuan untuk mengantisipasi
anak ketika anak tumbuh dewasa. Pada saat anak menginjak usia
dewasa anak diharapkan bisa melakukan aktivitas sendiri tanpa harus
bergantung pada orang lain. Anak akan mandiri jika dimulai dari
keluarganya dan hal ini disebabkan oleh faktor yang mempengaruhi
kemandirian tersebut. Menurut Muhamad Asori (2008) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kemandirian, diantaranya: keturunan
orang tua, pola asuh orang tua, sistem pendidikan disekolah, sistem
kehidupan dimasyarakat. Anak mandiri adalah refleksi dari apa yang
mereka dapatkan di rumah dan lingkungan dimana ia berada. Anak
yang mandiri untuk ukuran anak usia dini terlihat dengan ciri-ciri:

45
1. Dapat melakukan segala aktifitasnya secara sendiri meskipun
tetap dengan pengawasan orang dewasa
2. Dapat membuat keputusan dan pilihan sesuai dengan
pandangan, pandangan itu sendiri diperolehnya dari melihat
perilaku atau perbuatan orang 0rang disekitarnya
3. Dapat bersosialisasi dengan orang lain tanpa perlu ditemani
orang tua, dan
4. Dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati
terhadap orang lain.
Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam menanamkan
kemandirian pada anak sejak dini:
1. Kepercayaan
Menanamkan rasa percaya diri pada anak sejak dini sangat
penting. Salah satu caranya adalah dengan mencari bakat
yang dimiliki tiap anak. Dengan mengetahui bakat atau
kompetensi yang dimiliki maka tugas prang tua dan pendidik
adalah membantu mengembangkannya. Bakat diri yang
berkembnag secara otomatis juga akan membuat anak lebih
percaya diri.
2. Kebiasaan
Selalu memberikan contoh perilaku yang baik pada anak
adalah salah satu contoh kebiasaan yang wajib dilakukan
oleh orang tua dan pendidik. Misalnya membuang sampah
pada tempatnya, menaruh piring kotor pada tempatnya,
melayani diri sendiri dan sebagainya.
3. Komunikasi
Komunikasi yang baik dan efektif merupakan hal yang
harus selalu dilakukan antara orang tua dan anak. Dengan
komunikasi yang efektif pada anak maka anak akan
mendapatkan penjelasan yang mudah dipahami, sehingga
anak menjadi mengerti dan sadar atas apa yang dilakukan
4. Disiplin
Kemandirian berhubungan dengan kedisiplinan ynag
merupakan proses yang dilakukan oleh pengawasan dan
bimbingan orang tua dan guru yang konsisten.
Anak – anak yang berkembang dengan kemandirian secara
normal akan memiliki kecenderungan yang positif. Anak
mampu menyelesaikan masalahnya sendiri dan mampu
bersosialisasi dengan baik

46
E. Pembelajaran Berbasis Kreatifitas
Menurut Elizabeth B. Hurlock, kreatif adalah kemampuan
seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan
apa saja yang pada dasarnya berupa kegiatan imajinatif atau sintesa
pemikiran yang hasilnya bukan rangkuman, melainkan merupakan
pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari
pengalaman sebelumnya dan pencakokan hubungan lama ke situasi
baru. Secara terminologis, kreatif adalah kemampuan untuk berkreasi
atau kemampuan untuk menciptakan sesuatu
Anak yang kreatf biasanya memiliki ciri-ciri rasa ingin tahu,
memiliki minat yang luas dan menyukai kegemaran dan aktivitas
yang kreatif. Anak kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa
percaya diri. Berikut ini beberapa ciri kemampuan berpikir kreatif:
1. Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk menghasilkan
banyak gagasan
2. Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk
mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau
pendekatan terhadap masalah
3. Keaslian (originalitas) adalah kemampuan untuk mencetuskan
gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise
4. Penguraian (elaborasi) adalah kemampuan untuk
menguraikan sesuatu dengan rinci
5. Perumusan kembali (redefinisi) adalah kemampuan untuk
meninjau suatu persoalan berdasarkan pendapat yang
berbeda dengan apa yang sudah diketahui banyak orang.
Sejalan dengan hal tersebut ada beberapa hal yang mendorong
anak lebih kreatif. Menurut Huelock kondisi yang dapat meningkatkan
kreativitas anak adalah sebagai berikut:
a. Waktu. Anak kreatif membutuhkan waktu untuk menuangkan
ide atau gagasan, konsep-konsep, dan mencobanya dlam
bentuk baru atau original.
b. Kesempatan mandiri. Anak membutuhkan waktu dan
kesempatan menyendiri untuk mengembangkan imajinasinya
c. Dorongan. Anak memerlukan dorongan atau motivasi untuk
kreatif dan bebas dari ejekan yang didengar
d. Sarana. Sarana bermain dan sarana lainhya disediakan untuk
merangsang dorongan eksperimen dan eksploitasi yang
penting untuk mengembangkan kreativitas.

47
Sedangkan penghambat kreativitas anak menurut Imam Musbikin
diantaranya:
1. Tidak ada dorongan bereksplorasi
Tidak adanya rangsangan dan kurang nya pertanyaan yang
membangkitkan rasa ingin tahu anak dapat menghambat
kreativitas anak
2. Jadwal yang terlalu ketat
Penjadwalan yang terlalu ketat dan padat membuat anak
kehilangan salah satu unsur dalam pengembangan kreativiatas
karena anak tidak dapat mengeksplorasi kemampuannya
3. Terlalu menekankan kebersamaan keluarga
Anak juga membutuhkan waktu untuk sendiri, dengan
kesendirian anak belajar mengembangkan imajinasinya
sebagai bekal untuk menumbuhkan kreatifitasnya
4. Tidak boleh berkhayal
Berkhayak membuat anak belajar mengembangkan
kreativitasnya melalui imajinasi. Orang tua hanya perlu
mengarahkan dan memfasilitasi anak untuk mengembangkan
imajinasinya.
5. Orang tua konservatif
Orang tua konservatif biasanya tidak berani menyimpang
dari pola sosial lama
6. Over Protektif
Perlindungan yang berlebihan pada anak akan menghilangkan
kesempatan mereka bereksplorasi dalam cara baru atau
cara berbeda. Hal ini disebabkan karena kreativitas anak
akan terhalang oleh aturan-aturan dan ketakutan-ketakutan
orang tua yang sebenarnya belum tentu benar dan malah
mematikan anak untuk bereksplorasi
7. Disiplin Otoriter
Disiplin otoriter mengarah pada tidak bolehnya anak
menyimpang dari perilaku yang dituju orang tua
8. Penyediaan Alat Permainan yang terstruktur
Alat permainan yang terlalu terstruktur menghilangkan
kesempatan anak melakukan permainan secara kreatif.
Karena dengan permainan yang demikian membuat anak
tidak bisa mengembangkan imajinasinya.

48
F. Pembelajaran Berbasis Lingkungan
Pendidikan anak usia dini akan berjalan dengan baik apabila
didukung oleh lingkungan. Lingkungan yang baik adalah lingkungan
yang mendukung bagi proses perkebangan belajar anak. Istilah
lingkungan dalam hal ini diartikan sebagai suasana atau suatu keadaan
yang dapat mempengaruhi ppertumbuhan dan perkembangan
seseorang. Dengan kata lain pendidikan anak usia dini akan dapat
berjalan dengan baik, jika lingkungan dikelola menjadi tempat
belajar yang dapat mendidik anak dengan baik. Terutama dalam hal
menanamkan pendidikan karakter. Oleh karena itu pembelajaran
berbasis lingkungan juga diperlukan dalam menanamkan pendidikan
karakter.
Setiap anak memiliki cara belajarnya sendiri. Dengan mengenali
gaya belajar anak (setelah guru mengenali gaya belajarnya sendiri),
akan membuat proses belajar-mengajar jauh lebih efektif dan efisien
sehingga menimbulkan pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar
mereka. Borich dan Tombari (1995: 593-599) menjelaskan bahwa
gaya belajar tidak terlepas dari beberapa kategori berikut:
1. Lingkungan fisik, seperti pengaturan tempat duduk,
penerangan, temperatur udara, tingat kebisingan, dan
sebagainya
2. Lingkungan sosial, seperti bekerja sendiri verss kelompok
kecil, pola pembelajaran koperatif versus kompetitif,
kehadiran orang dewasa versus tanpa kehadiran orang
dewasa
3. Lingkungan emosional, seperti bersahabat, senang membantu
versus menyendiri, sendiri, menyukai bimbingan, orientasi
pada individu versus percaya pada diri sendiri, orientasi pada
tulisan, dan media pembelajaran
4. Lingkungan pembelajaran. Pengelolaan lingkungan, yaitu
mensetting lingkungan agar sesuai, nyaman, dan mendukung
pembelajaran
5. Banyak menyajikan sesuatu yang konkret
6. Dirancang secara simultan
7. Menarik minat atau menyenangkan anak.
Pembelajaran berbasis lingkungan ialah melakukan pembelajaran
dengan mengenal lingkungan-lingkungan sekitar. Selain itu, bisa
juga diartikan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
wahana untuk kegiatan pembelajaran. Harapannya, anak nantinya
akan terbiasa dan peka terhadap aktivitas-aktivitas yang ada di
49
lingkungan. Untuk itu orang tua dan pendidik perlu menyiapkan
lingkungan belajar yang mendidik dan mendukung proses belajar
bagi anak-anaknya. Beberapa jenis lingkungan yang dapat dijaidkan
sebagai pembelajaran anak usia dini terutama dalam menanamkan
pendidikan karakter:
a. Dari segi ruang lingkup
Jika dilihat dari ruang lingkupnya, lingkungan pendidikan
dapat dibagi menjadi tiga jenis, diantaranya lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dari ketiga lingkungan
tersebut memiliki perannya masing - masing
b. Dari segi fasilitas
Ditinjau dari segi fasilitas, lingkungan pendidikan dibagi
menjadi dua jenis, yaitu lingkungan belajar indoor dan
lingkungan belajar outdoor.

Rangkuman:
1. Model pembelajaran yang harus diketahui oleh guru Anak Usia
Dini dan dapat dipahami dalam mengembangkan pembelajaran
dikelas diantaranya model belajar behaviorisme, model belajar
kognitive, dan model belajar konstruktivisme
2. Pembelajaran untuk anak usia dini dilakukan dengan beberapa
strategi diantaranya, pembelajaran berbasis kasih sayang, berbasis
kebersamaan, berbasis ketauhidan, berbasis kemandirian,
berbasis kreativitas, berbasis lingkungan

50
Latihan
Jawablah Pertanyaan Berikut Dengan Tepat dan Jelas!
1. Jelaskan teori yang harus diketahui oelh seorang guru mengenai
pembelajaran dikelas!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis kasih
sayang dan kebersamaan? Sebutkan contoh konkritnya!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembelajaram berbasis
ketauhidan dan berbasis kemandirian ?Sebutkan contoh
konkritnya!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pembelajaran berbasis
kreativitas dan berbasis lingkungan? Sebutkan contoh konkritnya!

51
BAB VII

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


KARAKTER ANAK USIA DINI

Pengertian Metode Pembelajaran


Metode (method) secara harfiah berasal dari dua kata meta dan
hodos, Meta berarti melalui, Hodos berarti jalan atau cara. Metode
kemudia diartikan sebagai cara melakukan pekerjaan dengan
menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Bila
dihubungkan dengan metode Pembelajaran dapat diartikan sebagai
seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan
pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan
Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur
maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan
cara penilaian yang akan dilaksanakan. Berikut metode pembelajaran
pendidikan karakter menurut Fadillah :
A. Metode Keteladanan:
Metode keteladanan merupakan metode influitif yang paling
meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk
moral spiritual dan sosial anak. Dengan memberikan contoh terbaik
secara langsung , metode ini sesuai digunakan untuk menanamkan
nilai-nilai moral dan sosial anak. Misalnya dalam bertingkah laku,
bertutur kata, sopan dan santunya akan dilihat dan ditiru oleh anak.
Keteladanan merupakan unsur mutlak untuk melakukan perubahan
perilaku hidup
Menurut Penelitian:
“seorang anak bahkan dewasa secara psikologis memiliki
kemampuan untuk menyerap informasi dan pengaruh dari
luar dengan kalkulasi-kalkulasi, pengaruh yang diserap melalui
mata sebanyak 84%, melalui telinga 11%, sedangkan faktor lain
50%. Melalui mata atau keteladanan artinya apa yang dilihat dan

53
disaksikan akan dicontoh, melalui telinga berupa nasihat, tausiyah,
saran, pendapat, hanya efektif mengubah perilaku sebanyak 11%.
Artinya, nasihat yang tidak dibarengi dengan keteladanan
sebenarnya sama saja sia –sia daripada manfaatnya Kompetensi guru
yang baik diperlukan dalam memberikan contoh keteladanan yang
baik pada anak usia dini.
Beberapa hal yang digunakan dalam penerapan metode
keteladanan:
a. Memberikan keteladanan dengan cara apa yang dilihat anak
b. Metode keteladanan bisa dilakukan dalam proses
pembelajaran dikelas melalui kisah-kisah para nabi dan
kisah-kisah lainnya yang berisi keteladanan akhlak
c. Metode keteladanan yang juga dapat diterapkan ketika ada
pengemis yang meminta uang
Kelebihan dan kekurangan metode keteladanan
Kelebihan 1. Memudahkan anak dalam menerapkan ilmu yg
dipelajari di sekolah
2. Memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil belajar
3. Agar tujuan terarah, tercapai
4. Keteladanan yg baik dilingkungan sekolah, keuarga
dan masyarakat akan tercipta situasi yang baik
5. Tercipta hubungan harmonis antara guru dan siswa
6. Guru dapat menerapkan ilmu yg diajarkan
7. Mendorong guru utk selalu berbuat baik karena
dicontoh oleh siswanya
Kekurangan 1. Jika figur yang dicintoh tdk baik, anak akan
mencontoh dan mengkuti menjadi tidak baik
2. Teori tanpa praktek akan menimbulkan verbalisme.

Orang tua atau pendidik perlu menyadari bahwa metode


keteladanan bukan hanya sekedar memberi teladan, melainkan
yang terpenting adalah bisa menjadi teladan. Orang tua selain harus
menjadi contoh keteladanan juga mempunyai kewajiban memberikan
wawasan mengenai para utusan Tuhan dsb.
B. Metode Pembiasaan
Metode Pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan
untuk membiasakan anak berpikir, bersikap, bertindak sesuai dengan
ajaran agama islam. Metode ini sangat praktis dalam pembinaan
dan pembentukan karakter anak usia dini dalam meningkatkan

54
pembiasaan–pembiasaan dalammelaksanakan suatu kegiatan di
sekolah. Inti dari pembiasaan adalah pengulangan, dalam pembinaan
sikap, metode pembuasaan sangat efektif digunakan karena akan
melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak sejak dini . Misal
: Pembiasaan mengucapkan salam
Menurut Yusuf Muhammad “Reformulasi Pendidikan di Era
Global”, hendaknya anak dibiasakan dengan etika umum yang harus
dilakukan dalam pergaulannya sehari-hari:
1. Dibiasakan mengambil dan memberi makan serta minum
dengan tangan kanan
2. Dahulukan mendahulukan anggota badan sebelah kanan
dalam berpakaian
3. Dilarang tidur terlungkap dan dibiasakan tidur dengan tidur
miring kekanan
4. Dihindarkan tidak memakai pakaian atau celana pendek
agar tumbuh kesadaran menutup aurat
5. Dicegah menggigit jari dan menggigit kukunya
6. Dibiasakan sederhana dalam makan dan minum, dan jauhkan
dari sikap rakus
7. Dilarang bermain dengan hidung
8. Dibiasakan membaca basmallah/ berdoa sebelum makan
dan minum
9. Dibiasakan mengambil makanan terdekat dan memulai
makan sebelum orang lain
10. Tidak memandang dengan tajam kepada makanan maupun
orang yang makan
11. Dibiasakan tidak makan tergesa-gesa dan supaya mengunyah
makanan dengan baik
12. Dibiasakan memakan makanan yang ada, tidak menginginkan
yang tidak ada
13. Dibiasakan membersihkan mulut dengan siwak atau sikat
gigi setelah makan, sebelum tidur, dan sehabis bangun tidur
14. Dididik untuk mendahulukan orang lain dalam makanan
dan permainan yang disenangi, dengan dibiasakan agar
menghormati saudara, sanak famili yang masih kecil,
dan anak-anak tetangga jika mereka melihatnya sedang
menikmati sesuatu makanan atau permainan
15. Mengucapkan salam dengan sopan kepada orang yang
dijumpainya dengan mengatakan “Assalamualaikum” serta
membalas salam orang yang mengucapkannya

55
16. Dibiasakan berterimakasih jika mendapat suatu kebaikan
sekalipun hanya sedikit
17. Diajari kata-kata yang benar dan dibiasakan dengan bahasa
yang baik
18. Dibiasakan menuruti perintah orang tua atau siapa saja yang
lebih besar
19. Bila membantah diperingatkan supaya kembali kepada
kebenaran dengan suka rela, jika memungkinkan. Tetapi
kalau tidak, dipaksa untuk menerima kebenaran karena ini
lebih baik dari pada tetap membandel.
Kelebihan dan Kekurangan metode pembiasaan:
Kelebihan 1. Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik
2. Pembiasaan tidak hanya berkaiitan dengan aspek
lahiriah, tetapi juga berhubungan dengan aspek
batiniah
3. Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode
yang paling berhasil dalam pembentukan kepribadian
peserta didik
Kekurangan 1. Apabila telah tertanam kebiasaan buruk, sulit untuk
dihilangkan
2. Memerlukan pengawasan, supaya kebiasaan yang
dilakukan tidak menyimpang
3. Membutuhkan stimulus atau rangsangan, supaya
melakukan kebiasaan baiknya dengan istiqamah

C. Metode Bercerita
Metode bercerita adalah salah satu cara untuk menarik perhatian
anak. Memilih cerita yang disukai anak lebih membuat anak tertarik
untuk mendengar dan mengikuti. Biasanya anak suka cerita yang
berkaitan dnegan dunia binatang. Metode bercerita ialah suatu cara
menyampaikan materi pembelajaran melalui kisah-kisah atau cerita
ynag dapat menarik perhatian peserta didik.
Menurut Ainal Fanani dalam Fadillah, menjelaskan fungsi cerita
dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut:
a. Sebagai sarana kontak batin antara guru atau orang tua
dengan anak –anak
b. Sebagai media penyampaian pesan-pesan moral atau nilai-
nilai ajaran tertentu
c. Sebagai metode untuk memberikan bekal kepada anak didik
agar mampu melakukan proses identifikasi diri maupun
identifikasi perbuatan (akhlak)
56
d. Sebagai sarana pendidikan emosi (perasaan) anak didik
e. Sebagai sarana pendidikan emosi (perasaan) anak didik
f. Sebagai sarana pengembangan kemampuan brebahasa anak
g. Sebagai sarana pendidikan daya pikir anak
h. Sebagai sarana memperkaya pengalaman batin dan khazanah
pengetahuan anak
i. Sebagai salah satu metode untuk memberikan terapi bagi
anak-anak yang mengalami masalah psikologis
j. Sebagai sarana hiburan dan pencegah kejenuhan.
Cerita atau kisah sangatlah diperlukan dalam dunia pendidikan,
khusunya pendidikan pada anak usia dini.Cerita dapat dijadikan
salah satu metode pembelajaran ataupun sebaliknya dapat juga
diperlukan sebagai materi ajar. Beberapa manfaat metode bercerita
bagi pendidikan anak usia dini:
a. Membangun kontak batin antara anak dengan orang tuanya
maupun anak dengan gurunya
b. Media penyampai pesan terhadap anak
c. Pendidikan imajinasi atau fantasi anak
d. Dapat melatih emosi atau perasaan anak
e. Membantu proses identifikasi diri (perbuatan)
f. Memperkaya pengalaman batin
g. Dapat sebagai hiburan atau menarik perhatian anak
h. Dapat membentuk karakter anak
Dalam hubungannya dengan pendidikan karakter anak usia dini,
metode cerita selain memiliki beberapa manfaat, juga tidak luput dari
keterbatasan dan kekuarangan. Berikut ini kekurangan metode cerita
dalam pendidikan anak usia dini:
1. Pemahaman siswa menjadi sulit,ketika cerita itu telah
terakumulasi oleh masalah lain
2. Bersifat menolong dan dapat menjenuhkan siswa jika yang
membawakan cerita tidak menarik perhatian
3. Sering terjadi ketidak selarasan isi cerita dengan konteks
yang dimaksud
D. Metode Karya Wisata
Karyawisata sebagai metode pengajaran memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengamati. Dengan cara tersebut anak akan
mendengar, merasakan, melihat, dan melakukan. Anak dapat melihat
lingkungan sekitar, bagaimana orang berinteraksi dengan orang lain,
anak juga belajar bagaimana merasakan teriknya panas disiang hari,

57
anak merasakan hembusan angin dan sebagainya. Menurut Gordon
dan Jeannette (2000)m dalam Fadillah (2013) mengemukakan bahwa
belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara. Mereka menjelaskan
hasil terbesar yaitu sebanyak 90% diperoleh jika kita belajar dari apa
yang kita lakukan dan lihat. Ini menunjukkan bahwa kita belajar
bila kita mendengaarr. Dengan mendengar akan bisa mengatakan,
bila kita melihat akan mengetahui cara melakukan dan akhirnya
bisa melakukan. Cara inilah yang memberi peluang terbesar dalam
pembentukan.
Metode karya wisata atau biasa disebut dengan field trip adalah
suatu metode pengajaran yang dilaksanakan dengan cara mengajak
anak-anak keluar kelas untuk dapat memperhatikan hal-hal atau
peristiwa yang ada hubungannya dengan bahan pengembangan yang
sedang dibahas di kelas. Metode ini akan mendorong anak untuk
mengenal lingkungan dengan baik dan membangkitkan kecintaanya
terhadap Tanah Air maupun kepada Allah SWT.
Field Trip atau karyawisata yang dilakukan pada lembaga
pendidikan, mempunyai nilai-nilai sebagai berikut:
1. Memberi pengalaman-pengalaman langsung, anak belajar
dengan menggunakan segala macam alat, satu karyawisata
lebih berharga daripada seratus gambar
2. Membangkitkan minat baru atau memperkuat minat yang
telah ada
3. Memberi motivasi kepada anak untuk menyelidiki sebab
musabab sesuatu
4. Menanamkan kesadaran akan masalah-masalah yang terdapat
di dalam masyarakat
5. Memberi pengertian yang lebih luas tentang kehidupan
dalam masyarakat
6. Mengembangkan hubungan sosial dengan masyarakat.
Setiap karyawisata harus direncanakan dengan baik dan benar
agar tidak gagal. Karya wisata memiliki tujuan: membangkitkan
minat untuk suatu unit yang akan dilakukan, mengumpulkan bahan
mengenai suatu masalah, sebagai kegiatan kulminasi suatu lembaga.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum melaksanakan
field trip, diantaranya:
1. Merumuskan dan menjelaskan tujuan karyawisata. Anak-
anak harus mengetahui apa sebab mereka pergi dan apa
yang diharapkan dari tujuan karyawisata yang disesuaikan
dengan tema dalam pembelajaran
58
2. Memberikan informasi kepada anak tentang objek karyawisata
yang akan dikunjungi sehingga anak mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan pada waktu kunjungan berlangsung
3. Menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan karyawisata,
diantaranya:
a. Meminta izin dari objek yang akan dikunjungi
b. Mengunjungi objek terlebih dahulu, agar dapat
mengadakan perencanaan dengan teliti
c. Menguras soal keuangan, pengangkutan, usaha
menjamin keselamatan anak, dan sebagainya
d. Meminta surat izin dari orang tua
e. Membuat daftar nama anak-anak yang mengikuti karya
wisata, salinanya diberikan kepada sekolah.
Follow–up karyawisata yang telah dilaksanakan, setiap karyawisata
harus dibicarakan kemudian dinilai dan ditafsirkan, diantaranya yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Beri kesempatan anak untuk menceritakan pengalaman
masing –masing
2. Tanyakan apakah mereka menemukan fakta-fakta baru
3. Selidiki apakah karyawisata itu mencapai tujuan yang telah
ditentukan lebih dahulu, apakah karya wisata itu memberi
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mereka sediakan
4. Apakah kekurangan-kekurangan, kesalahan-kesalahan,
kesulitan-kesulitan yang dialami selama karya wisata itu,
bicarakan juga sikap anak-anak selama karya wisata
Dalam menetapkan metode karyawisaya dalam pembelajaran
harus memperhatikan beberapa kelebihan dan kelemahan dari
metode karyawisata
Kelebihan:
- Siswa dapat menyaksikan secara langsung kegiatan-kegiatan
yang dilakukan di tempat kunjungan tersebut
- Siswa memperoleh pemantapan teori-teori yang pernah
mereka pelajari di sekolah dengan kenyataan aplikasi yang
diterapkan pada objek yang mereka kunjungi
- Siswa dapat menghayati pengalaman praktik suatu ilmu yang
telah diperoleh nya di sekolah
- Siswa dapat memperoleh informasi yang lebih akurat dengan
jalan mengadakan wawancara atau dengan mendengarkan
ceramah yang diberikan oleh petugas setempat

59
- Dalam karya wisata berbagai materi pembelajaran dapat
dipelajari sekaligus dan integral, dan tidak hanya terbatas
pada satu materi pembelajaran
Kelemahan:
- Waktu yang dibutuhkan cukup panjang
- Pembiayaan dalam sebuah karya wisata merupakan beban
tambahan yang akan memberatkan bagi anak-anak yang
orang tuanya kurang mampu
- Karya wisata akan berubah menjadi piknik, karena persiapan
yang tidak matang
- Beberapa acara inti sering terabaikan karena pelaksanaan
acara tidak tepat pada waktunya.
Demikian beberapa metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran pendidikan karakter anak usia dini. Metode-metode
tersebut sifatnya saling melengkapi. Artinya metode yang satu
dengan yang lain saling berhubungan. Metode tersebut akan dapat
menghasilkan suatu pembelajaran yang biak, jika metode tersebut
diaplikasikan secara bersama-sama. Segala kekurangan maupun
kelemahan di masing-masing metode dapat teratasi dengan adanya
metode yang lain. Agar pembelajaran pendidikan karakter anak usia
dini dapat berhasil, pergunakanlah metode pembelajaran yang tepat
guna sehingga mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
baik, bermakna, asyik dan menyenangkan.

Rangkuman:
1. Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan
prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran
termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan.
2. Metode Pembelajaran dan menanamkan pendidikan karakter
diantaranya: metode keteladanan, metode pembiasaan,
metode bercerita dan metode karya wisata

60
Latihan
Jelaskan Pertanyaan Berikut dengan jelas dan tepat!
1. Apa yang dimaksud dengan methode pembelajaran?
2. Jelaskan pengertian methode pembelajaran pendidikan karakter
pada anak usia dini!
3. Apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan
karakter anak usia dini?
4. Apa yang dimaksud dengan metode keteladanan dan metode
pembiasaan? sebutkan kelebihan dan kekurangannya!
5. Apa yang dimaksud dengan metode bercerita dan metode karya
wisata?sebutkan kelebihan dn kelemahannya!

61
BAB VIII

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER


PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA
BERMAIN PERAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. juga diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang ada
dalam masyarakatnya. Jadi pendidikan adalah usaha yang dilakukan
oleh seorang pendidik terhadap peserta didiknya agar mencapai
perkembangan yang optimal.
Pendidikan karakter menjadi tema sentral sejak beberapa
tahun terakhir dalam perkembangan pendidikan di Tanah Air.
Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk
memfasilitasi pembangunan karakter, sehingga anggota masyarakat
mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang
harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan norma-
norma di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu
keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta
didik menjadi cerdas, tetapi juga harus mempunyai budi pekerti dan
sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat
menjadi bermakna baik bagi dirinya. Betapa tidak, dewasa
ini kita sedang dihadapkan pada persoalan dekadensi moral yang
sangat serius. Pergeseran orientasi kepribadian yang mengarah
pada berbagai perilaku amoral sudah demikian jelas dan
nampak terjadi di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Rasa
malu, berdosa dan bersalah dari perbuatan buruk serta pelanggaran
terhadap norma-norma, baik norma agama, norma hukum,

63
norma susila, tidak lagi menjadi tuntunan dalam menciptakan
kehidupan yang bertanggung jawab dalam memelihara nilai-nilai
kemanusiaan.
Tantangan tersebut merupakan pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan, terutama bagi dunia pendidikan agar ujian berat ke
depan dapat dilalui dan dipersiapkan oleh seluruh generasi bangsa
Indonesia. Kata kunci dalam memecahkan persoalan tersebut
terletak pada upaya penanaman dan pembinaan kepribadian dan
karakter sejak dini, termasuk pada jenjang pendidikan di Taman
Kanak-kanak (TK).
Selanjutnya Megawangi dalam Gunansyah (2011) menyebutkan,
pendidikan karakter yang baik adalah pendidikan yang dimulai
sedini mungkin dalam keluarga. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah
terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya
terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau
akhir dasawarsa kedua. Anak-anak menyerap semua hal pada saat
berusia empat tahun, dan itu adalah periode emas otaknya.
Dalam pedoman Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini yang
dikeluarkan Kementerian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI),
Direktorat PAUD, (2011 : 8), menjelaskan, pada pendidikan anak usia
dini nilai-nilai karakter yang dipandang sangat penting dikenalkan
dan diinternalisasikan ke dalam perilaku mereka mencakup :
kecintaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kejujuran, disiplin,
toleransi dan cinta damai, percaya diri, mandiri, tolong menolong,
kerjasama, dan gotong-royong, hormat dan sopan santun, tanggung
jawab, kerja keras, kepemimpinan dan keadilan, kreatif, rendah hati,
peduli lingkungan, cinta bangsa dan Tanah Air.
Sejalan dengan hal tersebut menurut Kurniawaty (2011:7)
pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai - nilai karakter
kepada anak didik yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai kebaikan
dan kebajikan, kepada Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan
maupun kebangsaan agar menjadi manusia yang berakhlak.
Bicara mengenai pendidikan karakter erat pula kaitannya
dengan perkembangan moral anak. Suyanto (2005:67),
menyebutkan, perkembangan moral anak ditandai dengan
kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika
yang berlaku. Perkembangan moral mempunyai aspek kecerdasan

64
dan aspek implusif, anak harus belajar apa saja yang benar dan
salah, selanjutnya segera setelah mereka cukup besar mereka harus
diberi penjelasan mengapa itu benar dan mengapa itu salah.
Perkembangan moral anak dapat dipengaruhi oleh perkembangan
intelektual dan penalaran, oleh karena itu diperlukan latihan bagi
mereka tentang bagaimana berprilaku moral dan konteks tertentu.
Taman Kanak-kanak sebagai salah satu lembaga formal PAUD
seperti terangkum dalam Undang undang (UU) RI Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kini menjadi harapan
baru dalam menumbuh kembangkan pentingnya pendidikan
karakter sejak dini. Dari hasil pengamatan penulis, di PAUD Lab
School IKIP PGRI Jember, masih banyak anak yang belum mengenal
apa itu nilai-nilai pendidikan karakter. Seperti nilai karakter saling
menghormati, pentingnya sikap bekerja sama, kecintaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, dan sikap bertanggung jawab, dan lain-
lainnya. Pengamatan tersebut peneliti lakukan ketika peneliti menjadi
pendamping guru di TK PAUD Labs school IKIP PGRI Jember mulai
tahun 2017. Banyak anak – anak yang ingin menang sendiri pada
saat berinteraksi dengan teman sebayanya di sekolah, masih banyak
anak yang kurang memahami pentingnya hidup bersih misalnya ada
anak yang membuang sampah tidak pada tempatnya, ada juga anak
yang terlalu vocal pada saat berkomunikasi dengan teman sebayanya
di sekolah sehingga anak tersebut terlihat lebih mendominasi dan
terkesan kurang menghargai keberadaan teman lain di sekitarnya.
Guna mengoptimalkan nilai-nilai karakter bagi anak PAUD, salah
satunya dapat dilakukan adalah dengan bermain aktif.
Bermain aktif diartikan sebagai bermain yang membutuhkan
keterlibatan anak secara aktif. Menurut Hurlock ( 1990) bermain aktif
adalah bermain yang kegembirannya timbul dari apa yang dilakukan
anak itu sendiri. Salah satu bentuk bermain aktif pada anak adalah
bermain peran. Bermain peran dapat dipusatkan pada aktifitas
sehari-hari seperti di sekolah. Bermain peran memiliki pengaruh
kuat dalam mempengaruhi pribadi dan social anak. Menurut Hurlock
(1990: 329), bermain peran seringkali disebut “permainan pura-
pura” yaitu suatu bentuk bermain aktif di mana anak-anak melalui
perilaku dan bahasa yang jelas, berhubungan dengan materi atau
situasi seolah-olah hal itu mempunyai atribut yang lain ketimbang
yang sebenarnya. Jenis bermain ini dapat bersifat reproduktif atau
produktif yang bentuknya sering dsebut kreatif, dalam permainan
drama reproduktif anak-anak berusaha mereproduksi situasi yang

65
telah diamatinya dalam kehidupan sebenarnya atau media dalam
permainannya. Sebaliknya dalam permainan drama produktif,
anak-anak menggunakan situasi, tindakan dan bicara dari situasi
nyata ke dalam bentuk yang baru dan berbeda. Permainan drama
reproduktif biasanya mendahului permainan drama produktif.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan
penelitian yang menggunakan metode bermain peran dan praktik
langsung sehingga dapat meningkatkan perkembangan nilai-nilai
pendidikan karakter anak, sehingga anak mempunyai pengalaman
hidup yang baik.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(PTK), Penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2017) adalah
penelitian yang memaparkan terjadinya sebab - akibat dari perlakuan,
sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan
diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian
perlakuan diberikan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas
atau PTK adalah jenis penelitian yang memaparkan baik proses
maupun hasil, yang melakukan PTK di kelasnya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dikelas.
Tahapan pelaksanaan tindakan atau acting meliputi segala
tindakan yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Mingguan (RPKM) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian
(RPPH) dengan materi pengembangan karakter anak, serta pembuatan
instrument penelitian.Tahapan pengamatan atau observing meliputi
pengamatan ketika penelitian dilakukan, pengumpulan data berupa
nilai evaluasi anak setelah mendapatkan tindakan,menganalisa data
dan menyusun langkah-langkah perbaikan tahapan refleksi dilakukan
melalui diskusi peneliti dengan guru kelompok B.
Dalam penelitian ini dilakukan dua siklus, setiap siklus meliputi:
Siklus I
1. Tahapan perencanaan atau planning meliputi pembuatan
perangkat pembelajaran, pembuatan instrument penelitian,
persiapan sarana dan prasarana penelitian serta menentukan
indikator kinerja.
2. Tahapan pelaksanaan tindakan atau acting meliputi segala
tindakan yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Mingguan (RPKM) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH), dengan materi pengembangan karakter pada
anak.

66
3. Tahapan pengamatan atau observing meliputi pelaksanaan
pengamatan pada saat dilakukan tindakan, pengamat dalam
penelitian ini yang menjadi pengamat adalah peneliti serta
guru kelas,pengumpulandata berupa nilai evaluasisiswasetelah
mendapatkan tindakanserta menganalisa data
4. Tahapan refleksi dilakukan melalui diskusi antara peneliti
danguru kelompok B yang berisi tentang kekuatan dan
kelemahan dalam melakukan tindakan dan menyusun langkah-
langkah perbaikan.
Siklus II
1. Tahapan perencanaan atau planning pada siklus IImeliputi
pembuatan perangkat pembelajaran, pembuatan instrument
penelitian, persiapan sarana dan prasarana penelitianserta
menentukan indikator kinerja
2. Tahapan pelaksanaan tindakan atau acting meliputi segala
tindakan yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Mingguan (RPKM) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Harian (RPPH) dengan materi pengembangan kemampuan
karakter pada anak.
3. Tahapan pengamatan atau observing meliputi pengamatan
yang dilakukan oleh pengamat, dalam hal ini adalah
peneliti kedua dan guru kelas. Kemudian pengumpulandata
berupa nilai evaluasisiswasetelah mendapatkantindakan,
danmenganalisadata
4. Tahapan refleksi dilakukan melalui diskusi antara peneliti
dan guru kelompok B dan menyusun langkah-langkah perbaikan
jika diperlukan.
Subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu anak-anak kelompok
B di PAUD LabSchool IKIP PGRI Jember dengan menerapkan sentra
bermain peran untuk mengoptimalisasi pendidikan karakter anak
usia dini diPaud LAB School IKIP PGRI Jember,yang berjumlah 20
siswa. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di PAUD LAB School
IKIP PGRI Jember, pada kelompok B Tahun Ajaran 2017 - 2018

Pembahasan hasil penelitian


Mengoptimalisasi pendidikan karakter anak usia dini melalui
sentra bermain peran di PAUD Lab School IKIP PGRI Jember telah
dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan dalam penelitian
tindakan kelas. Berdasarkan nilai perkembangan anak didik semester
awal dan Sebelum di berikan tindakan, diketahui bahwa pada awal
67
sebelum dilakukan tindakan karakter anak sangat rendah, tingkat
perkembangan hanya mencapai sekitar 57%, yaitu sekitar 20 anak
yang belum mampu mengembangkan karakter secara optimal, melihat
kondisi yang demikian maka penelitimemberikanpembelajaran di
sentra bermain peran,maka terjadi peningkatan secara bertahap dari
siklus pertama terjadi peningkatan sekitar 68%, yaitu sekitar 5anak yang
sudah mencapai ketuntasan minimal, kemudian dilakukan penelitian
ulang pada siklus kedua terjadi peningkatan sekitar 85%,yaitu sekitar
2 anak yang belum mencapai skor minimum ketuntasan.
Berikut ini table mengenai persentase peningkatan karakter yang
dilakukan pada siklus pertama dan kedua:
No Siklus Ketuntasan keterangan
1 Kondisi awal 57% -
2 Siklus I 68% Belum berhasil
3 Siklus II 81% Sudah berhasil

Tabel 6. Data pengamatan Peningkatan Upaya Optimalisasi Pendidikan


Karakter Anak Usia Dini Melalui Sentra Bermain Peran Di Paud LAB
SCHOOL IKIP PGRI JEMBER.

Berdasarkan tabel di atas diketahui ada peningkatan mengenai


optimalisasi pendidikan karakterpadaanakdilihatdarikondisiawal:
57%, siklus I: 68%, siklus II: 81%,sehingga prosentase kenaikan
dari prasiklus (kondisi awal) ke siklus I adalah 11%, dan proses
kenaikan dari siklus I kesiklus II adalah 13%. Salah satu yang menjadi
pendorong prosentase kenaikan adalah dengan adanya kegiatan di
sentra bermain peran.
Bermain peran membuat anak-anak merasa seolah-olah mereka
menjadi tokoh atau karakter favorit yang diperankannya. Dalam hal

68
ini berarti, dengan bermain peran, anak anak merasa antusias dan
bersemangat dalam memerankan tokohnya. Hal yang menjadi penting
dalam bermain peran adalah dialog yang ada pada naskah. Didalam
dialog tersebut, ada pesan pesan moral yang bisa dijadikan contoh
yang baik oleh anak – anak, dan ketika anak – anak bermain peran
yang naskahnya sudah disiapkan oleh guru dan peneliti terdapat
kalimat yang menggambarkan mengenai pengenalan karakter yang
perlu di optimalkan perkembangannya yaitu yang sudah tertera di
dalam indicator pada lembar observasi.
Proses transformasi pada penerapan tindakan pada tiap
siklus pada bermain peran sebagai upaya mengoptimalisasi
pendidikan karakter di PAUD Labschool IKIP PGRI Jember
Beberapa hal yang mempengaruhi proses terjadinya transformasi
pada penerapan siklus I, siklus II dan pada saat akhir penelitian bermain
peran adalah adanya factor, guru, materi ajar, sarana pendukung,
pengelolaan kelas, serta lingkungan. Kelemahan yang menjadi evaluasi
adalah sarana pendukung, pengelolaan kelas serta lingkungan. Sarana
pendukung yang dimaksud dalam kegiatan bermain peran adalah
perlunya pembuatan alat peraga sebagai sarana pendukung kegiatan
bermain peran dalam upaya pengoptimalan pendidikan karakter
pada anak. Alat peraga yang dibuat dalam penelitian ini berupa
costum serta naskah/ dialog. Costum dalam bermain peran secara
tidak langsung membantu anak menghayati perannya tersebut. Pada
saat anak – anak menggunakan costum mereka lebih memahami
perannya masing – masing. Sedangkan naskah drama yang tepat
membantu anak – anak memahami alur cerita dan isi yang terkandung
di dalamnya. Dalam naskah drama terkandung makna pendidikan
karakter diantaranya anak –anak belajar memahami nilai kesopanan
misalnya mengucapkan terimakasih, meminta maaf, permisi dan
meminta tolong dengan sopan.
Anak –anak juga memahami karakter dalam kegiatan yang
tertulis dalam naskah drama diantaranya: tidak ingin menang sendiri,
melakukan doa sebagai wujud kecintaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Dalam kegiatan bermain peran, anak –anak juga memahami
bagaimana cara menghormati sesuatu yang berbeda dari dirinya.
Misalnya memahami keberagaman agama dan suku bangsa. Selain
itu dalam bermain peran, anak anak juga belajar menjadi mandiri
yakni dengan memahami perannya dalam naskah bermain peran,
anak juga belajar berinteraksi social dengan teman, serta membantu

69
anak dalam membiasakan hidup bersih misalnya dengan mencuci
tangan sebelum makan, membuang sampah pada tempatnya serta
mau menunggu giliran dan mendengarkan organg lain ketika saling
berbicara.
Pengelolaan kelas juga menjadi hal perlu diperhatikan dalam
kegiatan bermain peran. Pengelolaan kelas merupakan upaya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini, pengelolaan
kelas yang dimaksud adalah usaha menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terlaksananya tindakan yang akan dilakukan
sebagai upaya pengoptimalan pendidikan karakter pada anak usia
dini di PAUD Labschool ikip PGRI Jember. Tindakan yang dimaksud
pada siklus pertama dan siklus kedua adalah bermain peran.
Tindakan bermain peran pada tahap refleksi muncul permasalahan
emosi pada anak, diantaranya kecemasan, sulit konsentrasi, sulit
berkomunikasi, menarik diri. Kecemasan merupakan reaksi emosi
sementara yang timbul pada situasi tertentu. Menurut ( Mashar :2011)
kecemasan dapat terjadi dengan gejala berupa menangis, gelisah,
sulit tidur, mimpi buruk, sulit makan, gangguan pencernaan, kesulitan
pernafasan, tics, ketidak mauan ditinggal sendiri, dan menarik diri.
Salah satu anak di kelas kelompok B yang memiliki gangguan
kecemasan adalah R dan A. Pada tindakan yang dilakukan oleh guru
adalah mencari sumber yang membuat R dan A cemas dan menarik
diri, membantu anak mengatasi rasa cemasnya dengan melakukan
komunikasi yang mendalam sehingga membuat dia merasa aman,
guru juga melakukan sesuatu hal yang tujuannya membangun rasa
percaya diri. Komunikasi untuk membangun rasa percaya diri serta
menciptakan rasa aman dilakukan oleh guru pembantu 2. Komunikasi
dilakukan sesering mungkin, dengan bantuan orang tua wali murid
dirumah agar tindakan bermain peran terlaksana.
Anak yang bernama A yang mengalami kesulitan berkonsentrasi
juga memerlukan perhatian guru saat akan melakukan tindakan
bermain peran. Kesulitan anak dalam berkonsentrasi merupakan
hal yang mengganggu jika tidak segera teratasi. Hal tersebut
dikarenakan anak kurang memahami apa yang akan disampaikan
guru di kelas., misalnya: anak tidak memahami maksud guru, anak
tidak memahami naskah dalam bermain peran, atau bisa jadi ada
factor lain yang mengganggu. Untuk itu yang perlu dilakukan guru
adalah dengan mencari factor prnyebabnya dengan cara melakukan
pendekatan. Munculnya masalah dalam hal ini, menuntut guru

70
untuk bisa mengatasinya dengan melakukan komunikasi interaksif
dikelas. Dengan melakukan komunikasi interaktif dikelas maka akan
ada penyampaian yang harus dipahami oleh anak sehingga guru
menemukan solusi yang tepat untuk anak yang susah berkonsentrasi.
Berdasarkan hasil komunikasi tersebut ternyata Anak A mengalami
penurunan semangat dalam bermain. Untuk itu guru mencari lagi
apa yang menjadi penyebab anak tersebut mengalami penurunan
semangat. Salah satu cara mengatasi penurunan semangat yang
terjadi maka guru perlu menciptakan kondisi kelas yang berbeda.
Hal tersebut sejalan dengan (Susanto : 2015) bahwa lingkungan harus
di ciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan
dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat
mendukung kegiatan bermain anak.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru dan peneliti menyediakan
ruangan laboraturium anak usia dini yang di hias dengan pernik –
pernik yang sesuai dengan usia anak. Peneliti dan guru membuat
ruang laboratorium menjadi lebih menarik dengan mendisain lab
tersebut seperti sebuah panggung. Yang selanjutnya anak – anak
akan di ajak ke lab tersebut. Untuk selanjutnya pada saat bermain
peran, guru memberikan stimulus sebelum kegiatan dengan tepuk
semangat.
Pengoptimalan Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini
Melalui Bermain Peran DI Paud Labschool Ikip PGRI Jember
Bermain peran merupakan metode pengembangan yang efektif
di mana seseorang memerankan karakter lain/ sesuatu yang berbeda
dengan dirinya dan mencoba untuk berpikir serta berbuat sesuai
dengan sosok yang diperankannya. Hasil dari penelitian mengenai
bagaimana pengoptimalan dalam menanamkan pendidikan karakter
melalui bermain peran dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
unsur diantaranya: pembiasaan pemahaman perilaku dalam
bermain peran, Timbulnya kesadaran diri anak Saat Bermain Peran,
pemahaman naskah/ dialog tentang nilai – nilai karakter
1. Pembiasaan Pemahaman Perilaku Dalam Bermain Peran
Dalam bermain peran, anak – anak dituntut untuk bermain sesuai
aturan yang ada dalam naskah. Pembiasaan perilaku dalam bermain
peran yang dimaksud dalam tindakan ini adalah anak terbiasa
berperilaku sesuai dengan pemahaman moral yang telah dipahami
yakni mengenai baik buruk, benar dan salah yang terdapat dalam
naskah/ dialog.
71
Anak diajarkan mengucapkan dialog berulang – ulang kemudian
diperagakan bersama. Pada situasi ini muncul muncul pertanyaan
mengenai pemahaman dialog yang diucapkan. Misalnya pertanyaan
yang keluar dari anak N: “ bu guru kalau salah harus minta maaf
ya?”. Peran guru memberikan pemahaman mengenai makna dialog
pendidikan karakter yang ada di dalamnya. Kemudian setelah
memberikan pemahaman, guru akan menyimpulkan bersama anak
– anak mengenai pendidikan karakter yang ada di dalam kegiatan
bermain peran.
Pemahaman perilaku pada bermain peran yang dapat diambil
disini misalnya, melakukan doa setiap melakukan sesuatu. Misalnya,
berdoa sebelum memulai kegiatan, berdoa sebelum makan dan
berdoa sesudah makan. Nilai karakter yang terkandung didalamnya
: menumbuhkan kecintaan terhadap Tuhan, menghargai perbedaan
agama, dan bersyukur atas karunia Tuhan.
Pembiasaan pemahaman perilaku pada kegiatan bermain peran
terdapat nilai nilai karakter yang akan diingat oleh anak. Nilai karakter
tersebut akan dibawa anak hingga anak tumbuh dan berkembang
di lingkungan yang lebih luas. Anak akan terbiasa menegur sesuatu
yang dianggap kurang benar atau salah dalam kehidupan sehari–hari.
2. Timbulnya Kesadaran Diri Pada Anak Saat Bermain Peran
Tindakan bermain peran secara tidak langsung melatih anak –
anak untuk disiplin. Disiplin yang dimaksud dari hasil penelitian ini
adalah disiplin mengenai ketepatan waktu, karena anak diberikan
pengalaman secara langsung mengenai masalah yang akan dihadapi
missal, ketika anak K terlambat datang, maka dialog tidak bisa di
gantikan dengan yang lain. Guru memberikan pendekatan kepada K
untuk tidak datang terlambat serta melakukan komunikasi mengenai
posisi perannya.
Anak anak jadi menyadari peran yang diperankan begitu penting
dan memberikan pengaruh terhadap peran lain jika situasinya tidak
ada kehadirannya. Dari sikap disiplin ini muncul perilaku saling
menghargai antara teman yang lain. Kesadaran diri yang timbul pada
anak memunculkan nilai karakter : disiplin, menghargai orang lain,
demokratis serta bertanggung jawab
3. Pemahaman Naskah/ Dialog Tentang Nilai- Nilai
Karakter
Naskah yang dibuat harus sesuai dengan tujuan, yaitu upaya
mengoptimalisasi pendidikan karakter. Untuk itu harus ada ada hal- hal
72
yang berkaitan dengan penanaman pendidikan karakter. Pendidikan
karakter yang terkandung dalam naskah/ dialog bermain peran
dalam penelitian ini diantaranya: melakukan kegiatan mencuci tangan
sebelum dan setelah makan pada naskah menunjukkan kebiasaan
hidup bersih, mengucapkan doa sebelum makan dan sesudah makan
menunjukkan bentuk kecintaan terhadap Tuhan, dialog permintaan
maaf menunjukkan perilaku rendah hati dan bijaksana pada diri
sendiri, dialog yang diperankan oleh anak C menunjukkan belajar
menghargai saling menghormati, belajar kepemimpinan. Dialog
penyelesaian oleh anak C mengajarkan kedamaian, mengajarkan sikap
tidak ingin menang sendiri, serta mengajarkan pada anak mandiri
dengan menyelesaikan masalah tanpa bergantung pada orang lain.
Optimalisasi pendidikan karakter pada anak melalui bermain
peran merupakan salah satu upaya yang sudah cukup inovatif karena
dengan bermain peran akan membantu anak-anak mengembangkan
karakter sejak usia dini. Sentra bermain peran dapat mengoptimalisasi
pengenalan nilai-nilai pendidikan karakter pada anak dikarenakan
:(1) bermain peran merupakan salah satu permainan aktif yang
melibatkan lebih dari satu anak. Dengan melibatkan lebih dari satu
anak maka akan muncul interaksi social didalamnya, dengan adanya
interaksi social tersebut maka anak akan belajar mengenai karakter
cara menghargai teman yang lainnya. (2) dengan bermain peran, maka
secara tidak langsung anak –anak belajar mengenai karakter yakni
nilai-nilai baik buruk yang diajarkan oleh guru yang tertuang dalam
naskah atau dialog dan diucapkan berulang – ulang pada saat anak –
anak memerankan perannya sehingga anak –anak menjadi mengerti
bagaimana meminta maaf ketika melakukan salah, mengucapkan
terimakasih setelah diberi bantuan.(3) bermain peran membuat anak
mengingat peristiwa yang telah dilakukan bersama teman-teman
sebayanya dan hal ini berdampak positif pada perkembangan anak
selanjutnya. Pada saat anak melakukan sesuatu yang salah anak
meminta maaf. Anak menjadi mengerti apa yang harus dilakukan
dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan.
Bermain peran memberikan pengaruh yang besar pada
perkembangan anak terutama dalam menanamkan pendidikan
karakter.Hal ini akan baik untuk pembentukan pribadi anak serta
membentuk rasa social anak dimasyarakat nantinya. Sehingga dengan
bermain peran yang dilakukan pada anak usia dini diharapkan pula
anak semakin terampilatau bisameningkatkan karakter dengan baik.
Hal ini sejalan dengan Hurlock ( 1978) yang menyatakan bahwa

73
meskipun sebagai minat bermain waktunya relative singkat, bermain
drama sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan social anak.
Dari latihan memainkan suatu peran, anak mempelajari apa saja yang
dianggap kelompok sesuai bagi peran tertentu.
Maka dari itu upaya untuk mengoptimalkan perkembangan
karakter di sentra bermain peran sangat bermanfaat guna
meningkatkan perkembangan karakter anak, anak tidak merasa
jenuh dan sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran.

74
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta :PT Bumi Aksara.


Arriyani,
Arikunto dkk. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara
Aulia Nisak. 2015, Pengaruh Bermain Peran Terhadap Kemampuan
Sosial Anak Usia Dini. Sidoarjo: Journal Pedagogia ISSN 2089-
3833
Aqib. 2017. Penelitian Tindakan Kelas TK/RA-SLB/SDLB. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
Budiningsih Ari (2013). Pembelajaran Moral Berpijak Pada
Karakteristik Siswa dan Budayanya. Bandung. Rineka Cipta
Direktorat PAUD. 2011. Pedoman Pendidikan Karakter bagi Anak
Usia Dini. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
Elizabeth. 1990. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga
Fadillah dkk (2016). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Jogyakarta.
Ar- Ruzz Media
Gunansyah, Ganes. 2010. Orientasi Penyelenggaraan Pendidikan
Dasar Berbasis Pendidikan Karakter. Diakses dari www.
kompasiana.com. 12 April 2011.
Iriyanto. Menjadi Remaja Hebat: Kuat Karakterku, Dahsyat Prestasiku.
Erlangga
Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jambi : Gaung Persada
(GP) Press
Kurniawan (2013). Character Building Membangun Karakter Menjadi
Pemimpin. Yogyakarta. Pro U Media
Mu in Fatchul (2016). Pendidikan Karakter Konstruksi Teoretik dan
Praktik. Jogjakarta. Ar Ruzz Media
Neni. 2010. Sentra Main Peran, Jakarta : Pustaka Al-Falah
75
Nurfuadi. 2012. Pofesionalisme Guru. Purwokerto: Stain Press.
Kemendiknas RI. 2011. Pedoman Pendidikan Karakter Bagi Anak
Usia Dini, Direktorat
Kurniawaty, Aries Susanty. 2011. Pengembangan Karakter Anak Usia
Dini di Lembaga PAUD. Jakarta: Litbang RA Istiqlal.
Muhsinatun. 2015. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Melalui
Main Peran (Role Playing) Di TK Masjid Syuhada.Yogyakarta .
Yogyakarta: Tesis Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga
Nucci P. Larry dan Narvaez Darcia (2014). Hand Book Pendidikan
Moral dan Karakter. Nusa Media. Erlangga
Rachels James (2004). Filsafat Moral. Yogyakarta. Kanisius
Salahudin dkk (2013). Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis
Agama dan Budaya Bangsa. Bandung. Pustaka Setia
Suyanto, Slamet. 2005. Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI.
Wahyu Munar (2015). Time Out dalam Parenting: Mengasuh Anak Itu
Mudah dan Menyenangkan
Yamin Martinis dkk (2012). Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta. Gaung Persada Press Group
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan
Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana

UUD 1945
UU NO 23 Tentang Pendidikan Nasional

76

Anda mungkin juga menyukai