menyatakan bahwa karya tulis tersebut benar asli hasil karya sendiri, bukan jiplakan.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari terbukti
tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Halaman
DAFTAR ISI ………………………………………………….…
ABSTRAK ……………………………………………….….....
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………..…………..... 1
B. Rumusan Masalah ……………………..…….… 3
C. Tujuan Penelitian………………………..……… 3
D. Defenisi Operasional …………………..………. 3
E. Manfaat Penelitian ….…………………..……… 4
A. Simpulan.………………………………………… 37
B. Saran ………………………….…………… 37
Nurmaulita
Email : maulitanur2007@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi dari pembelajaran fisika yang selama ini siswa kurang aktif.
Pembelajaran monoton yang dilakukan guru hanya menjadikan siswa sebagai penerima
informasi, sehingga siswa tidak terbiasa menggunakan kemampuan generik sains dan
mengakibatkan kualitas pembelajaran kurang maksimal. Alternatif pemecahan masalah
yang dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran teori muatan kognitif melalui kit
jarum suntik sebagai limbah. Tujuan dilakukan penelitian ini meningkatkan kemampuan
generik sains siswa dengan menerapkan teori muatan kognitif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pencapaian Kemampuan Generik yang dikembangkan adalah Kemampuan
Pengamatan Langsung (KPL) mencapai 82.05%, Kemampuan Pemodelan Matematika
(KPM) mencapai 74.24%, Kemampuan Inferensi Logika (KIL) adalah 72.57%, Kemampuan
Membangun Konsep (KMKs) mencapai 61.03%. Pencapaian efek pembelajaran teori muatan
kognitif yang muncul adalah terdapat 5 efek. Kelima efek tersebut adalah efek ke-2 ”tidak
diberi sajian contoh penyelesaian, bagi konsep baru” mencapai 33.33%, efek ke-3 “sajian
yang membuat terbaginya perhatian,” mencapai 66.67%, efek ke-5 ” sajian yang berlebihan”
mencapai 33.33%, efek ke 8 “Tidak dibimbing atau diberi petunjuk, bagi konsep baru”
mencapai 33.33%, dan efek ke-9 “Terlalu banyak pembimbingan atau petunjuk bagi konsep
lama” mencapai 66.67%. Kemunculan efek kognitif tersebut menunjukkan kurangnya
maksimal guru menerapkan pembelajaran teori muatan kognitif sedangkan siswa masih
menjadi penerima informasi yang aktif dalam proses pembelajaran. Perlu dilakukan
penelitian kembali menggunakan teori muatan kognitif pada mata pelajaran lain untuk
meningkatkan kemampuan generik sains dalam pembelajaran. Kemampuan generik sains ini
akan dibutuhkan siswa untuk pengembangan karir berikutnya sesuai bidangnya masing
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Meningkatkan kualitas proses belajar fisika berkaitan dengan kemampuan generik
sains siswa.
2. Meningkatkan kemampuan generik sains siswa dengan menerapkan teori muatan
kognitif.
3. Mengembangkan model pembelajaran fisika dengan menerapkan teori muatan
kognitif.
4. Dihasilkannya perangkat pembelajaran dengan menerapkan teori muatan kognitif
berupa rancangan pembelajaran dan intrumen hasil belajar untuk meningkatkan
kemampuan generik sains siswa.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Identifikasi Tujuan
(Identity Instructional Goal)
Merumuskan Tujuan
(Write Performance Objectives)
Mengembangkan Instrumen
Revisi
Penilaian (Develop Assessment
Instruksi
Instruments)
(Revicing
Instruction)
Mengembangkan Strategi
Pembelajaran (Develop
Instructional Strategy)
Produk
Model Pengembangan Kemampuan Generic Sains pada Pembelajaran Fisika
dengan Menerapkan Teori Muatan Kognitif
A. Hasil
Kegiatan penelitian pengembangan ini dapat didokumentasikan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi tujuan
Tujuan umum pembelajaran disusun berdasarkan kebutuhan siswa dengan
menerapkan teori muatan kognitif. Identifikasi tujuan pembelajaran dikembangkan dari
kompetensi dasar tentang “ Menganalisis sifat gas ideal monoatomik berdasarkan data”
Tujuan instruksional yang berhasil diidentifikasi :
1). Membuktikan bahwa pada suhu konstan (T) tekanan gas (P) berbanding terbalik
dengan volume gas (V).
2). Membuktikan volume gas (V) pada tekanan tetap sebanding dengan suhu (T) dari gas
2. Analisis Pembelajaran,
Analisis tujuan umum pembelajaran adalah apa-apa saja yang sebenarnya dapat
dilakukan siswa apabila tujuan sudah tercapai. Tahapan yang dilakukan dalam menganalisis
pembelajaran adalah :
Tahap pertama : mengidentifikasi keterampilan kognitif dengan cara memberikan respon
terhadap pertanyaan, satu jawaban atau cara menjawab pertanyaan tersebut, tidak
melibatkan manipulasi symbol.
Tahap kedua : mengidentifikasi tentang hal yang akan di demonstrasikan sebagai
tercapainya tujuan pembelajaran.
Kegiatan 1 : Percobaan dengan Suhu Konstan
Dalam percobaan Boyle ini, digunakan pompa yang memiliki katup yang dapat ditutup. Temperatur
gas selalu sama dengan temperatur kamar, sedangkan tekanan gas diubah dengan cara
menggantungkan beban yang berbeda-beda pada silinder pompa.
p1V1 = p2V2 (1–2)
Besar tekanan gauge adalah :
𝑭
Pg = 𝑨 ……………….. (1 - 3 )
atau
𝑃1 𝑃2
= …………………….. … (2–2)
𝑇1 𝑇2
Volume udara/gas dalam jarum suntik dapat divariasikan dengan menekan jarum suntik.
Perubahan volume gas akan menyebabkan perubahan tekanan dan suhu untuk gas sejumlah
N.
V = C2Tc + C2 (273) ……………….. (2 - 3 )
Terdapat hubungan linear antaraVolume (V) gas dan suhu T2 yang meningkat dimana nilai
C2 adalah 273.
3. Analis karakteristik siswa,
Penelitian pengembangan ini dilaksanakan di kelas XI IPA-3 SMA Negeri I Tanah
Jawa Kab. Simalungun Sumatera Utara sebanyak 39 siswa. Pemilihan penjurusan IPA adalah
atas dasar minat dan bakat siswa. Motivasi belajar siswa cukup baik. Berdasarkan data yang
dikumpulkan sebelum dilaksanakan kegiatan bahwa siswa berasal dari golongan masyarakat
ekonomi menengah kebawah.
4. Merumuskan Tujuan Instruksional,
Tujuan pembelajaran khusus adalah deskripsi detail tentang apa yang akan dapat
dikerjakan siswa setelah menyelesaikan suatu unit pembelajaran. Adapun tujuan khusus pada
kompetensi dasar menganalisis sifat-sifat gas ideal monoatomik berdasarkan data adalah
dengan teori muatan kognitif adalah : “Memformulasikan hukum Boyle-Gay Lussac”
5. Mengembangkan intrumen penilaian,
Intrumen yang digunakan adalah dapat mengukur performa siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Instrumen yang digunakan terdiri dari materi subtansi tentang
mengukur kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun instrument yang digunakan untuk
mengukur kemampuan kognitif adalah berupa soal essay yang berpatokan mampu mengukur
kemampuan generik sains siswa. Intrumen yang digunakan dapat dilihat pada lampiran.
6. Mengembangkan Strategi pembelajaran,
Strategi pembelajaran merujuk pada berbagai aktivitas proses belajar mengajar.
dimulai dari kemampuan guru membuka, menyajikan dan menutup kegiatan pembelajaran.
7. Mengembangkan materi pembelajaran,
Dalam mengembangkan materi pembelajaran yang dipersiapkan adalah
pengembangan bahan belajar yang disusun guru. Bahan belajar siswa mencakup :
a) Tujuan umum pembelajaran
b) Analisis pembelajaran
c) Tujuan pembelajaran khusus
d) Item tes
e) Karakteristik pebelajar
f) Karakteristik konteks kinerja dan konteks belajar
g) Pemilihan media pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional siswa.
h) Pengembangan evaluasi formatif pembelajaran, yang meliputi:
1) Bahan pembelajaran
2) Model pembelajaran
3) Pengembangan sumber dan media pembelajaran
8. Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif,
Pelaksanaan evaluasi formatif dilakukan untuk merevisi hasil agar diperoleh yang
lebih efektif dan efisien. Dua tahapan dalam pelaksanaan penilaian formatif yaitu :
a. One to one atau evaluasi klinis dilakukan untuk menidentifikasi masalah-masalah yang
dialami oleh siswa sehingga mampu mengambarkan karakteristik siswa untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan teori muatan kognitif. Subjek yang
digunakan untuk evaluasi one to one berjumlah 3 orang siswa yang bertujuan untuk
memberi komentar tentang perangkat pembelajaran fisika menggunakan teori muatan
kognitif. Tiga orang siswa memiliki kemampuan yang berbeda, yaitu siswa 1
berkemampuan rendah, siswa 2 berkemampuan sedang, dan siswa 3 berkemampuan
diatas rata-rata (tinggi).
Diakhir pembelajaran dilakukan angket untuk mengetahui respon siswa tentang
perangkat pembelajaran berupa Lembar kerja Siswa yang diwakili oleh kelompok kecil
yang terdiri dari 3 orang siswa dengan kemampuan yang berbeda pula
Pertanyaan untuk aktivitas guru adalah :
1. Sajian Informasi dalam Lembar Kerja singkat, padat dan mudah difahami
2. Urutan petunjuk atau perintah dalam lembar kerja memudahkan memahami
pelaksanaan pekerjaan.
3. Urutan lembar kerja dari satu kegiatan ke kegiatan berikutnya sistematis
4. Petunjuk dan contoh pada lembar kerja komplit
Adapun respon siswa terlihat pada gambar berikut :
3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2
2
0
Sajian Informasi Urutan petunjuk Urutan Sajian Petunjuk LKS
mudah difahami LKS Sistematis cukup komplit
memudahkan
Siswapelaksanaan
1 Siswa 2 Siswa 3
b. Uji coba terbatas pada kelas yang sesungguhnya, melibatkan sekitar 39 siswa kelas XI
IPA 3 di SMA Negeri I Tanah Jawa. Hasil Uji Coba dilaksanakan adalah merupakan
tahapan revisi terakhir dalam penilaian formatif. Uji coba yang dilakukan diukur
dengan tes kemampuan kognitif menggunakaan instrument yang dapat mengukur
kemampuan generik sains siswa. Hasilnya kemudian dipersentasekan untuk melihat
keberhasilannya.
Kegiatan pengembangan pembelajaran ini menghasilkan dokumentasi yang dapat
diukur, yaitu kemampuan generik sains siswa, yaitu :
1. Kemampuan Generik Sains Siswa
Desain kemampuan generik sains siswa dengan menerapkan teori muatan kognitif
dituangkan dalam panduan pelaksanaan pembelajaran berupa lembar kegiatan siswa yang
telah dilakukan adalah : 1) Pendahuluan, 2) Skenario Pengembangan kemampuan generik
sains yang dikembangkan dengan Teori Muatan Kognitif, 3) Panduan angkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran berupa lembar kegiatan siswa pada materi teori kinetik gas.
Panduan pembelajaran menggunakan teori muatan kognitif ini adalah mendorong
bagaimana siswa melakukan aktivitas mengembangkan kemampuan generik sains. Hal ini
dilakukan baik ketika guru menjelaskan maupun dalam melakukan kegiatan yang ada pada
lembar kegiatan siswa dengan memperhatikan efek-efek muatan kognitif.
Dari hasil pengamatan diketahui kemampuan generik sains siswa yang dikembangkan
melalui 3 jenis kegiatan percobaan adalah :
Tabel.1. Kemampuan Generik Sains Siswa
Materi
KPL 1 KPL 2 KPM1 KPM2 KPM3 KIL1 KIL2 KIL3 KMKs
Kegiatan
Percobaan
69.74% 68.21% 77.44% 60.00% 69.74% 72.82% 69.74% 63.08% 62.05%
Suhu Konstan
Percobaan
Tekanan 84.62% 90.77% 84.1% 84.62% 77.44% 72.82% 68.72% 66.67% 60%
Konstan
Penafsiran
Fenomena 89.23% 89.74% 84.62% 62.56% 67.69% 88.21% 86.15%
Fisika
Rata-rata 81.20 82.91 82.05 69.06 71.62 77.95 74.87 64.88 61.03
Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap percobaan dengan menggunakan
panduan pembelajaran melalui lembar kegiatan siswa, kemampuan generik sains siswa dapat
di kembangkan dengan menerapkan Teori Muatan Kognitif.
Data dalam tabel dijelaskan melalui grafik berikut :
100.00
80.00
Percobaan Suhu
60.00 Konstan
40.00 Percobaan
20.00 Tekanan Konstan
0.00 Penafsiran
Fenomena Fisika
Dari tabel 5 dapat dijelaskan bahwa Kemampuan Managemen Kerja (KMKr) siswa tinggi
mencapai 100%, semua siswa melakukan nya pada lembar kegiatan yang tersedia. Kemampuan
Pengamatan langsung bervariasi, pada kemampuan Mengumpulkan fakta-fakta hasil percobaan
dan fenomena alam (KPL1) mencapai 100% sedangkan kemampuan Menemukan keterkaitan
sebab akibat dari hasil pengamatan (KPL2) mencapai 92.31 %.
2. Pembelajaran Teori Muatan Kognitif
Dari data yang diperoleh, efek teori muatan kognitif yang muncul adalah terdapat 5 efek Teori
Muatan Kognitif. Efek yang muncul tersebut adalah efek ke-2, yaitu ”tidak diberi sajian contoh
penyelesaian, bagi konsep baru” sebesar 33.33%, efek yang ke-3 adalah “sajian yang
membuat terbaginya perhatian sebesar,” sebesar 66.67%, efek yang ke- 5 yaitu ” Sajian yang
berlebihan” mencapai 33.33%, efek yang ke 8 yaitu “Tidak dibimbing atau diberi petunjuk,
bagi konsep baru” mencapai 33.33% dan efek yang ke-9 “Terlalu banyak pembimbingan atau
petunjuk bagi konsep lama” mencapai 66.67%.
Dari rangkuman hasil analisis data diketahui bahwa kemampuan generik siswa
mengalami peningkatan, dan hal ini perlu dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.
Terkait dengan hasil kemampuan generik sains siswa dipaparkan contoh jawaban siswa yang
diwakili oleh 5 orang saja. Misalnya :
Kegiatan 1
Suatu gas terdapat dalam suatu bejana tertutup. Volume gas dapat diubah dengan
menggerakkan piston keatas dan kebawah. Suhu suatu gas tersebut dijaga tetap dan
volumenya diubah-ubah dengan menggerakkan piston. Tekanan gas mula-mula P0 dan
volume gas mula-mula V0. Ketika piston digerakkan kebawah hingga volumenya berkurang
menjadi ½ V0, ternyata tekanan gas bertambah menjadi 2 P0. Ketika piston terus digerakkan
kebawah volumenya gas berkurang menjadi ¼ V0 dan tekanan bertambah menjadi 4P0. Dari
hasil percobaan tersebut, gambarkan grafik hubungan Penambahan tekanan gas terhadap
Volume gasnya!
Jawaban :
P ( N/m2)
4 P0
2 P0
P0
¼ V0 ½ V0 V0 (m3)
Jawaban siswa masih ada yang salah. Berikut terdapat hasil jawaban siswa tentang grafik
hubungan penambahan tekanan terhadap volumenya. Jawaban siswa tersebut menggambarkan bahwa
kemampuan generik sains pada siswa masih rendah. Adapun jenis bentuk soal tersebut adalah
mengacu pada “Mendeskripsikan arti fisis sebuah model matematika yang disajikan dalam bentuk
gambar/grafik” Jawaban soal jenis ini mencapai rata-rata siswa yang benar menjawab adalah berkisar
3.5 dari skor maksimum 5 dengan standar deviasi 1.43.
Kegiatan 2
Sebuah silinder berisi gas ditutup oleh pengisap yang dapat digerakkan sehingga dapat
mengamati perubahan tekanan dan volume. Berikut diagram yang menjelaskan posisi
perubahan tekanan dan volume gas dari titik A-B-C-D kembali ke A.
Y adalah tekanan dalam atmosfer (1 atm = 1,01 x 105 Pa) dan sumbu X adalah volume
dalam kelipatan 10-2 m3.
Dari gambar diatas, Jika luas permukaan penutup wadah adalah 0,2 m berapakah besar gaya yang
melawan tutup wadah ketika posisi di titik C?
Jawaban
𝐹
P=𝐴
Maka F = P A
F = 1,01 x 105 x 0,2 = 2,02 x 104 N
Instrumen diatas dapat digunakan untuk mengetahui dan menggali konsekuansi logis.
Jawaban siswa adalah :
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan guru, bahwa penerapan
pembelajaran teori muatan kognitif sangat perlu digunakan dalam pembelajaran pada mata
pelajaran lain. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien, selain
dapat digunakan untuk peningkatan kemampuan profesional guru memahami dan mengenal
kemampuan peserta dididik dikelas juga dapat mengefektifkan cara siswa memahami konsep
pembelajaran serta mengaktifkan siswa belajar didalam kelompok sainsnya. Konsep pelajaran
akan mudah difahami siswa ketika kemampuan generik sains siswa juga dibangun dan
dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar yang di ciptakan guru di kelasnya.
Berdasarkan hasil eksperimen dan pembahasan masalah maka dapat menjelaskan bahwa
penerapan teori muatan kognitif dapat meningkatkan kemampuan generik sains pada
pembelajaran fisika pada materi Teori Kinetik Gas.
Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan :
1. Kemampuan generik sains yang dicapai oleh siswa mencapai kategori baik. Pencapaian
kemampuan generik sains yang dikembangkan adalah Kemampuan Pengamatan
Langsung (KPL) mencapai 82.05%, Kemampuan Pemodelan Matematika (KPM)
mencapai 74.24%, Kemampuan Inferensi Logika (KIL) adalah 72.57%, Kemampuan
Membangun Konsep (KMKs) mencapai 61.03%.
2. Pencapaian model pembelajaran teori muatan kognitif yang muncul adalah terdapat 5
efek. Kelima efek teori muatan kognitif yang muncul tersebut adalah efek ke-2, yaitu
”tidak diberi sajian contoh penyelesaian, bagi konsep baru” sebesar 33.33%, efek yang
ke-3 adalah “sajian yang membuat terbaginya perhatian sebesar,” sebesar 66.67%, efek
yang ke- 5 yaitu ” Sajian yang berlebihan” mencapai 33.33%, efek yang ke 8 yaitu
“Tidak dibimbing atau diberi petunjuk, bagi konsep baru” mencapai 33.33% dan efek
yang ke-9 “Terlalu banyak pembimbingan atau petunjuk bagi konsep lama” mencapai
66.67%. Kemunculan efek kognitif tersebut menunjukkan kurang maksimalnya guru
menerapkan pembelajaran teori muatan kognitif sedangkan siswa masih menjadi
penerima informasi yang aktif dalam proses pembelajaran.
3. Respon siswa terhadap pembelajaran teori muatan kognitif sangat baik. Semua siswa
senang belajar menggunakan Lembaar Kerja yang disediakan guru. Respon siswa
positif terhadap pembelajaran fisika. Dari 3 orang siswa yang di mintai respon tentang
pembelajaran berada dalam kategori “baik” mencapai rata-rata nilai 2,667.
4. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan teori muatan kognitif pada penelitian ini
mampu meningkatkan kemampuan profesional guru mengelola pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep sebagai kemampuan generik sains siswa
yang perlu dikembangkan. Pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran sangat
diperlukan untuk mencapai prestasi belajar siswa.
B. Saran
Dari hasil yang diperoleh dan kesimpulan di atas, maka melalui penelitian ini
disarankan :
1. Perlu dilakukan penelitian kembali menggunakan teori muatan kognitif untuk
memaksimalkan tahapan pembelajaran teori muatan kognitif. Dan sangat disarankan
bagi sekolah yang sudah menerapkan proses pembelajaran menggunakan kurikulum
nasional 2013 agar siswa lebih aktif mencari sumber informasi dan hasil yang
diharapkan untuk meningkatkan keterampilan generik sains dapat lebih maksimal serta
pembelajaran fisika yang dihasilkan lebih efektif dan efisien.
2. Pembelajaran teori muatan kognitif ini tidak hanya digunakan bagi mata pelajaran
fisika maupun eksak saja, tetapi dapat juga diterapkan pada mata pelajaran lain. Untuk
itu disarankan juga agar penerapan teori muatan kognitif ini dilakukan kembali
penelitian pada mata pelajaran non eksak agar dapat dilakukan pada mata pelajaran
lain.
3. Perlu dilakukan penelitian dengan pembelajaran teori muatan kogitif ketika
memberikan informasi menggunakan multimedia komputer.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Sani. R. (2012). Pengembangan Laboratorium Fisika.Unimed Press. Medan.
Artoni. K.Y. (2011). Beban Kerja Kognitif - Cognitive Load Theory. Tersedia :
file:///D:/CLT/Ergonomi%20Kognitif%20%20Beban%20Kerja%20Kognitif%20-
%20Cognitive%20Load%20Theory.htm (24 Januari 2013)
Artino, A.R. (2008). Cognitive Load Theory and the Role of Learner Experience: An
Abbreviated Review for Educational Practitioners.
Dick, W., Carey, L., & Carey, J. O. 2001. The Systematic Design Of Instruction. USA:
Addison-Wesley Educational Publisher Inc.
Douglas C. Giancoli. Cuk Imawan. (1997). Fisika Edisi ke Empat. Jakarta. Erlangga.
Handy Febri Satoto, (2013). Apa Itu Cognitive Load Theory (CLT)?. Tersedia di :
http://aplikasiergonomi.wordpress.com/2013/05/22/apa-itu-cognitive-load-theory-clt/.
Diakses tanggal 13 September 2014.
Siswanto Nita. (2012) Kemampuan Generik Sains pada Pembelajaran Fisika. Tersedia :
file:///D:/1.%202014/Edutainment%20%20Kemampuan%20Generik%20Sains%20Pa
da%20Pembelajaran%20Fisika.htm. ( 5 April 2013)
Supiyanto. (2007).Fisika Untuk SMA Kelas XI. Phibetha Aneka Gama. Jakarta.