Anda di halaman 1dari 2

AKU DAN CAHAYA

Puisi Adli Zuliansyah


IDFAM501S, Anggota FAM Bogor.

Dulu aku pernah berharap kepada cahaya


Kuberharap ia dapat menyinariku,
dari segala mara bahaya
yang mencabut nyawaku

Dulu aku pernah berharap kepada kegelapan


Untuk melindungiku,
dari segala cahay yang menyilaukan
Yang dapat membuat buta mataku

Tapi kini…
Aku telah berharap kembali kepada cahaya
beserta kegelapan.
Agar mereka berdua menemaniku, di kala aku
terlelap di dalam kenangan
mimpi indahnya.

***

Jelas puisi di atas menggambarkan suatu pengharapan yang sepertinya nyaris sirna ditambah
satu perasaan rindu yang mendalam.

Penulis nampaknya pernah mengalami suatu masa di mana semua terasa indah, berbunga, dan
benderang laksana cahaya. Juga ada asa dari sesuatu atau seseorang yang ditemuinya itu
sebagai penambal rapuh, penyokong yang oyong, pelindung dari ancaman yang datang,
sandaran hati selayaknya kodrat yang manusiawi.
Sebuah kontrardiksi sedikit agak terasa membuat kita bertanya.

Pemilihan kata "kegelapan" pada bait kedua akan memberikan majas yang berkesan negatif,
yang berbau kepada hal-hal yang kurang baik, lalu kenapa kita mengatakan berharap akannya?

Walaupun yang dimaksud penulis mungkin semacam "bayangan" yang membuat kita teduh kala
panas menyengat.

Satu lagi di bait terakhir penulis memulai dengan diksi "Tapi kini..."

Kita mengatakan "tapi" biasanya untuk satu yang bertentangan/beseberangan. Dulu dia
berharap pada cahaya dan kegelapan, terakhir juga berharap, jadi sama. Kenapa kita katakan
tapi?

Tanda "..." sebaiknya dihilangkan.

Secara umum puisi yang tergolong Romance (luapan perasaan ini) cukup menarik, membuat
pembaca berkesan bila penulisnya adalah seorang bertipe sabar, tegar, dalam menghadapi
masalah walau terkadang tak ditemukan pemecahan yang diharapkan.

Bila ini adalah suatu luapan jiwa dari apa yang kita alami, dalam puisi kita boleh sedikit
mengembangkan imajinasi dengan membayangkan/melepaskan puisi itu lebih luas lagi.

Jadi bukan tok dari apa yang kita alami.

Dan biasakanlah memakai kalimat bersayap, sehingga puisi itu agak terapung dan pembaca
akan terpancarkan makna yang beragam. Dan itu boleh.

Teruslah asah imajinasi dan pengungkapan apa yang dirasakan ke dalam kata-kata.
Sesuatu dikatakan bisa karena sudah terbiasa.

Anda mungkin juga menyukai