(Tesis)
Diajukan Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Hukum
Program Pascasarjana (S2)
Universitas Bandar Lampung
Oleh :
BENIDIKTUS PRAMONO
201244022
(Tesis)
Oleh :
BENIDIKTUS PRAMONO
201244022
i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Benidiktus Pramono
NPM. 201244022
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
NPM : 201244022
Program : Pascasarjana
Pembimbing I Pembimbing II
iii
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
iv
PERSELISIHAN ANTAR KAMPUNG DI WILAYAH
LAMPUNG TENGAH
TESIS
OLEH :
BENIDIKTUS PRAMONO
201244022
TIM PENGUJI
Ketua Dewan Penguji Penguji Utama Penguji Kedua
v
MOTTO
“Hiduplah Seakan-akan Kamu Akan Mati Besok, Belajarlah Seakan Kamu Akan
Hidup Selamanya”
Mahatma Gandhi
vi
PERSEMBAHAN
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
Karunia-Nya selama ini penulis dan keluarga besar tak henti-hentinya mengucap
syukur atas Berkat yang Tuhan telah berikan dan dilimnpahkanNya, maka dengan
ini penulis persembahkan Tesisi ini :
Kepada Ayahanda Matius Sadikun (Alm) dan Ibunda Yulia Tuminah Tercinta
Istri penulis yang Tercinta Fransisca Eka Sari,S.Pd., M.Pd.
Anak penulis yang Tersayang Michaela Alfa Prakasari
Tak lupa untuk keluarga besar penulis yang selama ini selalu mendukung penulis
mendapatkan cita-cita.
Terimakasih kepada semua Dosen dan Staf Universitas Bandar Lampung dan
semua teman-teman satu almamaterku tersayang, engkau semua akan tersimpan
dalam memoriku sampai akhir masa
vii
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
Mengetahui :
Pembimbing I
viii
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa melimpahkan
ini tepat pada waktunya, dengan judul “Anakisis Tindakan Polri Dalam
Bumiratu Nuban)”. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai
bimbingan serta saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
1. Ibu Dra. Hj. Sri Hayati Barusman selaku Ketua Dewan Pembina Yayasan
Administrasi Lampung.
Bandar Lampung.
3. Prof. Dr. Ir. M. Yusuf Sulfarano Barusman, MBA selaku Rektor Universitas
Bandar Lampung.
4. Ibu Dr. Haninun, S.E., M.S., Ak., selaku Wakil Direktur Bidang Akademik
5. Prof. Dr. Lintje Anna Marpaung, S.H., M.H., selaku Ketua Program Studi
ix
6. Bapak Dr. Bambang Hartono, S.H. M.Hum., selaku Sekretaris Program Studi
7. Bapak Dr. I Ketut Seregig, S.H., M.H. selaku Pembimbing yang telah banyak
memberikan saran dan motivasi serta meluangkan waktu bagi penulis untuk
S.E., S.I.K., M.Si., M.H. Atas Arahan dan Bimbingan Dalam Penelitian Tesis
ini.
10. Rekan-rekan Angkatan MH-44 UBL yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Tesis ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT, membalas segala kebaikan yang
diberikan oleh berbagai pihak hingga tersusunnya Tesis ini. Apabila terdapat
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan Tesis ini, hanya sebatas inilah
Penulis
x
ANALISIS TINDAKAN POLRI DALAM PENANGANAN PERSELISIHAN
ANTAR KAMPUNG DI WILAYAH LAMPUNG TENGAH
ABSTRAK
OLEH
BENIDIKTUS PRAMONO
Tugas pokok lembaga kepolisian mencukup dua hal yaitu Pemeliharaán Keamanan dan
Ketertiban serta Penegakan Hukum. Namun dalam implikasinya tugas "Pemeliharaan"
dipandang pasif sehingga tidak mampu menanggulangi kejahatan. Polisi secara proaktif
melakukan "pembinaan", sehingga tidak hanya "menjaga" agar keamanan dan
pemeliharaan terpelihara tetapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat, mengajak
peran serta masyarakat dalam pemeliharaan keamanan dan bahkan ikut memecahkan
masalah sosial yang menjadi sumber kejahatan. Tugas-tugas ini dipersembahkan oleh
polisi untuk membantu (to support) masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya akan rasa
aman sehingga memungkinkan kebutuhannya akan rasa aman sehingga tercapainya
kesejahteraan, disamping mendukung sebagai penegak hukum.
Penelitian ini Bertujuan Untuk mengetahui tugas memelihara keamanan masyarakat,
yakni Tugas dan fungsi Kepolisian Resort Lampung Tengah dalam Penanganan
Perselisihan Antar kampung di Wilayah Lampung Tengah (Studi kasus perselisihan antar
Kampung Kebagusan dengan Kampung Bumiratu Nuban).
Hasil penelitian ini adalah masyarakat mudah terprovokasi terhadap tindakan anarkis
sehingga kejadian perselisihan antar kampung, selain itu juga masyarakat kurangnya
wawasan tentang Peraturan Peundang-Undangan di Indonesia, maka dari itu, masyarakat
mudah mnelakukan tindakan anarkis, penanggulangan konflik antar kampung yang
anarkis oleh kepolisian dan jajarannya sudah berdasarkan dan berpedoman dengan
Undang-Undang 1945 dengan tetap memperhatikan Hak Asasi Manusia dengan
mengutamakan jalan perdamaian yang bertujuan menyatukan pihak-pihak yang bertikai,
faktor penghambat upaya penanggulangan terhadap tindakan anarkis dalam konfik antar
kampung oleh Kepolisian faktor penghambat dalam menanggulangi masalah terhadap
tindakan anarkis dalam konflik antar kampung yaitu faktor hukum, faktor penegak
hukum, faktor sarana pendukung, faktor masyarakat dan SDM.
Saran dari penelitian ini adalah hendaknya masyarakat, supaya patuh hukum tidak main
hukum sendiri dan terprovokasi dengan orang lain, agar terciptanya keamanan dan
ketertiban masyarakat. Kepolisian sudah cukup tepat meskipun dalam hal ini kepolisian
dinilai gagal karena konflik yang terjadi di Lampung Tengah sudah memakan korban
harta dan jiwa yang tidak sedikit dan terus bertambah sehingga perlu ditingkatkan lagi
dalam hal koordinasi secara cepat dan tanggap agar kerusuhan serupa tidak semakin
meluas dan berkepanjangan.
xi
ANALYSIS OF POLICE ACTIONS IN HANDLING DISPUTES BETWEEN
VILLAGES IN THE LAMPUNG CENTRAL AREA
ABSTRACT
OLEH :
BENIDIKTUS PRAMONO
The main tasks of the police institution are two things, namely the maintenance of
security and order and law enforcement. However, in its implication, the task of
"maintenance" is seen as passive so that it is unable to tackle crime. The police
proactively carry out "coaching", so that they not only "keep" security and maintenance
maintained but also raise public awareness, invite community participation in security
maintenance and even participate in solving social problems that are the source of crime.
These tasks are presented by the police to help (to support) the community in fulfilling
their need for security so as to enable their need for security so that welfare can be
achieved, in addition to supporting them as law enforcers.
This study aims to determine the task of maintaining public security, namely the duties
and functions of the Central Lampung Police in Handling Disputes between Villages in
the Central Lampung Region (a case study of disputes between Kebagusan Village and
Bumiratu Nuban Village).
The results of this study are that people are easily provoked by anarchic actions so that
disputes occur between villages, besides that the community lacks insight into the laws
and regulations in Indonesia, therefore, it is easy for people to carry out anarchic
actions, overcoming conflicts between anarchic villages by the police and their staff.
already based on and guided by the 1945 Constitution while still paying attention to
human rights by prioritizing the way of peace which aims to unite the warring parties, the
inhibiting factor in efforts to overcome anarchist actions in conflicts between villages by
the police, the inhibiting factor in tackling the problem of anarchist actions in Conflicts
between villages are legal factors, law enforcement factors, supporting facilities factors,
community factors and human resources.
The suggestion from this research is that the community should obey the law, not play the
law alone and be provoked by others, in order to create security and public order. The
police are quite right, although in this case the police are considered to have failed
because the conflict that occurred in Central Lampung has taken a toll on property and
lives that is not small and continues to grow, so it needs to be improved in terms of
coordination quickly and responsively so that similar riots do not become more
widespread and prolonged.
xii
BIODATA PENULIS
Riwayat Pendidikan :
1. SD (1999-2005) : SD Negeri 1 Gisting Jaya
2. SMP (2005-2008) : SMP Negeri 2 Negara Batin
3. SMA (2008-2011) : SMA Negeri 1 Negara Batin
4. S1 (2016-2020) : Universitas Bandar Lampung
Mahasiswa
Benidiktus Pramono
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN TESIS ....................................................... v
HALAMAN MOTTO .............................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
ABSTRAK................................................................................................ xi
BIODATA PENULIS ............................................................................. xiii
DAFTAR ISI .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
xiv
C. Gambaran Tindak Pidana di Wilayah Kepolisian Resort Lampung
Tengah .......................................................................................... 67
D. Tugas dan Fungsi Kepolisian Resort Lampung Tengah.................. 68
E. Tugas dan Wewenang Forkopimda ( Forum Komunikai Pimpinan
Daerah) dan Kominda (Komunitas Intelejen Daerah) ..................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 102
B. Saran ........................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA
xv
BAB I
PENDAHULUAN
itu, masyarakat sangat menyukai perhatian akan rasa aman dari segala bentuk
situasi dan kondisi yang mengarah pada hal-hal yang merusak tatanan
warga negara yang baik. Salah satu bagian terpenting dalam pemeliharan
Indonesia mulai dari tingkat pusat sampai ke seluruh pelosok tanah air. Peran
1
menanggulangi kejahatan. Polisi secara proaktif melakukan "pembinaan",
sehingga tidak hanya "menjaga" agar keamanan dan pemeliharaan terpelihara
tetapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat, mengajak peran serta
masyarakat dalam pemeliharaan keamanan dan bahkan ikut memecahkan
masalah sosial yang menjadi sumber kejahatan. Tugas-tugas ini
dipersembahkan oleh polisi untuk membantu (to support) masyarakat dalam
memenuhi kebutuhannya akan rasa aman sehingga memungkinkan
kebutuhannya akan rasa aman sehingga tercapainya kesejahteraan, disamping
mendukung sebagai penegak hukum (to support)1.
Kamtibmas, maka kesiapan dan tindakan cepat dari Polres sangat mudah atau
tidak ada informasi dari masyarakat dan semua unsur yang ikut bertanggung
1. Permasalahan Penelitian
1
Soewadji, Merubah Image Polisi, Pustaka Bintang, Jakarta, 2005, hlm. 31
2
Berdasarkan uraian dan latar belakang Resort tersebut diatas, maka dapat
Lampung Tengah ?
Nuban).
Bumiratu Nuban).
1. Tujuan Penelitian
3
perselisihan antar Kampung Kebagusan dengan Kampung Bumiratu
Nuban).
Bumiratu Nuban).
2. Manfaat Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
b. Kegunaan Praktis
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka teori yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik tahun
1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) mengamanatkan bahwa salah satu
4
tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia adalah untuk memajukan
kesejahteraan yang didasarkan pada keadilan sosial. Tujuan tersebut menurut
Jimly Asshiddiqie merupakan tujuan tertinggi secara konstitusional dan
dibentuknya suatu negara selain untuk mencapai keadilan, ketertiban dan
kemerdekaan atau kebebasan, karena hal ini merupakan amanat dari
konstitusi2.
Hugo Grotius sebagai pemuka aliran hukum alam modern menyatakan bahwa
terbentuknya negara bertolak dari alam manusia, karena semua manusia
memiliki alam yang sama dan kecenderungan-kecenderungan yang sama
untuk berhubungan dengan satu sama berkehendak hidup bersama untuk
membentuk masyarakat, untuk itu negara adalah hasil kehendak orang-orang
individu untuk hidup untuk bersama 3.
Selanjutnya dikemukakan bahwa prinsip dasar dari hukum alam adalah setiap
orang memiliki kecenderungan untuk hidup bersama dengan orang lain secara
damai. kecenderungan tersebut ada pada manusia lepas dari kemauannya,
sehingga kecenderungan untuk hidup bersama secara damai ini menjadi dasar
objektif dari seluruh hukum4.
hal tersebut sifatnya privat. Campur tangan negara (pemerintah) dalam bidang
2
Jimly Assiddiqie, Konstitusi Ekonomi. PT. Kompas, Jakarta, 2010. hlm. 9.
3
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1990, hlm,
59.
4
Ibid, hlm, 60.
5
Jimly Assiddiqie. Konstitusi...,Loc. Cit, hlm. 60.
5
bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum dan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan memberikan kepastian hukum yang
6
Johny Ibrahim, Pendekatan Ekonomi Terhadap Hukum, ITS Press, Surabaya, 2009, hlm, 141.
7
Suteki, Rekonstruksi Politik Hukum Hk Atas Air Pro-Rakyat. Surya Pena Gemilang, Malang, 2010.
hlm. 168. Sebagaimana Dikutip dari Wolfgang Friedmann, The State and Rule of Law in a Mised Economy,
Steven and Son, London, 1971. Hlm. 3.
6
Parsialisme terhadap yang tertinggal ini menurut Sri Edi Swasono 8, bukanlah
liberal yang memaknai "efisiensi ekonomi" pada maximum gain (dalam badan
Jika memiliki cita-cita dan pemikiran perumusan Pasal 33 UUD 1945, yang
8
Sri Edi Swasono, Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi, UI-Press, Jakarta, 1987, hlm.118.
9
Manuel Kaisiepo. Pancasila dan Keadilan Sosial: Peran Negara Dalam Buku Restorasi
(Mendamaikan Politik dan Identitas dan Modernitas) Prosiding Simposium Peringatan Hari Lahir Pancasila,
Jakarta Fisip UI dan Brigten Press, 2006, hlm. 187.
7
yang di dalamnya "mencakup tanggung jawab negara untuk menjamin
ketersediaan pelayanan kesejahteraan dasar dalam tingkat tertentu bagi
warganya10.
Teori negara kesejahteraan (welfare state) mulai populer pada abad ke -20.
Menurut Bagir Manan, Negara kesejahteraan adalah negara atau pemerintah
tidak semata-mata sebagai penjaga keamanan atau ketertiban massyarakat,
tetapi pemikul utama tanggung jawab untuk mewujudkan keadilan sosial,
kesejahteraan umum, dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat 11.
10
Darmawan Triwibowo dan Sugeng Bahagijo. Mimpi Negara Kesejahteraan. Pustaka. LP3ES,
Jakarta, 2006, hlm. 9.
11
Bagir Manan, “Politik Perundang-undangan Dalam Rangka Mengantisipasi Liberalisasi
Ekonomi”. Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasionaldi Fakultas Hukum Universitas Lampung,
1996, hlm. 16.
12
Muchtar Kusumaatmaja, Konsep - Konsep Hukum Dalam Pembangunan, PT. Alumni, Bandung,
2002, hlm. 3.
13
Ibid, hlm. 14.
14
Ibid, hlm. 30.
8
kaitannya dengan pembangunan hukum dalam pembangunan jangka panjang
dunia usaha dan dunia industri: serta ketiga, menciptakan kepastian investasi,
nilai-nilai itu tidak lepas dari sifat yang dimiliki anggota masyarakat. Mochtar
pembaharuan cara berpikir dan sikap hidup. Hukum harus mampu memenuhi
15
Soerjono Soekanto, Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT. Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 2012. hlm. 5.
9
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabatkan didalam kaidah-kaidah
atau pandangan nilai yang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak
16
Dellyana, Shant, Konsep Penegakan Hukum. Liberty Yogyakarta. 1988. hlm. 31.
10
Dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut penegakan
peraturan yang formal dan tertulis17.
yang menyatakan :
membunuh.
17
Ibid
11
khususnya diperlukan adanya aturan sebagai dasar yang tegas untuk
mengaturya.
Berkaitan dengan landasan hal tersebut, bagi petugas penyidik dari kepolisian
dipertanggungjawabkan.
Terlepas dari batasan perkara yang serba ringan yang ditetapkan oleh
terlihat bahwa di dalam melaksanakan tugas itu polisi diberi wewenang oleh
apapun yang disebut diskresi, sepeti yang tercantum dalam ketentuan Pasal
12
kekuasaan. Hal ini dikarenakan antara sub sistem yang satu dengan yang
kerja dalam salah satu sub sistem, akan menimbulkan dampak pada
Keamanan yang asal katanya aman adalah suatu kondisi yang bebas dari
segala macam bentuk gangguan dan hambatan. Sedangkan pengertian
ketertiban adalah suatu keadaan dimana segala kegiatan dapat berfungsi dan
berperan sesuai ketentuan yang ada. Pengertian Kamtibmas adalah keamanan
dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai
salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam
rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan,
ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan
kekuatan masyarakat dalam menangkal, memcegah, dan menanggulangi
segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang
dapat meresahkan masyarakat 18.
sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi
adalah antara individu- individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarnk. Lebih
18
Pasal 1 Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002.
13
antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
akibat berupa luka ataupun kematian. Untuk itu dalam KUHPidana telah
dirumuskan dan diancamkan pidana terhadap berbagai cara dan akibat dari
perkelahian,di mana dua orang secara sadar sepenuhnya memulai duel satu
antara lain dalam Pasal 170 KUHPidana, terletak dalam Buku II (Kejahatan),
14
1. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja
mengakibatkan luka-luka;
3. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan
mengakibatkan maut.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Masalah
b. Pendekatan Empiris
kamtibmas.
19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cetakan 3, UI Press, Jakarta, 1986. hlm. 63.
15
Penelitian ini mènggunakan data yang diperlukan yaitu berupa data :
a. Data Sekunder
pustaka atau studi kepustakaan atau bisa disebut studi dokumen, Data
Kepolisian Resor.
Kepolisian Resor.
Indonesia
16
(4) SE Kapolri Nomor 8 tahun 2008 tentang Penerapan
Tindak Pidana
Indonesia
b. Data Primer
17
1. Data Sekunder
yang dibahas.
2. Data Primer
4. Analisis Data
mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti
yang disarankan oleh data Sementara itu dalam suatu penelitian antara
20
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek, PT, Rineka Cipta, Jakarta,
2002. hlm. 101.
18
analisis yuridis dan analisis kuantitatif tidak harus dipisahkan sama sekali
berkaitan dengan penulisan ini. Kemudian data primer dan data sekunder
F. Sistematika Penulisan
disusun dengan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab yaitu :
Penelitian
19
Bab III. Gambaran Umum Kepolisian Resort Lampung Tengah bab
ini berisi tugas dan tanggung jawab Kepolisian Polres Lampung Tengah,
20
BAB II
LANDASAN TEORI
maka berikut ini akan ditunjukkan berbagai pandangan para ahli mengenai
definisi hukum baik yang di kemukakan oleh ahli hukum dari luar negeri
a. Va Vollenhoven
b. J. Van Kan
dalam masyarakat 23
c. Utrecht
21
Esmi Warasih, Pranata hukum: Sebuah Telaah Sosiologis, Suryandaru Utama, Semarang, 2005,
hlm. 22.
22
Ibid
23
Abdul Gofur Anshori, Filsafat Hukum, Sejarah, Aliran dan Pemaknaan, Gajah Mada Universuty
Press, Yogyakarta, 2006, hlm. 35.
21
Utrecht mendefinisikan hukum sebagai himpunan petunjuk-petunjuk
(perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata tertib dalam
sesuatu masyarakat, dn seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang
bersangkutan, oleh karena pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah masyarakat itu 24.
d. O. Notohamidjojo
e. Sudikno Mertokusumo
f. Achmad Ali
Hukum adalah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa yang
salah, yang dibuat atau diakul eksistensinya oleh pemerintah, yang
dituangkan baik sebagai aturan tertulis (peraturan) ataupun yang tidak
tertulis, yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya secara
keseluruhan, dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan itu.27
mengidentifikasi setidaknya ada sembilan arti yang harus dipenuhi agar bisa
Meskipun pengertian hukum itu begitu luas dan rumit namun ada tiga metode
yang dapat digunakam untuk melihat hukum. Ketiga metode untuk melihat
24
Utrecht, Pengantar Dalam Buku Indonesia, Cet, Ketujuh, PT. Penerbit Dan Balai Buku Ichtiar,
Jakarta, 1962, hlm. 10.
25
O, Notohamidjojo, Soal – Soal Pokok Filsafat Hukum, Editor Tri Budiyono, Griya Media, Salatiga,
2011, hlm. 121.
26
Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, Cet, Keempat,
2008, hlm. 40.
27
Ahmad Ali, Menguak Realitas Hukum: Rampai Kolom dan Artikel Pilihan Dalam Bidang Hukum,
Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 2.
22
hukum tersebut menurut Satjipto Rahardjo, yaitu: pertama, metode yang
bersifat idealis, metode ini digumakan melihat hukum sebagai perwujudan dari
nilai-nilai tertentu. kedua, metode normatif analitis, metode ini digunakan
untuk melihat hukum sebagai suatu sistem peraturan-peraturan yang abstrak,
maka perhatiannya akan terpusat pada hukum sebagai suatu lembaga yang
benar-benar otonom, yakni yang bisa kita bicarakan sebagai subyek sendiri,
terlepas dari kaitan-kaitannya dengan hal-hal diluar peraturan-peraturan
tersebut. Ketiga, metode sosiologis, metode ini đignakan untuk melihat hukum
sebagai alat untuk mengatur masyarakat 28.
dan pargaulan yang ada di dalam masyarakat. Baik yang dilakukan oleh orang
yang satu dengan orang yang lainnya, orang perorang dengan negara maupun
tersebut. Dengan adanya hukum maka kekuasaan yang dijalankan agar sesuai
Di dalam teori imperatif, hakekat hukum dapat ditemukan dari asal mula
hukum itu diciptakan. Misalnya teori yang mengatakan bahwa hukum berasal
dari negara atau teori yang mengatakan bahwa hukum berasal dari perjanjian
dalam masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Thomas Hobbes, John Locke
dan J.J Rouseau. Dalam teori indikatif, hakekat hukum ditemukan dalam
kenyataan di dalam hukum itu sendiri. Dalam hal ini misalnya menunjukkan
pada paham Volkgeist jiwa bangsa yang dikemukakan oleh Von Savigny.
28
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cet, Keenam, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 5-6.
29
O, Notohamidjojo, Soal – Soal Pokok Filsafat Hukum, BPK Gunung Mulia, Jakarta,1974, hlm.
26-29.
23
Sedangkan teori optatif mengatakan bahwa hakekat hukum dapat ditemukan di
adalah apa yang hendak dicapai oleh hukum. Dalam hal ini hukum ingin
tersebut maka diperlukan tujuan hukum. Seperti halnya dengan definisi tentang
hukum, maka tujuan hukum pun banyak ragamnya. Namun secara umum
Tujuan hukum untuk mencapai keadilan dalam teori hukum di kenal sebagai
etis. Menurut para penganut teori etis, dikatakan bahwa hakekat keadilan itu
terletak pada pemilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan. Dalam hal ini
ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang memperlakukan dan pihak yang
bahwa setiap orang mendapat apa yang menjadi haknya yang harus ia terima.
fustisia comtativa dikatakan bahwa setiap orang berhak menerima hak yang
Selain tujuan hukum ditinjau dari teori etis, juga ada tujuan hukum dari teori
utilitas. Teori ini di perkenalkan oleh Jeremy Bentham. Tujuan utilitas
dimaksudkan untuk menghasilkan sebesar-besamya kebahagiaan dan
kesenangan bagi sebanyak-banyaknya orang. Hal ini sebagaimana dikatakan
olch Jeremy Bentham yang menyatakan bahwa tujuan hukum adalah the
greatest good of the greatest number (kebahagiaan yang terbesar bagi manusia
24
dalam jumlah yang sebesar-besarnya). Artinya bahwa menurut teori ini,
masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang mencoba memperbesar
kebahagiaan dan memperkecil ketidak bahagiaan, atau masyarakat yang
mencoba memberi kebahagiaan yang sebesar mungkin kepada rakyat pada
umumnya, agar ketidak bahagian di usahakan sedikit mungkin di rasakan oleh
rakyat pada umumnya30.
Selain kedua teori tujuan hukum yang sudah disebutkan (teori etis dan teori
campuran dianggap sebagai tujuan hukum jalan tengah bagi tujuan etis dan
tujuan utilitas. Dalam teori tujuan hukum campuran, tujuan hukum adalah
untuk mencapai ketertiban. Pada intinya tujuan hukum campuran adalah untuk
Kedua Keadilan, Keadilan merupakan tujuan hukum yang paling penting dan
antara satu orang dengan orang yang lainnya hal ini karena keadilan
30
Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Loc Cit, hlm. 62.
31
Bernard L. Tanya, Politik Hukum: Agenda Kepentingan Bersama, Genta Publishing, Yogyakarta,
2011, hlm. 2.
25
pandangan seseorang terhadap falsafah yang dianutnya. Orang yang menganut
menjadi bahan pembicaraan pada setiap aliran dalam filsafat hukum. Namun
penulis akan membahas secara singkat mengenai keadilan. Oleh John Rawl
suatu keadilan hanya dapat di capai oleh suatu masyarakat jika dalam
32
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok Pokok Filsafat Hukum (Apa dan Bagaimana Filsafat
Hukum Indonesia), Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hlm. 163.
26
d) Aequitas yaitu keadilan yang berlaku umum, obycktif dan tidak
memperhitungkan situasi dari pada orang yang bersangkutan 33.
Sehingga dalam daya guna ada tiga nilai penting bagi hukum, yaitu:
Agar tujuan hukum yang sebagaimana telah disebutkan dapat tercapai maka
tingkah laku dari masyarakat. Fungsi hukum tidak hanya sebagai kontrol
masyarakat tetapi lebih daripada itu. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh
Iskandar Siahaan yang melihat fungsi hukum dari sudut pandang sosiologi
33
O, Notohamidjojo, Soal – Soal Pokok Filsafat Hukum, Loc Cit, hlm. 79.
27
"Hukum selain mempunyai fungsi sebagai social control, juga berfungsi
sebagai alat perubahan sosial (social engeenering), fungsi tersebut akan tidak
tercipta dan akan menghambat terciptanya keadilan ekonomi maupun keadilan
politik apabila hukum tidak digunakan dengan penggunaan kekuasaan tidak
sesuai dengan hakikat sebab kalau hukum sudah benar penggunaannya maka
kekuasaan pun cenderung digunakan secara tidak benar 34.
Menurut Bernard Arief Sidharta, hukum mengemban dua fungsi, yaitu pertama
fungsi ekspresif, yakni mengungkapkan pandangan hidup, nilai-nilai budaya
dan keadilan. Kedua, fungsi instrumental, yakni sarana untuk menciptakan dan
memelihara ketertiban, stabilitas dan prediktabilitas, sarana untuk melestarikan
nilai-nilai budaya dan mewujudkan keadilan, sarana pendidikan serta
pengadaban masyarakat, dan sara pembaharuan masyarakat (mendorong,
mengkanalisasi dan mengarahkan perubahan masyarakat).35
Jika ditinjau dari segi penegakan hukum, maka hukum itu mempunyai lima
fungsi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sjahran Basah dan Mukhsin, kelima
fungsi hukum tersebut adalah:
a. Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk
masyarakat hendak dicapai dengan tujuan kehidupan bernegara;
b. Integratif, sebagai pembina persatuan bangsa;
c. Stabilitatif, sebagai pemelihara dan menjaga keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat;
d. Perfektif, sebagai penyempurna baik terhadap sikap tindak administratif
negara maupun sikap tindak warga apabila terjadi pertentangan dalam
kehidupan bernegara dan bermasyarakat;
e. Korektif, sebagai pengoreksi atas sikap tindak baik administrasi negara
maupun warga apabila terjadi bertentangan hak dan kewajiban antuk
mendapatkan keadilan37.
Keseluruhan fungsi hukum yang sudah dikemukakan diatas pada intinya
adalah bahwa hukum itu berfungsi untuk melakukan peacegahan terhadap
34
H. Harris Soche, Loc Cit, hlm. 8.
35
Bernard Arief Sidharta, Loc Cit, hlm. 189.
36
Esmi Warasih, Loc Cit, hlm. 26-27.
37
Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Mandar Maju, Bandung, 2011,
hlm. 259.
28
konflik kepentingan yang terjadi di masyarakat. Jika terjadi konflik
kepentingan dalam masyarakat maka hukum akan memerankan fungsinya
sebagai penyedia cara untuk memecahkan konflik kupentingan di masyarakat
tersebut dengan berdasarkan kepada kebijakan yang berdasarkan pada norma
yang berlaku. Dengan kata lain bahwa deagan adanya hukum maka konflik
kepentingan tidak lagi dipecahkan menurut siapa yang paling kuat, melainkan
berdasarkan aturan yang berorientasi pada kepentingan-kepentingan dan nilai-
nilai objektif dengan tidak membedakan antara yang kuat dan yang lemah. 38
variable yang berbeda yaitu negara dan hukum. Karena negara dan hukum
sebagai organisasi kekuasaan adalah dua sisi mata uang yang sama dan niscaya
selalu dibahas bersama ketika kita membicarakan mengenai negara hukum. Hal
Hal ini diperkuat dengan pendapat Gustav Radbrugh yang mengatakan bahwa
soal- soal tujuan hukum dan tujuan negara tidak dapat dipisahkan karena
hukum atau bagian penting daripadanya, adalah kehendak negara, dan negara
atau bagian penting daripadanya adalah suatu lembaga dari pada bukum
sehingga keduanya terkait erat dengan negara hukum dan karena itu untuk
memahami apa itu negara ukum haruslah dipahami tentang negara dan hukum
itu sendiri.
Hukum tanpa negara hanyalah sebuah ilusi belaka, begitu juga sebaliknya
38
Franz Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip – Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hlm. 77.
39
A. Mukhthie Fadjar, Loc Cit, hlm. 9.
29
kesewenang- wenangan yang akhirnya akan melahirkan penindasan dan
daya dan juga untuk melindungi kepentingan masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu hukum sangat penting peranannya dalam negara guna mewujudkan
Konsep Rule of Law merupakan konsep negara yang dianggap paling ideal saat
ini meskipun konsep tersebut dijalankan dengan persepsi yang berbeda-beda.
Terhadap istilah "rule of law’’ ini dalam bahasa Indonesia sering juga
diterjemahkan sebagai "supermasi hukum" (supremacy of law) atau
"pemerintahan berdasarkan atas hukum." Disamping itu, istilah negara hukum"
(goverment by law) atau rechstat, juga merupakan istilah yang sering
digunakan40.
"Meskipun banyak istilah dan konsep mengenai negara hukum, namun secesa
umum pengertian negara hukum dibagi menjadi dua, yaitu pengertian negara
hukum dalam arti sempit dan negara hukum dalam arti luas. Negara hukum
dalam arti sempit (Rule Of Law In The Narrow Sence) adalah negara hukum
yang didasarkan pada prinsip-prinsip bahwa penyelenggaraan pemerintahannya
dibatasi oleh hukum tertulis atau Undang- Undang, seperti di Jerman disebut
Gezetsstaal, di Belanda disebut Wetsstaat, dan di Indonesia disebut Negara
Undang-Undang. Sedangkan negara hukum dalam arti luas (Rule Of Law In
Broad Sence) adalah suatu negara yang idealnya dengan penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dalam dimenai hukum yang adil (Good Law On
Right). Ditekankan pula pada elemen konstitusi judicial review (pengujian
undang-undang)41.
Konsep rechsstaat dari Freidrich J Stahl, yang diilhami oleh Immanuel Kant,
40
Munir Fuady, Teori Negara Hukum Modern (Rechtsteet), Refika Aditama, 2009, hlm.1.
41
I Dewa Gede Atmadja, Hukum Konstitusi: Problematika Konstitusi Indonesia Setelah Perubahan
UUD 1945, Edisi Refisi, Setara Press, Malang, 2010, hlm. 160.
30
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;
Pada saat yang hampir bersamaan muncul pula konsep negara hukum (rule of
law) dari A.V. Dicey, yang lahir dalam naungan sistem Anglo saxon. Seperti
yang dikemukakan oleh A.V. Dicey dalam Introduction to the Law of the
Constitution mencakup:
a. Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law); tidak adanya
kekuasaan sewenang-wenang (adsence of arbitrary power), dalam arti
bahwa seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar hukum.
b. Kedudukan yang sama didepan hukum (equality before the law). Dalil ini
berlaku baik untuk orang biasa, maupun untuk pejabat.
c. Terjaminnnya hak-hak manusia oleh undang-undang serta pengadilan 42.
Adapun yang menjadi ciri- ciri pokok dari suatu welfare state (negara
42
Ibid
43
Jimly Assiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar – Pilar Demokrasi; Serpihan Pemikiran
Hukum, Media, dan Ham, Jakarta, 1975, hlm. 54-55.
44
Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan di
Indonesia, Yayasan Penerbit UI, Jakarta, 1975, hlm. 54-55.
31
sehingga perencanaan (planning) merupakan alat yang penting dalam
welfare state;
d. Hak milik tidak lagi dianggap sebagai hak yang mutlak, akan tetapi
"Bahwa pola ini merupakan suatu hasil pemikiran yang disesuaikan dengan
keadaan Indonesia, nampak jelas kalau dihubungkan dengan teori lainnya yang
45
Padmo Wahjono, Indonesia negara Berdasarkan Atas Hukum, Gahila, Jakarta, 1982, hlm. 7.
46
Ibid
32
mandataris (yang tidak sepenuhnya sama dengan sistem presidensial), sistem
kelembagaan negara, sistem kekuasaan kepala negara yang tidak terbatas, dan
sistem garis-garis besar haluan negara. Kesemuanya ini tidak dalam bentuk
didasarkan pada sistem hukum Pancasila. Dengan perkataan lain hahwa konsep
ketat diatur oleh kaidah hukum akan tetapi mempunyai unsur-unsur penilaian
Secara konsepsional, maka inti dan arti penegakan hukum terletak pada
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan đi dalam kaidah-
kaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap
akhir, untuk menciptakan, melahirkan dan mempertahankan kedamaian
pergaulan hidup47.
Negara hukum Indonesia memiliki ciri khas yang terdapat pada falsafah bangsa
dan negara Indonesia, yaitu falsafah Pancasila. Keberadaan Pancasila sebagai
falsafah kenegaraan atau cita negara (staatsidee) yang berfungsi sebagai
filosofhische gronslag dan common platforms atau kalimatun sawa di antara
warga masyarakat dalam konteks bernegara dalam kesepakatan pertama
penyangga konstitusionalisme menunjukan hakikat Pancasila sebagai ideologi
terbuka.48
1. Penegakan Hukum
33
yang mantap dan mengejewantahkan sikap tindak sebagai rangkaian
49
Dellyana, Shant, Konsep Penegak Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1988, hlm. 31.
50
Ibid
34
penahanan, penggeledahan, penyitaan dan pemeriksaan pendahuluan.
Disamping itu mungkin terjadi hukum pidana substantif sendiri
memberikan batasan-batasan. Misalnya dibutuhkan aduan terlebih dahulu
sebagai syarat penuntutan pada delik-delik aduan (klacht delicten). Ruang
lingkup yang dibatasi ini disebut sebagai area of no enforcement.
b. Full enforcement, setelah ruang lingkup penegakan hukum pidana yang
bersifat total tersebut dikurangi area of no enforcement dalam penegakan
hukum ini para penegak hukum diharapkan penegakan hukum secara
maksimal.
c. Actual enforcement, menurut Joseph Goldstein full enforcement ini
dianggap not a realistic expectation, sebab adanya keterbatasan
keterbatasan dalam bentuk waktu, personil, alat-alat investigasi, dana dan
sebagainya, yang kesemuanya mengakibatkan keharusan dilakukannya
discretion dan sisanya inilah yang disebut dengan actual enforcement.51
Sebagai suatu proses yang bersifat sistemik, maka penegakan hukum pidana
masyarakat.
51
Ibid
35
Penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang-
1. Faktor Hukun
pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh
ditentukan secarn normatif. Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang
52
Ibid
36
antara nilai kaedah dan pola perilaku nyata yang bertujuan untuk mencapai
kedamaian.
petugas kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu, salah satu kunci
penegak hukum.
Pendidikan yang diterima oleh Polisi dewasa ini cenderung pada hal-hal
kejahatan computer, dalam tindak pidana khusus yang selama ini masih
yuridis polisi dianggap belum mampu dan belum siap. Walaupun disadari
pula bahwa tugas yang harus diemban olch polisi begitu luas dan banyak.
4. Faktor Masyarakat
37
hukum, merupakan salah satu indicator berfungsinya hukum yang
bersangkutan.
5. Faktor Kebudayaan
mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu
Tujuan penegakan hukum sejalan dengan tujuan hukum itu sendiri, adalah
Penegakan hukum melalui sistem peradilan pidana tidak lain bertujuan untuk
menanggulangi kejahatan dengan memprosesnya sesuai dengan system yang
berlaku pada peradilan pidana yang ada. Menurut Soerjono Soekanto secara
konsepsional, inti dan arti dari penegakan hukum terletak pada kegiatan
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalarn kaidah-kaidah
yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian
penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup 53.
53
Soerjono Soekanto, Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penegak Hukum, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2002.
38
Sistem peradilan pidana merupakan sistem pengendalian kejahatan yang terdiri
sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah
pidana yang kaku dimana tidak mengenal kompromi, maka tidak bisa
dibenarkan begitu saja tentunya. Sedangkan jika dilihat dari alasan sosiologis
unsur subyektif yang melekat pada diri polisi, juga situasi dan kondisi untuk
menjamin yang baik bagi masyarakat pada umumnya maupun polisi pada
mengaturya.
Berkaitan dengan landasan hal tersebut, bagi petugas penyidik dari kepolisian
Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP pada Pasal 7 (j),
39
Terlepas dari batasan perkara yang serba ringan yang ditetapkan oleh
yang berlaku agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Hal ini dikarenakan
antara sub sistem yang satu dengan yang lainnya terdapat keterkaitan satu
dengan yang lainnnya. Ketidaksempurnaan kerja dalam salah satu sub sistem,
reaksi yang timbul sebagai akibat kesalahan pada salah satu sub sistem akan
bertanggung jawab melalui putusan yang dirasakan tidak adil oleh masyarakat
40
pidana bagi pelaku, akan mendorong pelaku kejahatan lebih berani melakukan
kejahatan.
penegak hukum mulal dari kepolisian sampai pengadilan. Tahap kedua ini
c. Tahap eksekusi, yaitu tahap pelaksanaan pidaria secara konkret oleh aparat-
Ketiga tahap itu dilihat sebagai usaha atau proses rasional yang sengaja
konteks sistem peradilan pidana, jelas merupakan suatu jalinan kerja yang
terwujud pada ketiga tahap kebijakan penegakan hukum pidana itu. Hal inilah
dengan sistem peradilan pidana, budaya di dalam masyarakat juga sangat besar
54
Muladi, dalam Fitriani Kartika Ratnaningsih, Pelaksanaan Diskresi Oleh Polisi Dalam
Penyidikan di Polwiltabes Semarang, Fakultas Ilmu Sosial Jurusan dan Kewarganeganaan Universitas Negri
Semarang, Semarang, 2006, hlm. 25.
41
D. Hukum Pidana
1. Tindak Pidana
memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari peraturan
55
Soerjono Soekanto, Pengantar Penekitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2007, hlm. 127
56
Chairul Huda, Tiada Pidana Tanpa Kesalahan, menuju kepada Tiada Pertanggungjawaban
Pidana Tanpa Kesalahan; Tinjauan Kritis Terhadap Polri Pemisahan Tindak Pidana dan
Pertanggungjawaban Pidana. Prama Media, Jakarta, 2002, hlm. 74.
42
perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang
peraturan yang bersangkutan atau sumber hukum tidak tertulis yang dijadikan
dasar untuk menggali kaedah hukum yang hidup di dalam masyarakat. Putusan
dirinya sendiri, ataupun kepada masyarakat luas, tetapi yang lebih penting lagi
putusan itu harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan strafbaar feit itu sendiri.
57
Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1986, hlm, 74.
43
2) Perbuatan itu harus dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang
undang-undang
58
Ibid
59
Ibid
44
10) Unsur kualitas subjek hukum tindak pidana;
11) Unsur syarat tambahan untuk memperingan pidana 60.
Dari 11 unsur itu, diantaranya dua unsur, yakni kesalahan dan melawan
(Pasal 362 KUHP) terletak bahwa dalam mengambil itu diluar persetujuan
atau kehendak pemilik (melawan hukum objektif). Atau (Pasal 251 KUHP)
pada kalimat "Lanpa izin pemerintah", juga pada Pasal 253 pada kalimat
hukum objektif. Akan tetapi, ada juga melawan hukum subjektif misalnya
melawan hukum dalam Penipuan (Pasal 378 KUHP), Pemerasaa (Pasal 368
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum. Begitu
(Pasal 372 KUHP) yang bersifat subjektif, artinya terdapat kesadaran bahwa
memiliki benda orang lain yang ada dalam kekuasaannya itu merupakan
celaan masyarakat.
3. Pertanggungjawaban Pidana
60
Solahudin, KUHP dan KUHAPdt, Visimedia, Jakarta, 2008.
45
tindak pidaņa yang dilakukannya itu memenuhi unsur-unsur delik yang telah
tindakan tersebut, apabila tindakan tersebut melawan hukum serta tidak ada
alasan pembenar atau peniadaan sifat melawan hukum untuk pidana yang
sebagai berikut:
ia melakukan perbuatannya.
61
Ilyas, Amir, Asas – Asas Hukum Pidana. Mahakarya Rangkang Offset, Yogyakarta, 2012.
46
2) Orang harus. menginsyafl bahwa perbuatannya menurut tata cara
karena itu dalam pemuatan unsur-unsur delik dalam penuntutan haruslah dapat
bersifat melawan hukum (dan tidak ada peniadaan sifat melawan hukum
antara lain :
1) Keadaan jiwanya :
47
a) Tidak terganggu dengan penyakit yang terus-menerus atau
sementara (temporary).
sebagainya)
2) Kemampuan jiwanya :
Lebih lanjut E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi menjelaskan bahwa : "Kemampuan
bertanggungjawab didasarkan pada keadaan dan kemampuan jiwa" (geestelijke
vermorgens), dan bukan kepada keadaan dan kemampuan "berfikir"
(verstanddelijke vermorgens), dari seseorang, walaupun dalam yang resmi
digunakan dalam pasal 44 KUHP adalah verstanddelijke vermorgens sengaja
digunakan istilah : keadaan dan kemampuan seseorang62.
tidak. Petindak disini adalah orang, bukan mahkluk lain untuk membunuh,
mencuri, menghina, dan sebagainya, dapat dilakukan oleh siapa saja. Lain
62
Ibid
48
b. Kesalahan
kesengajaan atau opzet, bukan unsur cuipa. Ini layak oleh karena biasanya,
ketiga unsur pidana, yaitu ke-1: perbuatan yang dilarang, ke-2 : akibat
yang menjadi pokok alasan diadakan larangan itu, ke-3, perbuatan itu
yakni:
mogelijkeheidsbewustzjin)
49
merupakan terwujudnya delik bukan merupakan tujuan dari pelaku,
tercapai.
d) Kelalaian (Alpa/cupla)
kendali/perhitungan si pelaku.
itu, maka bentuk hubungan itu adalah "sengaja" atgu "alpa". Dan
50
untuk penentuan tersebut, bukan akibat atau dorongan dari sesuatu,
sekali.
Keamanan yang asal katanya aman adalah suatu kondisi yang bebas dari segala
adalah suatu keadaan dimana segala kegiatan dapat berfungsi dan berperan
63
Pasal 1 Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002
51
berjalan serta teratur dan keadaan itu menurut ukuran yang seharusnya dalam
suatu masyarakat ketertiban yang efektif dapat terjadi jika secara umum warga
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu
64
Koenjaningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 118
65
Chairuddin Ismail, Tantangan Polri Dalam Memelihra Kamtibmas Dlam Masyarakat
Demokrasi, Jurnal Srigunting, Jakarta, 2012, hlm. 1.
52
keamanan dan ketertiban masyarakat bilamana berinteraksi dengan faktor-
dan ketertiban menjadi kebutuhan bersama yang bahkan pada skala tertentu
masyarakat yang telah hilang lenyap, sepanjang sejarah; bukan disebabkan oleh
ketertiban masyarakat lalu disepakati sebagai suatu situasi dan kondisi yang
mengandung adanya perasaan bebas dari angguan fisik dan psikis (security),
dan gangguan (safely), dan perasaan damai lahiriah maupun batiniah (peace)
dalam suasana tertib (order), dimana segala sesuatu berjalan teratur, yang
masyarakat"
53
ketidaktertiban (FKK), upaya-upaya preventif ditujukan untuk mencegah PH
ditujukan untuk menindak pelaku sesuai dengan ketentuan hukum yang aku.
akan dilakukan sebagai alternatif terakhir (in the last sektor ) oleh aparat
66
Ibid
54
Dengan demikian, Pembinaan keamanan dan Ketertiban masyarakat oleh Polri
bebas dari kekhawatiran, adanys rasa aman damai lahir batin didalam
kamtibmas.
realita yang tak terbantahkan bahwa konsep ini tidak mampu menghadapi
perubahan dan persoalan bangsa, ketika tuntutan reformasi total mulai bergulir
67
Ibid
55
banggakan selama 3 (tiga) dekade temyata cukup rentan (fragile), ketika rakyat
68
9 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Penerbit: PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1996, h. 2.
56
untuk menanggulangi kejahatan, politik kriminal dapat dijabarkan dalam
berbagai bentuk, antara lain:
1. Penerapan hukum pidana (criminal law application).
2. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment);dan
3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime
andpunishment). 69
melalui upaya non penal/criminal law application, dapat pula melalui sarana
69
Barda Nawawi Arief, Bunga Rapai Kebijakan Hukum Pidana, Penerbit: Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2002, h. 45-46.
57
BAB III
LAMPUNG TENGAH
1. Geografi
berikut :
58
dengan Kabupaten Lampung Utara / Barat-Sebelah Selatan dengan
2.Demografi
berikut :
a) Petani : 68,80 %
tanah.
59
Tengah sangat mendukung sekali khususnya dalam pemenuhan
Fungsi
1. Unsur Pimpinan
pelaksanaan tugasnya.
2. Unsur Pengawas
60
c. Dalam tugas dalam ayat Sikum Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
yang sedang dan telah menjalankan hukuman disiplin dan kode etik
profes,dan
dilakukan.
a. SIUM
Kapolres.
pelayanan markas,
61
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
b. SIKUM
Kapolres
lingkungan Polres.
62
c. SIHUMAS
Kegiatan Polres.
Kapolres.
informasi.
63
a) Pelayanan kepolisian kepada masyarakat secara terpadu,
(internet);
b. UNIT INTELKAM
64
detection) dan peringatan dini (carly warning), dalam rangka
c. UNIT RESKRIM
d. UNIT BINMAS
Kapolres..
65
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
undangan
e. UNIT SABHARA
pengamanan markas.
66
b. Penyiapan personel dan peralatan untuk kepentingan tugas patroli,
Kapolres.
Kamseltibcarlantas; dan
Tengah
sangat dituntut ada atau tidak adanya informasi dari masyarakat dan semua
67
unsur yang ikut bertanggung jawab dalam menjaga Kamtibmas sebagai
dengan semua pihak yang terkait. Oleh karenanya, maka sesuai doktrin
70
Satjipto Raharjo,Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Genta Publishing, Yogyakarta,
2009.
71
Satjijono. Memahami Hukum Kepolisian, PT. Laks Bang Persindo, Yogyakarta, 2010, hlm. 27.
68
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
dalam negeri.
Secara garis besar kegiatan polisi dalam menjalankan tugas, fungsi dan
meliputi :
pelayanan prima, harus mengetahui lebih dahulu apa tugas pokok dan
menentukan proses dan jasa yang akan diberikan organisasi atau oleh
72
Mahmoeddin, As., Pengantar Pelayanan, IBI, Jakarta, 1986, hlm. 41.
69
pelayanan apa yang akan diberikan. Dengan memberikan pelayan
yang aman dan kondusif serta akan terjalin hubungan yang harmonis
Dari pengertian diatas, koordinasi mempunyai arti yang sangat penting dalam
merupakan suatu organisasi besar yang terdiri dari berbagai unsur dan elemen
baik antar instansi dan begitu pula dengan berbagai pihak yang berkepentingan
70
5) Pemakaian cara-cara pengkoordinasian yang tepat.
pimpinan tingkat Polsek yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
hal yang berhubungan dengan bidang tugasnya baik diminta ataupun tidak
rencana dan program kerja Polres serta membuat ren giat Opsnal terpadu
71
c. Mengendalikan pengendalian dan pengawasan terhadap segala kegiatan
Kapolres.
72
pusat pengendalian krisis ( pusdalsis) di daerhnya. Dengan demikian
detik itu sudah sampai di tangan gubernur, pangdam, maupun kapolda agar
bulannya sehingga apa saja yang terjadi di kecamatan menjadi tugas instansi
Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun Polrí harus akrab, kompak, sehingga
73
Gebernur sebagai ketua untuk daerah provinsi, bupati/wali kota untuk
F. Kronologis Kejadian
Insiden Perselisihan antar kampung ini bermula pada Sabtu, 28 Juli 2018 Pukul
16.30 WIB ketika itu Seorang warga bernama Alwi Warga Kampung
membayar Alwi pun menjaminkan ponsel miliknya dan diterima oleh Gideon
Keesokan harinya, datang seorang laki-laki yang mengaku disuruh oleh Alwi
Senin, 3 September 2018 sekitar Pukul 13.00 WIB, datanglah istri Alwi
bahwa ponsel tersebut sudah ditebus oleh adiknya. Mendengar hal itu, istri
Namun sekitar pukul 13.30 WIB, istri Alwi datang kembali dan mengatakan
bahwa ponsel tersebut belum di ambil. Istri Alwi pun menelpon Alwi dan
74
Selanjutnya Gideon Dwi Kurniawan menyuruh istri Alwi agar Alwi
Gideon Dwi Kurniawan bertemu dengan Alwi. Alwi berkata dengan nada
keras. “Gimana HP saya?”. Dijawab oleh gideon Dwi Kurniawan “kan sudah
di ambil oleh adiknya”. Alwi pun mengajak Gideon Dwi Kurniawan untuk
bisa, kalau sekarang saya lagi repot. Besok saja kalau dia lewat saya panggil,
karena saya kenal tapi tidak tau namanya”. Tiba-tiba Alwi menendang Gideon
Dwi Kurniawan hingga jatuh, kemudian Alwi membacok wajah Gideon Dwi
Kurniawan hingga terluka. Gideon Dwi Kurniawan pun lari menghindar namun
Tak lama kemudian , datang lah Yusuf Sukarji, ia bermaksud melerai tetapi
Alwi malah membacoknya dengan pisau laduk. Yusuf Sukarji mengalami luka
di pipi sebelah kiri dan kanan. Lalu Gideon Dwi Kurniawan berusaha merebut
Gideon Dwi Kurniawan dan Yusuf Sukarji Mengambil batu. Yusuf Sukarji
memukulkan batu tersebut ke Alwi yang mengenai bagian lengan, leher, dan
senjata tajam yang dipegang Alwi. Gideon Dwi Kurniawan dan Alwi terus
berkelahi dengan tangan kosong dengan saling pukul dan saling tendang.
akibat sekelompok massa dari pihak alwi yang tidak terima atas kejadian itu.
Bapak Wan Hendri selaku lurah desa Bumiratu sudah melakukan himbauan
75
terhadap masyarakat Bumiratu agar tidak terprovokasi dan menimbulkan
tindakan anarkis.
bentrok susulan.
kematian itu sebelumnya dianggap sudah selesai. Hal ini disampaikan Bupati
76
BAB IV
A. Hasil Penelitian
diantarnya:
a. Perbedaan Individual
Setiap manusia adalah individu unik karena tidak pernah ada kesamaan
kepentingannya.
b. Perbedaan Kebudayaan
77
adanya perbedaan kebudayaan, karena budaya lingkungan keluarga
Ukuran yang dipakai oleh sebuah kelompok tidak akan sama dengan
dengan meremehkan kelompok lain. Dari hal ini bisa muncul konflik
c. Perbedaan Kepentingan
dapat berpengaruh pada bergantinya sistem nilai yang berlaku. Hal ini
78
individu/kelompok yang awalnya dirugikan, kemudian diuntungkan.
nilai dan norma sosial yang dianut oleh masing-masing orang atau
mencoba mengerti nilai dan norma satu sama lain. Tingkat kebutuhan
dan norma sosial antara etnis yang satu dengan etnis yang lainnya.
79
Berdasarkan uraian diatas penulis mencoba menghubungkan dengan teori
rakyat.73
tertib, selama itu pula masih ada tempat bagi peranan hukum. 74
tersebut peran korps brimob tidak bisa disalahkan seratus persen dalam
73
Bagir Manan, “Politik Perundang-undangan Dalam Rangka Mengantisipasi Liberalisasi
Ekonomi”. Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasionaldi Fakultas Hukum
Universitas Lampung, 1996, hlm. 16
74
Muchtar Kusumaatmaja, Konsep - Konsep Hukum Dalam Pembangunan, PT. Alumni,
Bandung, 2002, hlm. 3.
80
upaya pencegahan konflik antar suku tersebut karena peran polisi tersebut
aman dan tertib tidak mungkin dilakukan oleh Polri sepihak sebagai
81
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan, bahwa gangguan terhadap
penegak hukum mungkin terjadi, apabila ada ketidak serasian antara nilai-
Lampung Tengah
a. Faktor Hukun
ditentukan secarn normatif. Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang
penyerasian antara nilai kaedah dan pola perilaku nyata yang bertujuan
petugas kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu, salah satu kunci
82
keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian
penegak hukum.
Pendidikan yang diterima oleh Polisi dewasa ini cenderung pada hal-hal
kejahatan computer, dalam tindak pidana khusus yang selama ini masih
yuridis polisi dianggap belum mampu dan belum siap. Walaupun disadari
pula bahwa tugas yang harus diemban olch polisi begitu luas dan banyak.
d. Faktor Masyarakat
yang bersangkutan.
e. Faktor Kebudayaan
83
masyarakat, yaitu mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana
B. Pembahasan
Tugas dan wewenang kepolisian pada intinya ada dua tugas kepolisian
PAM.3.3/2018
hanya merupakan salah satu atau bagian kecil saja dari tugas kepolisian,
sebagian tugas kepolisian justru terletak diluar penegakan hukum pidana (non-
penal).
84
dengan hukum pidana walaupun memang ada beberapa aspek hukum
1. Upaya Penal
perlindungan masyarakat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tujuan akhir
atau tujuan utama dari politik kriminal adalah perlindungan masyarakat untuk
85
Selanjutnya dalam Pasal 15 UU No. 2 Tahun 2001 disebutkan, Dalam rangka
administratif kepolisian
86
Penanggulangan tindakan anarkis yang terjadi akibat adanya konflik antar
Upaya penal yang dapat diterapkan dalam masus konflik antar kampung yang
bersifat anarkis dalam kasus ini hanya dapat dilakukan sebatas pada pelaku
yang dianggap sebagai dalang atau provokator yang dapat untuk diajukan ke
diluar hukum pidana (non penal). Upaya non penal tersebut melalui kebijakan
politi, ekonomi, dan sosial budaya. Di samping itu, upaya non penal juga dapat
tindakan anarkis dalam konflik antar kampung oleh kepolisian dilakukan dalam
87
polri dalam menangani konflik sosial ditengah masyarakat yaitu dengan
bahwa dalam penanganan konflik yang terjadi antar kampung Polri menitik
dilakukan oleh Badan Bimas dengan kesatuannya dan upaya represif dengan
mencegah perpecahan konflik yang bersifat anarkis meluas lebih besar lagi
sesungguhnya sudah ada upaya kepolisian dalam mencegah agar tidak terjadi
konflik antar kampung yang sifatnya anarkis, hal tersebut sudah dilakukan
terjadi di Lampung Tengah juga tidak terlepas dari adanya Intelkam dimana
88
dibawah Kapolres bertugas menyelenggarakan dan membina fungsi intelijen
bentuk surat izin/keterangan yang menyangkut orang asing, senjata api dan
bahan peledak, kegiatan sosial politik masyarakat dan surat keterangan catatan
pengawasan terhadap pelaksanaannya, selain itu kaitannya dalam kasus ini sat
serta konflik yang terjadi antar kampung agar dapat sesegera mungkin dapat
89
perekonomian masyarakat yang mengalami tekanan terburuk dan kondisi
kerusuhan.
Karena bisa saja ada sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab
dan benda lain dapt terjadi dalam hal ini. Faktor potensi psikologi massa
mengatakan selain berpegang teguh pada Protap Pengendali Massa, beliau juga
penghentian konflik dalam hal ini konflik sudah terarah pada hal yang sifatnya
90
adat, POLRI dalam menghentikan kekerasan fisik sebagaimana dimaksud
perundang-undangan.
konflik;
sedang berkonflik kepolisian juga dibekali oleh sarana dan alat yang
terjadi di Lampung Tengah, Penjagaan objek vital yang akan dilalui massa
diharapkan Dalmas agar tidak terpancing emosi dan tetap berada dalam
informasi awal informasi awal mencegah kedua belah pihak yang bertikai
91
AKBP Darmawan juga menambahkan penanggulangan konflik sosial antar
kampung yang mulai menjalar menjadi anarkis perlu penanganan yang cukup
kepolisian dalam hal ini polda Lampung perlu menyiapkan beberapa keperluan
antara lain :
kesepakatan bersama
2. Dalmas Awal
pengunjuk rasa.
b. Dalmas awal adalah satuan Dalmas yang tidak dilengkapi dengan alat-
92
e. Lintas ganti adalah kegiatan peralihan dari satuan Kompi Dalmas
Brimob.
seimbang dengan jumlah massa yang berkonflik dalam hal ini terbagi
Selain itu menurut AKBP Darmawan dalam melakukan tindakan represif anggota
93
( tameng, tongkat, gas air mata ) sudah tidak diindahkan dan kerusuhan
Polri dan Tidak mengindahkan sama sekali peringatan untuk tidak melakukan
pelanggaran hukum .
keselamatan jiwa, raga dan harta benda masyarakat dengan cara : melempar,
kampung yang anarkis oleh kepolisian dan jajarannya sudah berdasarkan dan
94
membendung pecahnya konflik yang terjadi di Lampung Tengah agar terhindar
dari kerugian dan korban jiwa lebih banyak lagi. Sependapat dengan responden
melalui dua tahap sekaligus yaitu prefentif dan represif sebagai upaya yang tidak
dapat dipisahkan sekaligus saling terkait agar konflik yang terjadi secepat
badan Binmas yang terjun pemahaman sehingga pertikaian berdarah seperti yang
apabila terjadi peningkatan situasi dari situasi kuning menjadi situasi merah”
ringan; dan/atau
95
e. negosiasi tidak berhasil.
(2) Situasi kuning sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Satuan
Dalmas Lanjut.
(3) Pada saat terjadi pengendalian massa oleh Satuan Dalmas Lanjut, Satuan
PHH Brimob Polri tetap siaga pada lokasi yang telah ditentukan.
(4) Satuan Dalmas Lanjut dan Satuan PHH Brimob Polri merupakan satu
kesatuan yang utuh dan lengkap yang digerakkan secara bertingkat dan
bertahap untuk pengendalian massa atau huru-hara sesuai dengan situasi yang
dihadapi.
(2) Dalam hal terjadi peningkatan situasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan lintas ganti antara Satuan Dalmas Lanjut dengan Satuan PHH
maka kesiapan dan tindakan cepat dari Polres sangat mudah. Dengan demikian
96
dapat dikatakan bahwa berhasil atau tidaknya Pihak Kepolisian Polres sangat
dalam rangka membina linmas, serta meningkatkan kerja sama dengan aparat
Kepolisian Resort Lampung Tengah sebagai pembina dari pihak Kepolisian yang
korelasi antar komponen dalam strategi komunikasi, dari sini dapat terlihat
97
Akan tetapi upaya penanggulangan tersebut bukan tanpa hambatan adapun faktor
Menurut peneliti apabila dilihat dari faktor hukumnya sendiri tidak begitu
dengan tegas mengenai peran Polri dalam menjaga ketertiban umum dan
Konflik Sosial, dan Surat Keputusan Kepala Polri (Skep Kapolri) No. Pol.
terkesan lambat dalam masalah pencegahan sebelum konflik terjadi hal ini
dapat berfungsi dengan baik maka kekerasan fisik dapat dihindari. Namun
Belum adanya rembuk pekon yang berguna untuk meredakan pertikaian dan
konflik antar suku tersebut di desa Bumi Ratu Nuban Lampung Tengah.
98
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
permasalahan tersebut juga harus didukung dengan sarana atau fasilitas yang
memadai dalam hal ini keterbatasan jumlah personel anggota kepolisian mulai
dari Sabhara dan juga personel Brimob Lampung Tengah belum sebanding
dengan jumlah massa yang turun dalam konflik antar suku di desa Bumi Ratu
Nuban Lampung Tengah tersebut, jadi dalam hal ini personel Brimob sulit
atau diterapkan
Faktor masyarakat yang masih ego sentris dan masih memandang prioritas
terhadap suku tertentu masih ditemui di di desa Bumi Ratu Nuban Lampung
Tengah hal ini yang berakibat masing-masing suku misal suku Lampung dan
Jawa juga Bali membuat paguyuban dan persatuan sendiri untuk melindungi
etnisnya hal ini yang sering terjadinya pergesekan antar suku, sebagian suku-
suku yang menetap di di desa Bumi Ratu Nuban Lampung Tengah Tokoh
5. Faktor kebudayaan
99
bernuansa primordial, Meski sebagian kalangan melihat konflik antarkampung
di Lampung ini tak terkait masalah etnisitas, mengabaikan faktor ini juga
kurang tepat. Hal ini mengingat secara kasat mata pihak-pihak yang
berkonflik memiliki keterkaitan kuat dengan kedua etnis yang terlibat Sejak
Berdasarkan uraian diatas menurut analisa penulis dikaitkan dengan teori Hukum
ketertiban, kepastian hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat sejalan dengan
masyarakat adat setempat. Hal itulah mengapa fungsi restoratif justice sekarang
lebih diprioritaskan untuk menyelesaikan perkara pidana hal ini berguna untuk
atau warga.
Lepas dari itu, kasus kerusuhan Lampung ini sebenarnya dapat segera
tertanggulangi dengan baik jika aparat keamanan, dalam hal ini kepolisian, dapat
memainkan peran yang lebih signifikan. Sebagai institusi yang menetapkan peran
sejak dini dapat mendeteksi dan mengantisipasi potensi apa yang akan terjadi ke
100
negatif yang ada di masyarakat, kepolisian jelas salah satu institusi yang
masyarakat.
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut :
berkomflik supaya perpecahan tidak serta merta meluas dan lebih besar lagi.
Sedangkan yang masuk dalam langkah represif yang diambil oleh kepolisian
102
mengamankan situasi agar tidak meluasnya bentrok antar pihak-pihak yang
dalam konflik antar kampung oleh kepolisian yaitu faktor hukum, faktor
B. Saran
Bertitik tolak dari kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran sebagai
alternatif pemecahan masalah oleh kepolisian di masa yang akan datang yaitu
sebagai berikut :
1. Kepada Masyarakat, supaya patuh hukum tidak main hakim sendiri dan
masyarakat.
2. Kepada Kepolisian, sudah cukup tepat meskipun dalam hal ini kepolisian
memakan korban harta dan jiwa yang tidak sedikit dan terus bertambah
sehingga perlu diingatkan lagi dalam hal koordinasi secara cepat dan
103
hukum, faktor masyarakat itu sendiri sehingga solusinya adalah dengan
fungsi dari Binmas dan intelkam juga perlu diingatkan lagi agar pemahaman
104
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Abdul Ghofur Anhsori,Filsafat Hukum, Sejarah, Aliran dan Pemaknaan,Gajah
Mada University Press, Yogyakarta,2006.
Achmad Ali, Menguak Realitas Hukum: Rampai Kolom dan Artikel Pilihan
Dalam Bidang Hukum, Kencana,Jakarta,2008
Alex Nitidemito,Manajemen Suatu Dasar dan Pengantar,Ghalia
Indonesia,Jakarta;1984
Anthon F.Susanto, Wajah Peradilan Kita (Konstruksi Sosial Tentang
Penyimpangan,Mekanisme Kontrol dan Akuntabilitas Peradilan Pidana),
Refika Aditama,Tanggerang,2004.
Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Mandar
Maju,Yogyakarta,2011.
Barda Nawawi Arief, Bunga Rapai Kebijakan Hukum Pidana, Penerbit: Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2002.
Bernard L.Tanya,politik Hukum: Agenda Kepentingan Bersama,Genta
Publishing,Yogyakarta,2011.
Chairul Huda, Tiada Pidana Tanpa Kesalahan, menuju kepada “Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan; Tinjauan Kritis
Terhadap Teori Pemisahan Tindak Pidana Dan Pertanggungjawaban
Pidana.Prama Media,Jakarta,2002.
Chairuddin Ismail, Tantangan Polri dalam pemeliharaan Kamtibmas pada
masyarakat demokrasii,Jurnal Srigunting,Jakarta,2012.
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Flsafat Hukum (Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia),Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta,2008.
Effendi,Erdianto,. Hukum Pidana Indonesia-Suatu Pengantar.T.Refika Aditama.
Bandung,2013.
Esmi Warasih, Pranata Hukum : Sebuah Telaah Ssosiologi, Suryandaru Utama,
Semarang,2005.
Faal M,Penyaringan Perkara Pidana Oleh Polisi (Diskresi Kepolisian), Pradnya
Paramita,Jakarta,1991.
Fanz Magnis Suseno, Etik Poltik: Prinsip-Prinsip Moral Dsar Kenegaraan
Modern, Gramedia Pustaka Utama,Jakarata,1999.
I Dewa Gede Atmaja,Hukum Konstitusi: Problematika Konstitusi Indonesia
Setelah Perubahan UUD 1945,Edisi Revisi,Setara Press,Malang,2010.
Ilyas,Amir.2012.Asas-asas Hukum Pidana. Yogyakarta: Mahakarya Rangkang
Offset
Jimly Asshiddiqie,Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi;Serpihan
Pemikiran Hukum,Media,dan Ham. Jakarta,2005.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.2009.
hlm.118
Muladi,Dalam Fitriani Kartika Ratnaningsih, Pelaksanaan Diskresi Oleh Polisi
Dalam Penyidikan di Polwitabes semarang,Fakultas Ilmu Ssosial
Jurusan dan Kewarganegaraan Universitas Negerei Semarang.
Semarang,2006.
Munir Fuady,Teori Negara Hukum Modern (Rechtstaat).Refika Aditama,2009.
__________, Indonesia Negara, Berdasarkan Atas Hukum, Gahila,Jakarta,1982.
Podmo Wahjono, Pembangunan Hukum di Indonesia, Ind-Hill Co,Jakarta,1989.
O. Notohamidjojo, Soal-soal Pokok Filsafat Hukum, BPK Gunung Mulia,
Jakarta,1974.
_______________, Soal-soal Pokok Filsafat Hukum, Editor Tri Budiyono, Griya
Media,Salatiga,2011.
Rena Yulia,. Viktimologi (Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan),
Graha Ilmu,Yogyakarta,2010.
________,Ilmu Hukum, Cet.keenam, Citra Aditya Bakti,Bandung,2006.
Sadjijiono,Memahami Hukum Kepolisian, PT.LaksBang Persindo. Yogyakarta.
Mahmoeddin, As., Pengantar Pelayanan,IBI,Jakarta;1986.
Sajipto Rahardjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Genta
Publishing,Yogyakarta,2009.
Soedarto,Kapita Slekta Hukum Pidana,Alumni,Bandung,1986.
Soedikno Martokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty,
Yogyakarta, Cet.Keempat,2008.
Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Penegakan Hukum Dalam Rangka
Pembangunan Di Indonesia, Yayasan Penerbit UI,Jakarta,1975.
___________,Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum,PT.Raja
Grafindo Persada, Jakarta,2002.
___________, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press,Jakarta,2007.
Soewadji, Merubah Image Polisi, Pustaka Bimtang, Jakarta. 2005.
Soewarno Handayaningrat,Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan
Nasional, Gunung Agung, Jakarta,1999.
Solahuddin, KUHP,KUHAP dan KUHPdt. Visimedia, Jakarta.
Teguh Prasetyo dan Abdul Halum Barkatullah, Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum
: Pemikiran Menuju Masyarakat yang berkeadilan dan bermartabat,
Raja Grafindo persada,Jakarta.
The Liang Gie, Unsur-Unsur Administrasi, Supersukses,Yogyakarta; 1981. Hal
55.
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah,Cet.Kedelapan belas,
Kanisius, Yogyakarta. 2011.
Untrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia,Cet.Ketujuh,PT. Penerbit dan
Balai Buku Ichtiar,Jakarta,1962.
Republik Indonesia
Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata