Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PADA LANSIA

Dari:
Moh. Reza Pradiaksa
2013. 49. 068

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI


2013/2014
KATA PENGANTAR
    
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat serta penyertaan-Nya sehingga makalah KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA
LANSIA, ini dapat kami di selesaikan.
     Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.
     Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan makalah ini.Maka kami berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.
     Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dipergunakan
dengan layak sebagaimana mestinya.

                                                           kediri, 23 mei 2014

                                            
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul.............................................................................................................
Kata pengantar...........................................................................................................
Daftar isi.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN     :
A.    Latar belakang.................................................................................................      
B.     Rumusan masalah............................................................................................     
C.     Tujuan Penulisan..............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN      :
A.    Pengertian komunikasi dan Pengertian lansia................................................
B.     Komunikasi pada lansia...................................................................................
C.     Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia................
D.    Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi
dan pada reaksi penolakan..............................................................................
E.     Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia.......................................
F.      Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia. ...............................
BAB III PENUTUP   :
A.    Kesimpulan.....................................................................................................
B.     Saran..............................................................................................................
Daftar pustaka............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan


seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain
karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks
yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi
dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus
berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki
interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi
kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk
menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam
mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat
dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001 :
188)
     Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non
verbal dari informasi dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada
perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ).
Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian khusus. Perawat harus waspada terhadap
perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi.
Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan
kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi
proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal – hal
tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul “ komunikasi pada lansia.
B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian komunikasi dan Pengertian lansia ?
2.      Komunikasi pada lansia ?
3.      Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi pada lansia ?
4.      Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan ?
5.      Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia ?
6.      Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia ?

C.    Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui tata cara berkomunikasi pada lansia.
2. Dapat memberikan komunikasi terapeutik pada lansia.
3. Dapat membantu proses keperawatan pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian komunikasi pada lansia


         
Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatankegiatan yang berkaitan
dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar pendapat serta
dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. (Widjaja,
1986 : 13) Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain.
(Potter & Perry, 2005 : 301) komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya
sebatas tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang
terapeutik.
Lansia  adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran
dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa
pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70
tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut
usia.Kelompok lanjut usia ( LANSIA ) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu
di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut
penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode
terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari
Azis (1994) menjadi tiga kelompok yakni :
1.    Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia.
2.    Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3.     Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
B.     Komunikasi pada lansia
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi,
(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang
tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang
tepat.
A.  Ketrampilan komunikasi
   Listening/Pendengaran yang baik yaitu :
a. Mendengarkan dengan perhatian telinga kita.
b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.

B.  Tekhnik komunikasi dengan lansia  


1.  Tekhnik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.
Kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik
pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan pelan.tetapi
berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati
karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan,pertanyaan yang tepat
kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya atau tidak..
Berikan kesempatan orang lan untuk berbicara hindari untuk mendominasi ,pembicara
sebaiknya mendorontg lansia untuk berperan aktif ,Merubah topik pembicaaraan dengan jitu
menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia tidak interest lagi
Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini?
Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah makan dari
pada menggunakan makanan yang berserat
Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat.
2.  Teknik nonverbal komunikasi
1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak acuh,
perbedaan.
2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata.
3) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.
4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan tepat.
5) Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan.
3.  Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia.
1) Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan.
2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal dan
merupak    metode primer yang non verbal.
3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang akan
diberikan.
4) Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
6) Secara periodic mengklarifikasi pesan.
7) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk berfokus
pada informasi.
8) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
9) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan
mengakiri interview.
10) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.

C.Lingkungan wawancara.
a) Posisi duduk berhadapan
b) Jaga privasi.
c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
d) Kurangi keramaian dan berisik
e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita
mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti
cermin.

C. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia


1. Gangguan neurology serring menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi dapat juga
karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain.
2. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan, mengingat dan
respon pada pertanyaan seseorang.
3. Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal tersebut membuat
tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.
4. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
5.  Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya.
 Gangguan sensoris dalam pendengarannya
6. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal.
7. “Overload” dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak orang
berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.
8. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya focus pada
rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan lain-lain.
9. Hambatan pada  pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek pengobatan dan
kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau dimensia, gangguan
kontak dengan realita.
10. Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik, terlalu banyak
informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan budaya,
perbedaan, bahasa, prejudice, dan strereotipes

7.      Teknik pendekatan dalam Perawatan lansia pada konteks komunikasi dan pada reaksi
penolakan.

A. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada konteks komunikasi


1.    Pendekatan fisik
Mencari kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang di alami, perubahan
fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di kembangkan serta
penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.
2.    Pendekatan psikologis
Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka umumnya
membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini, perawat sebagai
konselor, advokat terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai pena,pung masalah pribadi
dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3.    Pendekatan sosial
Pendekatan ini di laksanakan  meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan lingkungan.
Mengadakan diskusi tukar fikiran bercerita serta bermain merupakan implementasi dari
pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia maupun dengan petugas
kesehatan,
4.    Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau
agama yang di anutnyaterutama pada saat klien sakit atau mendekati kematian.

B. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada reaksi penolakan


Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan sesorang untuk mengakui secara sadar
terhadap pikiran, keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian – kejadian nyata sesuatu
yang merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.

Ada beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
penolakan antara lain :
1.    Penolakan segera reaksi penolakan klien.
Yaitu membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Langkah –
langkah yang dapat di lakukan sebagai berikut :
a.    Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi klien bila sedang
mengalami puncak reaksinya.
b.    Ungkapakan kenyataan yang di alami klien secara perlahan di mulai dari kenyataan yang
merisaukan.
c.    Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi klien
dan bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.

2.    Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri.


Langkah ini bertujuan mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan
yang akan di lakukan serta upaya untuk memandikan klien, antara lain :
a.    Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam perencanaan waktu, tempat dan
macam, perawatan.
b.    Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau mulai mengenal kenyataan.
c.    Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahaan atau perasaan sedihnya dengan
mempergunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan menluangkan waktu bersamanya.
3.    Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat.
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperolah
sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana atau tindakan dapat terealisasi
dengan baik dan cepat. Upaya ini dapat di laksanakan dengan cara – cara sebagai berikut :
a.    Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan
perasaannya.
b.    Meliangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa yang
sedang terjadi pada klien lansia serta hal – hal yang dapat di lakukan dalam rangka
membantu.
c.    Hendaknya pihak – pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima kenyataan.
d.    Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman fisik) apabila klien
lansia mempergunakan penolakan atau denial.

8.      Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia.


a. Keterampilan Komunikasi Terapeutik, dapat meliputi :
1.   Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan
lama wawancara
2.     Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan pemunduran
kemampuan untuk merespon verbal.
3     Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosiokulturalnya.
4.     Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam berfikir
abstrak
5.  Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon
nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien.
6.   Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan distress
yang ada
7.    Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara
pengkajian. 8. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan
cermat dan tetap mengobservasi.
9.   Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien.
10.  Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin.
11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap, suara
berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
12.   Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang
lain yang sangat mengenal pasien.
13.    Memperhatikan kondisi fisik pasien pada  waktu wawancara.
b. Prinsip Gerontologis untuk komunikasi
 • Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
 • Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
 • Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
• Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
 • Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yang dapat
mendengar dengan lebih baik.
 • Berdiri di depan klien.
 • Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana
 • Beri kesempatan bagi klien untuk berfikir.
 • Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua, kegiatan
rohani.
• Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
 • Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian
9.      Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada derita usia lanjut
adalah:
• Empati :istilah empati menyangkut pengertian:“simpati atas dasar pengertian yang
mendalam”.Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatric harus memandang
seorang lansia yang sakit dengan pengertian,kasih sayang dan memahami rasa penderitaan
yang dialami oleh penderita tersebut.Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar,tidak
berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas kasihan.Oleh karena itu
semua petugas geriatric harus memahami proses fisiologi dan patologik dari penderita lansia.
• Yang harus dan “jangan”: prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-malefecience dan
beneficence,pelayanan geriatric selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang
baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan (harm)
bagi penderita. Terdapat adagium primum non nocere (“yang terpenting jangan membuat
seseorang menderita“).Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk
menghindari ras nyeri,pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat morfin) yang
cukup,pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungfkin mudah
dan praktis untuk dikerjakan.
•Otonomi :yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan
nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri.Tentu sekali saja hak tersebut mempunyai
batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan,apakah penderita
dapat membuat putusan secara mendiri/bebas.
•Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama bagi
semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak
mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertaankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain
karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa
komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks
yang melibatkan tingka laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi denan
orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus
berlangsung secara dinamis yan maknanya dipacu dan ditransmisikan.
 Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-teknik tersendiri untuk
melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya :
1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.
2. Tehknik untuk wawancara.
3. Kendala dan hambatan dalam komunikasi.
4. Mood dan privasi
5. Aspek-aspek yang harus diperhatikan.

B.     Saran
Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah dalam
pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang sensitive dalam perasaannya oleh sebab
itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak menyinggung perasaannya.

DAFTAR PUSTAKA
·         http//komunikasi pada lansia.com
·         http//konsep komunikasi .co.id
    
ROLEPLAY
M kurnia dan Oktalia sebagai Narator
Nugroho Sebagai Cucu
Novi indah Sebagai Nenek
Reza pradiaksa Sebagai Perawat
Pada suatu hari, tinggalah seorang nenek yang bernama Novi, Beliau berumur 69
Tahun dan telah lama menjanda.Beliau kini tinggal bersama seorang cucu yang bernam
Nugroho.
Cucu nya yang bernama Nugroho itu adalah cucu yang nakal sekali, tidak pernah
mendengarkan apa kata nenek Novi. Cucu nya itu kuliah di salah satu kampus ternama.
Cucunya itu juga jarang pulang ke rumah, dan jikalau pulang pun hanya untuk istirahat tidur
dan makan saja.
Dalam keluarga tersebut sering terjadi keributan antara Nenek dan cucunya. Si
Nugroho sering kali memerintah sang nenek untuk menuruti semua kemauan cucunya itu.
Jikalau tidak di turuti, si nugroho tidak segan untuk memukuli neneknya bahkan pernah
sampai pingsan.
Sehingga pada suatu pagi hari, tepatnya pada hari jum’at. terjadilah dialog sebagai berikut :
Cucu : Nek......!!! di mana kaos kaki Agus??!! Udah telat ni....
Nenek :  Iya cu....sabar sebentar...ini lagi nenek cari. Nenek lupa di mana
menyimpannya.....
            Cucu :  Uch.......dasar nenek nenek!!!! Cepat donk!!! Sekarang udah jam 06.50
            Nenek : iya cucuku sayang.....ini saos cabe nya
Cucu : Ya ampun nenek tua!!!!!!bukan saos cabe yang saya cari!!! Tapi kaos kaki!!!
Dasar Tuli,Bau tanah, Kenapa nggak meninggal aja sich??!!
           Nenek  :Astaqfirullah.....tega kamu cu....( sambil meneteskan air mata kesedihan )”
            Cucu :Akh.....!!!!peduli amat!!!!cepetan ambilkan kaos kaki agus!!!
            Nenek : Dengan langkah gontai tak terarah,nenek pun mencari kaos kaki cucu nya
itu)
            Cucu : Nek!!!udah ketemu...ternyata kaosnya ada di dalam sepatu
Nenek  : Cucuku....ada uang jajan nggak??sini nenek kasi uang jajan... nenek Cuma
ada Rp.3000 ini....ambilah cu...
            Cucu :Apa nek???!! Rp.3000 ???? Mending nggak usah aja nek.... simpan saja untuk
beli peti mati nenek!!!
Nenek novi pun hanya bisa sabar dan menarik nafas yang sungguh dalam. Bukan hanya
kali ini saja nenek anis di buat begitu, tapi sudah sering bahkan kata-kata yang terucap dari
mulut cucunya itu lebih menusuk.
Hingga pada siang hari jum’at itu, cucunya pulang kuliah pada pukul 11.20. Nugroho
tanpa mengucapkan salam langsung saja masuk dan dengan pandangan sinis lansung menuju
kamar dan berbaring sambil mendengarkan musik.
Nenek : nugroho cucuku sayang......baru pulang ya???
Cucu : (Hanya menutup telinga dan pura-pura tidak mendengar serta sambil
bernyanyi...)
Nenek : Astaqfirullah....nugroho,sekarang kan hari jum’at...siap  siap sholat jum’at
donk...
Cucu : Nggak mau!!!nenek aja yang sholat!!kan nenek sebentar lagi
meninggal,udah bau tanah.....”
Kesabaran nenek pun semakin di uji oleh kata-kata perih yang selalu terucap dari bibir
sang cucu tersayang dan semata wayangnya itu. Hingga akhirnya sang nenek memutuskan
untuk keluar dari rumah itu dan tidak tau hendak menuju kemana.
Hingga tiba pada sore hari jum’at itu sang nenek memutuskan untuk pergi tanpa
memberi kabar kepada siapapun. Ternyata nenek itu pergi ke rumah peristirahatan terakhir
suaminya yang pergi mendahuluinya. Dengan langkah yang lemah gemulai di iringi tongkat
peninggalan suaminya, sang nenek pun menuju pemakaman suaminya. Disana ia menangis,
mengadu kepada suaminya tentang perilaku cucunya dan apa yang dialaminya saat ini. Ia tak
peduli berapa lama ia akan tinggal di samping pemakaman suaminya itu, hanya itulah yang
bisa membuatnya tenang.
Tak lama kemudian, terdengar lah suara adzan isya berkumandang.sang nenek pun
menghapus air matanya dan berwudhu serta sholat di samping makam suaminya. Merasa
aneh, sang perawat yang baru saja ingin berangkat dinas lansung mendekati sang nenek.
Setelah selesai sholat, sang perawat itu pun menghampiri nenek itu.
Perawat : Assalamualaikum nek.
Nenek : Waalaikumsalam...
Pearawat :  Saya Reza nek, perawat di rumah sakit islam, Kenapa nenek malam-
malam ada disini?
Nenek                : (nenek itu hanya terdiam)
Perawat : Nek....kelihatannya nenek sedang sedih...kenapa? mari ikut dengan saya
nek.... tidak baik malam-malam nenek di sini, cuaca juga sangat dingin tidak baik untuk
kesehatan.
Nenek : Tapi saya tidak mau pulang kerumah.
Perawat : Iya nek...saya mengerti apa yang nenek rasakan. nanti di ruangan kita
bicarakan lagi ya nek...dan sekarang sebaiknya nenek ikut dulu dengan saya ya.
Nenek : Baiklah nak...
Akhirnya Nenek Novi dan Perawat Reza pun langsung menuju tempat
dinasnya.Setibanya di Ruang jaga sang nenek pun di perlakukan sama oleh teman-teman
perawat, sangat ramah dan baik sekali. Perawat Reza paham betul bagaimana cara melakukan
pendekatan terhadap lansia dan juga mengerti bagaimana cara berkomunikasi kepada lansia.
Perawat : Nek, nenek istirahat saja dulu...nenek mau tidur atau berbaring? Tapi
sebaiknya nenek berbaring saja dulu ya.
Nenek : iya nak...terima kasih ya.( Nenek itu sesekali mengeluarkan air mata)
Perawat : kenapa nenek mengeluarkan air mata?? Maaf nek kalu misalkan saya
mengucapkan kata-kata yang menyinggung hati nenek?( Reza paham,kalau lansia adalah
orang yang mudah tersinggung)
Nenek : Bukan nak...nenek bukan menangis karna itu.tapi nenek merasa terharu. Baru
ini lah nenek di perlakukan sebaik ini.
Perawat : owh..begitu... Owh iya nek...kenapa tadi nenek sendirian dan menangis di
pemakaman ? apakah suami nenek meninggal?
Nenek : Bukan nak,suami nenek sudah lama meninggal. Nenek menangis tadi sore
karena nenek sudah tidak tahan lagi tinggal dirumah?
Perawat : Owh seperti itu...lalu emangnya kenapa dengan keadaan rumah nenek?Apa
yang membuat nenek tidak betah?”
Nenek :Itu lah nak....nenek mempunyai cucu yang kurang ajar, sering memaki nenek
dan tidak pernah menghargai nenek.
Perawat : Mungkin dia masih belum bisa memahami keadaan nenek..nenek yang sabar
aja ya.(empati)
Nenek itu pun bercerita tentang keadaan dan situasi yang dihadapinya selama ini. Reza
juga sudah paham bagaimana cara berkomunikasi dengan lansia dengan menunjukan sikap
peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika nenek sedang bicara dan reza
juga sudah menghibur hati nenek itu. Setelah nenek itu istirahat tidur, reza pun menelpon
cucu nenek itu.Sang cucu pun merasa menyesal dalam menghadapi keadaan ini, akhirnya
sang cucu pun berniat untuk merubah tingkah laku nya yang buruk itu.
Ke esokan harinya sang cucu pun menjemput nenek itu,dan meminta maaf serta berjanji
kepada si nenek untuk mengubah prilakunya selama ini.Akhirnya sang nenek pun kembali
lagi kerumah dan cucu nya itu menjaga neneknya dengan penuh kasih sayang dan
berkomunikasi dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai