Oleh :
KELOMPOK 3
Reflita,S.Kp., M.Kep
PADANG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul ‘HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI
TERAPEUTIK” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah KOMUNIKASI DALAM
KEPERAWATAN II. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan penulis juga menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi
yang akan menjadi bahan makalah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Penulis mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................3
C. TUJUAN...................................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. PENGERTIAN HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK..........................3
B. HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK.....................................................4
C. CARA MENGATASI HAMBATAN TERAPEUTIK...........................................................9
BAB III...............................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN......................................................................................................................12
B. SARAN...................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan
hubunganantara perawat dan klien, dengan tujuan untuk mengenal kebutuhan klien dan
menentukanrencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan
tersebut.Komunikasi dalam bidang keperawatan ini lebih dikenal dan populer disebut
dengankomunikasi terapeutik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hambaran dalam komunikasi terapeutik?
2. Apa saja hambatan dalam komunikasi terapeutik?
3. Bagaimana cara mengatasi hambatan komunikasi terapeutik?
C. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat lebih memahami masalah komunikasi terapeotik dalam keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yakni communicatio yang artinya
pemberitahuan atau pertukaran ide. Pemberitahuan atau pertukaran ide dalam suatu proses
komunikasi akan ada pembicara yang menyampaikan pernyataan ataupun pertanyaan yang
dengan harapan akan ada timbal balik atau jawaban dari pendengarnya (Suryani, 2015).
Terapeutik merupakan suatu hal yang diarahkan kepada proses dalam memfasilitasi
penyembuhan pasien. Sehingga komunikasi terapeutik itu sendiri merupakan salah satu
bentuk dari berbagai macam komunikasi yang dilakukan secara terencana dan dilakukan
untuk membantu proses penyembuhan pasien (Damayanti, 2008).
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu
klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain. Komunikasi dalam profesi keperawatan sangatlah penting
sebab tanpa komunikasi pelayanan keperawatan sulit untuk diaplikasikan (Priyanto, 2009).
Hambatan adalah sesuatu yang dapat menghalangi kemajuan atau pencapaian suatu
hal.Jadi,hambatan komunikasi terapeutik adalah segala sesuatu yang menghalangi
terlaksananya sebuah komunikasi terapeutik.
Menurut Hamid (2013), hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan hubungan
perawat-klien terdiri dari tiga jenis utama: Resisten, Transferens, dan Kontertransferens.
Jenis-jenis ini timbul dari berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda,
tetapi semuanya menghambat komunikasi terapeutik. Perawat harus segera mengatasinya,
hambatan ini menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien.
2.2 Transference
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap
perawat yang sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-orang tertentu yang
bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart dan Sundeen , 1995)
Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini diabaikan dan
tidak ditelaah oleh perawat. Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu reksi bermusuhan
dan tergantung.
Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005) :
Bungkus (15 tahun) adalah klien yanag dirawat dirumah sakit karena demam berdarah. Tanpa
sebab yang jelas klien ini marah-marah kepada perawat Gengki. Setelah dikaji, ternyata
Gengki ini mirip pacar si Bungkus yang pernah menyakiti hatinya. Hal ini dikarenakan klien
mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh
kehidupan yang lalu.
2.3 Coutertransference
Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh perawat dan
bukan oleh klien. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan perawat-klien.
Beberapa bentuk countransference ( Stuart dan Sundeen dalamIntan, 2005):
a. Ketidakmampuan berempati terhadap klien dalam masalah tertentu.
b. Menekan perasaan selama atau sesudah sesi.
c. Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat, atau
melampaui waktu yang telah ditentukan.
d. Mengantuk selama sesi.
e. Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk berubah.
f. Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien.
g. Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien sebelum ia siap.
h. Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak berhubungan dengan tujuan
keperawatan yang telah diidentifikasi.
i. Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal dan sosial.
j. Melamunkan atau memikirkan klien.
k. Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
l. Perasaan cemas, gelisah atau persaan bersalah terhadap kien
m. Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek atau cara
memandang pada informasi yang di berikan klien.
n. Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.
Reaksi coutrtrasference biasanya dalam tiga bentuk ( Stuart danSundeen dalam Intan,
2005):
a. Reaksi sangat mencintai atau “caring”.
Perawat Dono melakukan perawatan pada klien dini dengan cara yang berlebih-
lebihan yaitu dengan cara ,masih berlama-lama mengobrol dengan klien tersebut padahal
masih banyak klien yang perlu di tangani.perawat Dono juga mencoba menolong klien
dengan segala hal yang tidak berhubungan dengan tujuan yang telah diidentifikasi.
b. Reaksi sangat bermusuhan.
Perawat Dora mempunyai klien yang sangat Menjenkelkan.Derry (25 tahun) Derry ini selalu
marah-marah dan menjengkelkan perawat Dora sangat dendam pada klienini dan
selalumengacuhkan Derry meskipun dia membutuhkan pertolongan
c. Reaksi sangat cemas sering kali di gunakan sebagai respon terhadap resistensi.
Latar belakang prilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan transferensa) atau
perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran batasan) bertanggung jawab
terhadap hambatan teurapeutik dan dampak negatifnya pada proses teurapeutik. Terakhir,
tujuan hubungan, kebutuhan, dan masalah pasien ditinjau kembali. Hal ini dapat membantu
perawat untuk membina kembali kerja sama teurapeutik yang sesuai dengan proses hubungan
perawat-pasien.
Menurut SR, salah satu alasan keluarga pasien tidak mengerti dengan informasi yang
disampaikan perawat karena ketika berkomunikasi dengan keluarga pasien, perawat
menggunakan bahasa medis, untuk itu upaya yang SR lakukan untuk mengatasi hambatan
komunikasi dengan keluarga pasien dengan mengubah bahasa medis ke bahasa yang dapat
dimengerti oleh keluarga pasien, istilah-istilah medis dijelaskan secara rinci. AP dan DK juga
memiliki pendapat yang sama tentang upaya mengatasi hambatan komunikasi dengan
keluarga pasien, yaitu menggunakan bahasa yang dimengerti oleh keluarga pasien.
Menurut RR,DK dan AP upaya untuk mengatasi hambatan komunikasi dengan keluarga
adalah dengan melakukan pendekatan secara personal kepada keluarga terlebih dahulu. Jika
keluarga sudah merasa dekat, otomatis mereka akan lebih terbuka, pendekatan dengan
keluarga juga membuat keluarga sedikitnya percaya pada perawat, jadi ketika perawat lebih
mudah menggali informasi yang dibutuhkan.
Menurut RD, upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan komunikasi dengan
keluarga adalah dengan mencari cara alternatif, yaitu membawa alat yang akan dipasang pada
pasien kepada keluarga pasien untuk dipraktekkan dan dijelaskan secara rinci pada keluarga,
sealain itu perawat memperlakukan keluarga seperti teman jadi tidak ada sekat antara perawat
dengan keluarga pasien yang akhirnya membuat keluarga pasien mengerti.
Menurut AS, salah satu upaya yang dapat perawat lakukan untuk mengatasi hambatan
komunikasi dengan keluarga pasien sebelum berkomunikasi dengan keluarga adalah dengan
banyak membaca informasi mengenai pasien, agar komunikasi berjalan baik dan efektif,
informasi yang disampaikan juga benar bukan informasi yang asal. Intinya sebelum
berkomunikasi dengan keluarga pasien menurut AS, perawat harus melihat hasil observasi
terlebih dahulu
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komter (komunikasi terapeutik) merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar,
tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk menyembuhkan klien. Komter merupakan media
untuk saling memberi dan menerima antar perawat dengan klien. Komter berlangsung secara
verbal dan non verbal. Dalam komter ada tujuan spesifik, batas waktu, berfokus pada klien
dalam memenuhi kebutuhan klien, ditetapkan bersama, timbal balik, berorientasi pada masa
sekarang, saling berbagi perasaan (Wahyu Purwaningsih dan Ina Karlina, 2010:11-12)
Adapun hambatan-hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan hubungan perawat-
klien terdiri dari tiga jenis utama : resisten, tranferens, dan kontertransferens (Hamid, 1998).
Ini timbul dari berbagai alasan dan mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi
semuanya menghambat komunikasi terapeutik perawat.
B. SARAN
Untuk dapat melakukan pendekatan yang efektif terhadap klien perawat hendaknya
mengetahui strategi yang tepat dalam menggunakan komunikasai terapeutik. Perawat harus
menciptakan sebuah perencanaan dan struktur yang baik dalam pelaksanaan komunikasi
terapeutik. Dalam melakukan komunikasa dengan klien perawat harus menghargai keunikan
setiap klien.
DAFTAR PUSTAKA
Fanna, Achmad dan Trikaloka H.putri (2013) Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta :
Merkid Press
Arumsari, Dinda Piranti, Etika Emaliyawati, Aat Sriati. (2016). Hambatan KomunikasiEfektif
Perawat Dengan Keluarga Pasien Dalam Perspektif Perawat. Jurnal Pendidikan
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/communicology/article/download/13488/9664/