1, Januari 2021
Wasis Gunadi
Dosen Manajemen Unsurya
wasisgunadi@yahoo.com
Abstrak
Tulisan ini merupakan kajian pustaka yang menggunakan metoda Analisis Deskriptif dan Analisis
Struktur Industri. Telaah deskriptif dan struktur industri ini digunakan untuk mengetahui prospek dan
menyusun strategi bersaing pada ndustri furniture berbahan baku kayu jati di Indonesia.
Nilai ekspor industri furniture meningkat hingga sebesar 1,95 miliar dollar AS pada 2019, atau naik
sebesar 14,6% dari tahun 2018 (Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka/Dirjen IKMA Kemenperin, 14
Maret 2020). Lebih lanjut Dirjen IKMA Kemenperin mengatakan bahwa dilihat dari posisi ekspor furniture
di Asia, Indonesia menduduki posisi ke lima setelah Cina, Vietnam, Malaysia dan Cina Taipei.
Industri furniture memiliki peluang yang sangat besar untuk tumbuh dan berkembang.
Melimpahnya sumber daya manusia, sumberdaya alam, suku dengan keaneragaman budayanya, semakin
terbukanya pasar (khususnya pasar ekspor), serta dukungan penuh dari lembaga pemerintah maupun non
pemerintah, menjadi unsur-unsur utama bagi tumbuh dan berkembangnya industri furniture.
Berdasarkan kondisi SWOT dan hasil analisis struktur industri furniture berbahan baku kayu jati,
maka strategi bersaing yang sebaiknya ditempuh oleh pelaku usaha pada industri ini adalah (Overall) Cost
Leaderships dan Product Differentiation. Kemitraaan antara eksportir (inti) dan pelaku usaha furniture
mitranya (plasmanya) juga dapat ditempuh khususnya untuk menumbuh-kembangkan kemampuan ekspor
dari plasma yang sebagian besar adalah UMKM.
Agar strategi tersebut di atas dapat diimplementasikan dengan baik, maka diperlukan upaya-upaya
sinergis yang melibatkan unsur-unsur pemerintah, pelaku usaha, akademisi dan masyarakat.
mengatakan bahwa sebelum pandemi ini pustaka, informasi dan data dihimpun dari
dapat ditangani, maka tidak mudah untuk berbagai sumber antara lain dari internet,
menggenjot bisnis pada industri mebel ini. laporan lembaga Negara maupun
besar dalam pengembangan industri mebel sumber lainnya. Selanjutnya informasi dan
terutama karena melimpah dan beragamnya data dianalisis dengan menggunakan metode
Sumber Daya Alam (SDA) sebagai sumber analisis deskriptif dan analisis struktur
bahan baku (yang murah), Sumber Daya industri dengan mempertimbangkan kondisi
Manusia (SDM) sebagai sumber ide kreatif, SWOT industri ini. Adapun tujuan yang
beragamnya suku dan budaya sebagai sumber hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai regulator, fasilitator dan stimulator, industri furniture berbahan baku kayu jati.
dan berbagai program dalam pengembangan berbahan baku kayu jati di Indonesia.
industri furniture. Beberapa instansi yang 4. Menyusun strategi bersaing pada industri
furniture berbahan baku kayu jati.
desain produk sesuai tuntutan pasar furniture berbahan baku alam non kayu
yang selalu berubah. Hal ini jati seperti rotan dan kayu mahoni, serta
berkontribusi langsung dalam produk furniture berbahan baku sintetis
peningkatan biaya produksi. terutama berbahan baku plastic. Dengan
d. Switching cost demikian, ancaman yang datang dari
Secara sederhana switching produk pengganti pada industri
cost ini dapat diartikan sebagai biaya furniture berbahan baku kayu jati ini
konsumen untuk pindah membeli adalah tinggi.
dari satu produsen ke produsen 3. Bargaining Power of Buyers
lainnya. Pembeli berkompetisi dengan
Pada umumnya produk industri termasuk industri furniture
furniture kayu jati mengharuskan berbahan baku kayu jati, dengan
adanya product differentiation agar memaksakan harga yang rendah, kualitas
bisa “tampil beda” dan ter-up date produk yang tinggi, dan berpindah-pindah
secara berkala. Oleh karena produk dari satu produsen ke produsen lainnya.
furniture kayu jati khususnya untuk Tinggi/rendahnya kekuatan pembeli
pasar ekspor pada umumnya (bargaining power of buyers) ditentukan
memiliki loyalitas konsumen yang oleh volume pembelian masing-masing
tinggi, maka switching cost industri pembeli relatif terhadap produksi industri
furniture kayu jati ini adalah tinggi. furniture berbahan baku kayu jati atau
Untuk pasar dalam negeri, switching berkelompok/tidaknya pembeli,
cost nya relative lebih rendah standar/tidaknya produk, switching cost,
dibandingkan pada pasar luar negeri, manfaat produk bagi pembeli, integrasi
terutama karena loyalitas konsumen pembeli (backward integration) dengan
pada pasar dalam negeri relative salah satu produsen, dan informasi tentang
rendah. produk yang dimiliki oleh pembeli.
Dari beberapa determinan entry Pada pasar dalam negeri industri
barrier tersebut di atas, dapat dikatakan furniture berbahan baku kayu jati pembeli
bahwa entry barrier untuk memasuki tidak berkelompok atau masing-masing
industri furniture berbahan baku kayu jati membeli produk dalam volume yang
ini adalah tinggi, dengan demikian threat relatif sangat kecil terhadap volume
of new entrants adalah rendah. produksi industri, sedangkan perbedaan
2. Threat of Substitute Products kualitas produk antar pembeli umumnya
Produk furniture memiliki produk rendah (kecuali untuk produk furniture
substitusi yang beragam, yaitu produk eksklusif) atau dapat dikatakan bahwa
pengembangan produk, pasar dan produktif dan berdaya saing melalui berbagai
pemasaran khususnya yang disediakan kebijakan dan program pengembangan
oleh pemerintah. industri furniture.
b. Rendahnya kesadaran UMKM
terhadap pentingnya pengembangan
produk yang inovatif dan kreatif.
d. Rendahnya akses UMKM terhadap
lembaga keuangan.
3. Opportunity
a. Terbuka luasnya pasar, baik pasar Permintaan mebel di pasar global meningkat
dalam negeri maupun pasar ekspor.
Percepatan pertumbuhan Industri
b. Besarnya dukungan lembaga
furniture berbahan baku kayu jati ini tidak
pemerintah dan swasta.
terlepas dari banyaknya dan beraneka
4. Threat
ragamnya SDM, etnis beserta budayanya,
a. Banyaknya kompetitor khususnya dari
serta besarnya dukungan dan fasilitasi
luar negeri (terutama China).
pemerintah, yang memungkinkan
b. Besarnya ancaman dari potential new
dihasilkannya produk-produk furniture yang
entrants khususnya pada pasar dalam
murah serta inovatif, kreatif dan memiliki
negeri.
kekhasan yang beragam.
c. Tingginya ekspor kayu gelondongan
Dengan demikian, industri furniture
yang memperburuk ketersediaan bahan
berbahan baku kayu jati memiliki prospek
baku di dalam negeri.
yang sangat baik untuk ditumbuh-
d. Masih banyaknya regulasi yang
kembangkan.
menghambat termasuk hambatan
impor bahan baku penolong.
STRATEGI BERSAING
Berdasarkan kondisi SWOT dan
PROSPEK INDUSTRI FURNITURE
hasil analisis struktur industrinya, maka
BERBAHAN BAKU KAYU JATI
pelaku usaha pada industri furniture
Industri mebel nasional memiliki
memungkinkan untuk menerapkan strategi
potensi yang besar untuk tumbuh dan
bersaing Cost Leaderships dan Product
berkembang karena didukung sumber bahan
Differentiation, disesuaikan dengan
baku melimpah dan perajin yang terampil.
karakteristik pelaku usaha dan skala
Oleh karena itu, pemerintah memprioritaskan
usahanya.
pengembangan sektor padat karya
Penerapan strategi-strategi tersebut
berorientasi ekspor ini agar semakin
juga dimungkinkan karena beragam dan
melimpahnya SDM, etnis dan budaya. UMKM plasma, tidak jarang inti
Melimpahnya sumberdaya ini merupakan menyalurkan bantuan pinjaman lunak bagi
keunggulan komparatif untuk menghasilkan plasmanya tidak berupa uang, namun berupa
produk furniture dengan harga yang relatif bahan baku kayu jati. Kopasta Surakarta telah
murah dan memiliki kekhasan sehingga dapat melakukan pola ini sejak tahun 2007 dan
menjadi keunggulan kompetitif. sampai sekarang berjalan dengan baik.
Strategi cost leaderships memerlukan Sedangkan manfaat yang diperoleh
economies of scale yang tinggi, sehingga oleh inti terutama adalah jaminan pasokan
praktis pelaku usaha UMKM yang umumnya baik berupa produk setengah jadi maupun
beroperasi pada economies of scale yang produk jadi dengan kualitas yang sesuai
rendah akan sulit menerapkan strategi standar yang ditetapkan oleh inti dan dengan
tersebut. Salah satu upaya yang dapat harga yang layak.
ditempuh UMKM adalah melakukan
kemitraan dengan pelaku usaha besar seperti
yang telah dilakukan oleh Koperasi Asmindo
Surakarta (Kopasta) Surakarta, salah satu
anggota Asosiasi Mebel Indonesia (Asmindo)
cabang Solo. Kopasta bertindak sebagai inti
dan pengrajin UMKM bertindak sebagai
UMKM Furniture Bisa Ekspor karena bermitra
plasmanya. Demikian pula pola kemitraan dengan Usaha Besar
yang dilakukan oleh UMKM dengan
Koperasi Jasa Usaha Bersama (KJUB) “Alis Untuk pasar dalam negeri pelaku-
Teara Jaya” Klaten, salah satu eksportir besar pelaku usaha pada industri furniture kayu jati
mebel berbahan baku kayu jati dengan negara pada umumnya tidak menjalin kemitraan
dengan usaha besar tersebut di atas bersifat baik dalam aspek permodalan, pengadaan
“win-win”. Beberapa manfaat yang diperoleh bahan baku, pengembangan produk kreatif,
UMKM antara lain jaminan pasar dengan serta pengembangan pasar dan pemasaran
kolektif, jaminan permodalan dan industri furniture berbahan baku kayu jati
penanggulangan risiko usaha. Guna jika harus menghasilkan produk yang “tampil
menghasilkan produk yang tampil beda ini menghilangkan kendala yang menghambat
sangat terlihat pada pelaku usaha yang pertumbuhan industry furniture, fasilitasi
berorientasi ekspor. Produk eksportir pendanaan, pendampingan, promosi dan
memiliki pasar di luar negeri umumnya pemasaran baik di dalam maupun di luar
bukan karena harga produknya paling murah, negeri, dan fasilitasi lain seperti penyediaan
melainkan lebih disebabkan oleh produknya buku trend desain bertaraf internasional.
yang khas dan kreatif namun selalu di up- Presiden Jokowi sebagai mantan
date mengikuti trend yang berkembang di tokoh Solo’s Empire (grup eksportir furniture
pasar internasional. Persaingan produk besar di Solo) sangat memahami besarnya
furniture di pasar internasional sangat ketat potensi industri furniture untuk tumbuh dan
dan melibatkan eksportir-ekspotir dari negara berkembang, oleh karenanya mendukung
negara eksportir besar, terutama China, penuh pengembangan industri ini. Saat
namun ekspor furniture Indonesia meningkat meninjau Indonesia-International Furniture
dari tahun ke tahun (sebelum adanya Expo 2019 di JI-Expo, Jakarta (13 Maret
pandemi Covid19), khususnya karena 2019), Presiden Jokowi melihat adanya
keberhasilan penerapan strategi product peningkatan desain mebel buatan pengrajin
diffenetiation. sekaligus pengusaha mebel lokal.
Untuk dapat menghasilkan produk Menurutnya hal ini harus diapresiasi agar
furniture yang tampil beda (inovatif dan semangat berkreasi dan berinovasi pengrajin
kreatif) diperlukan upaya sinergis yang makin berkembang. Dalam kesempatan
melibatkan unsur pemerintah, akademisi, tersebut presiden juga berjanji untuk
pelaku usaha dan masyarakat seperti menyelesaikan hambatan yang masih dialami
disajikan pada denah berikut: pelaku usaha mebel nasional, menyediakan
Pengembangan
instansi pemerintah untuk mewujudkan peran
Produk Kreatif
pemerintah sebagai regulator, fasilitatos dan
stimulator bagu tumbuh-kembangnya industri
Pelaku
Usaha furniture termasuk yang berbahan baku kayu
Masyarakat
jati.
Pola Sinergis Pengembangan Produk Kementerian KUKM menyediakaan
Kreatif UMKM
fasilitasi antara lain penyediaan dana murah
Pemerintah menyediakan antara lain melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir
regulasi yang kondusif termasuk (LPDB), pengembangan pasar dan pemasaran
furniture yang inovatif, kreatif, khas dan up f. Melakukan evaluasi dan pengembangan
to date. pasar dan pemasaran produk furniture
Masyarakat sebagai konsumen secara mandiri.
produk furniture juga diperlukan umpan
baliknya utamanya untuk mengetahui
perubahan selera dan trend produk yang
merreka butuhkan. Pameran juga merupakan
salah satu media yang efektif untuk
mengetahui umpan balik dari konsumen
furniture.
Langkah-langkah dan tahapan yang
dapat ditempuh agar pelaku usaha furniture
mampu menghasilkan dan memasarkan Pemasaran Online Produk Mebel
https://kemenperin.go.id/direktori-
perusahaan?what=furniture&prov=0
https://binus.ac.id/bandung/2019/12/pertumb
uhan-industri-dan-potensi-target-market-
furniture-di-indonesia/