Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 9 No.

1 Januari 2022
P - ISSN : 2503-4413
E - ISSN : 2654-5837, Hal 195–200

KECERDASAN BUDAYA DAN PENYESUAIAN LINTAS BUDAYA PADA


EXPATRIATE
Oleh :
Nur Faliza
Faculty of Economics and Business, Universitas Malikussaleh
Email : nurfaliza@unimal.ac.id
Effan Fahrizal
Faculty of Engineering, Universitas Malikussaleh
Email : effan@unimal.ac.id

Article Info Abstract


Article History : Economic globalization has made companies become multinational
Received 03 Januari - 2022 , public and workforce with multi- cultural backgrounds . Its
Accepted 29 January - 2022 important for individual have of capital competency ( knowledge
Available Online and skills) to face the challenges of globalization by learning a
31 Januari - 2022 cross-cultural adjustment for global worker, cultural intelligence
can explain how individuals have capability to adaptation to multi-
cultural environment . This article purpose to conceptual describe
the relationship between the cultural intelligence and cross-
cultural adjustment related to worker in a global culture or cross-
cultural.
Keyword :
Cultural intelligence,
Cross-cultural adjustment,
Globalization

1. PENDAHULUAN awal abad 21 (Ying dan Han 2006). Penting bagi


Globalisasi ekonomi telah menjadikan individu untuk memiliki pengetahuan dan keahlian
perusahaan-perusahaan menjadi multinasional. yang secara efektif berhadapan dengan tantangan
Sumber daya manusia merupakan aset tidak dan persyaratan dari globalisasi (Rose et al., 2008).
berwujud (intangible asset) dalam perusahaan, Terutama bagi para pekerja lintas budaya yang
yang merupakan salah satu elemen kunci untuk lebih dikenal dengan istilah expatriate.
meningkatkan kinerja perusahaan. Human capital Kemampuan berinteraksi dalam lintas budaya
merupakan modal utama bagi perusahaan untuk (penyesuaian lintas budaya) merupakan hal penting
menjadikan organisasi global agar mampu bersaing bagi individu dalam era globalisasi ini. Kegagalan
secara efektif dalam ekonomi global. Sumber daya dan kesuksesan berinteraksi dengan orang-orang
manusia memegang peranan yang penting bagi dalam budaya yang berbeda bukanlah hal yang
kinerja organisasi untuk pertumbuhan bisnis. mudah sehingga menjadi tantangan dan juga beban
Meningkatnya bisnis internasional membawa bagi organisasi dan juga individu-individu di
peningkatan interaksi lintas budaya dengan aspek seluruh dunia. Oleh karena itu individu
dan tingkatan yang berbeda dari kehidupan kita di membutuhkan pembelajaran bagaimana
seluruh dunia (Dagher, 2010), yang berinteraksi dengan individu lainnya yang datang
mengindikasikan bahwa masyarakat dan tenaga dari latar belakang budaya yang berbeda dengan
kerja saat ini memiliki budaya yang lebih beragam cara yang efektif dan pada waktu yang sama tidak
dari yang sebelumnya. Sehingga pertemuan lintas saling menyakiti dalam proses interaksi tersebut
budaya menjadi tantangan bagi para individu di (Dagher, 2010). Bagi para expatriate ada beberapa

195
alasan mengapa mereka berhenti sebelum untuk memahami dan mempertimbangkan
penugasan luar negeri selesai. Diantaranya adalah abstraksi atau konsep dalam menyelesaikan
penyesesuaian dan adaptasi lintas budaya yang masalah”. Ketertarikan pada kecerdasan dalam
sangat rendah (Malek dan Budhwar, 2013), dunia nyata telah mengidentifikasikan tipe baru
cultural shock (Shu et al., 2016). Kecerdasan kecerdasan yang fokus pada konten domain yang
budaya dipercaya mampu menjelaskan mengapa khusus seperti kecerdasan sosial, kecerdasan
beberapa individu lebih mampu mengarungi emosional dan kecerdasan praktikal (Ang et al.,
lingkungan dengan beragam budaya dibandingkan 2008). Berdasarkan definisi kecerdasan umum oleh
yang lainnya (Rose et al., 2008). Expatriate yang Schamidt dan Hunter (2000) tersebut, CQ
sukses dalam satu penugasan internasional maka ia dikonseptualissaikan sebagai bentuk khusus dari
akan sukses pada penugasan selanjutnya kecerdasan yang fokus pada kemampuan individu
(Guðmundsdóttir, 2015). Ini merupakan hal yang untuk memahami dan mempertimbangkan dengan
menantang, memiliki kecerdasan dalam benar dalam situasi yang dicirikan dengan
menyesuaikan diri dalam lintas budaya (Lin et al., keberagaman budaya. CQ merupakan bentuk
2012; Huff et al., 2020). pelengkap lainnya dari kecerdasan seperti IQ
Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan (kemampuan mental umum), EQ/ kecerdasan
kecerdasan budaya (Cultural intelligence) emosi (Ang dan Van Dyne, 2008) dan kecerdasan
berhubungan dengan Cross-Cultural Adjustment praktikal (Sternberg et al, 2000) yang dapat
dan mampu meningkatkan Cross-Cultural menjelaskan hal-hal yang berbeda dalam
Adjustment, seperti penelitian yang dilakukan oleh mengatasi fungsi dan keberagaman dalam
Templer et al., (2006), Dagher (2010), Early and pengaturan budaya yang baru. Ketika norma bagi
Ang (2003), Ramalu et al., (2011), Lin et al., berbagai interaksi sosial dari budaya ke budaya,
(2012), dan Hu et al., (2020). Cultural intelligence maka hal tersebut bukanlah kecerdasan kognitif
memiliki peranan yang penting untuk mencapai namun EQ atau kecerdasan sosial yang
kesuksesan dalam Cross-Cultural Adjustment yang diterjemahkan secara otomatis ke dalam interaksi
akan berdampak pada kinerja (Huff et al., 2020). dan penyesuaian lintas budaya yang efektif (Ang
Kemudian dimensi-dimensi dari Cultural dan Van Dyne, 2008).
intelligence (Cognitive CQ, Meta-cognitive CQ, CQ merupakan kemampuan individu yang
Motivational CQ, and Behavioral CQ) mampu efektif dalam berbagai situasi yang
memprediksikan Cross-Cultural Adjustment (Lin dikarakteristikkan dengan keberagaman budaya (
et al., 2012). Namun pada penelitian yang Ang dan Van Dyne ,2008; Early dan Ang, 2003).
dilakukan oelh ramalu et al.(2011), dari empat Sesuai dengan hal tersebut Early dan Ang (2003)
dimensi yang memebentuk CQ, hanya behavior mengkonseptualisasikan CQ ke dalam konsep
CQ yang berhubungan negative dengan general multifaktor yang meliputi komponen mental (meta
adjustment. Sedangkankan Shu et al. (2017), kognitif dan kognitif), motivator dan perilaku.
mengemukakan bahwa cognitive CQ, motivational Kecerdasan mental (mental intelligence) meliputi
CQ dan behavior CQ mampu mempengaruhi kemampuan meta kognitif dan kognitif yaitu
semua factor atau dimensi pada cultural prosess kognitif dan pengetahuan kognitif.
adjustment. Kecerdasan motivasi merupakan sebagian kognisi
Berdasarkan hal tersebut di atas, artikel ini dimotivasi melalui proses kekuatan/ semangat
bertujuan untuk menjelaskan hubungan kecerdasan individu yang menunjukkan kecerdasan
budaya dengan penyesuaian lintas budaya dalam motivasional, kecerdasan berperilaku fokus pada
lintas budaya berdasarkan review literatur yang apa yang individu lakukan (seperti tindakan nyata
relevan dengan tujuan artikel ini. artikel ini mereka) bukan pada apa yang mereka pikirkan atau
berkontribusi pada pengembangan pengetahuan rasakan (pikiran atau emosi). Jadi kecerdasan
tentang Cultural Intelligence and Cross-Cultural budaya kognitif (cognitive CQ) adalah
Adjustment terutama bagi para pekerja pengetahuan umum dan pengetahuan terstruktur
internasional atau expatriate. Selanjutnya struktur tentang budaya. Kecerdasan budaya motivasional
pada artikel ini adalah kajian pustaka, metodelogi, (motivational CQ) adalah besarnya kekuatan atau
hasil dan diskusi serta kesimpulan. semangat yang diterapkan terhadap pembelajaran
tentang fungsi dalam situasi lintas budaya.
2. KAJIAN PUSTAKA DAN Kecerdasan budaya perilaku (behavioral CQ)
PENGEMBANGAN HIPOTESIS adalah kemampuan untuk menyesuaikan tindakan
Cultural Intelligence verbal dan nonverbal ketika berinteraksi dengan
Ang et al., (2010) memaknai kecerdasan umum orang yang berasal dari budaya berbeda.
merujuk pada definisi yang di kemukakan oleh Ang et al., (2010) mengungkapkan bahwa
Schamidt dan Hunter (2000) yaitu “kemampuan kapabilitas mental dari CQ metakognitif dan CQ

196
kognitif memprediksikan penyesuaian budaya dan Kemudian Cattell’s (1971) menambahkan
pembuatan keputusan (cultural judgement and teori investasi dalam kecerdasan yang
decision making, CJDM). CQ motivasional dan berpendapat bahwa kecerdasan motivasional
CQ perilaku memprediksikan sosiokultural dan penting dalam memfasilitasi pertumbuhan
penyesuaian psikologi serta CQ metakognitif dan kecerdasan kognitif dan metakognitif.
CQ perilaku memprediksikan kinerja. Early dan 4. Kecerdasan perilaku mencerminkan
Ang (2003) mengemukakan bahwa CQ merupakan kemampuan dalam menyesuaikan tindakan
konsep multi dimensi yang meliputi meta kognitif, verbal dan nonverbal ketika berinteraksi
kognitif, motivasional dan dimensi perilaku. CQ dengan orang yang berbeda budaya. Yang
sebagai konstruk multifaktor didasarkan pada meliputi kemampuan yang fleksible dalam
framework Sternberg dan Detterman’s (1986) dari tindakan verbal dan non verbal, yang
berbagai fokus kecerdasan. Sternberg termasuk fleksibilitas kesesuaian dalam
mengintegrasikan berbagai pandangan kecerdasan kemampuan berbicara-kata-kata dan phrase
dengan mengajukan empat cara yang saling yang tepat digunakan ketika berkomunikasi
melengkapi untuk dikonseptualisasi pada tingkat dengan pesan-pesan khusus. Perilaku CQ
kecerdasan individu yaitu: merupakan komponen penting dari CQ karena
1. Kecerdasan metakognitif yang merefleksikan tindakan atau action yang menonolkan fitur-
proses individu yang digunakan untuk fitur interaksi sosial. Berdasarkan pada Hall
memperoleh dan memahami pengetahuan (1959) yang menekankan pada kemampuan
budaya meliputi pengetahuan dan pengawasan mental untuk memahami budaya dan motivasi
atas prosan dan meninjau ulang (revising) yang harus dilengkapi dengan kemampuan
model mental pemikiran individu yang untuk menunjukkan kesesuaian tindakan
berhubungan dengan budaya (NG et al., verbal dan non verbal yang didasarkan pada
2012). Metakognitif fokus pada proses nilai budaya dari pengaturan yang spesifik
kognitif yang tinggi. Kemampuan yang (NG et al., 2012). Kecerdasan perilaku
relevan dengan kemampuan meta kognitif merupakan fleksibilitas dalam menunjukkan
adalah perencanaan, pengawasan, meninjau tindakan yang sesuai dalam berhadapan
ulang (revising) model norma budaya negara dengan orang yang berbeda latar belakang
atau kelompok orang. Metakognitif CQ budaya (Ramon, 2013).
merupakan tingkat kepedulian budaya selama Cross Cultural Adjustment
interaksi dalam lintas budaya atau kepedulian Cross Cultural Adjustment merupakan
budaya selama interaksi dengan orang dari kemampuan individu dalam menyesuaikan diri
latar belakang budaya yang berbeda (Ramon, dengan lingkungan yang baru. Black (1990)
2013). mendefinisikan cross cultural adjustment sebagai
2. Kecerdasan kognitif adalah pengetahuan derajat psikologi yang nyaman dan akrab
tentang norma-norma, praktek dan konvensi (familiarity) yang dimiliki oleh individu terhadap
dalam memperoleh budaya yang berbeda dari lingkungan yang baru. Mendenhall and Oddou
pendidikan dan pengalaman pribadi (Ramon, (1991), mengemukakan bahwa cross-cultural
2013, Ang et al., 2010). Kecerdasan kognitif adjustment memiliki konstruk yang multi dimensi
meliputi pengetahuan budaya universal daripada fenomena yang unitary. Ada tiga dimensi
sebagai pengetahuan dari perbedaan budaya. dari konstruk ini yaitu 1). General adjustment :
Kognitif CQ merupukan faktor penting dalam penyesuaian pada budaya luara berupa kondisis
CQ karena pengetahuan budaya kehidupan luar negeri (makanan, perumahan,
mempengrauhi pemikiran dan perilaku orang- transportasi dan shopping); 2). Interaksi yaitu
orang (Ang et al., 2010). penyesuaian dengan kebangsaan negara tuan
3. Kecerdasan motivasi merupakan dorongan rumah (sosialisasi, berbicara dengan individu tuan
dalam diri seseorang untuk belajar lebih secra rumah); 3) work adjustment yaitu penyesuaian
efektif tentang fungsi dalam situasi beragam dengan budaya kerja lokal (host country) seperti
budaya (Ramon, 2013). Kanfer dan Heggestad budaya organisasi, supervisis kerja, ekpektasi
(1997) berpendapat bahwa kemampuan kinerja dan kebutuhan pekerjaan (Harrisson and
motivasional menyediakan kontrol agentic Voelker, 2008).
dari efek kognisi dan perilaku yang Waxin and Panaccio (2005) mengidentifikasi
memfasilitasi pencapaian tujuan. Kecerdasan tiga kategori yang menjelaskan variabel-variabel
motivasional yang tinggi mengarahkan bagi penyesuaian lintas budaya expatriat yaitu
perhatian pada energi terhadap situasi-situasi individual, organisasi dan kontekstual. Anteseden
pada lintas budaya yang didasarkan pada individual meliputi kecakapan menyesuaikan diri
ketertarikan intriksik (NG et al., 2010). individu dan pengalaman internasional

197
sebelumnya. Anteseden konstektual terdiri Adjustment yang diterbitkan dalam jurnal akademis
lamanya waktu yang dihabiskan di negara tuan maupun bagian dari book chapter. Kedua, memilih
rumah (host country), dukungan sosial dari patner, artikel yang judul dan isinya mengungkapkan
dan dukungan logistik dari organisasi. Anteseden tentang Cultural intelligence dan Cross-Cultural
organissai meliputi variabel yang berhubungan Adjustment untuk menganalisis artikel. Ketiga,
dengan pekerjaan (kejelasan peran dan keleluasaan menganalisis isi artikel yang diambil, digunakan
peran), yang berhubgan dengan dukungan sosial untuk mengekstrak data konseptual deskriptif dan
organisasi (supervisi, rekan kerja, dukungan kualitatif. Terakhir, hasilnya diinterpretasikan dan
organisasi negara asal (home country)), perbedaan disintesiskan
budaya organisasi antara negara asal (home-
country) dan organisasi negara tuan rumah (host- 4. HASIL DAN DISKUSI
country) pada akhirnya memerlukan cross cultural Cultural Intelligence and Cross-Cultural
adjustment. Adjustment
Metakognitif CQ dihubungkan dengan Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan
CCAyang memfasilitasi proses pembelajaran budaya mampu memprediksikan penyesuaian
budaya yang mana elemen kognitif yang penting lintas budaya yaitu penyesuaian umum pada
dalam proses penyesuaian, meta kognitif yang kondisi kehidupan luar negeri, penyesuaian kerja
tinggi merupakan kemapuan mental untuk berpikir pada budaya kerja luar negeri dan penyesuaian
tentang proses pemikiran pribadi, mengantisipasi interaksional yaitu sosialisasi dengan budaya
preferensi budaya lainnya dan menyesuaikan lainnya (Ang et al., 2010). Hubungan antara faktor-
model mental selama pengalaman antar budaya faktor CQ (motivational CQ dan behavioral CQ)
menyediakan individu wawasan yang sangat dan cross cultural adjustment, menunjukkan
berguna dalam memahami proses pembelajaran hubungan yang positif antara kecerdasan budaya
pengetahuan budaya’. Individu yang tinggi dalam motivasional dengan tiga dimensi penyesuaian
proses metakognitif CQ dalam menarik lintas budaya yaitu general adjustment, interaction
pengetahuan budaya, haruslah lebih gigih berpikir adjustment dan work adjustment. sedangkan
secara strategik tentang interaksi mereka dengan kecerdasan budaya perilaku berhubungan positif
budaya lainnya dan hubungan yang membuat dengan general dan interaction adjustment dan
situasi lintas budaya umum dalam memfasilitasi tidak pada work adjustment. Berdasarkan
pencapaian penyesuaian pada budaya baru. penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan diri
Kognitif CQ komponen pengetahuan dalam individu dimotivasi untuk menjelaskan hal-hal
proses penyesuaian, pengetahuan budaya dapat baru dan tidak meragukan kemampuannya untuk
menentukan kemampuan untuk meminimalkan mengatasi hambatan dalam penyesuaian dengan
kesalahpahaman dengan seseorang yang berasal budaya yang berbeda, dan pentingnya mengadopsi
dari budaya lainn. Individu yang tinggi kognitif CQ perilaku yang sesuai agar dapat bertahan dalam
lebih mampu dalam melakukan penyesuaian pada budaya baru dengan lingkungan yang berbeda
lingkungan budaya baru dan lebih berpengetahuan (Dagher, 2010).
tentang aspek-aspek khusus dari budaya lain. Kemudian kecerdasarkan budaya motivasional
Motivational CQ yang tinggi memiliki ketertarikan (motivational CQ) mampu memprediksikan ketiga
intrinsik dengan budaya lain dan sukses dalam dimensi dari penyesuaian lintas budaya yaitu
situasi yang berbeda secara budaya. Individu penyesuaian umum, penyesuaian interaksional dan
dengan self efikasi yang kuat memiliki penyesuaian kerja dari profesional global, serta
penyesuaian yang lebih baik dalam situasi yang kecerdasan budaya memprediksikan penyesuaian
sulit. Perilaku CQ merupakan fleksibilitas perilaku kerja dan penyesuaian umum atas pekerjaan yang
berhubungan dengan general, interation dan work realistis dan kondisi kehidupan sebelumnya bagi
adjustment (Ramalu et al, 2011). profesional global dengan latar belakang yang
berbeda (Templer et al., 2006). Kecerdasan budaya
3. METODE PENELITIAN yaitu Cognitive CQ, Meta-cognitive CQ,
Ekplorasi konseptual hubungan Cultural Motivational CQ, and Behavioral CQ secara positif
intelligence dan Cross-Cultural Adjustment berpengaruh terhadap cross-cultural adjustment
melalui tinjauan sistematis dan akademik literatur. (Hu et al., 2012). Namun pada penelitian yang
Langkah-langkah dalam melakukan tinjauan dan dilakukan oleh Huff et al., (2020) mengungkapkan
analisis konseptual adalah: pertama, kami bahwa dari kempat dimensi kecerdasan budaya
melakukan pencarian yang komprehensif dan hanya Motivational CQ yang berpengaruh terhadap
sistematis untuk mengidentifikasi dan mengekstrak cross-cultural adjustment.
semua literatur yang relevan dalam kaitannya Kecerdasan budaya merupakan capability yang
dengan Cultural intelligence dan Cross-Cultural penting yang harus dimiliki oleh para pekerja lintas

198
budaya, karena berdasarkan hasil studi para ahli 5. KESIMPULAN
menunjukkan bahwa individu yang memilki Penyesuaian lintas budaya (Cross cultural
kemampuan kecerdasan budaya lebih mudah adjustment) pada budaya luar (host country) sangat
dalam melakukan penyesuaian dengan lingkungan besar pengaruhnya pada kesuksesan penugasan
yang terdiri dari berbagai budaya. Secara teoritis global, dimana para pekerja atau karyawan bekerja
semua aspek dalam kecerdasan budaya mampu dengan orang-orang yang memilki latar budaya
memprediksikan atau berhubungan dengan yang berbeda, kemampuan bekerja dalam
penyesuaian lintas budaya, namun dari keempat penyesuaian lintas budaya akan berdampak pada
aspek atau elemen dari kecerdasan budaya kinerja para pekerja lintas budaya. Mereka yang
berdasarkan hasil studi tidak semua berhubungan sukses kebanyakan adalah mereka yang mampu
positif dengan penyesuaian lintas budaya. Ramalu beradaptasi dengan lingkungan baru baik itu
et al (2011) mengungkapkan bahwa perilaku CQ lingkungan kerja dengan berbagai budaya yang
merupakan fleksibilitas perilaku berhubungan berbeda maupun lingkungan sosial dengan multi
dengan general, interation dan work adjustment, budaya.
namun berdasarkan hasil studinya tentang Kemampuan penyesuaian lintas budaya tidak
“pengaruh kecerdasan budaya pada penyesuaian hanya berhubungan dengan kecerdasan budaya
lintas budaya dan kinerja ekspatriat di Malaysia” saja, tetapi juga kepribadian yang tidak dibahas
menemukan bahwa kecerdasan budaya perilaku dalam artikel ini. Kepribadian sangat berhubungan
tidak berhubungan positif dengan penyesuaian dengan kemampuan individu dalam memahami
lintas budaya. Hal ini berbanding terbalik dengan lingkungan baru. Walaupun the big five
hasil studi Dagher (2010) dan Templer et al., personality ( Conscientious, agreeablenes,
(2006) kecerdasan budaya motivasional emotional stability, extraversion dan openness to
berhubungan positif dengan ketiga dimensi experience) (Golberg, 1990), mampu
penyesuaian lintas budaya yaitu general, memprediksikan kecerdasan budaya namun
interaction and work adjustment, sedangkan openness to experience yang memiki hubungan
kecerdasan budaya perilaku berhubungan positif yang kuat dengan keempat aspek kecerdasan
dengan dimensi penyesuaian lintas budaya yaitu budaya yaitu metakognif CQ, kognitif CQ,
general, interaction and tidak pada work motivasional CQ dan perilaku CQ. Sehingga para
adjustment (Dagher ,2010). individu yang memiliki kepribadian openness to
Kemudian Ang et al., 2010 mengemukakan experience akan lebih mudah dalam melakukan
bahwa kecerdasan budaya kognitif penyesuaian lintas budaya dalam penugasan global
memprediksikan general, interaction and work yang mereka hadapi.
adjustment. Kecerdasan budaya meta kognitif dan Berdasarkan paparan diatas, bekerja dalam
kognitif berhubungan dengan penyesuain lintas lintas budaya bukanlah hal yang mudah untuk
budaya (Ramalu et al, 2011). Orang yang memilki dijalani oleh para pekerja lintas budaya untuk itu
CQ kognitif yang tinggi berarti mereka memiliki mereka harus memilki kemampuan untuk
pengetahuan tentang norma, praktek dan konvensi beradaptasi dengan lingkungan yang baru dalam
lintas bufdaya sehingga memahami persamaan dan berbagai macam budaya. Berdasarkan hal tersebut
perbedaannya. Sehingga mendukung motivasional maka untuk dapat melakukan penyesuain lintas
CQ, yang memiliki keyakinan untuk belajar dan budaya para pekerja lintas budaya harus memilki
beradaptasi dengan budaya baru dan mampu kecerdasan budaya terutama kecerdasan budaya
mengembangkan hubungan interpersonal yang motivasional dan kecerdasan budaya perilaku dan
lebih baik dalam konteks lintas budaya (lin et al., juga kecerdsan budaya mental kognitif.
2012). Kesuksesan expatriate dalam penyesuaian lintas
Perbedaan hubungan antara keempat aspek budaya di tentukan oleh penugasan-penugasan
kecerdasan budaya ( kecerdasan budaya meta internasional, pengalaman internasional terdahulu,
kognitif, kognitif, motivasional dan perilaku) kepribadian, kemampuan, keahlian gender dan
dalam studi, terikat pada karakteristik unit analisis marital status (Ramalu et al 2011). Sehingga
penelitian yaitu misalnya pekerja lintas budaya penugasan pekerja keluar negeri harus
ataupun expatriat Arab di USA tentu saja mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki
karakteristik dan latar belakang kedua negara ini pekerja, keahlian, gender, kepribadian dan juga
berbeda jauh, begitu juga dengan expatriate di pengalaman internasional terdahulu. Kemudian
Cina, ataupun Malaysia. Sehingga menghasilkan mempersiapkan kandidat yang akan menjalani
hubungan yang berbeda dari keempat aspek penugasan dengan memilih dan melatih kecerdasan
kecerdasan budaya tersebut terhadap penyesuaian budaya dengan pengetahuan budaya yang dimiliki
lintas budaya. oleh negara yang akan dituju kandidat. Sehingga
ekspatriat bisa efektif bekerja dalam multi budaya.

199
Artikel ini memiliki keterbatasan, dimana Goldberg, I.R. (1990). An Adaptive description of
kecerdasan budaya dan penyesuaian lintas budaya personality, the big factors structure. Journal
dijelaskan dalam bentuk konseptual berdasarkan of Personality & Social Psycology.
literatur review, serta hanya melihat kemampuan Gudmundsdóttir, S. (2015). Nordic expatriates in
individu ataupun para ekpatriate dalam the US: The relationship between cultural
penyesuaian lintas budaya hanya dari aspek intelligence and adjustment. International
kecerdasan budaya saja, pada hal secara teori Journal of Intercultural Relations, 47, 175–
banyak aspek atau faktor-faktor lainnya yang 186.
berhubungan dengan penyesuaian lintas budaya Malek A, M., & Budhwar, P. (2013). Cultural
seperti pengalaman internasional, kepribadian, intelligence as a predictor of expatriate
lamanya waktu penugasan. Diharapkan bagi adjustment and performance in Malaysia.
peneliti selanjutnya untuk melakukan studi yang Journal of World Business, 48(2), 222–23
berkaitan dengan topik ini dengan menambah Mendenhall, M. E., & Oddou, G. (1985). The
faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan dimensions of expatriate acculturation: A
kecerdasan budaya dan penyesuaian lintas budaya review. Academy of Management Review, pg
serta mengujinya secara empiris. 39–47.
Moon (2010). Emotional intelligence correlates of
6. REFERENSI the four-factor model of cultural intelligence.
Ang, Van Dyne dan Koh (2006). Personality Journal of Managerial Psychology Vol. 25 No.
Correlates of the Four-Factor Modelof Cultural 8, pg. 876-898
Intelligence. Group and Organization Ramalu et al (2011). The Effect of cultural
Management, Vol 13 pg 100-123 intelligence on Cross-cultural adjustment and
Ang dan Van Dyne (2008). Conceptualization of job performance amongs expatriates in
cultural intelligence. www.Culturalq.com Malaysia. International Journal of Business
Ang, Van Dyne dan Tan (2010). Cultural and Social Science, Vol 2 No. 9 pg 59-71.
Intelligence Cahapter 29. www.culturalq.com Shu, F., McAbee, S. T., & Ayman, R. (2017). The
Black, J. S. (1990). Locus of control, social HEXACO personality traits, cultural
support, stress, and adjustment in international intelligence, and international student
affairs. Asia Pacific Journal of Management, adjustment. Personality and Individual
pg 1–29. Differences, 106, 21–25
Dagher (2010). The relation between motivational Templer, K.J., Tay,C dan Chandrasekar (2006).
and behavioral cultural intelligence and the Motivational cultural intelligence, realistic job
three dimention of cross cultural adjustment preview, realistic living conditions preview,
among Arabs working in the USA. The and cross-cultural adjustment. Group and
Business Review Cambridge, Vol 15 No 1 pg Organization Managementxxx, pg 154-173
137-143 Takeuchi et al (2005). An integrative view of
Earley, P. C., & Ang, S. (2003). Cultural international experience. Academy of
intelligence: Individual interactions across Management Journal, pg 85-100
cultures. Stanford, CA: Stanford University Waxin dan Panacciao (2005). Cross cultural
Press. training to facilitate expatriate adjustment : it
Hu, S., Liu, H., Zhang, S., & Wang, G. (2020). works!. Personnel Review Emerald Journal,
Proactive personality and cross-cultural pg 51-67
adjustment: Roles of social media usage and
cultural intelligence. International Journal of
Intercultural Relations, 74(September 2018),
42–57.
Huff, K. C., Song, P., & Gresch, E. B. (2014).
Cultural intelligence, personality, and cross-
cultural adjustment: A study of expatriates in
Japan. International Journal of Intercultural
Relations, 38(1), 151–157.
Horrison dan Voelker (2008). To personality
variables and the cultural adjustment of study
abroad student. The Interdiciplinary Journal of
Study Abroad pg 70-87.

200

Anda mungkin juga menyukai