Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

CULTURAL AWARNESS

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Masyarakat)

Dosen Pengampu : Lieni Lestari, SST.,M.Tr.Keb

SEMESTER III

Di Susun oleh kelompok II :

Ananda Adelia . P

Aulia Nur Hafizah

Ellita Oktavianti

Nitha Dwi . S

Ulandari

Zita Zunisya

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO CENDIKIA MEDIKA


PANGKALAN BUN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

              Rasa Syukur Alhamdulillah yang sedalam - dalamnya kami panjatkan kehadirat
Allah Yang Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya lah kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini. Menyadari akan keterbatasan kemampuan kami,
maka dalam hal ini kami  mengharap kritik dan saran membangun.
            Besar harapan kami semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat
bagi kita sekalian, Amin.

Pangkalan Bun, 18 Oktober 2021


Penyusun

TTD

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................1
C. TUJUAN............................................................................................................2
D. MANFAAT........................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesadaran Budaya (Cultural awareness).........................................................3
B. Tingkat Kesadaran Budaya (Cultural Awareness)..........................................4
C. Pentingnya Kesadaran Budaya.........................................................................7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN...................................................................................................11
B. SARAN................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah mahluk sosial yaitu suatu mahluk yang saling bergantung
kehidupannya satu sama lain, karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan
selalu membutuhkan pertolongan orang lain. Dengan kata lain manusia hidup
bermasyarakat. Manusia juga adalah mahluk berbudaya, yang dikaruniai akal
oleh Tuhan yang berbeda dengan binatang. Oleh karena itu, manusia selalu
menggunakan akalnya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya,
termasuk masalah kesehatan. (Notoatmodjo, 2010:65).
Masyarakat dan kebudayaan manusia dimanapun selalu berada dalam
keadaan berubah, termasuk masyarakat dengan kebudayaan primitif yang
terisolasi dari hubungan masyarakat di luar dunianya sendiri. Perubahan yang
terjadi dalam kebudayaan primitif terjadi karena adanya sebab yang yang
berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan itu sendiri (Notoatmodjo,
2010:55).
Ada beberapa faktor yang memengaruhi status kesehatan seseorang yaitu
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, dimana
lingkungan sosial ini dapat memengaruhi perilaku seseorang. Manusia
sebagai makhluk sosial yang saling ketergantungan satu sama lain dengan
lingkungannya sangat membutuhkan pertolongan dari orang lain, dalam
memecahkan berbagai masalah individu maupun masalah-masalah sosial
yang terjadi dalam lingkungan sekitar manusia. Demikian pula dengan
masyarakat Sunda pada masa lalu bahkan hingga sekarang dalam kehidupan
sosial mereka dalam memelihara kesehatan

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan cultural awarness?
2. Apa saja tingkatan dari cultural awarnes?
3. Apa saja yang harus kita pahami dari pentingnya kesadaran budaya?

1
2

C. TUJUAN
1. Agar mahasiwa dapat mengetahui apa yang dimaksud cultural awarness.
2. Agar mahasiwa dapat mengetahui apa saja tingkatan dari cultural
awarnes.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja yang harus kita pahami dari
pentingnya kesadaran budaya.

D. MANFAAT
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah
Kesehatan Masyarakat, agar dapat menambah wawasan tentang kesadaran
budaya dimasyarakat dan sebagai salah satu sarana belajar mahasiswi
kebidanan lainnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesadaran Budaya (Cultural awareness)


Kesadaran budaya adalah kemampuan seseorang untuk melihat ke
luar dirinya sendiri dan menyadari akan nilai-nilai budaya, kebiasaan
budaya yang masuk. Selanjutnya, seseorang dapat menilai apakah hal
tersebut normal dan dapat diterima pada budayanya atau mungkin tidak
lazim atau tidak dapat diterima di budaya lain. Oleh karena itu perlu untuk
memahami budaya yang berbeda dari dirinya dan menyadari
kepercayaannya dan adat istiadatnya dan mampu untuk menghormatinya.
(Vacc et al, 2003).
Wunderle (2006) menyebutkan bahwa kesadaran budaya (cultural
awareness) sebagai suatu kemampuan mengakui dan memahami pengaruh
budaya terhadap nilai-nilai dan perilaku manusia. Implikasi dari kesadaran
budaya terhadap pemahaman kebutuhan untuk mempertimbangkan
budaya, faktor-faktor penting dalam menghadapi situasi tertentu. Pada
tingkat yang dasar, kesadaran budaya merupakan informasi, memberikan
makna tentang kemanusian untuk mengetahui tentang budaya. Prinsip dari
tugas untuk mendapatkan pemahaman tentang kesadaran budaya adalah
mengumpulkan informasi tentang budaya dan mentranformasikannya
melalui penambahan dalam memberikan makna secara progresif sebagai
suatu pemahaman terhadap budaya.
Pantry (dalam Sturges, 2005) mengidentifikasikan 4 kompetensi
yang dapat terhindari dari prejudis, miskonsepsi dan ketidakmampuan
dalam menghadapi kondisi masyarakat majemuk yaitu: Kemampuan
berkomunikasi (mendengarkan, menyimpulkan, berinteraksi),
Kemampuan proses (negosiasi, lobi, mediasi, fasilitasi), Kemampuan
menjaga informasi (penelitian, menulis, multimedia), Kemampuan

3
4

memiliki kesadaran dalam informasi, cara mengakses informasi, dan


menggunakan informasi. Keempat kompetensi tersebut memberikan peran
penting dalam menghadapi masyarakat yang multikultural dan juga
penting bagi konselor dalam kesadaran budaya.
Fowers & Davidov (Thompkins et al, 2006) mengemukakan bahwa
proses untuk menjadi sadar terhadap nilai yang dimiliki, bias dan
keterbatasan meliputi eksplorasi diri pada budaya hingga seseorang belajar
bahwa perspektifnya terbatas, memihak, dan relatif pada latar belakang
diri sendiri.Terbentuknya kesadaran budaya pada individu merupakan
suatu hal yang terjadi begitu saja. Akan tetapi melalui berbagai hal dan
melibatkan beragam faktor diantaranya adalah persepsi dan emosi maka
kesadaran (awareness) akan terbentuk.
Berdasarkan hal di atas, pentingnya nilai-nilai yang menjadi faktor
penting dalam kehidupan manusia akan turut mempengaruhi kesadaran
budaya (terhadap nilai-nilai yang dianut) seseorang dan memaknainya.
Penting bagi kita untuk memiliki kesadaran budaya (cultural awareness)
agar dapat memiliki kemampuan untuk memahami budaya dan faktor-
faktor penting yang dapat mengembangkan nilai-nilai budaya sehingga
dapat terbentuk karakter bangsa.

B. Tingkat Kesadaran Budaya (Cultural Awareness)


1. Wunderle (2006) mengemukakan lima tingkat kesadaran budaya yaitu:
a. Data dan information. Data merupakan tingkat terendah dari
tingkatan informasi secara kognitif. Data terdiri dari signal-signal
atau tanda-tanda yang tidak melalui proses komukasi antara setiap
kode-kode yang terdapat dalam sistim, atau rasa yang berasal dari
lingkungan yang mendeteksi tentang manusia. Dalam tingkat ini
penting untuk memiliki data dan informasi tentang beragam
perbedaan yang ada. Dengan adanya data dan informasi maka hal
tersebut dapat membantu kelancaran proses komunikasi.
5

b. Culture consideration. Setelah memiliki data dan informasi yang


jelas tentang suatu budaya maka kita akan dapat memperoleh
pemahaman terhadap budaya dan faktor apa saja yang menjadi
nilai-nilai dari budaya tertentu. Hal ini akan memberikan
pertimbangann tentang konsep-konsep yang dimiliki oleh suatu
budaya secara umum dan dapat memaknai arti dari culture code
yang ada. Pertimbangan budaya ini akan membantu kita untuk
memperkuat proses komunikasi dan interaksi yang akan terjadi.
c. Cultural knowledge. Informasi dan pertimbangan yang telah
dimiliki memang tidak mudah untuk dapat diterapkan dalam
pemahaman suatu budaya. Namun, pentingnya pengetahuan
budaya merupakan faktor penting bagi seseorang untuk
menghadapi situasi yang akan dihadapinya. Pengetahuan budaya
tersebut tidak hanya pengetahuan tentang budaya orang lain namun
juga penting untuk mengetahui budayanya sendiri. Oleh karena itu,
pengetahuan terhadap budaya dapat dilakukan melalui pelatihan-
pelatihan khusus. Tujuannya adalah untuk membuka pemahaman
terhadap sejarah suatu budaya. Ini termasuk pada isu-isu utama
budaya seperti kelompok, pemimpin, dinamika, keutaman budaya
dan keterampilan bahasa agar dapat memahami budaya tertertu.
d. Cultural Understanding. Memiliki pengetahuan tentang budaya
yang dianutnya dan juga budaya orang lain melalui berbagai
aktivitas dan pelatihan penting agar dapat memahami dinamika
yang terjadi dalam suatu budaya tertentu. Oleh karena itu, penting
untuk terus menggali pemahaman budaya melalui pelatihan
lanjutan. Adapun tujuannya adalah untuk lebih mengarah pada
kesadaran mendalam pada kekhususan budaya yang memberikan
pemahaman hingga pada proses berfikir, faktor-faktor yang
memotivasi, dan isu lain yang secara langsung mendukung proses
pengambilan suatu keputusan.
6

e. Cultural Competence. Tingkat tertinggi dari kesadaran budaya


adalah kompetensi budaya. Kompetensi budaya berfungsi untuk
dapat menentukan dan mengambil suatu keputusan dan kecerdasan
budaya. Kompetensi budaya merupakan pemahaman terhadap
kelenturan budaya (culture adhesive). Dan hal ini penting karena
dengan kecerdasan budaya yang memfokuskan pemahaman pada
perencanaan dan pengambilan keputusan pada suatu situasi
tertentu. Implikasi dari kompetensi budaya adalah pemahaman
secara intensif terhadap kelompok tertentu.
2. Selain itu, Robert Hanvey menyebutkan 4 tingkat cross-cultural
awareness (Yan-li, 2007) yaitu:
a. Awareness of superficial or visible cultural traits. Pada tingkat ini
informasi yang diperoleh oleh seseorang berasal dari media atau
saat dia mengunjungi suatu Negara atau daerah atau dari pelajaran
di sekolah. Yan-li (2007) menyatakan pada level ini pemahaman
mereka hanya terlihat dari cirri yang nampak dan mereka jadikan
sebagai pandangan streotipe terhadap budaya yang tidak benar-
benar mereka pahami.
b. Awareness of significant and subtle cultural traits that others are
different and therefore problematic. Pada level ini seseorang mulai
memahami dengan baik tentang signifikansi dan ciri budaya yang
sangat berbeda dengan caranya sendiri. Hal ini terkadang
menimbulkan frustrasi dan kebingungan sehingga terjadi konflik
dalam dirinya.
c. Awareness of significant and subtle cultural traits that others are
believable in an intellectual way. Pada level ini seseorang sudah
memahami secara signifikan dan perbedaan budayanya dengan
orang lain, namun pada level ini seseorang sudah mampu untuk
menerima budaya lain secara utuh sebagai manusia.
d. Awareness of how another culture feels from the standpoint of the
insider. Level ini adalah level yang tertinggi dari cross-cultural
7

awareness. Pada level ini seseorang mengalami bagaimana


perasaan yang dirasakan oleh budaya lain melalui pandangan dari
dalam dirinya. Hal ini melibatkan emosi dan juga perilaku yang
dilakukannya melalui pengalaman-pengalaman langsungnya
dengan situasi dan budaya tertentu seperti belajar bahasa,
kebiasaan, dan memahami nilai-nilai yang ada dalam budaya
tersebut.
Berdasarkan tingkatan dari kesadaran budaya di atas, perlu
bagi konselor untuk memiliki pemahaman dalam menggunakan
tingkatan-tingkatan tersebut untuk memahami budaya. Tingkatan-
tingkatan tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan aplikasi
guna memahami fitur-fitur kunci pada perbedaan budaya. Sehingga
dapat diaplikasikan dengan menggunakan teknik-teknik yang tepat
untuk memahami dalam pelaksanaan konseling.

C. Pentingnya Kesadaran Budaya


Masyarakat menghasilkan suatu kebudayaan melalui proses
sosialisasi. Kebudayaan selalu mengikuti keberadaan masyarakat. Tidak
ada satupun masyarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan dan tidak
akan pernah tercipta suatu wujud kebudayaan tanpa adanya masyarakat.
Namun, meskipun budaya diciptakan oleh masyarakat, budaya tersebut
dapat pula mengendalikan masyarakat itu sendiri.Sehingga masyarakat
haruslah pandai dalam mengatur arah gerak dari kebudayaannya.
Kesadaran budaya merupakan sikap positif manusia dalam
menyikapi perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat.Kesadaran
budaya sangatlah dibutuhkan dalam mengelola perbedaan-perbedaan
budaya yang ada. Hal ini dikarenakan oleh seringnya perbedaan budaya
yang menimbulkan konflik-konflik di dalam masyarakat. Masyarakat
terkadang lupa bahwa pada dasarnya setiap masyarakat memiliki pola dan
corak kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Sehingga mereka
8

cenderung memperlakukan sama pada setiap bentuk kebudayaan. Padahal


budaya itu sendiri terbentuk sesuai dengan corak masyarakat yang
bersangkutan. Sikap semacam inilah yang sering sekali memicu
kesalahpahaman yang berujung konflik etnis. Dengan kesadaran yang di
terapkan oleh anggota masyarakat, maka diharapkan integrasi sosial akan
tetap terjaga.
Arus globalisasi dan modernisasi, memicu unsur-unsur budaya
asing masuk dan bersanding dengan kebudayaan lokal. Hal ini akan
menimbulkan masalah, jika unsur-unsur budaya asing tersebut tidak sesuai
dengan kebudayaan lokal, apabila masyarakat kurang selektif dalam
menerima dan memakai budaya luar yang tidak sesuai dengan kebudayaan
lokal dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebudayaan yang
telah dimilikinya, maka kebudayaan lokal yang merupakan identitas atau
jati diri tersebut lambat laun akan pudar. Sebagai contoh Budaya dan
bahasa Jawa saat ini semakin terdesak oleh arus perkembangan zaman atau
globalisasi, perubahan masyarakat Jawa juga terjadi sangat signifikan dari
perubahan pola bahasa hingga tingkah laku, padahal jati diri orang Jawa
penuh dengan ajaran kebaikan, kebijaksanaan, narima ing pandum
(menerima apa yang telah digariskan oleh Tuhan). Maka dari itu,
kesadaran budaya perlu ditumbuhkan di dalam benak anggota masyarakat,
kesadaran budaya menciptakan masyarakat menerapkan kearifan lokal
dalam menghadapi perubahan zaman khususnya dalam globalisasi dan
modernisasi, tanpa kearifan lokal proses modernisasi tidak akan berjalan
dengan baik karena kearifan budaya lokal menjadi filter dari modernisasi
dalam masyarakat. Sehingga, dengan adanya kesadaran mengenai
pentingnya arti kebudayaan bagi masyarakat maka upaya-upaya
pelestarian budaya bukanlah hal yang sulit untuk dicapai.
Kebudayaan mengisi dan menentukan jalannya kehidupan
manusia, walaupun hal tersebut jarang disadari oleh manusia sendiri. Hal
tersebut merupakan penjelasan singkat bahwa walaupun kebudayaan
merupakan atribut manusia, akan tetapi, tidak mungkin seseorang
9

mengetahui dan meyakini seluruh unsur kebudayaannya. Betapa sulitnya


bagi individu untuk menguasai seluruh unsur kebudayaan yang didukung
oleh masyarakat sehingga seolah-olah kebudayaan dapat dipelajari secara
tepisah dari manusia yang menjadi pendukungnya.
Maju mundur atau pasang surutnya kebudayaan (culture)
sepanjang sejarah kemanusiaan secara mendasar ditentukan oleh
bagaimana kebudayaan itu dijadikan sebagai kerangka acuan oleh sebuah
masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.Akan tetapi melihat realita
sekarang ini dengan banyaknya kebudayaan asing yang masuk kenegeri
ini, kebudayaan lokal mulai tergeser oleh kebudayaan pendatang.

Berikut merupakan cara-cara yang dapat dijadikan sebagai alternatif


dalam menumbuhkan kesadaran budaya bagi masyarakat:

1. Penanaman sikap multikulturalisme secara dini.


Penanaman sikap toleransi terhadap beragam budaya hendaknya
dilakukan sejak dini ini dimaksudkan untuk menciptakan kesiapan
mental seseorang dalam menyikapi perbedaan yang ada. Dengan bekal
kesiapan mental ini, seseorang tidak akan menganggap remeh budaya
orang lain. Ia akan lebih memahami pentingnya mengharai dan
menghormati kebudayaan yang dimiliki orang lain, sehingga integrasi
sosial dapat tercapai dengan baik.
2. Sosialisasi budaya melalui lembaga pendidikan.
Kebijakan budaya lokal untuk dimasukan ke dalam kurikulum
pendidikan merupakan salah satu cara yang kritis untuk mengatasi
degradasi budaya pada generasi muda. Sebagai contoh seni bahasa,
tari dan seni musik telah dijadikan sebagai muatan local yang harus
ditempuh oleh para peserta didik di sekolah.Tindakan ini secara
langsung memberikan bimbingan kepada para siswa bahwa
kebudayaan yang kita miliki sudah selayaknya kita
lindungi.Kebudayaan tersebutlah yang menjadi aset kekayaan kita.
10

3. Penyelenggaraan beragam budaya sebagai upaya pelestarian budaya.


Penyelenggaraan seni tari atau seni musik dalam pertunjukan-
pertunjukan merupakan salah satu cara yang bijak dalam usaha
mengingatkan kembali kepada kita semua bahwa kitalah yang
seharusnya senantiasa melestarikan kebudayaan yang kita miliki.
Usaha ini sedikit banyak kembali mengingatkan kita semua akan
pentingnya pelestarian budaya. Pertunjukan ini dapat ditemui dalam
agenda hajatan masyarakat yang sering menggunakan pertunjukan ini
sebagai upacara perayaan hajatnya.Seni budaya yang digunakan
meliputi kebudayaan yang tradisional maupun modern.Bahan tidak
menutup kemunginan pula perpaduan diantara keduanya.
4. Mencintai dan menjaga budaya yang dimiliki
Mencintai dan menjaga kelestarian budaya sangat penting dalam
hal ini.Tanpa rasa cinta dan peduli terhadap kebudayaan mustahil kita
dapat menjaga eksistensi budaya yang kita miliki.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian tentang makalah ini, kita dapat mememahami
bahwa kesadaran budaya adalah kemampuan seseorang untuk melihat ke
luar dirinya sendiri dan menyadari akan nilai-nilai budaya, kebiasaan
budaya yang masuk. Selanjutnya, seseorang dapat menilai apakah hal
tersebut normal dan dapat diterima pada budayanya atau mungkin tidak
lazin atau tidak dapat diterima di budaya lain. Oleh karena itu perlu untuk
memahami budaya yang berbeda dari dirinya dan menyadari
kepercayaannya dan adat istiadatnya dan mampu untuk menghormatinya.
(Vacc et al, 2003). Kesadaran budaya (Cultural awareness) adalah
kemampuan seseorang untuk melihat ke luar dirinya sendiri dan
menyadari akan nilai-nilai budaya, kebiasaan budaya yang masuk. Ada 5 
tingkat kesadaran budaya, yaitu data and information, culture
consideration, cultural knowledge, cultural understanding, cultural
competence. Wunderle (2006).

B. SARAN
Bidan maupun mahasiwa calon bidan mampu memahami apa tentang
cultural awarness (kesadaran budaya) dan dapat menerapkan pelajaran ini
pada masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan


Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Forma. Depdiknas
Gielen, Uwe P., Draguns, Juris G., Fish, Jefferson M. editors. (2008). Principles
of Multicultural Counseling and Therapy. Taylor & Francis Group, NY, USA.
Kertamuda, Fatchiah. (2009). Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia.
Salemba Humanika, Jakarta.

SOAL

SESI 1

1. Pertanyaan ananda
Contoh reaksi/rangsangan yang dapat merubah perilaku?
Jawab : contohnya dalam saat ini kita menghadapi pandemi, saat
berpergian kita wajib memakai masker dan harus mematuhi protokol
kesehatan. Tanpa disadari dapat merubah perilaku kita.
2. Jelaskan komponen kogitif dan promotor bisa mempengaruhi perilaku?
Jawab : komponen kognitif( pengetahuan) proses mendapatkan informasi
baru dimana seringkali informasi baru ini merupakan pengganti
pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan
penyempurnaan informasi sebelumnya. Sedangkan komponen
promotor(keterampilan) adalah aktivitas fisik yang dilakukan seseorang
yang menggambarkan kemampuan kegiatan motorik dalam pengawasan
psikomotor.
3. Jelaskan 4 motivasi?
Jawab :
1) Motivasi biogenetis, yaitu motivasi yang berasal dari diri manusia
yang dilakukan untuk kelangsungan hidupnya.
2) Motivasi sosiogenetis
Motivas ini dipelajari orang dan berasal dari lingkungan dimana orang
tersebut berada.
3) Motivasi togenesis
Berasal dari hubungan antara manusia dan tuhannya.

SESI 2

1. Jelaskan faktor predisposisi?


Jawab : faktor predisposisi merupakan faktor antesenden terhadap perilaku
yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku, yang termasuk dalam
faktor ini adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial
dan pengalaman.
2. Jelaskan perilaku tertutup dan terbuka?
Jawab :
1) Perilaku tertutup
Trjadi apabila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat
diamati orang lain (dari luar)secara jelas. Respons seseorang masih
terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, presepsi, pengetahuan dan
sikap terhadap stimlus yang bersangkutan.
2) Perilaku terbuka
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut
sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari
luar.
3. Sebutkan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengubah perilaku
beserta contohnya?
Jawab :
1. Menyadari
Contohnya : seorang mahawasiswa yang belajar di bidang kesehatan
sebelumnya tidak peduli akan kebersihan diri dan perawatan dirinya.
Setelah belajar tentang pentingnya perawatan dan kebersihan diri serta
penyakit yang dapat ditimbulkan jika tidak ada personal hygiene, maka
siswa tersebut mulai peduli dengan kesehatan dirinya, kemudian dia
akan mengaplikasikan bagaimana cara merawat kesehatan dirinya.
2. Mengganti
Contoh : sebelum diketahui betapa pentingnya inisiasi menyusu dini
dan bounding attachment, ibu cenderung dipisahkan dengan bayinya
pasca kelahiran bayinya tersebut. Ini dimaksudkan agar sang bayi tidak
mengganggu istirahat ibu pasca persalinan yang melelahkan. Akan
tetapi, saat ini tidak lagi. Sebisa mungkin bidan atau tenaga kesehatan
lain yang menolong persalinan akan berusaha untuk terciptanya imd
dan bounding attachment . ini dilakukan karena sangat penting
terciptanya keterikatan hubungan emosional ibu dan bayi segera
setelah persalinan dan juga mengingat betapa besarnya keuntungan
imd bagi ibu dan bayinya.
3. Mengintropeksi
Contohnya : seorang ibu yang hamil anak keduanya, cenderung
mengingat pengalaman hamil sebelumnya. Dia akan mencoba
memperbaiki perilakunya saat hamil agar kehamilannya kali ini sama
dengan khamilan dengan sebelumya atau lebih baik dari sebelumnya.

Lampirannn

Anda mungkin juga menyukai