Draft OSOCA Blok 9
Draft OSOCA Blok 9
Overview case
Skenario Keterangan
Seorang anak perempuan berusia 1 tahun 1 Identitas pasien
bulan dibawa ke UGD RS GJ
KU: anak muntah sejak 6 jam SMRS. Diare akut → kurang dari 14 hari
Muntah disertai dengan mencret 5x.
Mencret terjadi sejak 9 jam SMRS
DD/
• Diare akut e.c infeksi virus (rotavirus)
• Diare akut e.c infeksi bakteri (e.coli, salmonella, shigella, dan kolera)
• Diare akut e.c infeksi parasit (amoeba, Giardia lamblia, Strongyloides
stercoralis, dan Trichuris trichiura)
• Alergi (protein)
• Intoleransi laktosa (kabrhidrat)
• Penggunaan Obat (antibiotik)
• Keracunan Makanan (dari makanan kaleng maupun mikroorganisme)
Mencret tidak disertai dengan lendir DD/ diare akut non disentriform e.c
ataupun darah infeksi bakteri disangkal
Muntah berisi makanan dan minuman 8x Faktor risiko dehidrasi dan malnutrisi
Pasien juga mengalami batuk pilek sejak 1 Khas infeksi rotavirus → flu like
hari, tidak diserai demam syndrome
BAK terakhir 10 jam SMRS Tanda dehidrasi
ASI eksklusif sampai usia 4 bulan Faktor risiko ASI tidak eksklusif →
selanjutnya susu formula penurunan sistem imun
Makroskopis Feses
Warna kuning (N: Kuning)
➔ Perubahan konsistensi feses
Konsistensi encer (N: lembek)
menjadi cair
Lendir (+) (N: -)
➔ Berlendir
Darah (-) (N: -)
➔ Tidak ada darah
Mikroskopis Feses
Sisa Makanan (+) (N: +) ➔ Ada sisa makanan
Amilum (-) (N: -) ➔ DD/ Malabsorbsi disangkal
Leukosit 0-1 (N: -)
Eritrosit (-) (N: -)
Telur Cacing (-) (N: -) ➔ DD/ Diare akut e.c infeksi
Amuba (-) (N: -) parasite disangkal
PH 7
Klini test negatif
Breath hydrogen test negatif ➔ Tidak ada karbohidrat di feses
Hematologi
Hb: 11,8 g/dL (N: 10,7 – 13,1) DBN
Eritrosit: 5,1 x 106/μL (N: 3,5-5,2)
Leukosit: 13,0 x 103/μL (N:6-17,9)
Hematokrit 36,0% (N: 35-43)
Trombosit: 505.103/μL (N: 229-553)
DD/
• Diare akut non disentriform disertai dehidrasi ringan sedang e.c suspect
rotavirus
• Diare akut non disentriform disertai dehidrasi ringan sedang e.c suspect e.
coli
DK/ Diare akut non disentriform disertai dehidrasi ringan sedang e.c suspect
rotavirus
Setelah dilakukan tatalaksana awal (selama Tatalaksana terapi B → rehidrasi,
3 jam). BAB cair 5x, ampas (+), lendir (+), zinc, dan probiotik
darah (-), muntah 1x, dan BAK banyak
KU: kompos mentis Dehidrasi teratasi
Nadi 108x/mnt, napas 26x/mnt, suhu
37,5Oc
Kepala: air mata +/+, mata cekung -/-
Abdomen: turgor kembali cepat
DK/ Diare akut non disentriform tanpa dehidrasi e.c suspect rotavirus
Etiologi → ROTAVIRUS
- Termasuk famili Reoviridae
- Virion: berdiameter 60-80 nm, memiliki dua rangka kapsid yang konsentris,
masing-masing rangka berbentuk ikosahedral (Rotavirus berstruktur tiga lapis
protein)
- Memiliki Protein Virus → VP 1, VP 2,VP 3, VP 4, VP 6, VP 7
- Memiliki Non struktural protein → NSP 1, NSP 2, NSP 3, NSP 4, NSP 5
- Merusak vili enterosit (pada usus halus)
- Termasuk bakteri RNA double stranded.
Faktor Resiko
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan + Resep
Non-farmakologi:
1. Overview case
SKENARIO KETERANGAN
Laki-laki, 50 tahun Identitas pasien (insidensi pria>wanita)
Decade 2-5
KU/ Nyeri ulu hati DD/
1. Dispepsia Fungsional
2. Ulkus duodenum
3. Gastritis erosifa hemoragic
4. Keganasan ➝ karsinoma gaster
1 bulan yang lalu nyeri ulu hati, seperti di - Gejala klinis dari gastritis dan ulkus
iris terutama saat perut kosong/terlambat peptikum
makan dan hilang saat diisi makanan, - Gejala klinis ulkus duodenum:
timbul 1-3 jam setelah makan. • Hunger Pain Food Relief
(nyeri hilang bila diisi
makanan)
• Nyeri timbil setelah 1-3 jam
postprandial
- Gejala mengarah ke ulkus duodenum
- Mual dan Muntah - Gejala klinis ulkus duodenum : mual,
- Kembung, cepet kenyang/begah, muntah, kembung, cepet kenyang
kadang sampai sesak nafas - Gejala klinis dyspepsia : sesak nafas ➝
gas meningkat ➝ menekan
diafragma
Pasien adalah seorang pekerja yang sibuk Faktor risiko dyspepsia (pencernaan
sehingga sering terlambat makan terganggu)
Pasien suka makan-makanan pedas dan Makanan dan minuman tersebut dapat
asam juga minum kopi meningkatkan HCl lambung ➝ faktor
resiko dyspepsia (faktor presipitasi ulkus
peptikum)
Pasien tidak pernah menggunakan obat Menyingkirkan DD gastritis e.c OAINS
anti nyeri/rematik
Muntah darah (-) Tidak ada kerusakan saluran pencernaan
atas
- Tidak ada penurunan BB - Menyingkirkan keganasan
- Tidak pernah menjalani operasi - Tidak ada Riwayat nyeri akibat operasi
BAB hitam 2 hari yang lalu Melena →Tanda ulkus
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Umum : composmentis, sakit - Tidak ada penurunan kesadaran
sedang - Bibir kering ➝ tanda dehirdrasi
Kepala : conjungtiva anemis (-) , sklera
ikterik (-), bibir kering, papil lidah atrofi
Thorax : cor/pulmo t.a.k - Thorax normal
Abdomen : datar, lembut, bising usus (+) - Meteorismus : akumulasi gas
normal, lien tidak teraba, nyeri tekan di berlebih dalam saluran pencernaan
epigastrium meteorismus (+) (kembung)
Pemeriksaan Labororium :
- Hb : 10 mg/dl - Tanda anemia (N : 13-17 g/dl)
- Leukosit : 7500 𝑚𝑚3 - Normal (4000-10.000 sel/𝑚𝑚3)
- Trombosit : 278.000 𝑚𝑚3 - Normal (150.000-450.000 sel/𝑚𝑚3
- HJL : 0/2/4/50/36/8 - Basofil : 0-1
- Eritrosit penuh - Eosinofil : 2-4
- Batang Neutrofil : 3-5
- Segmen Neutrofil : 50-70
- Limfosit : 25-40
- Monosit : 2-8
- Eritrosit penuh → feses terdapat darah
DK/ Ulkus Duodenum e.c Helicobacter Pylori
2.Jelaskan diagnosis banding secara klinis pada kasus ini!
Ulkus duodenum (luka terbuka/lesi pada dinding usus halus)
Etiologic :
1) Endogen→ HCl, pepsinogen/pepsin dan garam empedu
2) Eksogen → obat-obatan, alcohol, bakteri
Tanda dan gejala → nyeri saat perut kosong, membaik bila diisi makan atau antasida (HPFR =
Hunger pain food relif), nyeri kambuh 1-3 jam setelah makan, nyeri pada malam hari, mual
muntah, nyeri di sebelah tangan pada garis perut.
Dyspepsia fungsional
Tanda dan gejala berikut : Nyeri epigastrium atau rasa terbakar, cepat kenyang, muntah
darah, melena dan kepenuhan postprandial. Tidak adanya perubuhan structural pada
endoskopi.
Gastritis erosifa hemoragic :
kelainan gaster yang disebabkan oleh kerusakan pertahanan mukosa
yang superfisial namun tidak menembus lapisan mukosa muskularis.
Gastritis erosif merupakan salah satu penyebab perdarahan saluran
cerna atas.
Keganasan ➝ Karsinoma Gaster :
Karsinoma gaster merupakan suatu tumor epitel pada mukosa gaster
yang bersifat malignan dengan diferensiasi kelenjar.
Anatomi
Vaskularisasi
Arteri : (suplai dari a. coeliaca)
- pars superior oleh a. gastroduodenale
- pars descendens, transversa, dan ascenden oleh a. pancreaticaduodenale
superior
- bagian distal : a. mesenterica superior
Vena :
- Bag. proximal bermuara kevena porta via v.gastrica dekstra
- Bag.distal bermuara ke v mesenterica superior via v.pancreoticoduodenale
inferior
- Transperitoneal anastomose denganvena cava inferior melalui vena Retzius
(vena retroperitoneal) → vena porta cava
Limpatik:
Paralel dengan vena, bermuara ke nodus limpatikus coleacus, mesenterica superior
dan cisterna chylii.
Inervasi :
Parasimpatis : n.vagus via plexus coleacus
Simpatis : n.splanchnicus mayor → ggl coleacu →plexus coleacus
Histologi
1) Tunica mucosa
- epitel silindris selapis
- lamina propia
- muscularis mucosa
2) Tunica submucosa
- glandula duodenale (brunner)
- jaringan ikat
- pembuluh darah, limfe
3) Tunica muscularis
• m. longitudinal → luar
• m. sirkular → dalam
4) Tunica serosa
• Jaringan ikat tipis, kaya jaringan lemak.
FISIOLOGI
• Motilitas
Segmentasi dan kompleks motilisasi bermigrasi. Tujuan → membersihkan
sisa-sisa makanan, bakteri dan debris yang menuju kolon.
• Sekresi
Setiap hari usus halus mensekresikan mucus entrikus ke lumen usus.
• Digesti
Dipengaruhi enzim dan empedu
• Absorpsi
Penyerapan zat-zat makanan (glukosa, asam amino, asam lemak)
2. HELICOBACTER PYLORY
3. Proses pembentukkan cairan dan enzim-enzim pada organ yang terganggu padakasus
tersebut
SEKRESI HCL
SEKRESI ENZIM PEPSIN
4. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
Jika leukosit meningkat → ada kemungkinan infeksi H. pylori
• Endoskopi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya gangguan organik pada lumen saluran
cerna, biopsi dan pengambilan spesiemen untuk biakan helicobacter pylori (Hp). Gambaran
endoskopi : luka terbuka dengan pinggiran teratur, mukosa licin dan normal dosertai lipatan
yang teratur keluar dari pinggiran tukak.
• Biopsi
diambil dari pinggiran dan dasar tukak, dengan ditemukannya H.pylori
• Radiologi
Gambaran radiologi tukak berupa kawah dengan batas jelas disertai lipatan mukosa yang teratur
keluar dari pinggiran tukak.
• Urea breath test
o Pemeriksaan non invasive gold standar untuk deteksi infeksi H.pylori
o Dilakukan dengan menggunakan sample nafas dan dilaksanakan pada
kemampuan Helicobacter Pylori dalam mengeluarkan enzim urase yang
dapat mengubah urea menjadi CO2 dan ammonia.
5. Farmakologi dan non Farmakologi
FARMAKOLOGI
Diberikan 1 PPI + 2 Antibiotik
PPI
• Contoh : Omeprazole, Lansoprazole
• Indikasi : tukak lambung dan tukak duodenum, tukak lambung dan duodenum
yang terkait dengan AINS, lesi lambung dan duodenum, regimen eradikasi H.
pylori pada tukak peptik, refluks esofagitis, Sindrom Zollinger Ellison.
Sitoproteksi → melindungi luka dari asam lambung
• Contoh : Sucralfat
• Indikasi : tukak lambung dan tukak duodenum
Antibiotic (Jika etiologi karena infeksi H. pylori)
Durasi pemakaian: 7 – 10 hari atau 7 – 14 harI Kombinasi obat:
1) Omeprazole 40 mg 1x1 + Amoxicillin 1000 mg 1x1 + Klaritromisin 500 mg 2x1
Lansoprazole 30 mg 2x1. Jika pasien alergi Amoxicillin dapat diganti dengan
Metronidazole 500 mg 2x1
2) Alternatif
PPI + Bismut 240 mg 2x1 + Metronidazole 400 mg 3x1 + Tetrasiklin 400 mg
4x1
RESEP
R/ Omeprazol 40mg no. VII
S 1 dd 1 ac
R/ Amoxixilin 1000mg no. VII
S 1 dd 1 pc
R/ Klaritromisin 500mg no. XIV
S 2 dd 1 pc
R/ Sucralfat syr 500gr fl no.I
S 3 dd 1
NON-FARMAKOLOGI
• Diet
• Makan dalam jumlah porsi kecil dan diulang
• Menghindari makanan mengandung tinggi lemak dan makanan yang
memicu kekambuhan
• Menghindari makanan yang bersifat iritatif (pedas atau asam)
• Terapi eradikasi H. pylori dapat memberikan symptom jangka panjang
• Modifikasi gaya hidup & menghindari obat penyebab ulcer (aspirin &
NSAIDs lain,bisphosphonat oral, KCl, pengobatan imunosupresan)
• Menghindari stress
• Menghindari merokok & alcohol
• Menghindari kafein (stimulan asam lambung)
• Menghindari makanan dan minuman soda
• Menghindari makan malam
6. PBHL, Edukasi, Komplikasi, Epidemiologi, Prognosis
PBHL :
Medical Beneficence : menerapkan golden rule principle (mampu menegakan
Indication diagnosis ulkus peptikum melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik,pemeriksaan penunjang)
Patient Autonomi : Menghargai hak pasien, memberikan informed consent langsung
Preferences kepada pasien
Quality of life : Beneficence : Meminimalisasi akibat buruk (mencegah komplikasi dengan
memberikan penatalaksanaan yang tepat kepada pasien)
EPIDEMIOLOGI :
- Prevelensi pasien datang ke pelayanan Kesehatan dokter umum 30%, dan ke
dokter spesialisgastroenterology 50%
- Prevelensi laki-laki 2 : perempuan 1
- Penyebab : OAINS, Infeksi Helicobacter Pylori (95%)
- Merokok dapat memperparah keadaan
- Di Indonesia, data prevelensi infeksi helicobacter pada pasien ulkus duodenum
bervariasi ataupasien virus praktikum
KOMPLIKASI :
- Luka pada lambung ➝ kanker lambung
- Perdarahan massif kasrena :
o Perndarahan kronik menyebabkan Anemia Difisiensi Besi
o Perforasi
o Obstruksi saluran kantungan kembung
o Stenosis
o Kanker lambung
PROGNOSIS
- Quo Ad Vitam : ad bonam
- Quo Ad Fungsionam ➝ dubia ad bonam
DK 3
DEMAM TIFOID
“OVERVIEW CASE”
SKENARIO ANALISIS
KU/ DD/
Panas badan Diagnosis demam dibagi menjadi 2 :
Panas badan tersebut timbul sejak 7 hari yang ● Demam > 7 hari
lalu yang berlangsung terus menerus disertai ● Menyingkirkan DD/ demam < 7
badan panas menggigil. hari (DBD, filariasis, leptospirosis,
covid-19,influenza)
● Demam tipe remitten/step ladder:
bertahap
● Demam menggigil → kompensasi
tubuh terhadap panas
Penderita juga mengeluh sering mual dan Gejala dari infeksi S.typhi yang menyerang
muntah sebanyak 3 kali, cair berwarna kuning GIT terjadi mual muntah
campur makanan.
Nyeri kepala, badan pegal-pegal, nafsu makan Tanda dan gejala dari demam tifoid
berkurang serta gangguan BAB sejak sakit. ● Nyeri kepala, myalgia, arthralgia
● gangguan GIT : nafsu makan
berkurang , gangguan BAB (khas
pada tifoid defekasi tidak normal
diare/konstipasi)
Hasil Laboratorium
DD/
1. Demam typhoid
2. Malaria
3. TBC
DK/
Demam typhoid dengan dehidrasi
KLASIFIKASI
- Demam < 7 hari :
● DBD
● Filariasis
● Leptospirosis
● Influenza (flu like syndrome)
● Covid - 19 (SARS)
- Demam > 7 hari
● Demand typhoid
● Malaria
● TBC
PEMERIKSAAN PENUNJANG
4. Uji TUBEX
Uji TUBEX merupakan uji semi-kuantitatif kolometrik, mudah, dan cepat.
Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonella serogroup D walau tidak
secara spesifik menunjuk pada S. typhi. Infeksi oleh S. paratyphi akan memberikan hasil negatif.
5. Uji Typhidot
Uji typhidot dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat pada protein membran luar
Salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat
mengidentifkasi secara spesifk antibodi IgM dan IgG terhadap antigen S. typhi yang terdapat
pada strip nitroselulosa.
6. Uji IgM Dipstick
Uji ini secara khusus mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap S. typhi pada spesimen serum
atau whole blood. Uji ini menggunakan strip yang mengandung antigen lipopolisakarida (LPS) S.
typhoid dan anti IgM(sebagai kontrol).
❖ DEFINISI
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut sistem pencernaan yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi. Demam tifoid ditularkan melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella typhi, selain itu penyakit ini dapat
ditularkan melalui kontak langsung dengan feses, urin atau sekret penderita demam tifoid. Masa
inkubasi dari S.typhi adalah 10-14 hari.
❖ MANIFESTASI KLINIS DAN PERJALANAN PENYAKIT
● Minggu 1: Bakterimia I, gangguan GIT, demam remiten, rose spot di dada, nyeri kepala,
myalgia, arthralgia, anorexia, kontipasi/diare, rasa tidak nyaman di perut.
● Minggu 2: Splenomegaly, hepatomegaly, typhoid tongue (berselaput kotor pinggirnya
hiperemi dan tremor ), keterlibatan retikuloendotelial (Bacteriemia II), demam kontinu
(menetap), bradikardi relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan suhu 1°C tidak
diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit)
● Minggu 3: Mulai timbulnya komplikasi seperti ulserasi di plak peyer
● Minggu 4: Healing berkoloni di kandung empedu
EPIDEMIOLOGI
● Demam tifoid umumnya menyerang seseorang pada decade 1 dan 2
● Insidensi demam tifoid tinggi di Asia Tenggara > 100 kasus per 100.000 populasi per
tahun
● Depkes RI tahun 2010 melaporkan demam tifoid menempati urutan ke -3 dari 10 pola
penyakit terbanyak pada pasien rawat inap
● Demam tifoid bersifat endemik dan sporadik di Indonesia , dapat ditemukan sepanjang
tahun dengan insidens tertinggi pada anak-anak
FAKTOR RISIKO
● Bekerja di atau bepergian ke daerah di mana demam tifoid terjadi
● Bekerja sebagai ahli mikrobiologi klinis yang menangani bakteri Salmonella typhi
● Memiliki kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi atau baru saja terinfeksi demam
tifoid
● Minum air yang tercemar oleh limbah yang mengandung Salmonella typhi
● Populasi yang kekurangan akses ke air bersih dan sanitasi yang memadai.
● Komunitas sosioekonomi yang rendah
PATOFISIOLOGI
● Panjang 6m.
● Vaskularisasi:
Arteri: Aa. Jejenalis & ilealis.
Vena: parallel dengan arteri.
● Limfe: Nodus limfoidei mesentrica superior.
● Inervasi:
Simpatis: N. Splancnicus minus (T10-T11).
Parasimpatis: N. Vagus.
HISTOLOGI
Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat struktural tertentu yang terdiri atas 4 lapisan
utama yaitu: lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot, dan lapisan serosa.
1) Lapisan mukosa, terdiri atas;
(1) epitel pembatas
(2) lamina propria yang terdiri dari jaringan penyambung jarang yang kaya akan pembuluh darah
kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos, kadang-kadang mengandung juga kelenjar-kelenjar dan
jaringan limfoid
(3) muskularis mukosa.
• Terdapat enterosit, yaitu sel silindris tinggi yang memiliki brush border (microvilli) untuk
mengabsorbsi nutrient yang diserang retrovirus sel absorptive/enterosit
• Banyak goblet cell di antara enterosit untuk menyekresi mucus
• Di antara vili terdapat muara kelenjar tubular pendek yang disebut kriptuslieberkuhn
• Sel Paneth, sel eksokrin dengan granul sekresi eosinofilik besar. Melepaskan lisozim,
fosfolipase A2, dan peptide hidrofobik yang disebut defensin yang berfungsi untuk mengikat dan
memecah membrane mikroorganisme dan dinding sel bakteri
• Sel enteroendokrin, menyekresi hormone peptide
• Sel M, sel epitel khusus pada ileum, mengendositosis antigen dan mengangkutnya ke limfosit
dan sel dendritic di bawahnya, kemudian berpindah ke limfonodus
2) Submukosa, terdiri atas:
• jaringan penyambung jarang dengan banyak pembuluh darah dan limfe
• pleksus saraf submukosa (juga dinamakan Meissner)
• kelenjar-kelenjar duodenal (brunner) pada ileum
• jaringan limfoid
• banyak plak payer di bawah sel M sebagai limfonodulus
Sel M berfungsi untuk menangkap antigen yang berada di permukaan ileum, kemudian akan
dikirimkan pada plak peyer yang berada dibawahnya.
3) Lapisan otot, tersusun atas:
(1) sel-sel otot polos, berdasarkan susunannya dibedakan menjadi 2 sublapisan menurut arah
utama sel-sel otot yaitu sebelah dalam (dekat lumen), umumnya tersusun melingkar (sirkuler);
pada sub lapisan luar, kebanyakan memanjang (longitudinal).
(2) kumpulan saraf yang disebut pleksus mienterik (atau Auerbach), yang terletak antara 2
sublapisan otot.
(3) pembuluh darah dan limfe.
4) Serosa, merupakan lapisan tipis yang terdiri atas
(1) jaringan penyambung jarang, kaya akan pembuluh darah dan jaringan adiposa
(2) epitel gepeng selapis (mesotel).
FISIOLOGI DEMAM
ETIOLOGI
Etiologi : Salmonella Typhi
Salmonella ditularkan melalui rute fekal-oral melalui air yang terkontaminasi, makanan yang
kurang matang, fomites dari pasien yang terinfeksi, dan lebih sering terjadi di daerah dengan
kepadatan penduduk, kekacauan sosial, dan sanitasi yang buruk.
Klasifikasi :
● Kingdom : Bacteria
● Filum : Proteobacteria
● Ordo : Gamma Proteobacteria
● Class : Enterobacteriales
● Family : Enterobacteriaceae
● Genus : Salmonella
● Spesies : Salmonella enteric
● Subspesies : enteric I
● Serotipe : typhi
Morfologi
● Gram (-) bentuk batang
● Bersifat motil flagel peritrik (memiliki flagel di seluruh tubuh untuk bergerak)
● Bersifat fakultatif anaerob
● Tidak berspora
● Tidak memfermentasi laktosa
● Parasite pada saluran pencernaan manusia dan hewan Resistant pada bile salts.
● Dapat bertahan dalam air dan makanan berminggu-minggu. Mati pada suhu 60C dalam
15-20 menit.
Faktor virulensi
● Antigen O (LPS dinding sel/ antigen somatik ) → terletak di lapisan luar bakteri
berfungsi merangsang pembentukan antibody IgM → sangat penting
● Antigen H (flagel) → Antigen yang terletak di flagel bakteri
● Antigen Vi (kapsul/envelope) → Polisakarida bersifat asam yang terletak di selaput
dinding bakteri untuk melindungi diri dari fagositosis
● Endotoksin (lipopolisakarida) → menyebabkan demam, leukopenia, perdarahan,
hipotensi, syok
● Eksotosin → menyebabkan diare
● Kapsul → mencegah fagositosis
PENATALAKSANAAN
NON FARMAKOLOGI :
● Istirahat tirah baring → mencegah komplikasi perforasi
● Diet : konsistensi lunak, rendah serat, protein tinggi, dan cukup kalori
→ Pemberian bubur saring ditujukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran
cerna atau perforasi usus.
● Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan
yang dipakai.
● Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik serta
higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
FARMAKOLOGI
RESEP
PENCEGAHAN
- Cuci tangan sebelum makan
- Hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih
- Menjaga higienitas pribadi
- Menjaga kebersihan tempat tidur, pakaian, perlengkapan yang dipakai
- Hindari susu mentah dan produk yang terbuat dari susu mentah. Minum hanya susu yang
dipasteurisasi atau direbus.
- Perbaiki sanitasi lingkungan
- Pencegahan dengan vaksin
a) Vaksin suntik antigen yang dimurnikan untuk orang berusia di atas 2 tahun (jenis
vaksin: vaksin parenteral ViCPS vaksin kapsul polisakarida)
b) Vaksin oral hidup yang dilemahkan dalam formulasi kapsul untuk orang berusia di atas
5 tahun (contoh vaksin oral: Ty21a)
KOMPLIKASI
Komplikasi Intestinal
1. Pendarahan intestinal
Pada plak Peyeri usus yang terinfeksi (terutama ileum terminalis) dapat terbentuk
tukak/luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus. Bila luka menembus
lumen usus dan mengenai pembuluh darah maka terjadi perdarahan. Selanjutnya bila
tukak menembus dinding usus maka perforasi dapat terjadi.
2. Perforasi usus
Tanda-tanda perforasi adalah nadi cepat, tekanan darah turun, dan bahkan dapat syok
Leukositosis dengan pergeseran ke kiri dapat menyokong adanya perforasi. Bila pada
gambaran foto polos abdomen ditemukan udara pada rongga peritoneum atau
subdiafragma kanan, maka hal ini merupakan nilai yang cukup menentukan terdapatnya
perforasi usus pada demam tifoid.
PROGNOSIS
Prognosis untuk pasien dengan demam tifoid tergantung pada seberapa cepat diagnosis dibuat dan
antibiotik dimulai. Tingkat kematian rata-rata kurang dari 1% di seluruh dunia
● Quo ad Vitam → ad bonam → belum ada komplikasi
● Quo ad Functionam → ad bonam → masih minggu awal fungsi tubuh masih kembali
normal
● Quo ad Sanationam → dubia ad bonam
BHP
● Medical indication
Beneficence: menerapkan Golden Rule Principle → dokter mampu melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang sehingga dapat
menegakkan diagnosis “Demam Tifoid”
● Patient preference
Autonomy: dokter melakukan informed consent kepada pasien dan menghargai hak
pasien → dokter memberikan informasi, melaksanakan informed consent dengan pasien
karena usia pasien yang sudah kompeten
● Quality of life
- Beneficence: meminimalisasi akibat buruk dan mengetahui prognosis
- Non-maleficence: mencegah komplikasi → dokter mencegah komplikasi dengan
melakukan penanganan dan pengobatan yang tepat
● Contextual feature
Justice: mendistribusikan keuntungan dan kerugian → dokter memberikan edukasi terkait
penyakit serta kekurangan dan kelebihan penanganan tersebut, menganalisis faktor risiko
lain seperti stress psikologis dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
pasien, diberitahukan plus minus rawat inap
Prima Facie → Non-Maleficence : Mencegah Komplikasi
DK 7 ABSES HEPAR AMOEBA
KOMPETENSI: 3A
OVERVIEW CASE
SKENARIO KETERANGAN
Laki-laki, 43 tahun Identitas pasien
Keluhan utama: DD/ organ yang ada di perut kanan atas
Nyeri perut kanan atas timbul sejak 7 hari (hepar, kandung empedu, dan duodenum)
yang lalu. 1. Abses hepar
2. Hepatitis
3. Ca Hepar
4. Kolesistitis
5. Ulkus duodenum
7 hari akut
Menjalar ke arah punggung Tanda gejala Abses Hepar Amuba dan
kolesistitis
Menyingkirkan DD/Abses Hati
Piogenik (karena biasanya menetap
dan dapat menyebar/menjalar ke bahu
kanan)
Penderita mengeluh panas badan menggigil Tanda dan gejala klinis Abses Hati
(ada infeksi), berkurang setelah minum Amuba dan kolesistitis. Panas
parasetamol. adanya infeksi
Self medication untuk
menghilangkan rasa nyeri
(simptomatik).
Penderita juga mengeluh sering mual dan Faktor presipitasi dehidrasi
muntah sebanyak 3 kali. Nyeri kepala, badan Tanda dan gejala Abses Hati Amuba
pegal-pegal, nafsu makan berkurang. dan kolesistitis
Penderita adalah pegawai buruh pabrik yang Faktor risiko higien dan sanitasi yang
tinggal di daerah padat penduduk dan dengan buruk
sanitasi hygiene buruk.
Hasil Pemeriksaan
Kesadaran: Komposmentis Sadar sepenuhnya
Tanda vital: Nadi 102x/menit, Tensi 100/70 Takikardi, febris (n: 36,5-37,5 ̊C)
mmHg, Pernapasan 24x/menit, suhu 38.2 ̊C
Kimia klinik:
GDP 105 mg/dl; GDP meningkat (N : 70-100 mg/dl)
SGOT 54; SGPT Meningkat (N: 5-40)
SGPT 60; SGOT meningkat (N: 7-56)
Ureum 20;
Ureum normal (6-24)
SC 0.9;
Serum creatinin N (0,74 -1,35 mg/dl)
Bili T 3,2;
Bili tot meningkat (N: 0,1-1,2 mg/dl)
Bili D 2.1,
Bili direk meningkat (N: <0,3 mg/dl)
HBsAg non reaktif;
HBsAg non reaktif; anti HCV non
anti HCV non reaktif;
reaktif menyingkirkan DD/
Hepatitis
Na: Hiponatremi → akibat hipovolemi
Na 125; Kalium 3.7; Cl 105
(kekurangan cairan tubuh) karena
Feses: tidak didapatkan kelainan
pasien muntah-muntah
IKD
Anatomi
Intraperitoneal di abdomen atas kanan. Secara morfologis dibagi menjadi lobus dekster dan
sinister, dengan lobus caudatus dan quadratus di belakang.
Vaskularisasi
Arteri: A. Hepatica propria (cabang trunkus coeliacus)
Vena portae: aliran masuk vena dari hampir seluruh traktus gastrointestinalis melalui v.
Portae hepatis (vas publicum)
Vena: Vv. Hepaticae (biasanya tiga) bermuara di v. Cava inferior.
Inervasi
Parasimpatis: N. Vagus kanan (trunkus vagalis)
Simpatis: Nn. Splanchnici majores (T7-T10)
Histologi
Hepat dibagi menjadi 2 dimensi:
1. PORTAL TRIAD
Terdapat ductus interlobularis pada tiap strukturnya, terdapat pula pembuluh darah
2. PARENKIM
Yaitu hepatosit, sel kupffer (makrofag), sel endotel sinusoid liver (mensekresi
prostaglandin, dan sitokin berupa IL-1, IL-6, interferon, TNF-α, dan endothelin), sel stela
(tempat penyimpinan vitamin A, lemak), pit sel (natural killer)
Hepar terdiri dari bermacam-macam komponen:
Hepatosit Sel utama fungsional hati, yang terdiri dari :
- Sel epitel khusus dengan 5-12 sisi
- 80% volume hati adalah hepatosit
- Tersusun dalam barisan yang disebut hepatic laminae lempengan hepatosit, 1 sel
yang tebal yang dibatasi di kedua sisi ruang vascular endotel yang disebut sinusoid
hepatica
Kanalikulus hepatica
Ductus antara hepatosit yang mengoleksi empedu yang diproduksi hepatosit. Cairan
empedu saluran empedu/kanalikulus biliaris saluran empedu bergabung membentuk
saluran hati kanan dan kiri saluran empedu komunis usus halus
Sinusoid hepatica
Menerima darah beroksigen dari cabang arteri hepatica dan darah deoksigenasi yang kaya
nutrisi dari vena porta hepatica
Sel kupffer: sel makrofag yang menghancurkan sel darah putih dan yang sudah usang,
bakteri, benda asing lainya dalam vena dari saluran pencernaan
Fisiologi
Absorbsi
Kolon menyerap garam dan H20 Natrium diserap secara aktif CL- mengikuti secara
pasif menuruni gradien listrik (air bergerak melintasi sel) dan mengikuti secara osmotik
Kolon menyerap sejumlah elektrolit lain serta vit. K yang disintesis oleh bakteri kolon
melalui absorbsi garam dan H2O berbentuk massa tinja yang padat dari 500 ml bahan
yang masuk ke kolon setiap hari dari usus halus normalnya hanya menyerap sekitar 350
ml, meninggalkan 150 ml feses dikeluarkan tubuh setiap hari.
Sekresi
Usus besar tidak mengeluarkan enzim pencernaan apapun. Tak ada yang diperlukan karena
pencernaan telah tuntas sebelum kismus sampai kolon. Sekresi kolon terdiri dari larutan
mukus basa (NaHCO3) yang berfungsi melindungi mukosa usus besar dari cedera mekanis
dan kimiawi Mukus menghasilkan pelumasan untuk mempermudah feses bergerak
NaHCO3 menetralkan asam-asam iritan yang diproduksi oleh fermentasi bakteri lokal.
Sekresi sebagai respon terhadap stimulasi mekanis dan kimiawis mukosa kolon yang
diperantai oleh refleks pendek dan persarafan parasimpatis.
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
ETIOLOGI
Kingdom: Protozoa
Phylum: Protozoa/Sarcomastigophora
Subphylum: Sarcodina
Class: Lobosea
Order: Amoebida
Family: Entamoebidae
Genus: Entamoeba
Species: Entamoeba histolytica
Habitat: caecum,
rectosigmoid
Trofozoit: inti tunggal, eksentrik, terdapat butir kromatin halus, kariosom kecil di sentral,
ektoplasma lebar, dan pseudopodia tipis. Ukuran 10-60 µm bergerak aktif
Prekista: Bulat, ukuran lebih kecil dari trofozoit, gerakan tidak progresif
Kista: Oval, bulat, membias cahaya. Inti bisa 1, 2, atau 4. Kista matur punya 1 inti dengan
vakuola glikogen dan benda kromatid untuk cadangan makanan
FAKTOR RISIKO
Higien dan sanitasi penularan secara orofecal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Ultrsonografi (USG) Pemeriksaan awal yang baik dengan ketepatan
mencapai 90%. Pemeriksaan ini untuk membantu diagnosis serta menentukan lokasi dan
besarnya abses
Pemeriksaan Serologi
- Pemeriksaan Indirect Hemagglutination (IHA) memberikan nilai spesifitas tinggi yaitu
99,1%
- Indirect Immunofluresence Assay (IFA): pemeriksaan ini memiliki sensitifitas 93%
dan spesifitas 96,7%. Pemeriksaan ini dapat membedakan infeksi lama dan baru
- Tes ELISA: memiliki sensitivitas 97,9% dan spesifitas 94,8%. Pemeriksaan ini paling
sering digunakan di laboratorium
Polymerase Chain Reaction (PCR) Mendeteksi amuba & lebih sensitif dibanding
ELISA. Namun, kekurangan dari teknik ini adalah memerlukan waktu pemeriksaan yang
cukup lama dan biaya yang dikeluarkan cukup besar.
Mikro feses Menggunakan spesimen segar karena motilitas stadium trofozoit akan
menghilang dalam waktu 20-30 menit. Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan trofozoit
yang bergerak dan mungkin berisi sel darah merah namun metodeini kurang efektif
Kultur feses sensitif tetapi terbatas
KOMPLIKASI
Ruptur abses kedalam:
- Regio thorax menyebabkan: Fistula Hepatobronkial, abses paru, empiema ameba (20-
30%)
- Perikardium menyebabkan: gagal ginjal, perikarditis, temporade jantung
- Peritoneum menyebabkan: peritonitis, ascites
Infeksi sekunder (biasanya bersifat latrogenik setelah tindakan aspirasi)
Lain-lain (jarang): gagal hati fulminan, hemobilia, syndrome Budd-Chiari
PENCEGAHAN
Perbaiki pola hidup bersih dan sehat (cuci tangan)
Perbaiki sanitasi lingkungan
Mengkonsumsi buah dan sayur dengan dicuci terlebih dahulu
Kurangi atau bahkan hindari mengkonsumsi buah dan sayur tanpa dikupas
PROGNOSIS
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam
EPIDEMIOLOGI
Amubiasis terjadi pada 10% dari populasi dunia dan paling umum di daerah tropis dan
subtropis
Penyakit ini sering diderita di usia dewasa muda.
Amebiasis merupakan infeksi tertinggi ketiga penyebab kematian setelah Skhistosomiasis
dan Malaria.
Insidensi abses hati amuba di Amerika mencapai 0,05% sedangkan di India dan Mesir
mencapai 10%-30% per tahun dengan perbandingan 3 (laki-laki) : 1 (perempuan) sampai
12 : 1.
WHO menyatakan infeksi entamoeba histolytica 50 juta kasus dan 70-100 ribu kematian
pertahun di dunia
• hernia inguinal= penonjolan intestinum tenue/ omentum yang masuk ke rongga melalui dinding dari cincin inguinalis
A. Berdasarkan lokasinya:
1. Hernia femoralis à masuk melalui anulus femoralis nanti ke canalis femoralis
2. Hernia Umbilikalis à kongenital
3. Hernia Paraumbilikalis à masuk melalui celah di tepi atas umbilikus
4. Hernia Epigastrika à masuk melalui linea alba umbilkus dan processus xiphoideus
5. Hernia Lumbalis à di daerah costa XII dan krista iliaka
6. Hernia obturatoria à melalui foramen obturatorium
B. Berdasarkan sifatnya:
1. Hernia reponible (tidak menetap)
2. Hernia irreponible (menetap)
3. Hernia inkarserata (isi usus sudah masuk ke cincin hernia ditandai dengan ada obstruksi usus, nyeri, tidak toksik)
4. Hernia strangulata (disertai gg. Vaskularisasi, bisa nekrosis, nyeri, toxic, ttv buruk)
5. Hernia indirect / lateralis
o Lebih sering pd wanita
o Indirect>direct
o Kongenital karena isi hernia merupakan sisa dari proc. Vaginalis (dimana dia itu mensupport embriologi kanalis inguinal)
o Hernia ini tidak langsung membentuk benjolan, tetapi harus ke canalis inguinalis dulu à awalnya masuk ke anulus inguinal
profundus à melewati funiculus spermaticum, N. genitofemoralis à keluar ke anulus inguinal superficial à ke skrotum
(kalo di cowo bisa kemungkinan terjadi h. skrotalis)
o Knp bisa masuk ke canalis inguinalis? Karena disitu area lemah, dan biasanya di janin itu, isi hernia berasal dari proc
vaginalis (dimana dia itu embriologi kanalis inguinal yg ga sempurna) à jadi aja proc vaginalis/ embriologi canalis inguinal
masih terbuka
6. Hernia direct / medialis
o Terjadi karena kelemahan otot intraabdomen à usia >40thn
o Lebih sering di laki2
o Langsung merobek dan membuat bejolan di trigonum hasselbach
- IKD (anat, histo, faal)
➢ Anatomi
Batas Ligamentum Inguinalis
- Terbentang dari SIAS ke tuberculum pubicum melanjutkan ke posterolateral jadi ligamentum pectineal.
Canalis Inguinalis
• Isi : pembuluh darah, limfa, nervus ilioinguinal
• Batas-batas kanalis inguinalis:
v Anterior: terdiri dari aponeurosis oblikus eksterna
v Lateral: otot oblikus interna
v Posterior: fasia transversalis dan otot transversus abdominis
v Superior: otot oblik interna
v Inferior: ligamentum inguinalis
Kanalis inguinalis memiliki lubang di setiap ujungnya:
• Cincin inguinalis dalam (internal) adalah pintu masuk ke kanalis inguinalis.
• Cincin inguinalis superfisial (eksternal) adalah jalan keluar
v Batas MPO
• Superior : aponeurosis M oblique internus abdominis dan m. transversus abdominis
• Media : m. rectus abdominis
• Inferior : lig. Coopers
• Lateral : M. Iliopsoas
v Inervasi Motorik : N. ilioinguinal dan N. iliofemoralis
v Serabut Saraf Aferen : Dari plexus lumbalis (L1-2) : N. cutaneous lateralis, dan L1 : N. ilioinguinal
v Otot Dinding Abdomen
- M. obliqus externus abdominis
- M. obliqus externus abdominis
- M. transversus abdominis
BATAS TRIGONUM HASSELBACH à gambar di atas
o Inferior: kanalis inguinalis.
o superolateral: pembuluh darah epigastrik inferior,
o medial: tepi lateral otot rektus abdominis,
o inferior berupa ligamen inguinal.
Segitiga ini menjadi tempat terjadinya hernia direk.
- Patgen Patfis
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan penunjang:
1. USG à gold standard
o Sesitivitas 80%, & spesifitas 77%
o Harus dilakukan manuver valsava untuk meningkatkan tekaan intraabdominal
o Paling tdk invasif
- Penatalaksanaan + Resep
• ➔ Tatalaksana awal :
1. Rehidrasi menggunakan Ringer Laktat → karena kan usus terjepit
2. Meminta pasien untuk puasa
3. Pemasangan NGT
4. Pemasangan kateter urine
5. Pemberian antibiotik → cephalosporin generasi III (spektrum luas).
diberikan Ceftriaxone 1 x 2 g IV.
6. Pemberian analgetik -> untuk terapi simptomatik
diberikan Dexketoprofen 2 x 50 mg IV.
7. Tambahkan PPI→agar tidak terjadi keluhan naiknya asam lambung.
Bisa diberikan Omeprazole 1 x 40 mg IV.
8. Rujuk ke dr spB untuk hernioplasty/ hernirafi/herniotomi
• ➔ Contoh surat rujukan à waitt yaa
- IDENTITAS PASIEN –
- ANAMNESA –
- PEMERIKSAAN FISIK –
- DIAGNOSA SEMENTARA –
TINDAKAN PEMBEDAHAN:
a. Herniotomi: membuka kantung hernia à memasukkan kembali isi nya ke rongga abdomen à memotong dan mengikat
kantong hernia
b. Herniorafi: membuang kantong henia dan memperkuat dinding perut belakang kanalis inguinalis
c. Hernioplasty: memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuar dinding perut belakang kanalis inguinalis
- Komplikasi
- Hernia Srangulata : gangguan vaskuler karena ada penekanan pada cincin hernia à nekrosis
- Nekrosis -> apabila isi hernia transudat
- Hematoma à karena ada vena yg terbendung
- Perforasi usus -> perdarahan usus karena ususnya malah masuk ke cincin hernia
- Pencegahan
- Lakukan operasi sedini mungkin (saat masih reponible, isi hernia dimasukkan kembali)
- Menjaga BB agar tetap ideal dan sehat
- Kurangi aktivitas berat
- Berhenti merokok
- Mengonsumsi makanan yang tinggi serat agar saat BAB tida mengejan terlalu keras
- Prognosis
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
- Epidemiologi
➢ 90% terjadi pada pria. risiko seumur hidup menjadi 27% pada pria,
➢ Hernia inguinalis menyumbang 75% dari semua hernia dinding perut.
➢ indirect>direct (2:1)
➢ Biasanya pada dekade 4 hingga 6.
- BHP + Primafacie
DK 11
SIROSIS HEPATIS
Level Kompetensi : 2
OVERVIEW CASE
SKENARIO INTERPRETASI
Sebelumnya penderita sejak 2 hari yang lalu melena → BAB berwarna gelap seperti aspal
mengeluh mual yang disertai dengan adanya BAB Tanda perdarahan SCBA
seperti aspal sebanyak 2 kali.
Keluhan ini juga disertai dengan adanya nyeri manifestasi klinis sirosis hepatis, ulkus peptikum,
pada perut. Nyeri perut sudah dirasakan 1 hari gastritis erosif, karsinoma (keganasan)
sebelumnya dan sudah sulit untuk makan disertai Nyeri → keluhan penyerta → inflamasi abdomen
rasa pusing. rasa pusing → kemungkinan anemia akibat
perdarahan yg banyak
Penderita baru pertama kali mengalami muntah Menyingkirkan DD/ Sindrom Mallory Weiss →
darah muntah darah berulang
Tidak ada riwayat sakit kuning ataupun transfusi Menyangkal Hepatitis B dan Hepatitis C
sebelumnya
Tidak ada riwayat sebagai peminum alkohol Menyingkirkan DD/ Cirrhosis hepatitis alkoholik
Tidak ada riwayat penggunaan obat atau jamu Menyingkirkan drug induced hepatitis
anti nyeri sebelumnya
Riwayat ibu penderita dengan sakit kuning dan Faktor risiko tertular → hepatitis b atau sirosis
perut besar, sudah meninggal 4 tahun yang lalu hepatis
karena penurunan kesadaran dan muntah darah.
Pemfis :
KU : compos mentis, sakit sedang
TTV :
- TD: 100 / 60 mmHg → hipotensi (N: 120/80 mmHg)
- R: 24x/menit → normal (N: 16-24x/menit)
- N: 108x/menit → takikardi (N: 60-100x/menit)
- S: 37,3 C → normal (N: 36,5-37,5 C)
TB: 165 cm
BB: 40 kg → IMT = 14,7 → underweight
Thorax :
Bentuk dan gerak simetris, tidak ada spider nevi, ● gynecomastia (+) (pembesaran pada
gynecomastia (+) payudara laki laki) → peningkatan
- Jantung: konfigurasi jantung tidak estradiol karena fungsi detoksifikasi hati
membesar, bunyi jantung normal, tidak menurun → manifestasi klinis sirosis
ada gallop maupun murmur. hepatis
- Paru: sonor, bunyi nafas vesikuler, tidak ● Jantung dan paru normal
ada mengi mapun ronki
Abdomen :
● Cembung, tampak venektasi dan caput ● asites, venektasi (dilatasi vena), caput
medusa, medusa (dilatasi vena abdomen) →
● lembut lingkar perut 75 cm, akibat hipertensi portal → riwayat
● tidak nyeri tekan, penyakit hati kronis tanda klinis sirosis
● hepar tak teraba hepatis)
● lien teraba S II, ● Hepar tidak teraba → Menyingkirkan DD/
● terdapat pekak samping dan pekak Ca Hepar dan mendukung DD/ Sirosis
pindah, Hepatis
● tidak didapatkan fenomena papan catur ● splenomegaly → manifestasi klinis sirosis
● bising usus (+) normal hepatis
● cembung, pekak samping pekak pindah
→ ascites manifestasi klinis sirosis
hepatis
Ekstremitas : ● fenomena papan catur (-) →
Akral hangat, tidak sianosis, terdapat eritema menyingkirkan DD/ Peritonitis TB
palmaris. Edema tungkai, Tidak ditemukan ● palmar eritema → riwayat penyakit hati
pembesaran kelenjar getah bening, aksila, kronis , manifestasi klinis sirosis hepatis
maupun inguinal. (akibat hipertensi portal)
● edema tungkai → tanda hipoalbumin
RT : (akibat hipertensi portal)
Sfingter kuat, ampula tidak kolaps, mukosa licin,
massa (-), sarung tangan melena (+) ● melena (+) → tanda adanya pendarahan
SCBA
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
● Hb 6,7, ● Hb rendah (N: 13-18 gr/dL) → anemia →
karena ada pendarahan
● leukosit 4500, ● leukosit dbn (N: 3.500-10.000 mm3)
● trombosit 105.000, ● trombositopenia (N: 150.000- 450.000)
● hematokrit rendah (N: 40-54%)
● hematokrit 20 ● ureum dbn (N: 6-24 mg/dl)
● ureum 6 mg/dL, ● kreatinin rendah (N: 0,6-1,2 mg/dl)
● kreatinin 0,4 mg/dL, ● GDS dbn ( N: <200 mg/dl)
● glukosa darah sewaktu 81 mg/dL, ● albumin rendah (N: 3,5-5,5, g/dl) →
● Albumin 2.5 gr/dL, hipoalbumin → penyebab asites
● Hyperglobulin (N: 2,0-3,5 g/dl)
● globulin 3,7 gr/dL, ● bilirubin direk tinggi (N: 0,1 - 0,4) →
● bilirubin direk 3,1 mg/dL, (gangguan intra dan post hepatic) →
● bilirubin indirek 0,2 mg/dL, tanda sirosis hepatis
● bilirubin indirek normal (N: 0,2- 0,9
● HBsAg positif. mg/dl)
● HBsAg (+) → hepatitis B kronis
EKG menunjukkan sinus takikardi. → detak jantung teratur, namun lebih cepat dari
normal → merupakan bentuk kompensasi
perdarahan
DD/
1. Sirosis hepatis e.c Hepatitis B kronik
dengan perdarahan Saluran Cerna Bagian
Atas e.c ruptur Varises esofagus dengan
anemia
2. Sirosis hepatis e.c Hepatitis B kronik *((nanti kalo osoca jangan bilang SCBA, bilangnya
dengan perdarahan Saluran Cerna Bagian saluran cerna bagian atas okey, jgn disingkat))
Atas e.c Ulkus peptikum dengan anemia
DK/
Sirosis hepatis e.c Hepatitis B kronik dengan Kalo ditanya batas SCBA : batas duodenum &
perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas e.c ruptur jejunum → duodenojejunal flexure → ligament
Varises esofagus dengan anemia
treitz
Total skor 15 → pasien ini masuk ke dalam klasifikasi Child-Pugh C → cirrhosis hepar sudah parah
IKD → hepar
Anatomi
Letak : regio hypochondrium dextra dan epigastrium, meluas ke dalam regio hypochondrium sinistra
Facies hepar :
- facies diaphragmatica ke arah anterior, superior, dan posterior
- facies visceralis ke arah inferior
Lobus :
- Sinistra
- Dextra
- Caudatus
- Quadratus
Vaskularisasi :
- Arteria hepatica dextra dan sinistra dari arteria hepatica propria (cabang dari arteria hepatica
communis dari truncus coeliacus)
- Vena porta hepatica → v. cava inferior
Inervasi :
- Simpatis : n.splanchnicus mayor T5-T9
- Parasimpatis : n.vagus
Histologi
Hepar memiliki bagian terpenting yakni sinusoid. didalam sinusoid terdapat 2 sel :
- sel kupffer → berperan sebagai makrofag yang dapat mendeteksi dan memfagosit eritrosit tua
- sel penimbun lemak stelata → produksi matriks ekstraseluler sitokin yang membantu mengatur
aktivitas sel kupffer
Trias porta :
- Cabang venula dari vena portal
- Cabang arteri dari arteri hepatika
- Satu atau dua duktus empedu kecil epitel kuboid, cabang dari sistem hantaran empedu
ETIOLOGI
Faktor virulensi :
- HBsAg → surface : protein plg luar, plg pertama ditemukan
- HBcAg → core : protein struktural utama, letak di nukleokapsid ikosahedral HBV
- HBeAg → envelope : letak di antara inti nukleokapsid ikosahedral dan membran lipid
Karakteristik :
- Masa inkubasi: 15 – 180 hari, rata-rata 60 – 90 hari
- Uncomplete double stranded DNA
- Berbentuk sirkuler
- Ukuran: 40 – 42 nm
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a.
*Prothrombin Time → meningkat artinya pada pasien ini waktu pembekuan darah memanjang
b. Pemeriksaan Serologi Virus Hepatitis
● HBV : HbsAg, HBeAg, Anti HBc, HBV-DNA → HBsAg positif
● HCV : Anti HCV, HCV-RNA → negatif
2. Esophago-gastro-duodenoscopy (EGD/endoscopy) gold standard
Intinya untuk melihat lokasi sumber perdarahan → varises esophagus
3. Pencitraan
a. Ultrasonografi (USG) abdomen
- Hati mengecil → karena sirosis jadi hepar mengkerut, menciut
- Permukaan hati ireguler karena fibrosis
- Splenomegali
- Pelebaran vena lienalis dan vena porta
- Vena hepatika gambaran terputus-putus
b. MRI dan CT scan
Untuk menentukan derajat beratnya SH.
- Splenomegaly
- Asites
4. Biopsi hati → PA/histopatologi
- Ada kelainan vaskular, tidak ada traktus portal
- Tampak nodul-nodul dgn septa fibrosa
- Variasi ukuran sel hepar
TATALAKSANA
Non farmakologi
● Primary Survey : Airway, Breathing, Circulation
● Pasien stabil → rawat untuk terapi lanjutan/persiapan endoskopi
● Pasang NGT
● Rehidrasi secara IV, dengan kateter yang besar → No. 18
● Pasang kateter urine
● Monitoring TTV dan intake-output pasien.
● Persiapkan untuk transfusi darah
● Bilas lambung untuk mempermudah endoskopi.
● Tirah baring
Farmakologi
● PPI → menekan sintesis asam lambung, mengurangi perdarahan
● Vitamin K → koagulasi darah
● Somatostatin → perdarahan
● Transfusi darah dengan PRC (Packed Red Cell)
Resep
PENCEGAHAN
● Vaksinasi hepatitis B
● Tidak berbagi jarum suntik dan barang pribadi (terutama alat makan) dengan orang lain
● Hindari minuman beralkohol dan merokok
● Menjaga BB ideal
● Pembatasan obat- obatan hepatotoksik dan neurotoksik (OAINS, Isoniazid)
KOMPLIKASI
● Hipertensi portal
● Ascites
● Varises gastroesofagus
● Peritonitis bakterial spontan
● Ensefalopati hepatikum
● Sindrom hepatorenal
● Koagulopati
● Sindrom hepatopulmonar
PROGNOSIS
Karena pasien ini masuk klasifikasi Child-Pugh C → cirrhosis hepatis sudah parah (dekompensata) →
prognosis nya buruk, mortality 76%
Tapi ini di diskel ga dibahas, semoga ga muncul di osoca
EPIDEMIOLOGI
● Penderita sirosis hepatis lebih banyak pada laki-laki dibanding perempuan (1,6 : 1)
● Umur rata-rata penderitanya terbanyak pada golongan usia 30 – 59th dan puncaknya pada 40 –
49th
● Di seluruh dunia, sirosis hepatis menempati urutan ke – 7 penyebab kematian
● Angka kejadian sirosis hepatis di indonesia akibat hepatitis B berkisar antara 21,2 - 46,9%
PBHL
1. Medical Indication
Beneficence : Golden Rule Principle → Melakukan penegakkan diagnosis secara tepat dengan
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang sesuai.
2. Patient Preferences
Autonomy : Informed Consent → Menjelaskan kepada pasien saat dokter akan melakukan
tindakan dan menanyakan kesediaan pasien sebelum melakukan pemeriksaan, membiarkan
pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri. Pada skenario pasien sadar penuh
dan sudah dewasa sehingga pasien dapat mengambil keputusan pengobatannya sendiri.
3. Quality of Life
Non Maleficence : Mencegah komplikasi → dengan memberikan tatalaksana yang adekuat
Beneficence : Meminimalisir akibat buruk → dengan mencegah komplikasi
4. Contextual Features
Justice : Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian → memberitahu pasien tentang
keuntungan dan kerugian dari tatalaksana yang akan dilakukan
Overview case
Skenario Keterangan
Penderita baru merasakan keluhan seperti Fase aktivasi terjadi setelah fase
ini, padahal sebelumnya penderita sensitisasi yang cukup lama
sering makan ikan.
Pemeriksaan Fisik
Mukosa hidung bengkak dan pucat (-) Tanda khas rhintitis alergi
Pemeriksaan Laboratorium
Etiologi
Pada kasus itu etiologinya ikan, awalnya udah ada paparan allergen tapi baru kena efeknya di
paparan kedua. Biasanya bisa dipengaruhi oleh genetic juga.
Faktor Resiko
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan + Resep
- Lakukan ABCD:
A → jaga saluran napas, pada kasus normal
B → pemberian oksigen
C → pemberian cairan infus
D → pemberian adrenalin berupa epinefrin (untuk syok)
- Pemberian antihistamin (diphenhydramine 50 mg)
- Pemberian kortikosteroid → bekerja di sel mast untuk mencegah terjadinya degranulasi
- Terapi IgE (anti-alergen) dan imunoterapi
Komplikasi
Pencegahan
Pada intinya adalah hindari alergen dan makanan yang akan sebabkan alergi
Prognosis
• QAV: ad bonam
• QAF : ad bonam
• QAS : dubia ad bonam → tergantung dari patuhnya menghindari makanan yang
sebabkan alergi
Epidemiologi
BHP + Primafacie
- Medical Indication → beneficence dan non maleficence
- Patient Preference → autonomy
- Quality Of Life → non maleficence
- Contextual Features → justice
- PRIMA FACIE → Non-maleficence
Matur 2
Pankreatitis akut
Overviewcase
Skenario Keterangan
Laki laki usia 40 tahun Identitas
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan Laboratorium
Amilase serum : 1500 IU/L Meningkat N : 140 IU/L
Lipase serum : 2300 IU/L Meningkat 0-160 IU/L
Hitung leukosit : 20.500 mm3 Meningkat N 3500-10.500/mm3
Amilase srum dan lipase serum meningkat
tanda Pankreatitis akut
2. Necrotising pancreatitis
terjadinya nekrosis pada parenkim pankreas, jaringan peripankreas atau keduanya.
Diagnosis pankreatitis
Anamnesis ditemukan :
1. Nyeri hebat abdomen yang akut di daerah mid epigastrium dan dapat menjalar ke
punggung
2. Mual dan muntah
Pemeriksaan:
Fisik ada efusi pleura hemoragik, obesitas, hipotensi (sistol <90mmHg),
takikardi(>130/menit)
Lab ureum/kreatinin meningkat, kalsium serum menurun (<1,9 mmol/L), serum albumin
(<3,2g/dL)
IKD
ANATOMI
Letak region epigastrika dan hipokondria sinistra
Struktur luar terdiri dari Caput, corpus dan cauda
VASKULARISASI LIMFE
Arteri : • Caput dan corpus: nod.pyloric, splenicus, dan
• a.pancreaticoduodenale superior mesenterica superior.
• a.pancreaticoduodenale inferior • Cauda : nod .splenicus
• a. pancreatica mayor • Cysterna chylii
• a. pancreatica caudalis Inervasi:
Vena : • Parasimpatis : n.vagus
• paralel dengan arteri • Simpatis: T 7-11, ggl coleacus
• Via v.Retzius beranastomose dengan v • Afferent: via serabut simpatis
cava
• Referred pain : regio dermatome 7-11inferior
inferior
HISTOLOGI
Pancreas terdiri dari dua jenis jaringan utama, yakni :
1. Asini
Menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
2. Pulau Langerhans
Menyekresi insulin dan glucagon ke darah. Terdapat 3 sel utama ;
a. Sel alfa sekresi glucagon
b. Sel beta sekresi insulin
c. Sel delta sekresi somatostatin
FISIOLOGI
Fungsi pancreas menghasilkan getah pancreas yang mengandung enzim trypsinogen, amilase
dan lipase serta menghasilkan hormone insulin dari pulau langerhans
Pathogenesis
Etiologi
1. Batu empedu (paling sering)
2. Konsumsi alcohol
3. Trauma
4. Metabolic
5. Toksin
6. Obat-obatan
7. Infeksi virus,bakteri,fungi,parasite
8. Kelainan kongenital
9. Penyakit vascular
10. Mutase genetic gen CFTR
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium, ditemukan :
1. Amilase serum
Serum amilase awalnya meningkat tetapi kembali normal dalam 48-72 jam.
2. Lipase serum
Jika konsentrasi lipase > 3x batas atas normal diagnosis pankreatitis aku
3. Pemeriksaan tripsinogen urin
pemeriksaan tripsinogen urin bisa digunakan untuk mendiagnosis, tetapi
sensitivitasnya masih kurang (53-96%) dan spesifisitas 85%.
2. Dukungan nutrisi
Nutrisi parenteral harus dimulai, dan keseimbangan nitrogen positif harus diperoleh
dalam 72 jam pertama
3. Antibiotic
4. Intervensi bedah pada pankreatitis akut
5. Konseling alcohol
Komplikasi, Prognosis,Epidemiologi, BHP
Komplikasi
Komplikasi local ;
1. acute peripancreatic fluid collection,
2. pseudokista,
3. acute necrotic collection,
4. walled-off necrosis.
5. disfungsi gastric outlet.
6. trombosis vena porta
7. splenikus dan nekrosis kolon.
Komplikasi sistemik ;
1. jantung coroner
2. paru kronik yang dipresipitasi pankreatitis akut
Prognosis
Umumnya, pasien dengan usia >55 tahun, BMI >30 kg/m'. adanya kegagalan organ, atau efusi
pleura termasuk dalam kelompok risiko tinggi yang membutuhkan perawatan intensif dari
awal. Skor APACHE-II dan Kriteria Ranson dapat digunakan untuk memprediksi beratnya
keadaan pasien dalam 48 jam sejak pasien masuk rumah sakit.
Epidemiologi
1. lnsiden pankreatitis akut di dunia adalah 5 hingga 80 per I 00.000 penduduk dengan
tingkat insiden tertinggi di Amerika Serikat dan Finlandia.
2. Di negara Eropa dan negara berkembang, pankreatitis akut yang terjadi diakibatkan
oleh batu empedu,
3. Di Amerika Serikat umumnya pankreatitis akut terjadi akibat alkohol.
4. Lebih banyak dijumpai pada laki-laki daripada perempuan.
5. Pada laki-laki biasanya disebabkan oleh alkohol sedangkan pada perempuan umumnya
disebabkan oleh gangguan saluran bilier.
BHP
• medical indication
→ benefincence: golden rule principle (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang)
→ dokter harus mampu menegakkan diagnosis
• patient preference
→ autonomy: informed consent (melakukan informed consent kepada pasien) → mempunyai
kewajiban untuk menghargai hak-hak pasien
• quality of life
→ non maleficence: mengobati secara proporsional (meminimalisir akibat buruk) → mencegah
Komplikasi
• contextual features
→ justice: mendistribusikan keuntungan dan kerugian kepada pasien → mampu memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga pasien dan menjelaskan kekurangan serta kelebihan tata
laksana
• primafacie → non maleficence
• Vaskularisasi
Vena: vretromandibularis
• Inervasi:
Simpatis: N. auriculotemporalis dan N. fascialis (VII)
HISTOLOGI
• Terdiri atas sel2 serosa (yg terang kalo di mikroskop) dan duktus sekretorius
• Sel serosa mengandung granula sekretori mengeluarkan enzim amilase
• Sel serosa tersebut digolongkan sebagai kelenjar tubuloasiner kompleks
• Virus bereplikasi di sel epitel ductus
FISIOLOGI
- Patgen Patfis
Masuk ke saluran napas à replikasi à viremia à gejala prodormal à menyebar ke parotid gland à di sini replikasi di sel epitel
ductus à pembengkakan à komplikasi tadi disebutin
- Etiologi
ª Virus ssRNA
ª famili: Paramyxoviridae
ª genus: paramyxoviruses
ª 2 glikoprotein yg akan menyebabkan imunitas
ª Tahan suhu panas, tapi mati <4C
ª Masa infektivitas: sebelum gondok dan saat gondok
ª Tidak menular lagi setelah pembengkakan mereda
- Penatalaksanaan + Resep
NON FARMAKOLOGIS
• Tidur yg banyak,
• minum yg cukup,
• Mengompres es batu/ air hangat secara intermitten,
• kumur air garam, 7
• makan makanan yg lunak
FARMAKOLOGIS
• Pengobatan simtomatik:
Antipiretik à utk demam dan nyeri tekan
1. Paracetamol à 10-15g/kgBB/kali
• Berikan antivirus à isoprinosin àdosis: 100cc/kgBB
- Komplikasi
1. Komplikasi kelenjar (epididymoorchitis pada cowo, oophoritis & mastitis pada cewe, pankreatitis, tiroiditis)
2. Komplikasi neurologis (meningitis, ensefalitis, arthritis)
3. Komplikasi lain: Miokarditis, tuli, nefritis
- Pencegahan
• Vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) (sudah ada vaksin gondongan) à blm di subsidi pemerintah
Vaksin hidup yang dilemahkan, Dengan injeksi sc, 2 rangkaian dosis pada usia 12-15 bulan dan usia 4-6 tahun.
1x vaksin= melindungi 10 tahun
Ada efek samping: demam, atralgia, kejang
- Prognosis
ª Semua Ad bonam pada anak
ª Menimbulkan permanen imunitas.
ª Beberapa anak Bisa terinfeksi ulang
- Epidemiologi
ª Endemik
ª Tidak ada karier
ª Penularan: kontak langsung, droplet, urin,
- BHP + Primafacie