JURNAL GAWALISE
GEOGRAFI, WILAYAH, LINGKUNGAN, DAN PESISIR
Gawalise Vol. 1 No. 1 Tahun 2022 | 1 – 10
https://jurnal.fkip.untad.ac.id/index.php/gt
Jurnal Gawalise 1
Santoso dan Saputra| Vol 1 No 1 Tahun 2022
Pendahuluan
Pariwisata merupakan sektor jasa yang seharusnya mendapat perhatian penting, karena
dari pariwisata diharapkan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi secara cepat dan merata. Pembangunan pariwisata di Indonesia tentunya harus
melihat dari aspek potensi dan daya tarik wisatanya. Potensi wisata adalah kemampuan dalam
suatu wilayah yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk pembangunan, mencakup alam dan
manusia serta hasil karya manusia itu sendiri (Sujali 1989, dalam Amdani, 2008:23). Gunn
(1988) dalam Suwardjoko dan Indira (2007:46) menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah
sesuatu yang ada di lokasi destinasi/tujuan pariwisata yang tidak hanya
menawarkan/menyediakan sesuatu bagi wisatawan untuk dilihat dan dilakukan, tetapi juga
menjadi magnet penarik seseorang untuk melakukan perjalanan.
Kabupaten Morowali merupakan salah satu dari sedikit wilayah Indonesia yang
memiliki perpaduan serasi antara keindahan alam dan kekayaan budaya. Potensi pariwisata
daerah Kabupaten Morowali tergolong cukup beragam, baik itu potensi wisata alam maupun
wisata budayanya. Salah satu yang menjadi pusat perhatian saat ini yaitu kawasan Sombori.
Kawasan Sombori merupakan sebuah kawasan kepulauan yang terletak di Kecamatan Menui
Kepulauan, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah dan menjadi destinasi atau tujuan
wisata baru di Kabupaten Morowali. Kawasan Sombori juga merupakan kawasan yang telah
ditetapkan sebagai salah satu kawasan konservasi berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia (No.52/KEPMEN-KP/2019) tahun 2019 tentang Kawasan
Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Morowali, Morowali Utara, dan Perairan Sekitarnya
dengan luas kawasan sekitar ± 8.387,15 hektar.
Kawasan Sombori yang saat ini menjadi salah satu tujuan wisata di Kabupaten
Morowali memiliki daya tarik yang beragam dengan karakteristik dan morfologinya yang unik,
seperti pantai pasir putih, bukit karst, gua karst, perkampungan suku Bajo, keanekaragaman
biota laut, dan gugusan pulau-pulau kecil. Daya tarik kawasan Sombori yang saat ini menjadi
tujuan pengunjung yaitu Puncak Khayangan, Gua Berlian, Gua Allo, Pulau Koko, dan Air Kiri.
Potensi dan daya tarik kawasan Sombori perlu dieksplorasi dan diidentifikasi secara maksimal,
termasuk karakteristiknya agar menjadi pedoman atau dasar perencanaan pengembangan
daerah tujuan wisata yang relevan dengan pengelolaan kawasan konservasi. Kajian spesifik
dan informasi mengenai kawasan Sombori ini sendiri terbilang masih sangat kurang, salah
satunya yaitu kurangnya informasi yang disajikan dalam bentuk peta tematik. Permasalahan
Jurnal Gawalise 2
Santoso dan Saputra| Vol 1 No 1 Tahun 2022
tersebut menjadi fokus penulis untuk mengkaji lebih spesifik mengenai kawasan Sombori
melalui pemetaan daya tariknya dengan menjelaskan gambaran secara umum kondisi
karakteristik fisik kawasan Sombori yang ditinjau dari proses geologi dan geomorfologi.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi karakteristik fisik dan memetakan
daya tarik kawasan Sombori. Kegunaan dari penelitian ini yaitu secara teoritis dapat
memberikan kontribusi terhadap dunia pendidikan berkaitan dengan referensi atau literatur
khususnya pada pokok bahasan penelitian tentang pemetaan daya tarik, sedangkan secara
praktis yaitu untuk memberi alternatif atau sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten Morowali khususnya Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata dalam membuat
rencana kebijakan pembangunan pariwisata berdasarkan peta daya tarik kawasan Sombori.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan dengan menekankan pada analisis
pola keruangan. Pendekatan keruangan (analisis pola keruangan) ini digunakan untuk
mengamati dan mengkaji permasalahan yang akan diteliti terkait dengan kondisi karakteristik
fisik dan distribusi daya tarik yang ada di kawasan Sombori. Penelitian ini juga menggunakan
metode survei. Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi faktual
dilapangan sesuai dengan variabel yang diteliti yaitu variabel karakteristik fisik, kondisi aktual
daya tarik, amenitas, dan aksesibilitas kawasan Sombori.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik observasi dan dokumentasi.
Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data terkait dengan variabel amenitas,
aksesibilitas, kondisi karakteristik fisik kawasan Sombori, titik koordinat serta kondisi aktual
setiap daya tarik yang akan dipetakan. Kegiatan observasi dilakukan dengan dua tahapan.
Tahap pertama, kegiatan observasi dilakukan dengan mengamati seluruh kawasan Sombori
untuk mengetahui kondisi aktual dan daya tarik yang akan dipetakan. Tahap kedua, penulis
kemudian melakukan pengamatan dan pengukuran untuk memperoleh data terkait dengan
variabel-variabel yang diteliti. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk mencari data
pendukung lain berupa dokumen yang relevan dengan data yang dibutuhkan penulis yaitu
berupa data-data tertulis, foto-foto, arsip-arsip dan dokumen-dokumen.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis pola keruangan dan
deskriptif kualitatif. Analisis pola keruangan (spatial pattern analysis) dapat diartikan sebagai
metode analisis dalam pendekatan keruangan geografi yang digunakan untuk menemukenali
kekhasan sebaran keruangan (special spatial distribution) gejala geosfera di permukaan bumi baik
dari proses terbentuknya serta ekspresi keruangan yang ditimbulkan (Sabari Yunus, 2010:50).
Wirartha (2006:155), menjelaskan bahwa analisis deskriptif kualitatif adalah menganalisis,
menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang
dikumpulkan berupa hasil wawacara atau pengamatan mengenai masalah yang diteliti sesuai
kejadian di lapangan.
Hasil dan Pembahasan
1. Geologi Kawasan Sombori
Berdasarkan keadaan litotektonik, Sulawesi dibagi menjadi tiga Mandala, yaitu
Mandala Barat sebagai jalur magmatik yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda,
Mandala Tengah berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari
blok Australia, dan Mandala Timur berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak
samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen. Surono (1998) dalam Faiz
(2018), menyebutkan bahwa batuan bagian timur Sulawesi (bagian timur Morowali) dapat
dikelompokkan menjadi empat bagian besar, yaitu batuan yang berasal dari kerak Samudera
Jurnal Gawalise 3
Santoso dan Saputra| Vol 1 No 1 Tahun 2022
Jurnal Gawalise 4
Santoso dan Saputra| Vol 1 No 1 Tahun 2022
karst dapat dibedakan antara morfologi permukaan (eksokarst) dan morfologi bawah
permukaan (endokarst). Eksokarst adalah bentuk morfologi karst yang terdapat di atas
permukaan bumi. Gejala eksokarst meliputi bentukan karts makro dan karts mikro. Bentang
alam karts makro disuatu wilayah dapat berupa kombinasi antara bentukan negatif berupa
dolina, uvala, polje atau ponora dan bentukan positif berupa kegel, mogote, atau pinnacle.
Bentuk karst mikro dapat berupa karren dengan bentuk seperti solution pits and facets dan flutes
and runnels. Endokarst adalah bentuk morfologi karst yang terdapat di bawah permukaan
bumi. Bentuk endokarst yang sering dijumpai seperti lorong gua, speleothem atau ornamen gua,
saluran, terowongan dan sungai bawah tanah.
Hasil pengamatan menunjukkan adanya beberapa bentuk morfologi karst di kawasan
Sombori, baik itu morfologi permukaan (eksokarts) maupun morfologi bawah permukaan
(endokarts). Morfologi permukaan yang teramati yaitu adanya dolina, perbukitan karst,
kerucut karts, menara karst, solution pits and facets dan flutes and runnels. Morfologi bawah
permukaan yang teramati yaitu adanya lorong gua, speleothem atau ornamen gua, dan saluran.
Lorong gua dan ornamennya tersebar di tiga lokasi, yaitu Gua Berlian, Gua Mbokitta, dan Gua
Allo. Ornamen gua yang teramati yaitu stalaktit, stalagmit, pilar, flowstone, drapery, gourdam,
potholes, dan canopy, serta terdapat pula gambar cadas berupa telapak tangan.
Jurnal Gawalise 5
Santoso dan Saputra| Vol 1 No 1 Tahun 2022
Jurnal Gawalise 6
Santoso dan Saputra| Vol 1 No 1 Tahun 2022
12,3 m, dengan ketinggian maksimal 22,5 m, yang terhubung oleh sinkhole (lubang) pada
puncak gua (Balai Arkeologi Sulawesi Utara, 2019). Sebaran cangkang kerang juga ditemukan
pada bagian ruang depan (dekat mulut gua) yang menyebar hingga ke ruang tengah dan
belakang. Sebaran cangkang kerang tersebut diindikasikan sebagai bahan makanan bagi
penghuni gua pada masa lalu. Gambar cadas berupa telapak tangan juga ditemukan pada
dinding Gua Berlian.
Jurnal Gawalise 7
Santoso dan Saputra| Vol 1 No 1 Tahun 2022
tersebut. Peran dan pengaruh faktor-faktor pembentuk lainnya juga tidak dapat dipisahkan
seperti curah hujan dan suhu udara.
Jurnal Gawalise 8
Santoso dan Saputra| Vol 1 No 1 Tahun 2022
dan pengaruh faktor-faktor pembentuk lainnya juga tidak dapat dipisahkan seperti curah hujan
dan suhu udara.
4) Air Kiri
Berdasarkan letak astronomisnya, Air Kiri terletak pada koordinat S 03˚16’19.21” dan E
122˚25’56.18” dengan ketinggian 2 mdpl (meter di atas permukaan laut). Penamaan Air Kiri
sendiri didasarkan karena ditempat ini terdapat sebuah lubang pada batuan penyusun pulau
(batugamping) yang berisi air tawar (masyarakat sekitar menyebutnya mata air) dan lubang
tersebut hanya bisa dimasuki oleh tangan kiri. Keunikan tersebut menjadi alasan sehingga
tempat ini dinamakan Air Kiri. Air Kiri juga dikenal dangan keunikan pantai pasir putihnya
yang menjorok atau memanjang kearah laut yang dapat disebut spit. Spit adalah endapan pasir
yang berbentuk memanjang dan salah satu ujungnya menyatu dengan daratan, sedang ujung
lain terdapat dilaut. Spit tersebut memiliki ukuran panjang maksimal 69 m dan lebar maksimal
19 m.
Jurnal Gawalise 9
Santoso dan Saputra| Vol 1 No 1 Tahun 2022
digenangani air payau. Sinkhole (lubang) juga ditemukan pada atap Gua Allo. Proses
pembentukan Gua Allo sama seperti proses pembentukan yang terjadi pada Gua Berlian, tidak
terlepas dari faktor dan proses geologi, geomorfologi dan faktor geografi lainnya seperti air dan
udara. Gua ini pada dasarnya tidak termasuk dalam kawasan Konservasi Sombori, namun
sudah menjadi tempat yang sering dikunjungi dan disarankan oleh masyarakat sekitar ketika
berkunjung ke kawasan Sombori. Nama Gua Allo sendiri diambil dari bahasa Bajo yang
memiliki arti Gua Yang Gelap.
Jurnal Gawalise 10
Santoso dan Saputra| Vol 1 No 1 Tahun 2022
khas. Perkampungan Suku Bajo yang unik dan identik berada di atas air menambah keindahan
pemandangan kedua puncak ini. Puncak Desa Mbokitta memiliki luas area yang dapat
dimanfaatkan untuk pengambilan gambar dan beristirahat yaitu 90 m 2, dengan panjang
maksimal 15 m dan lebar maksimal 6 m, sedangkan Puncak Desa Dongkalan memiliki luas 143
m2, dengan panjang maksimal 13 m dan lebar maksimal 11 m. Berbeda dengan Puncak
Khayangan, puncak yang ada pada kedua desa ini terbilang belum sepopuler atau terkenal
seperti Puncak Khayangan. Akses menuju kedua puncak ini menjadi salah satu penyebabnya.
Aktivitas yang dapat dilakukan di Desa Mbokitta dan Desa Dongkalan, selain menikmati
keindahan pemandangan pulau-pulau, perbukitan karst, dan perkampungan Suku Bajo yang
khas, pengunjung juga dapat melakukan aktivitas seperti memancing dan snorkeling. Proses
geologi dan geomorfologi pada masa lalu dan terus berlangsung hingga saat ini di kawasan
Sombori telah membentuk hamparan gugusan pulau-pulau, perbukitan karst, singkapan
batuan yang khas dan unik, seperti yang terlihat pada Puncak Desa Mbokitta dan Puncak Desa
Dongkalan. Keunikan dan kekhasan landform tersebut tidak terlepas dari faktor dan proses
geologi serta geomorfologi yang telah terjadi. Peran dan pengaruh faktor-faktor pembentuk
lainnya juga tidak dapat dipisahkan seperti curah hujan dan suhu udara.
2) Pantai Waru-waru
Secara astronomis, Pantai Waru-waru terletak pada koordinat S 03˚15’04.62” dan E
122˚23’31.77” dengan ketinggian 5 mdpl (meter di atas permukaan laut). Pantai Waru-waru
merupakan satu dari beberapa pantai yang tersebar di kawasan Sombori dengan bentangan
pasir putihnya yang cukup panjang. Pantai ini tidak kalah pesonanya dengan pantai yang telah
lebih dulu terkenal di kawasan Sombori, seperti Pantai Pulau Koko dan Pantai Air Kiri. Pantai
yang terbilang belum banyak diketahui oleh pengunjung ini merupakan salah satu potensi
kawasan Sombori yang belum tereksplor secara maksimal. Berdasarkan hasil observasi, pantai
ini memiliki panjang maksimal 118 m dan lebar maksimal 10 m, dengan bentuk garis pantai
cenderung lurus dan memiliki lebar gisik 88 m dengan material penyusun gisik berupa pasir
halus. Sama halnya dengan Pantai Pulau Koko dan Pantai Air Kiri, Pantai Waru-waru juga
terbentuk akibat dari aktivitas organisme seperti materi terumbu karang yang telah mati dan
sisa-sisa makanan biota laut. Selain menikmati keindahan pantai pasir putih, mandi dan
berenang, pengunjung juga dapat melakukan aktivitas snorkeling ditempat ini. Pantai Waru-
waru sendiri dapat menjadi tujuan baru ketika berkunjung ke kawasan Sombori. Nama Pantai
Waru-waru diambil dari bahasa Matarape yang berarti Tempat Orang Tua Dahulu.
Jurnal Gawalise 11
Santoso dan Saputra| Vol 1 No 1 Tahun 2022
yang dapat dijadikan daya tarik atau tujuan baru selain daya tarik yang terdapat di kawasan
Sombori. Danau Auu sendiri merupakan danau yang tergolong dalam jenis danau karst, karena
proses pembentukannya merupakan hasil dari pelarutan batugamping, sehingga membentuk
lahan negatif atau berada di bawah rata-rata permukaan daerah setempat yang dapat pula
disebut dolina dan uvala.
Jurnal Gawalise 12
Santoso dan Saputra| Vol 1 No 1 Tahun 2022
Air tawar/bersih bisa didapatkan dengan membeli dari para penyedia dengan harga Rp.
5.000,00/jerigen. Dermaga terdapat di Pulau Khayangan, Pulau Koko, Gua Berlian, Air Kiri,
Desa Mbokitta, dan Desa Dongkalan, dengan kondisi beberapa dermaga yang juga mulai
mengalami kerusakan. Rumah makan hanya terdapat di Pulau Khayangan. Rumah ibadah
(masjid/mushola) dan jaringan listrik terdapat di Pulau Khayangan, Desa Mbokitta dan Desa
Dongkalan. Jaringan listrik tersedia mulai pukul 6 sore sampai pukul 12 malam. Penginapan
terdapat di Pulau Khayangan, Desa Mbokitta dan Priyanka Resort. Priyanka Resort sendiri
masih dalam proses pembangunan dan belum bisa digunakan. Jenis fasilitas yang belum
tersedia yaitu fasilitas kesehatan dan jaringan telekomunikasi.
5. Aksesibilitas
Akses menuju kawasan Sombori dapat ditempuh melalui kota terdekat yang memiliki
bandar udara, yaitu Kota Bungku (Ibu Kota Kab. Morowali), dan Kota Kendari (Ibu Kota Prov.
Sulawesi Tenggara). Akses melalui Kota Bungku, terlebih dahulu menempuh perjalanan darat
menggunakan moda transportasi mobil/motor sampai di pelabuhan Desa Tanda Oleo, Kec.
Bungku Pesisir, Kab. Morowali, dengan jarak tempuh ± 75 km dan waktu tempuh ± 2 jam,
kemudian dilanjutkan perjalanan laut menggunakan kapal dengan waktu tempuh ± 3 jam.
Akses melalui Kota Kendari, dapat ditempuh melalui perjalanan darat dan perjalanan laut.
Perjalanan darat ditempuh menggunakan moda transportasi mobil/motor sampai di pelabuhan
Desa Molore, Kec. Langgikima, Kab. Konawe Utara, dengan jarak tempuh ± 180 km dan waktu
tempuh ± 4 jam, kemudian dilanjutkan perjalanan laut menggunakan kapal dengan waktu
tempuh ± 1 jam, sedangkan perjalanan laut, jika menggunakan kapal cepat (speedboat) dapat
ditempuh dengan waktu ± 5 jam.
Simpulan
Kawasan Sombori saat ini menjadi destinasi yang cukup terkenal di Kabupaten Morowali yang
memiliki beragam potensi dan daya tarik wisata dengan statusnya sebagai kawasan konservasi.
Berdasarkan hasil identifikasi karakteristik fisik yang ditinjau dari proses geologi dan
geomorfologi, menunjukkan bahwa keadaan geologi kawasan Sombori didominasi oleh batuan
sedimen (batugamping) yang berumur Paleogen dan disetarakan dengan formasi Salodik.
Secara geomorfologi, kawasan Sombori merupakan kawasan yang terbentuk oleh bentuk lahan
atau bentang alam karst. Beberapa ciri bentuk lahan karst yang terdapat di kawasan Sombori
baik itu morfologi permukaan (eksokarst) maupun morfologi bawah permukaan (endokarst).
Morfologi permukaan yaitu adanya dolina, kerucut karst, menara karst, karren (solution pits and
facets dan flutes and runnels), sedangkan morfologi bawah permukaan yaitu adanya lorong gua,
speleothem atau ornamen gua, dan saluran.
Hasil identifikasi daya tarik, kawasan Sombori memiliki daya tarik unggulan atau daya
tarik yang sudah sering dikunjungi yaitu Gua Berlian, Puncak Khayangan, Pulau Koko, Air
Kiri, dan Gua Allo, sedangkan daya tarik potensial atau daya tarik yang baru tereksplor yaitu
Puncak Desa Mbokitta, Puncak Desa Dongkalan, Pantai Waru-Waru, dan Danau Auu. Hasil
observasi kondisi amenitas dan aksesibilitas, amenitas atau jenis fasilitas yang tersedia di
kawasan Sombori yaitu MCK (mandi, cuci, kakus), dermaga, rumah makan, rumah ibadah,
penginapan, jaringan listrik, air tawar/bersih, sedangkan yang belum tersedia yaitu fasilitas
kesehatan dan jaringan telekomunikasi. Aksesibilitas menuju kawasan Sombori dapat
ditempuh melalui kota terdekat yang memiliki bandar udara, yaitu Kota Bungku (Ibu Kota
Kab. Morowali), dan Kota Kendari (Ibu Kota Prov. Sulawesi Tenggara).
Berdasarkan hasil dan pembahasan, penulis memberikan beberapa saran terkait
perencanaan pengembangan dan pengelolaan kawasan Sombori, yaitu: Pemerintah Daerah
Jurnal Gawalise 13
Santoso dan Saputra| Vol 1 No 1 Tahun 2022
Kabupaten Morowali dalam hal ini Dinas Pemuda, Olahraga Dan Pariwisata, perlu
memanfaatkan daya tarik yang ada di kawasan Sombori secara maksimal baik itu daya tarik
unggulan maupun daya tarik potensial dengan mengutamakan kegiatan pariwisata yang
berwawasan lingkungan, mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial,
budaya, ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan, mengingat
kawasan Sombori yang juga merupakan kawasan konservasi yang perlu dijaga kelestariannya.
Pengelolaan dan pelayanan dalam hal ini manajemen pariwisata sebaiknya sesuai dengan
standar professional dengan melengkapi pengelola tempat wisata dan melaksanakan promosi
secara berkesinambungan. Pembangunan berbagai fasilitas penunjang yang memadai dan
sesuai fungsional seperti MCK (mandi, cuci, kakus), dermaga, rumah makan, rumah ibadah,
penginapan, penyediaan air tawar/bersih, jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi disetiap
daya tarik, mengingat jarak setiap daya tarik yang saling berjauhan, serta pembangunan
fasilitas kesehatan. Perencanaan dan pengembangan kawasan Sombori harus memperhatikan
daya dukung dan aspek keamanan untuk memberikan kenyamanan pengunjung saat
berwisata.
Daftar Pustaka
Amdani, Suut. (2008). Analisis Potensi Obyek Wisata Alam Pantai Di Kabupaten Gunung Kidul.
Skripsi Fakultas Geografi UMS.
Aziz, Nasrullah. (2019). “Hunian Prasejarah Di Sombori, Provinsi Sulawesi Tengah”. Balai
Arkeologi Sulawesi Utara. Jurnal Tumotowa. 2,(1).
BPS Kabupaten Morowali. (2021). Kecamatan Menui Kepulauan Dalam Angka 2021.
Faiz. (2018). “Sombori Tapak Harapan Mbokita”. Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (No. 52/KEPMEN-KP/2019),
Tentang Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Morowali, Morowali Utara, dan
Perairan Sekitarnya di Provinsi Sulawesi Tengah.
Warpani, S. P., & Warpani, I. P. (2007). Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: ITB
Press.
Wirartha, I. M. (2006). Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Andi.
Yunus, H. Sabari. (2010). Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal Gawalise 14