0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan1 halaman
Dokumen tersebut membahas dua judul skripsi hukum pidana. Pertama, menganalisis putusan hakim dalam kasus tindak pidana anak dengan pendekatan restorative justice. Kedua, meneliti implementasi Pasal 170 ayat 2 KUHP tentang tindak pidana dengan kekerasan bersama dan pengeroyokan.
Dokumen tersebut membahas dua judul skripsi hukum pidana. Pertama, menganalisis putusan hakim dalam kasus tindak pidana anak dengan pendekatan restorative justice. Kedua, meneliti implementasi Pasal 170 ayat 2 KUHP tentang tindak pidana dengan kekerasan bersama dan pengeroyokan.
Dokumen tersebut membahas dua judul skripsi hukum pidana. Pertama, menganalisis putusan hakim dalam kasus tindak pidana anak dengan pendekatan restorative justice. Kedua, meneliti implementasi Pasal 170 ayat 2 KUHP tentang tindak pidana dengan kekerasan bersama dan pengeroyokan.
1. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM BERUPA PEMIDANAAN
TERHADAP PERKARA TINDAK PIDANA ANAK 2. KAJIAN YURIDIS IMPLEMENTASI PASAL 170 AYAT (2) KE-1 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA DENGAN TENAGA BERSAMA MELAKUKAN KEKERASAN TERHADAP ORANG (PENGEROYOKAN)
Rumusan masalah :
1. Tulisan ini meributkan peri pemidanaan kanak-kanak yang mengerjakan
tindak criminal ditinjau bersumber restorative justice yang digunakan depan kaidah yustisi kanak-kanak seperti pelaku garib tambah kaidah yustisi kriminal biasa. Hal ini dikarenakan kanak-kanak masih memegang sepuluh dasawarsa haluan yang panjang. Selain itu juga, hiroglif ini mendalami peri permasalahan cara yang kelahirannya depan suatu tertib perundang-bujukan yang memegang saluran erat tambah pemberian dan kaidah yustisi kriminal terhadap kanak-kanak. Dimana kaidah yustisi kriminal kanak-kanak menelateni adanya pengertian restoratif dan kaidah diversi. Sehingga, terdapat oposisi mendasar seslat kaidah yustisi kriminal dan kaidah yustisi kriminal kanak-kanak apabila ditinjau bersumber faset kanak-kanak seperti pelaku.
2. Perbuatan kebiadaban pengeroyokan mengadakan peristiwa yang diamati
oleh penjuru kepolisian khusunya penjuru pengusut mata-mata massa kubu Malang. Dengan diryah tunggal kelebut peristiwa yang tidak dilanjutkan dan diryah tunggal peristiwa yang diberhentikan tiru penjuru pengusut bagian dalam menetapkan pemain film apakah otentik mengabdikan argumentasi 170 KUHP atau argumentasi lainnya argumentasi 55 KUHP dan bagian dalam arti bagian dalam argumentasi 170 KUHP bahwa setiap pemain film yang ternyata senjang atau ternyata melakukan diancam tambah kebiadaban pengasingan 5 perian 6 kamar sedangkan realita di lapangan menunjukan sejumlah peristiwa yang dihentikan bahkan tidak dilanjutkan.
Eksistensi Pengungkap Fakta (Whistleblower) Dan Pelaku Yang Bekerja Sama (Justice Collaborator) Dalam Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia - Artikel Jurnal S2 UTA 45