OLEH:
NATALIA RUMANTI HARTONO
MAN 9 JAKARTA
2015
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Pemilik alam semesta raya atas segala nikmat
Proposal PTK ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas sebagai peserta
Diklat Di Tempat Kerja (DDTK) materi Publikasi Ilmiah, di mana salah satu
Proses penulisan Proposal PTK ini, tidak terlepas dari bimbingan, arahan,
koreksi dan saran dari Tim Tutor DDTK Kementerian Agama DKI Jakarta dan
Kepala Madrasah Negeri 9 Jakarta, untuk semua bantuan dan kerjasamanya peneliti
kelemahan baik dalam tatabahasa maupun bobot keilmuan. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati diharapkan adanya saran dan kritik membangun guna
penelitian guna proses selanjutnya yang diharapkan dapat berguna bagi peningkatan
DAFTAR ISI
Hal.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penelitan.............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitan............................................................................ 4
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 62
B. Saran ............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Hal.
DAFTAR GAMBAR
Hal.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Hal.
Kreativitas guru dalam mengajar tidak hanya berlaku bagi guru dalam
seperti mata pelajaran Fisika, Kimia maupun Biologi, namun hal itu juga berlaku
bagi guru pada bidang-bidang ilmu-ilmu sosial, seperti Geografi, Ekonomi dan
baik dari segi afektif, kognitif maupun psikomotorik, karena PPKn merupakan
pelajaran yang sangat penting bagi terciptanya seorang warga negara yang baik,
berbudi pekerti yang luhur, cinta tanah air dan memiliki dedikasi serta tanggung
jawab yang tinggi untuk negara. Hal-hal tersebut merupakan modal penting bagi
kelanjutan hidup sebuah negara, karena itu untuk menjadi seorang warga negara
menganalisa kejadian-kejadian yang berkaitan dengan negara pada masa lalu, kini
dan masa yang akan datang. Kejadian-kejadian yang dialami negara menjadi
bagian dari sejarah bangsa seharusnya dapat teranalisa baik oleh peserta didik
penuh dengan hafalan saja, sehingga sering menjadi pelajaran yang membosankan
bagi peserta didik yang memiliki minat lebih kuat pada pelajaran eksakta,
2
membuat suasana belajar menjadi cenderung pasif karena peserta didik kurang
model pembelajaan yang diterapkan selama ini belum mampu meningkatkan hasil
Aliyah Negeri 9 Jakarta (MAN 9 Jakarta) khususnya kelas X IIS 2 yang belum
efisien dan menyenangkan bagi peserta didik juga dengan rangsangan (stimulasi)
pembelajaran baru dari guru di kelas sangatlah dibutuhkan. Sarana dan media
konsep disajikan lebih kongkret sehingga dapat lebih dipahami dan dimengerti
peserta didik.
berpendapat setiap peserta didik sama karena setiap peserta didik harus
merangsang peserta didik untuk berpendapat (jika tidak berpendapat, maka nomor
otomatis tidak diberikan kepada guru, sehingga berakibat tidak didapatnya nilai),
memperjelas konsep dengan analisa yang bervariasi dari tiap-tiap peserta didik
sama pada peserta didik tentang materi yang diajarkan sekaligus menerapkan
setiap peserta didik untuk berpendapat dengan mengacu pada konsep-konsep yang
diberikan, sehingga prestasi dan hasil belajar dan minat peserta didik secara
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keaktifan peserta didik kelas X IIS 2 MAN 9 Jakarta pada materi
Heads Together?
2. Bagaimana hasil belajar peserta didik kelas X IIS 2 MAN 9 Jakarta pada materi
Heads Together?
4
C. Tujuan Penelitian
2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan hasil belajar peserta didik kelas X IIS
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik kelas X IIS 2
2. Sebagai masukan bagi guru dan teman sejawat dalam melakukan proses
belajar peserta didik baik pada mata pelajaran PPKn maupun mata pelajaran
lainnya.
didik sebagai subyek belajar secara aktif dalam aktivitas belajar mengajar di
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Keaktifan Belajar
Keaktifan berasal dari kata aktif yang menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2012:13) artinya giat bekerja, giat berusaha, mampu bereaksi dan
beraksi. Sedangkan arti kata keaktifan adalah kegiatan atau kesibukan. Keaktifan
adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir
persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran.
berpikir peserta didik tidak hanya akan menerima begitu saja sesuatu yang
mereka baru dapatkan tetapi mereka akan memikirkan terlebih dahulu sehingga
mencintai pelajarannya.
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman
mengubah tingkah laku. Jadi tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam
aktif bertolak dari anggapan bahwa peserta didik memiliki potensi, dan dapat
Sudjana (2001: 61) mengatakan keaktifan peserta didik dilihat dalam hal:
1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;
2) terlibat dalam pemecahan masalah;
3) bertanya kepada peserta didik lain atau kepada guru jika tidak
memahami persoalan yang dihadapinya;
4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah;
5) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;
6) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang sejenis;
7
mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru
aspek kognitif, dengan menekankan pada apa yang dipelajari sehingga hanya
berpusat pada pemahaman materi. Guru perlu menyadari bahwa pada saat
dan diperbaiki dalam keterlibatan peserta didik pada saat belajar. Menurutnya,
terfokus kepada aktivitas peserta didik yang terlibat dalam pembelajaran, di mana
satu dengan yang lainnya tidak akan pernah sama, ada peserta didik dengan
keaktifan belajar kategori rendah, sedang dan ada pula keaktifan belajar kategori
oleh berbagai macam faktor seperti memberikan keaktifan kepada peserta didik
dan keaktifan juga dapat ditingkatkan, salah satu cara meningkatkan keaktifan
yaitu dengan mengenali keadaan peserta didik yang kurang terlibat dalam
apakah peserta didik telah melakukan aktivitas belajar seperti yang diharapkan
atau belum. Dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang
peroleh. Semakin tinggi tingkat keaktifan diharapkan semakin besar hasil yang
diperoleh.
2014:221-222):
untuk mengembangkan daya nalar bagi peserta didik, karena difokuskan untuk
Negara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. Terkait hal itu, maka PPKn
Agustus 1945.
Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 tidak dapat diubah oleh siapa pun
dan pada hakikatnya mempunyai kedudukan lebih tinggi dan terpisah dari
pada tingkat kompetensi tertentu. Berikut kompetensi dasar dan indikator konsep
3. Hasil Belajar
Di sekolah, hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan peserta didik akan
mata pelajaran yang diikutinya, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Setelah
melalui proses belajar, peserta didik diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang
sudah ditetapkan guru yang disebut sebagai hasil belajar, yaitu kemampuan yang
16
dimiliki peserta didik setelah menjalani proses belajar atau setelah pembelajaran
berlangsung.
menilai melalui sebuah tes atau evaluasi yang dilambangkan dengan huruf atau angka.
Nilai dari hasil belajar selain mengukur hasil belajar, juga dapat memberikan gambaran
keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Seharusnya semakin baik proses
pembelajaran dan keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, maka
hasil belajar yang diperoleh peserta didik akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan
Hasil belajar selain untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik akan
mata pelajaran yang diikutinya juga dapat digunakan sebagai bahan laporan kemajuan
hasil belajar. Hasil belajar ini juga bisa digunakan oleh guru dalam memperbaiki proses
pembelajaran.
Sedangkan menurut Sudjana (2004:22) hasil belajar yang dicapai peserta didik
dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri peserta didik dan faktor dari
didik dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dan kualitas pengajaran. Kualitas
pengajaran yang dimaksud adalah profesionalitas yang dimiliki oleh guru. Hasil belajar
peserta didik juga dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu peserta didik berupa
kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri peserta didik yakni lingkungan.
Dengan demikian hasil belajar dirumuskan sebagai tingkat keberhasilan yang dicapai
seseorang dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik melalui usaha-usaha belajar.
penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah
pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang
digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.
sesuai dan efisien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan diberikan, yaitu:
yang dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1993, untuk melibatkan
banyak peserta didik dalam mereview berbagai materi yang dibahas dalam sebuah
18
pelajaran, dan untuk memeriksa pamahaman peserta didik tentang isi dari
a. Penomoran (Numbering)
Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok yang beranggotakan
lima sampai tujuh orang dan memberi nomor pada setiap anggota kelompok,
sehingga setiap peserta didik pada masing-masing kelompok memiliki nomor
antara satu sampai tujuh.
b. Pemberian pertanyaan (Questioning)
Guru memberikan sebuah pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaannya bisa
bervariasi dan bisa sangat spesifik dan dalam bentuk pertanyaan.
c. Berpikir bersama (Heads Together)
Peserta didik “menyatukan kepalanya” untuk menemukan jawaban dan
memastikan bahwa semua anggota di dalam kelompoknya mengetahui
jawabannya.
d. Menjawab (Answering)
Guru memanggil sebuah nomor, dan peserta didik dari masing-masing
kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya kemudian
mengemukakan jawaban dari hasil “menyatukan kepala” ke depan kelas secara
bergiliran.
Dari laman http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/model-
a. Sintakmatik
Model pembelajaran tipe NHT memiliki empat langkah yaitu:
1) Penomoran,
2) Pengajuan pertanyaan,
3) Berpikir bersama,
4) Pemberian jawaban.
c. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi model pembelajaran tipe NHT adalah sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan tentang tata cara pembelajaran yang akan dilaksanakan
2) Guru membagi peserta didik dalam bentuk kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari 4-5 peserta didik dan setiap peserta didik dalam setiap
kelompok mendapat nomor yang berbeda, serta memberikan pengarahan
tentang cara diskusi kelompok
3) Guru menginstruksikan peserta didik untuk melakukan percobaan
bersama kelompoknya masing-masing
4) Guru menunjuk salah satu nomor peserta didik utnuk menjawab
pertanyaan di kelas
5) Guru melakukan pemantapan materi
d. Sistem Pendukung
Sistem pendukung model pembelajaran tipe NHT adalah sebagai berikut:
1) Ruang kelas
2) Sumber belajar (buku)
3) Media papan flanel
4) LKS/pertanyaan
e. Dampak Instruksional
Dampak Instruksional setelah mengikuti pembelajaran yaitu:
1) Peningkatan aktivitas peserta didik
2) Peningkatan hasil belajar peserta didik
f. Dampak Pengiring
Dampak Pengiring setelah mengikuti pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1) Meningkatkan kerja sama guru dengan peserta didik dan antara peserta
didik dengan peserta didik lainnya, sehingga dapat meningkatkan
hubungan dan kepercayaan dalam proses belajar mengajar
2) Menumbuhkan sikap tanggung jawab, kerja sama kelompok dan
persaingan sehat antar kelompok
3) Peserta didik belajar menerima pendapat orang lain
4) Peserta didik berani mengungkapkan pendapat dimuka umum
5) Mengembangkan pengendalian emosi bila kalah atau menang dalam
permainan
ide, pendapat, dan jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran ini juga
teman sekelompoknya.
menjawab soal-soal yang diberikan guru, karena mereka tidak tahu siapa dan
Karena dalam teknik ini, peserta didik yang akan menjawab soal dipilih nomor
a. Kelebihan
(a) Dapat meningkatkan kerjasama di antara peserta didik, sebab dalam
pembelajarannya peserta didik ditempatkan dalam suatu kelompok
untuk berdiskusi
(b) Dapat meningkatkan tanggung jawab peserta didik secara bersama,
sebab masing-masing kelompok diberi tugas yang berbeda untuk
dibahas
(c) Melatih peserta didik untuk menyatukan pikiran, karena NHT melatih
peserta didik untuk menyatukan persepsi dalam kelompok
(d) Melatih peserta didik untuk menghargai pendapat orang lain, sebab dari
hasil diskusi diminta tanggapan dari peserta lain
22
b. Kelemahan
(a) Peserta didik merasa bingung karena dalam kelompok masih ada lagi
nomor
(b) Sulit menyatukan pikiran peserta didik dalam satu kelompok karena
masing-masing peserta didik menahan egoisnya
(c) Diskusi seringkali menghabiskan waktu yang cukup lama, jadi bisa
terjadi waktu tidak cukup dalam melaksanakan proses belajar mengajar
(d) Sering terjadi perdebatan yang kurang bermanfaat karena yang
diperdebatkan adakalanya bukan materi yang penting, tapi pada materi
yang kurang penting
(e) Peserta didik yang pendiam akan merasa sulit untuk berdiskusi di dalam
kelompok dan susah dimintai pertanggungjawabannya.
D. Kerangka Berpikir
menggunakan metode konvensional ceramah, yang seringkali hanya berjalan satu arah
dan bersifat monoton. Hal ini karena mata pelajaran PPKn hingga saat ini masih
dianggap sebagai kumpulan pengetahuan yang harus dihapal. Hal ini membuat peserta
didik menjadi bosan dan malas mengikuti proses pembelajaran PPKn di sekolah,
mengakibatkan suasana belajar menjadi cenderung pasif karena peserta didik kurang
peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran aktif
23
bertitik tolak dari anggapan bahwa peserta didik memiliki potensi yang dapat
diwujudkan apabila diberi banyak kesempatan untuk berpikir sendiri. Sehingga guru
menyenangkan, menarik minat belajar peserta didik dan mekeaktifan mereka untuk
Mata pelajaran PPKn bertujuan untuk mengembangkan daya nalar bagi peserta
didik, karena difokuskan untuk pembangunan karakter bangsa yang merupakan proses
pengembangan warga negara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. Terkait hal itu,
warga negara sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi. Bisa
pengamatan, keaktifan serta kesadaran terhadap segala hal yang berhubungan dengan
mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru dalam
proses pembelajaran. Guru perlu menyadari bahwa pada saat mengajar, sebaiknya guru
keaktifan peserta didik akan mempengaruhi hasil belajar yang ia peroleh. Semakin
Di sekolah, hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan peserta didik akan
mata pelajaran yang diikutinya, mengacu pada tujuan belajar yang telah ditetapkan
24
guru sebelumnya. Setelah melalui proses belajar, peserta didik diharapkan dapat
mencapai tujuan belajar yang sudah ditetapkan guru yang disebut sebagai hasil belajar,
yaitu kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menjalani proses belajar atau
Hasil belajar selain untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik akan
mata pelajaran yang diikutinya juga dapat digunakan sebagai bahan laporan kemajuan
hasil belajar. Hasil belajar ini juga bisa digunakan oleh guru dalam memperbaiki proses
pembelajaran.
Terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik, sebagai wujud
kemandirian, keaktifan dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencari,
masalah yang terjadi di kelas, tidak terpaku pada metode konvesional yang selama ini
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga juga dapat berdampak positif terhadap hasil
belajarnya. Semakin tepat memilih model pembelajaran, maka semakin efektif dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memilih
kategori metode pembelajaran aktif yang bertujuan untuk menarik perhatian peserta
dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1993, untuk melibatkan banyak peserta
didik dalam mereview berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran, dan untuk
memeriksa pamahaman peserta didik tentang isi dari pelajaran yang diberikan. Model
memberikan ide, pendapat, dan jawaban yang paling tepat, juga mendorong peserta
Pada model pembelajaran tipe NHT ini, mengindikasikan bahwa setiap anggota
sekelompoknya. Teknik ini dapat memberi kepastian semua anggota kelompok siap
untuk menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru, karena mereka tidak tahu siapa
dan nomor berapa yang akan menjawab soal pertama dan berikutnya. Setiap anggota
kelompok harus mengetahui jawaban dari kelompoknya. Karena dalam teknik ini,
peserta didik yang akan menjawab soal dipilih nomor secara acak. Untuk mewujudkan
peserta didik seperti metode pembelajaran NHT diharapkan mampu membuat suasana
belajar berlangsung hidup dan menggairahkan para peserta didik yang pada akhirnya
keaktifan peserta didik pada proses pembelajaran akan meningkat sehingga hasil
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas X IIS 2 sebanyak 37 orang
peserta didik yang terdiri atas putra 19 orang dan putri 18 orang.
2. Tempat Penelitian
3. Waktu Penelitian
PTK ini dilakukan selama 3 bulan, dimulai bulan September s.d November
4. Jadwal Penelitian
5. Sasaran Perubahan
Sasaran perubahan pada PTK ini adalah peserta didik mengalami perubahan
keaktifan dalam belajar serta memiliki peningkatan hasil belajar pada materi
B. Prosedur Penelitian
atau PTK. PTK di sini adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di
pembelajaran dan hasil belajar yang diinginkan. Sebuah penelitian dapat terdiri
dari beberapa siklus, dilakukan dengan cara yang sama namun diawali dengan
modelnya akan menyerupai spiral. Penelitian akan diakhiri apabila sudah terlihat
Rencana
Tindakan
Analisis &
Refleksi
Siklus 1
Pelaksanaan
Observasi Tindakan
Analisis &
Refleksi
Siklus 2
Pelaksanaan Tindakan
Observasi
DST
Gambar 1. Siklus PTK menurut Arikunto
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kali
pertemuan. Hal ini telah memenuhi persyaratan sesuai pendapat ahli yang
28
menyatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas perlu ada siklus kegiatan
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan/ Tindakan
Siklus I pertemuan 1
materi Membangun rasa syukur atas kemerdekaan yang diberikan Tuhan Yang
4) Membagikan LKS kepada seluruh peserta didik, yang berisi beberapa soal
7) Setelah setiap peserta didik telah selesai menjawab seluruh pertanyaan pada
kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor kepala.
Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dalam kelompok tertentu untuk
guru menunjuk nomor yang lain di kelompok lain dengan tugas yang berbeda.
Siklus I pertemuan 2
pokok siklus I pertemuan 2, yaitu Menjelaskan isi dan pokok pikiran Pembukaan
5) Setelah setiap peserta didik telah selesai menjawab seluruh pertanyaan pada
yang benar, tiap anggota kelompok mencatat hasil diskusi. Setiap anggota
melaporkan hasil diskusinya. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik
kelompok lain. Selanjutnya guru menunjuk nomor yang lain di kelompok lain
9) Pada akhir siklus I ini peneliti melakukan wawancara tentang kesan peserta didik
c. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan dilakukan guru bersama observer untuk mengetahui hal-hal apa saja
yang dilakukan peserta didik selama pembelajaran berlangsung, apakah diantara peserta
Observer berperan mengumpulkan data berupa aktivitas peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung pada lembar observasi. Hasil dari observasi ini akan
diidentifikasi dan pengambilan interpretasi dalam tahap refleksi pada siklus II tersebut.
d. Refleksi
Refleksi ini dilakukan oleh guru dan observer dengan cara sebagai berikut:
seperti efektivitas penerapan model NHT terhadap keaktifan belajar peserta didik
2. Siklus II (Kedua)
Hasil analisis data dan refleksi dari siklus I digunakan untuk memutuskan
apakah tindakan yang dilakukan pada siklus berikutnya untuk mengatasi masalah.
Dalam hal ini apakah penerapan model pembelajaran tipe NHT telah mencapai hasil
yang optimal atau belum sehingga mampu meningkatkan keaktifan belajar peserta
32
didik. Bila hasilnya belum tercapai, maka dilakukan perencanaan tindakan yang
tindakan, observasi dan evaluasi, analisis refleksi. Tahap perencanaan ini meliputi:
2) Pengembangan program tindakan yang akan diterapkan pada siklus II, diantaranya
b. Pelaksanaan Tindakan
dengan tindakan pada siklus I. mengacu pada RPP yang telah disiapkan, Pembahasan
materi pokok siklus II adalah Cita-Cita dan Tujuan Nasional Berdasarkan Pancasila dan
Siklus II pertemuan 1
diawali dengan melakukan diskusi kelompok untuk menyelesaikan soal pada LKS.
33
6) Setelah setiap peserta didik telah selesai menjawab seluruh pertanyaan pada LKS
yang telah dibagikan. selanjutnya guru menunjuk kelompok secara bergiliran untuk
7) Peneliti mengevaluasi jawaban. Pada saat yang sama peneliti memberi kesempatan
kepada kelompok lain untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran seperti
8) Menerapkan model pembelajaran tipe NHT. Peserta didik dibagi dalam kelompok,
setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor kepala. Guru
memberikan tugas, diupayakan setiap kelompok mendapat tugas yang berbeda, dan
yang benar, tiap anggota kelompok mencatat hasil diskusi. Setiap anggota kelompok
diskusinya. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dalam kelompok
tertentu untuk melaporkan hasil diskusinya. Tanggapan dari teman yang lain dalam
menunjuk nomor yang lain di kelompok lain dengan tugas yang berbeda.
Siklus II pertemuan 2
perdamaian dunia
6) Setelah setiap peserta didik telah selesai menjawab seluruh pertanyaan pada
kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor kepala.
yang sama untuk melaporkan hasil diskusinya. Guru memanggil salah satu
Pada akhir siklus II ini peneliti melakukan wawancara tentang kesan peserta didik
c. Pengamatan (Observasi)
Kegiatan pengamatan ini hampir sama dengan pengamatan pada siklus I. Observer
mencatat semua aktifitas peserta didik baik pada saat diskusi. Hasil dari observasi
ini akan diidentifikasi dan pengambilan interpretasi dalam tahap refleksi pada siklus
II tersebut.
d. Refleksi
Merenungkan kembali hasil pengamatan terhadap peserta didik, serta analisis data
dari pelaksanaan tindakan berupa lembar pengamatan, data angket peserta didik
serta tes akhir siklus untuk pengambilan keputusan sebagai akhir dari siklus II.
Teknik Pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk
a. Observasi
Data keaktifan peserta didik diperoleh dari hasil pengamatan dan pencatatan
pedoman observasi yang telah didesain oleh peneliti dalam bentuk lembar
b. Wawancara
hal-hal dari peserta didik secara lebih mendalam, seperti mengetahui respon
c. Tes
peserta didik. Adapun yang digunakan adalah posttest yang dilakukan pada
setiap akhir siklus, untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik
d. Dokumentasi
a. Lembar Observasi
observasi ini juga digunakan sebagai bahan refleksi untuk siklus berikutnya.
b. Pedoman wawancara
pembelajaran NHT.
Soal tes dalam penelitian ini adalah posttest yang dibuat peneliti, dengan tipe
tes berbentuk pilihan ganda sejumlah 25 soal. Soal yang diberikan berbeda
sebagai informasi yang digunakan pada saat refeksi sebagai alat untuk
38
D. Analisis Data
Analisis data hasil pengamatan terhadap keaktifan dan hasil belajar peserta didik
seberapa besar model pembelajaran NHT dapat meningkatkan keaktifan serta hasil
belajar peserta didik kelas X IIS 2 MAN 9 Jakarta pada materi pokok kaidah
fundamental bangsaku.
E. Indikator Keberhasilan
1. Siklus I
a. Perencanaan
belajar peserta didik kelas X IIS 2 MAN 9 Jakarta pada mata pelajaran PPKn
wawancara dilakukan pada akhir tiap siklus. Peneliti juga membuat lembar
pengamatan keaktifan yang digunakan pada tiap pertemuan dan instrumen tes
yang digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik, yang mengacu pada
b. Pelaksanaan
1) Siklus I pertemuan 1
Peneliti sebagai guru mata pelajaran PPKn dibantu dengan guru mata
Membangun rasa syukur atas kemerdekaan yang diberikan Tuhan Yang Maha
untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. Pada saat yang sama peneliti
sama untuk melaporkan hasil diskusinya. Guru memanggil salah satu nomor
2) Siklus I pertemuan 2
materi pokok siklus I pertemuan 2, yaitu Menjelaskan isi dan pokok pikiran
41
peneliti sebagai guru mata pelajaran PPKn dibantu dengan guru mata
soal pada LKS yang dibagikan oleh guru. Selanjutnya kelompok secara
memanggil salah satu nomor peserta didik dalam kelompok tertentu untuk
Selanjutnya guru menunjuk nomor yang lain di kelompok lain dengan tugas
c. Pengamatan (Observasi)
1) Siklus I pertemuan 1
Peneliti sebagai guru mata pelajaran PPKn dibantu dengan guru mata
rencana pembelajaran yang dibuat. Namun sempat terjadi infokus tidak bisa
Kelompok awal cukup aktif terhadap materi yang dibahas, karena berkaitan
dengan situasi nyata yang dialami peserta didik. Beberapa peserta didik
tetapi masih banyak peserta didik yang terlihat tidak peduli dan asyik dengan
Berdiskusi 37 100%
2) Siklus I pertemuan 2
terlihat ragu dan takut untuk aktif menyatakan pendapat atau bertanya, namun
presentasi hanya dengan lisan kurang menarik bagi kelompok lain, sehingga
pada kertas karton dan menempelnya di dinding, sehingga semua anak bisa
Berdiskusi 37 100%
Dari 37 peserta didik tidak ada yang mencapai hasil sangat baik, 10 peserta didik
(27%) mencapai kategori baik. 6 peserta didik (16%) mencapai kategori cukup. 15
peserta didik (41%) mencapai kategori kurang dan 6 peserta didik (16%) mencapai
Dari 37 peserta didik 1 peserta didik (3%) mencapai hasil sangat baik, 17 peserta
didik (46%) mencapai kategori baik. 12 peserta didik (32%) mencapai kategori
46
cukup. 4 peserta didik (11%) mencapai kategori kurang dan 3 peserta didik (8%)
25
20
15
10
0
90-100 76-89 64-75 51-63 0-50
Distribusi ketuntasan belajar PPKn peserta didik kelas X IIS 2 MAN 9 siklus I
Dari data tabel 8. Distribusi ketuntasan belajar peserta didik kelas XII IPA 2
MAN 9 Pondok Bambu Jakarta pada siklus I, peserta didik yang tuntas ada 18
URAIAN NILAI
CAPAIAN
Nilai tertinggi 92
Nilai terendah 44
Nilai Rata-Rata 71
Peserta didik Yang Tuntas ( KKM 76 ) 18
Peserta didik Yang Belum Tuntas 19
Tabel 9. Rekapitulasi Nilai Tertinggi dan Terendah Siklus I PPKn kelas X IIS 2
47
Setelah siklus I selesai, dilakukan wawancara pada beberapa peserta didik yang
memiliki nilai kategori sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Dapat
1) Peserta didik senang dengan model pembelajaran seperti NHT karena terkesan
berbeda dari pembelajaran yang biasa dilakukan, jadi lebih bersemangat belajar
mencari jawaban sendiri melalui internet, buku atau pun media lainnya
3) Peserta didik masih merasa tidak percaya diri untuk mempresentasikan pertanyaan
4) Ada peserta didik yang kurang bisa memahami penjelasan dari peserta didik lain
5) Penjelasan dari teman kurang jelas sehingga peserta didik merasa kesulitan untuk
6) Peserta didik merasa di dalam kelompoknya masih ada peserta didik lain yang
d. Refleksi
Setelah selesai melaksanakan penelitian tindakan pada siklus I, guru bersama dengan
ditemukan pada siklus I juga melihat dari hasil tes, diperoleh masukkan antara lain :
depan kelas masih membawa dan membaca teks jawaban hasil diskusi kelompok.
48
Hal ini menunjukkan kurangnya kepercayaan diri dan pemahaman peserta didik
b) Hasil belajar peserta didik masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan hanya ada 18
peserta didik yang memperoleh nilai minimal 76 dan rata-rata kelas masih dibawah
c) Keaktifan peserta didik terhadap pembelajaran masih belum sesuai karena masih
Adapun rencana perbaikan yang akan dilakukan untuk perbaikan siklus II antara lain:
b) Pada saat akan presentasi, guru meminta kepada peserta didik menjawab tanpa
pada meja masing-masing kelompok dan memberi papan nama kelompok untuk
d) Masuk dari observer bahwa presentasi hanya dengan lisan kurang menarik bagi
kelompok lain, sehingga untuk sikllus ke II, kelompok menuliskan jawaban dari
e) Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik, guru mengingatkan
kepada peserta didik untuk selalu mengulang di rumah apa yang sudah di dapat di
sekolah. Membaca materi yang akan datang sebagai gambaran untuk menerima
pelajaran selanjutnya.
g) Peserta didik diminta untuk serius dalam mengikuti setiap proses pembelajaran
yang dilaksanakan.
keaktifan peserta didik masih rendah, baru 60% dari 75% keaktifan yang diharapkan.
Untuk hasil belajar peserta didik, juga masih dikatakan rendah karena hanya 18
peserta didik yang mendapat nilai 76. Dari keseluruhan pengamatan yang dilakukan,
maka guru sebagai peneliti dan observer sepakat penelitian ini berlanjut ke siklus II
2. Siklus II (Kedua)
Hasil analisis data dan refleksi dari siklus I digunakan untuk memutuskan
apakah tindakan yang dilakukan pada siklus berikutnya untuk mengatasi masalah
yang terjadi selama menggunakan model pembelajaran tipe NHT. Dalam hal ini
penerapan model pembelajaran tipe NHT belum mencapai hasil yang optimal
sehingga belum mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik
seperti yang diharapkan. Bila hasilnya belum tercapai, maka dilakukan perencanaan
tindakan harus dilanjutkan pada siklus II dengan tahapan yaitu perencanaan tindakan,
kisi dan instrumen tes akhir siklus II serta perbaikan pedoman wawancara.
50
b. Pelaksanaan Tindakan
RPP hampir sama dengan siklus I hanya berbeda dari sisi materi. Pelaksanaan
1) Siklus II pertemuan 1
Guru selaku peneliti dibantu guru mata pelajaran serumpun bertindak sebagai
observer. Pertemuan dibuka dengan doa, salam dilanjutkan presensi. Pada awal
pertemuan 1, yaitu Menjelaskan isi dan pokok pikiran Pembukaan UUD Negara
beranggotakan 6-7 peserta didik, tidak lupa memasang nama kelompok di setiap meja
peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor kepala, kemudian melakukan
diskusi kelompok untuk menyelesaikan soal pada LKS yang dibagikan oleh guru.
kelompok. Pada saat yang sama peneliti memberi kesempatan kepada kelompok lain
kesempatan yang sama untuk melaporkan hasil diskusinya. Guru memanggil salah
satu nomor peserta didik dalam kelompok tertentu untuk melaporkan hasil
diskusinya. Tanggapan dari teman yang lain dalam kelompoknya, kemudian dapat
51
disempurnakan dari kelompok lain. Selanjutnya guru menunjuk nomor yang lain di
sebelum doa diumumkan bahwa kelompok terbaik akan mendapatkan apresiasi dari
2) Siklus II pertemuan 2
memasuki kelas. Pembelajaran dibuka dengan doa, salam dilanjutkan presensi. Pada
melalui tayangan powerpoint melalui infokus. Guru memandu peserta didik untuk
yang telah dibentuk dan berdiskusi dan tidak lupa memasang nama kelompok di
kemudian menyelesaikan soal pada LKS yang dibagikan oleh guru. Selanjutnya
Pada saat yang sama peneliti memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk
berperan aktif dalam proses pembelajaran seperti bertanya, memberi tanggapan dan
sama untuk melaporkan hasil diskusinya. Guru memanggil salah satu nomor peserta
didik dalam kelompok tertentu untuk melaporkan hasil diskusinya. Tanggapan dari
teman yang lain dalam kelompoknya, kemudian dapat disempurnakan dari kelompok
lain. Selanjutnya guru menunjuk nomor yang lain di kelompok lain dengan tugas
52
terbaik diberikan penghargaan berupa dua buah coklat dari guru mata pelajaran. Dan
anggota kelas selebihnya tetap diberikan apresiasi berupa satu buah coklat.
c. Pengamatan (Observasi)
1) Siklus II pertemuan 1
Kelompok sudah aktif terhadap materi yang dibahas. Peserta didik sangat antusias
berkurang peserta didik yang terlihat tidak peduli dan asyik dengan kegiatannya
apresiasi kepada kelompok terbaik di akhir siklus II. Sudah lebih mudah mengamati
menggunakan papan nama kelompok. Hasil observasi atas keaktifan peserta didik
siklus II pertemuan 1:
2) Siklus II pertemuan 2
Peserta didik terlihat aktif menyatakan pendapat atau bertanya, dan guru
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Siklus I Siklus I Siklus II Siklus II
Pertemuan Pertemuan pertemuan 1 Pertemuan
1 2 2
Dari 37 peserta didik 7 peserta didik atau 19 % mencapai hasil sangat baik, 21
peserta didik atau 57 % mencapai kategori baik. 7 peserta didik atau 19% mencapai
kategori cukup. 2 peserta didik atau 5% mencapai kategori kurang dan tidak ada
25
20
15
10
0
90-100 76-89 64-75 51-63 0-50
Distribusi ketuntasan belajar PPKn peserta didik kelas X IIS 2 MAN 9 siklus II
Dari data tabel 8. Distribusi ketuntasan belajar peserta didik kelas XII IPA 2
MAN 9 Pondok Bambu Jakarta pada siklus I, peserta didik yang tuntas ada 28
Diagram Batang rata-rata nilai hasil belajar kelas X IIS 2 Pra PTK, Siklus I, Siklus II
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pra PTK Sikus 1 Siklus 2
Gambar 7. Diagram Batang rata-rata hasil belajar X IIS 2 Pra PTK, Siklus I,
Siklus II
57
Setelah siklus II selesai, dilakukan wawancara pada beberapa peserta didik yang
memiliki nilai kategori sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Ini untuk
membandingkan antara siklus I dan II. Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Peserta didik lebih senang dengan model pembelajaran seperti NHT pada siklus
2) Menuliskan dalam karton untuk dipersentasikan membuat peserta didik jadi lebih
bersemangat belajar
menjadi lebih tinggi, ditambah adanya hadiah yang akan diberikan guru untuk
kelompok terbaik
mencari jawaban sendiri melalui internet, buku atau pun media lainnya
5) Peserta didik berani aktif mempresentasikan pertanyaan yang ada di LKS di muka
6) Walau masih ada peserta didik yang kurang bisa memahami penjelasan dari
peserta didik lain namun karena terbantu dengan paparan di karton membuat
7) Tes pada akhir siklus II jadi terasa lebih bisa dikerjakan karena materinya sudah
d. Refleksi
Setelah selesai melaksanakan penelitian tindakan pada siklus II, guru bersama
ditemukan pada siklus II juga melihat dari hasil tes, diperoleh masukkan antara lain:
b) Hasil belajar peserta didik sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan ada 28 peserta
didik yang memperoleh nilai minimal 76 dan rata-rata kelas sudah berada di atas
diharapkan yaitu 78% pada siklus II pertemuan 1 dan dari 77% pada siklus II
peserta didik sudah sesuai yang diharapkan. Untuk hasil belajar peserta didik, juga
sudah sesuai yang diharapkan. Dari keseluruhan pengamatan yang dilakukan, maka
guru sebagai peneliti dan observer sepakat PTK ini berakhir di siklus II karena hasil
yang diperoleh telah melebihi dari indikator keberhasilan yang telah dituliskan
sebelumnya.
B. Pembahasan
belajar peserta didik kelas X IIS 2 MAN 9 Jakarta pada materi Pokok Kaidah
IIS 2 MAN 9 Jakarta mempunyai permasalahan yaitu pada keaktifan dan rata-rata
59
kelas hasil belajar mata pelajaran PPKn yang masih berada di bawah nilai kriteria
secara heterogen yang terdiri dari 6-7 peserta didik di mana setiap peserta didik dalam
untuk menyelesaikan soal pada LKS yang dibagikan oleh guru. Selanjutnya
Pada saat yang sama kelompok lain diberi kesempatan kepada untuk berperan aktif
dalam proses pembelajaran seperti bertanya, memberi tanggapan dan lain-lain. Setiap
melaporkan hasil diskusinya. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dalam
kelompok tertentu untuk melaporkan hasil diskusinya. Tanggapan dari teman yang
Selanjutnya guru menunjuk nomor yang lain di kelompok lain dengan tugas yang
keaktifan dan hasil belajar peserta didik dapat meningkat, sebagaimana pengamatan
dari siklus I sampai dengan siklus II. Di mana pada setiap siklusnya peneliti dan
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Istarani (2011: 13-14) bahwa
penggunaan metode NHT ini, peserta didik menjadi lebih dapat meningkatkan
jawab peserta didik secara bersama, sebab masing-masing kelompok diberi tugas
yang berbeda untuk dibahas. Melatih peserta didik untuk menyatukan pikiran, karena
NHT melatih peserta didik untuk menyatukan persepsi dalam kelompok dan melatih
peserta didik untuk menghargai pendapat orang lain, sebab dari hasil diskusi diminta
didik dalam pembelajaran meningkat, yang tadinya pada siklus I pertemuan pertama
tingkat keaktifan 60%, kemudian meningkat lagi pada pertemuan 2 menjadi 65%.
menjadi 78% dan pertemuan 2 menjadi 77%. Hal ini mengindikasikan bahwa
hasil belajar, sehingga dapat timbul dalam diri peserta didik agar menjadi yang
Adapun untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, penulis melakukan tes
pada akhir pembelajaran setiap siklusnya. Pembelajaran dari pertemuan pertama dan
kedua tiap siklus diberikan tes untuk diambil nilai tiap siklusnya. Setelah melakukan
penelitian tindakan kelas ini, diketahui bahwa ada peningkatan rata-rata hasil belajar
peserta didik. Hasil tes menunjukkan bahwa ada peningkatan rata-rata nilai dari
sebelum PTK ke siklus I dan ke siklus II. Sebelum PTK nilai rata-rata PPKn kelas
X IIS 2 adalah 62, kemudian nilai rata-rata siklus I menjadi 71 dan siklus II menjadi
78. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran NHT yang digunakan, membuat
peserta didik lebih aktif di dalam proses pembelajaran, yang pada prakteknya
61
menuntut peserta didik untuk lebih berusaha dalam memahami materi yang
disampaikan. Hal ini tidak terlepas pada saat peserta didik mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas, mereka tidak tahu siapa yang akan maju ke depan kelas.
Dengan hal tersebut, peserta didik dibuat untuk memiliki keaktifan lebih lagi dalam
memahami materi yang telah disampaikan. penerapan model pembelajaran tipe NHT
mampu meningkatkan hasil belajar rata-rata peserta didik pada taraf di atas KKM.
pembelajaran tipe NHT pada mata PPKn kelas X IIS 2 dapat meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar peserta didik khususnya pada materi Pokok Kaidah Fundamental
Bangsaku .
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dalam dua siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dalam
menerapkan model pembelajaran tipe NHT pada peserta didik kelas X IIS 2
pada pertemuan 1 menjadi 78% dan pertemuan 2 menjadi 77%. Hal ini
pada peserta didik kelas X IIS 2 keaktifan peserta didik dalam pembelajaran
meningkat.
belajar peserta didik dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
hasil belajar rata-rata peserta didik yang semula pada pra PTK 62, pada siklus
B. Saran
yang diajarkan oleh dengan baik sehingga pada akhirnya hasil belajar dapat
meningkat.
jalannya pembelajaran yang lebih melibatkan peran aktif siswa sehingga pada
pembelajaran serta micro teaching agar guru lebih kreatif dalam melaksanakan
pembelajaran.
64
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. ( 2009). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hermawan, (2007) Belajar dan Pembelajaran, Jakarta. Penerbit PT. Asdi Mahasatya
http://m4y-a5a.blogspot.com/2012/09/indikator-dan-faktor-faktor-keaktifan.html.
http://www.eurekapendidikan.com/2015/02/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html
Martinis Yamin, (2007). Kiat Membelajarkan Peserta didik. Jakarta. Gaung Persada
Press dan Center for Learning Innovation (CLI)
Sardiman. (2009). Interaksi dan Keaktifan Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Sriyono, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Karya
Suharsimi Arikunto, dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penerbit: Bina
Aksara, Jakarta.