Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

TAFSIR AYAT - AYAT TENTANG SOSIAL BUDAYA

"KANDUNGAN SURAT AL - MA’UN DAN SURAT AL - QURAISY"

Makalah ini disusun sebagai tugas mandiri dalam diskusi pada mata kuliah

Tafsir Ayat - Ayat Tentang Sosial Budaya

Dosen Pengampu:

DR.H. Abdul Wahid, M.USh

Disusun oleh

Yusuf Rahmatullah (12030217553)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kandungan Sosial Dalam Surat Al-Ma’un


1. Memelihara Anak yatim
Menyantuni anak yatim adalah suatu keniscayaan yang harus dilakukan
oleh seorang Muslim yang mengaku beriman kepada Allah, sebagai salah
satu bentuk dan realisasi keimanan itu. Dan aturan-aturan dalam menyantuni
anak
yatim telah dijelaskan dengan tegas, mendetail, terarah. Hingga memberikan
rambu-rambu untuk berhati-hati jangan sampai memakan harta anak yatim
secara haram baik dalam ayat maupun dalam hadis Nabi saw. Sesungguhnya
Kebahagiaan yang terindah adalah ketika seseorang dapat membahagiakan
saudaranya yaitu anak yatim Anak yatim merupakan kelompok masyarakat
yang lemah yang sangat membutuhkan penanganan dan pengelolaan dari
orang-orang disekitarnya.
Anak-anak yatim sangat membutuhkan bantuan dari orang-orang yang
mampu lagi dermawan. Memelihara anak yatim dan menyelamatkan harta
bendanya merupakan kewajiban bersama. Apabila ada anak yatim yang
hidup terlantar, umat Islam yang berada di sekitarnya tergolong orang-orang
yang
mendustakan agama, pernyataan ini telah dijelaskan pada awal tafsir Surat
Al- Ma’un.
2. Menyantuni Anak Yatim
Nilai yang kedua adalah menyantuni fakir miskin, perjuangan untuk
meningkatkan kesejahteraan orang miskin dan dhu’afa merupakan tanggung
jawab negara dan seluruh anggota masyarakat. Memberi makan kepada
orang miskin merupakan salah satu pertolongan pertama dalam
penanggulangan kemiskinan, hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab
2
orang kaya saja, tetapi sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim, oleh
sebab itu pada Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Maraghi Surat Al-Maun
Allah mengecam orang-orang yang tidak mendorong (orang lain) untuk
memberi makan orang miskin. Dalam pandangan Al-Qur’an
penanggulangan kemiskinan harus menjadi gerakan kolektif umat yang
saling bersatu padu dari setiap lapisan masyarakat.
3. Taqwa dan Tidak Lalai Dalam Sholat
menurut al-Maragy mereka yang melakukan shalat hanya dari segi
lahiriyanya saja, tetapi tidak ada yang berbekas dalam jiwanya sedikit pun,
tidak menghayati apa yang diucapkan mulutnya, sehingga shalatnya tidak
berbekas atau berpengaruh terhadap tingkah lakunya, dan pada akhirnya
tidak memperoleh hasil dari tujuan shalat yang dikerjakannya itu. Ia ruku’
dan sujud tetapi hatinya kosong dari apa yang diucapkan lidahnya. Ia takbir
tetapi hatinya tidak mengerti makna sebuah takbir. Shalatnya hanya
mencerminkan sebagai gerakan rutinitas semata,
Dari keterangan di atas, dipahami bahwa yang dimaksud lalai dalam
shalatnya, bukan berarti tidak melaksanakan shalat, hanya saja dalam
pelaksanaannya tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya, misalanya
ketika shalat hanya jasmanianya yang melakukan shalat dalam arti berdiri,
ruku’ dan sujud, tetapi tidak ada perasaan dalam jiwanya bahwa dia dalam
keadaan shalat.
4. Ikhlas dan Menjauhi Riya’
Ikhlas adalah menyaring sesuatu sampai tidak lagi tercampuri dengan
yang lainnya. Kalimatul ikhlas adalah kalimat tauhid yaitu laa ilaaha illallah.
Surah ikhlas adalah surat qul huwallahu ahad, yaitu surat tauhid. Dari
penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa makna ikhlas secara bahasa
adalah suci (ash- shafa’), bersih (an-naqi), dan tauhid. Adapun ikhlas dalam
syariat Islam adalah sucinya niat, bersihnya hati dari syirik dan riya serta
hanya menginginkan ridha Allah semata dalam segala kepercayaan,
perkataan dan perbuatan.
5. Memberi Bantuan Menjauhi Sifat Kikir
Menyeru atau mengajak orang lain kepada kebajikan, baik melalui lisan
maupun tindakan merupakan perbuatan yang telah disinggung oleh Surat Al-
3
Ma’un kewajiban pelaksanaannya. Menyuruh berbuat baik dan melarang
kemungkaran merupakan perbuatan Fardhu kifaayh. Kita harus
menunjukkan contoh dan teladan yang baik dan melarang berbuat jahat. Kita
harus melakukan apa yang kita serukan, karena cara ini merupakan nasihat
yang paling baik dan utama.
Bantuan yang terbaik bagi mereka tentunya berupa kasih sayang dan
pendidikan. Anak-anak yatim sangat memerlukan kasih sayang. Secara
psikologis, orang yang telah dewasa sekalipun akan sedih hatinya apabila
kehilangan orang yang sangat dekat dalam hidupnya. Orang yang selama ini
menyayangi, memperhatikan dan menasihati kita telah berpulang
kepangkuan- Nya, bayangkan apabila hal ini terjadi pada anak kecil, oleh
sebab itu kita harus bersikap lemah lembut terhadap mereka, menyayangi
mereka dan menyantuni mereka. Seseorang tidak boleh mebiarkan anak
yatim dalam keadaan sengsara apalagi menghardik dan mengabaikan mereka
dengan perasaan benci.1
B. Kandungan Surat Al – Quraisy
1. Kebiasaan yang Baik (Li iilaafi)
Kebiasaan yang dapat kita ambil pelajaran dari kaum Quraisy ini yang
pertama kebiasaan spiritual yang terdiri dari puasa, shalat, membaca Al-
Quran dan bersedekah. Adapun yang kedua kebiasaan professional, yang
terdiri dari bekerja keras dan disiplin, tidak cepat puas dan terus berlatih,
pelayanan sempurna, memiliki visi ke depan dan melatih kemampuan.
2. Citra Positif (Al-Quraisy)
Kaum Quraisy sudah memiliki keunggulan dengan banyak
keistimewaan. Di antaranya sopan dan rendah hati, tepat janji, jujur, amanah,
professional, istiqomah, taat aturan, terhindar dari cacat moral dan
menghargai orang lain.
3. Proaktif atau Terus Mencari Peluang (Rihlah)
Keunggulan selanjutnya yang dimiliki kaum Quraisy adalah selalu
proaktif dalam mencari peluang terutama peluang menjadi lebih maju
dengan cara selalu mencari informasi dari berbagai sumber dan belajar
kepada orang yang lebih sukses.

1
http://digilib.uinsby.ac.id/15569/9/Bab%204.pdf
4
4. Pandai Membaca Situasi atau Membuat Perencanaan yang Tepat (Asysyitaa
I washoif)
Kaum Quraisy juga mampu membaca situasi hal ini yang sudah
dibuktikannya dengan melakukan perjalanan pada waktu musim dingin ke kota
yaman dan pada musim panas ke kota Syam. Dalam segi perencanaan juga
kaum Quraisy sangat unggul dengan cara memerhatikan dalam memilih tempat
untuk usaha, kemudian mampu mengelola waktu secara tepat sehingga mampu
bertindak secara cermat dan akurat serta mampu memahami perubahan
lingkungan.
5. Bersyukur (Falya’buduu Rabba HaaDzal Bait)
Dalam surat Al-Quraisy, Allah memerintahkan untuk bertauhid kepada-
Nya sebagai bentuk rasa syukur atas segala kelebihan yang telah Allah
berikan kepada kaum Quraisy dengan cara selalu memanfaatkan keuntungan
untuk kebaikan serta tidak menggunakan kekayaan untuk maksiat, dan selalu
istoqomah dalam melaksanakan perintah Allah.
Jika kelima langkah di atas mampu diimplementasikan oleh seluruh
umat Islam terutama umat Islam di Indonesia akan mengalami kemajuan
yang sangat pesat terutama dalam bidang perniagaan, karena bidang inilah
yang mampu mengangkat ekonomi kaum muslimin Indonesia menjadi lebih
baik dan akan melahirkan banyak pengusaha-pengusaha muslim yang dalam
melakukan segala transaksinya berdasarkan Al-Quran dan Hadits.2

2
http://www.dakwatuna.com/2014/10/01/57613/lima-langkah-sukses-belajar-dari-surat-al-quraisy/
#ixzz7owQpdu5z
5
6

Anda mungkin juga menyukai