Anda di halaman 1dari 7

Takwa Dalam Perspektif

Alquran
16 Feb 2023, 06:45 WIB

“Hiduplah sesukamu, tetapi ketahuilah bahwa pada akhirnya


engkau akan mati.” Itulah salah satu nasihat Malaikat Jibril dalam
sebuah hadis. Petuah itu mengisyaratkan, setiap insan
semestinya menyadari keterbatasan diri sehingga
mengutamakan hal yang memang sepatutnya prioritas, tujuan
penciptaannya. “Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (QS az-Zariyat:
56).

Dalam ajaran Islam, ibadah tidak hanyad diwujudkan melalui


ritual (mahdhah) yang sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW,

https://www.republika.id/posts/37609/takwa-dalam-perspektif-alquran 16/10/23, 21.56


Page 1 of 7
tetapi juga praksis di seluruh aspek kehidupan. Karena itu,
esensi ibadah tidak terlepas dari pengertian takwa.

Menurut dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Ahmad


Dahlan (UAD) Lailan Arqam, ada banyak ayat dalam Alquran
yang menerangkan karakteristik tersebut.

“Kalau kita rujuk dari ayat-ayat Alquran, tampak ciri-ciri orang


yang bertakwa,” ujar pria kelahiran Medan, Sumatra Utara, itu.

Bagaimana definisi takwa? Seperti apa petunjuk Alquran untuk


kaum Muslimin agar mereka bertakwa? Apakah kesalehan itu
dapat dilihat dari, seumpama, seberapa banyak seseorang
beribadah?

Untuk menjawab beberapa pertanyaan itu, berikut ini


wawancara wartawan Republika, Muhyiddin dengan alumnus
Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatra Utara tersebut beberapa
waktu lalu.

Seperti apakah definisi dan fungsi takwa?

Secara umum. takwa dapat didefinisikan sebagai "menjalankan


segala hal yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya." Kalau secara bahasa, kata takwa itu berasal dari
bentuk waqa–yaqi–wiqayah ( ‫َﺔ‬#‫ ِو ' َڡﺎٮ‬-‫َ 'ڡِﻰ‬# ‫ ٮ‬-‫) َوقَﻰ‬, yang berarti
'takut', 'menjaga', 'memelihara', atau 'melindungi'.

Istilah-istilah itu mencerminkan hakikat dari sebuah objek yang


disampaikan. Sama halnya ketika membahas takwa. Ketika kita
merujuk pada terminologinya, maka fungsi dari takwa itu akan
tampak.

https://www.republika.id/posts/37609/takwa-dalam-perspektif-alquran 16/10/23, 21.56


Page 2 of 7
Apakah fungsinya?

Takwa bisa diartikan sebagai takut, menjaga, memelihara, dan


melindungi. Namun, takut dalam hal ini berbeda dengan khauf.
Takut dalam konteks takwa adalah, misalnya, kita takut pada
azab Allah. Dengan demikian, ketakutan itu akan membuat kita
tidak ingin melakukan sesuatu yang tidak diridhai-Nya.

Dari sini, takwa dapat diartikan sebagai sebuah bentuk kehati-


hatian, yakni menjaga dan memelihara diri yakni dari pelagai
perbuatan yang dikuasai nafsu, syahwat, syirik, dan segala
hallain mendatangkan azab Allah, baik di dunia maupun akhirat.

Itulah makna dan juga fungsi dari takwa. Lebih lanjut, seorang
muttaqin atau orang yang bertakwa juga mempunyai
kemampuan untuk memisahkan mana yang hak (benar) dan
mana yang batil menurut ajaran Islam.

Jadi, pada hakikatnya orang-orang yang bertakwa itu bisa


menjaga diri dari azab Allah. Mereka pun punya pandangan atau
kesadaran tinggi dalam memahami segala sesuatu yang dapat
menimbulkan azab dari-Nya. Maka, fungsi takwa itu menjadi
komando bagi diri seorang Muslim untuk menjauhi hal-hal yang
buruk.

Bagaimana Alquran memberikan petunjuk tentang ciri-ciri


orang yang bertakwa?

Sebenarnya banyak ayat Alquran yang berbicara tentang takwa.


Kalau para ahli tafsir mengatakan, term takwa dengan segala
derivasinya disebut lebih dari 200 kali dalam Alquran. Itu mulai
dari surah al-Baqarah ayat 34 dan ayat 177; Ali Imran ayat 133;
Luqman ayat 33; al-Hadid ayat 28; dan banyak lagi.

https://www.republika.id/posts/37609/takwa-dalam-perspektif-alquran 16/10/23, 21.56


Page 3 of 7
Kalau kita merujuk pada ayat-ayat Alquran tersebut, juga tampak
ciri-ciri orang yang bertakwa. Di antaranya adalah, keselarasan
antara perkataan dan perbuatan. Keselarasan antara dunia dan
akhirat. Orang bertakwa juga mendatangkan kebaikan untuk
dirinya, orang lain, maupun alam semesta.

Jadi, kalau sesuatu itu dipegang oleh orang yang bertakwa,


insya Allah semua pasti akan mendatangkan kebaikan. Orang
yang bertakwa itu tenang. Lisannya juga mengeluarkan sesuatu
yang menyenangkan.

Orang yang bertakwa tidak hanya kaya akan pengamalan ibadah


yang bersifat mahdhah, seperti puasa atau shalat. Ibadah ghairu
mahdhah juga baik. Jadi, takwa itu dipahami secara vertikal
maupun horizontal. Orang tidak hanya sibuk dengan shalatnya,
tetapi juga peka terhadap lingkungannya.

Apakah takwa juga bersifat fluktuatif dalam diri seorang


Muslim?

Kita sering mendengar perkataan, "Al-imanu yazidu wa


yanqush." Iman itu naik-turun. Nah, kandungan takwa itu adalah
iman. Pola keimanan memang fluktuatif sehingga takwa juga
punya pola yang sama.

Kalau kita belajar kepada ulama-ulama di Indonesia, itu kan ada


senandung Tombo Ati. Itu bisa dijadikan rujukan dalam
mengatasi fluktiatifnya iman dan takwa.

Dalam lagu itu, kita diingatkan agar rajin membaca dan


memahami Alquran. Kemudian, melakukan shalat malam,
berpuasa, berkumpul dengan orang-orang saleh, serta
memperbanyak zikir. Itu semua termasuk cara dalam menjaga

https://www.republika.id/posts/37609/takwa-dalam-perspektif-alquran 16/10/23, 21.56


Page 4 of 7
konsistensi ketakwaan.

Apa saja tuntunan Rasulullah SAW mengenai pentingnya


menjaga ketakwaan?

Rasulullah SAW pernah bersabda, "Perkara yang banyak


memasukkan seseorang ke dalam surga adalah takwa kepada
Allah dan berakhlak yang baik." Dalam hadis yang lain, beliau
juga berpesan, "Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu
berada."

Jadi, takwa harus dilakukan setiap waktu dan tempat. Takwa


juga menjadi kriteria kita bisa masuk surga, dengan rahmat dan
ridha Allah. Maka, bertakwa mendatangkan kebaikan-kebaikan,
baik di dunia maupun akhirat.

Rasulullah SAW mengajarkan kita agar takwa itu dilakukan dalam


setiap situasi dan perlu dirawat. Dan memang kalau dalam hadis,
takwa itu selalu dimotivasi dengan mendapatkan kebahagiaan
akhirat. Jadi, orang yang bertakwa akan masuk surga. Motivasi
lainnya, mendatangkan rezeki dari arah yang tidak disangka-
sangka.

Apakah orang yang rajin beribadah mahdhah secara


otomatis bertakwa secara keseluruhan?

Pertanyaan seperti ini memang agak menggelisahkan. Sebab,


memang realitasnya suka timpang. Kadang, ada orang yang
sangat rajin beribadah, seperti shalat dan puasa, tetapi
hubungan sosialnya sangat lemah.

Menurut konsep takwa dalam Islam, sejatinya bertakwa adalah


sebuah proses yang dilakukan secara totalitas dan

https://www.republika.id/posts/37609/takwa-dalam-perspektif-alquran 16/10/23, 21.56


Page 5 of 7
berkelanjutan. Kalau orang sudah bertakwa, otomatis ia akan
menjadi baik. Jadi, tidak ada istilahnya orang yang saleh, tetapi
(kepekaan) sosialnya kurang.

Mungkin, dualisme semisal itu muncul karena kita masih


dipengaruhi cara pandang ala Barat. Sehingga, dikotomi-
dikotomi itu tampak. Bahkan, kita sering mendengar, ada orang
yang cerdas secara IQ (Intelligence Quotient/kecerdasan
intelektual), tetapi secara sosial ia lemah. Nah, dalam konsepsi
Islam, tidak ada itu (pembedaan).

Orang yang disebut baik itu secara menyeluruh. Sebab, di dalam


Islam tidak ada pemisahan. Orang kalau sudah berbuat baik bagi
dirinya, pasti baik untuk orang lain; pasti baik untuk alam; dan
pasti baik untuk urusan dunia dan akhiratnya.

Maka, takwa adalah proses yang harus dilakoni secara totalitas


dan berkelanjutan. Totalitas di sini adalah bahwa pikiran, hati,
perkataan dan perilaku seorang Mukmin sejalan dengan apa
yang diajarkan dalam Islam.

Totalitas itu tidak penting dalam melihat takwa?

Ya, muttaqin yang diprofilkan oleh Alquran itu selalu berdimensi


utuh. Maka, sosialnya baik, bersih hatinya, jernih pikirannya,
selalu semangat dalam kebaikan dan beramal. Itulah takwa yang
ideal dan tentu akan mendatangkan kebaikan.

Kalau ada seseorang yang justru melakukan hal-hal yang


destruktif atau mendatangkan permusuhan, sebenarnya harus
dikoreksis sejauh mana upaya takwa dia itu.

Terakhir, bagaimana menanamkan nilai-nilai ketakwaan

https://www.republika.id/posts/37609/takwa-dalam-perspektif-alquran 16/10/23, 21.56


Page 6 of 7
pada diri anak-anak?

Orang dewasa saja untuk menuju takwa itu harus sering


ditumbuhkembangkan secara berkelanjutan, apalagi pada diri
anak-anak. Anak-anak kan dari fitrah. Tapi, karena fitrahnya itu
suci, maka sebenarnya kita lebih mudah untuk melatih mereka
menuju takwa.

Hal-hal yang mendasar adalah kita harus sering berdialog


tentang iman kepada anak, seperti memperkenalkan Tuhan,
agama, dan ibadah dalam Islam. Kita juga bisa membiasakan diri
mereka untuk ibadah, misalnya rajin ke masjid, sedini mungkin.
Sehingga anak-anak itu paham akan simbol-simbol dan
pengamalan yang menuju pada ketakwaan.

Jadi memang untuk menumbuhkan nilai-nilai takwa pada diri


anak ini memang harus by design, dan menurut saya harus ada
kesadaran dari orang tuanya. Mulai dari memilih tempat
tinggalnya, sekolahnya, gurunya, mencermati temannya, apa
yang dibaca, dan apa yang dia dengar.

Yang jelas kita harus memperbanyak interkasi yang baik, karena


itu sangat penting untuk menumbuhkan nilai-nilai ketakwaan
pada anak-anak kita.

https://www.republika.id/posts/37609/takwa-dalam-perspektif-alquran 16/10/23, 21.56


Page 7 of 7

Anda mungkin juga menyukai