Anda di halaman 1dari 17

Kata Pengantar

Assalamuaikum wr.wb.

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena karunia-Nya saya dapat
meyelesaikan tulisan saya ini dengan baik dan lancar. Serta tak lupa sholawat serta salam kepada
junjungan kita semua Nabi Muhammad SAW semoga syafaatnya dapat megalir pada kita semua
di hari akhir kelak.

Tulisan saya ini, bertemakan agama yang berjudul “Anak Muda dan Akhlak Yang Mulia”
bertujuan agar pembaca khusunya mereka yang masih muda memahami, dan mengerti
pentingnya memiliki akhlak yang baik, juga tentunya akan sangat bermanfaat pada kehidupan di
masa-masa setelah masa muda terlewatkan.

Dengan kerendahan hati saya, saya ucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan
dalam materi maupun penulisan yang tidak disengaja. Meskipun demikian, saya selaku penulis
mengaharapkan kritik dan saran agar dapat memajukan tulisan-tulisan saya selanjutnya.
Terimakasih.

Wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, 27 oktober 2020

Atrasyah Nurzal Putra


Daftar Isi

HALAMAN SAMPUL KATA


PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

Islam

Aktualisasi Akhlak

Karakteristik Akhlak

Faktor Pembentuk Akhlak

Anak Muda dan Akhlak Yang Mulia

Pengimplementasian akhllak yang mulia pada zaman ini

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN DAFTAR
PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Masa muda merupakan masa keemasan bagi setiap manusia, masa ini juga merupakan masa
peralihan segala kondisi bagi seorang manusia, mulai dari fisik, maupun non-fisik.
Perkembangan pada saat muda juga sangat pesat, banyak hal-hal yang sebelumnya masih
terbatas untuk dilakukan, menjadi memiliki sebuah kelonggaran, sekat-sekat batasan umur
juga semakin terlampaui disaat itu, secara ilmiah masa muda seorang manusia dimulai pada
ketika memasuki umur ke 17 tahun.

Pada masa muda ini juga manusia rentan mengalami shock culture, yaitu sebuah perasaan
terlepas dari ikatan-ikatan, atau sekat-sekat masa anak-anak, dan membuat manusia itu sangat
rentan untuk melakukan hal-hal semaunya sendiri, atau bisa dibilang sesuka hatinya sendiri.
Pada masa ini juga manusia akan memiliki peningkatan dalam hal berfikir, namun yang perlu
disadari adalah manusia memiliki sifat-sifat manusiawi, yaitu nafsu, serakah, iri, dengki, dan
lain-lainnya.

Berdasarkan penggambaran seorang manusia saat memasuki masa muda tersebut, sangat dapat
kita sadari bahwa perlunya sebuah pengetahuan tentang akhlak, agar seorang manusia yang
akan melewati fase masa muda tersebut akan menadapatkan sebuah tuntunan, atau bisa
dikatakan sebuah role model akan hal yang harus dilakukannya, dalam hal ini adalah perlunya
pengetahuan akan akhlak yang baik, selain agar dapat menjadi role model dalam melewati fase
masa muda tersebut, pengetahuan akan ahklak juga akan sangat bisa di implementasikan
dalam berkehidupan dimasa muda. Ada banyak sekali role model akhlak yang dapat
diteladani, salah satunya sebagai umat beragama, khususnya agama islam, kita memiliki
seorang rasul yang sangat meniliki akhlak yang mulia, akan sangat baik sekali jika kita meniru
atau mengikuti arahan akhlak yang telah rasulullah, maka dari itu di tulisan yang saya buat ini,
saya ingin membuat sebuat tuntunan akan berakhlak yang baik dan mulia yang bisa di
implemtasikan oleh manusia yang akan melewati fase masa muda ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ISLAM

Sebelum membahas mengenai akhlak yang baik menurut agama Islam, akan sedikit menarik
apabila mengetahui tentang Islam itu sendiri, “Islam yang dibawa oleh Muhammad Saw.
merupakan agama yang paling lengkap di antara agama-agama yang pernah diturunkan oleh
Allah kepada umat manusia. Kelengkapan Islam ini dapat dilihat dari sumber utamanya, al-
Quran, yang isinya mencakup keseluruhan isi wahyu yang pernah diturunkan kepada para
Nabi. Isi al-Quran mencakup keseluruhan aspek kehidupan manusia, mulai dari masalah
aqidah, syariah, dan akhlak, hingga masalah-masalah yang terkait dengan ilmu pengetahuan”.
(Dr. Marzuki, M.Ag. dalam buku PRINSIP DASAR AKHLAK MULIA)

Keseluruhan aspek dalam hal ini, akan semakin menguatkan bahwa semua tuntunan telah di
siapkan dalam Islam itu sendiri, “Semua umat Islam harus mendasari keislamannya dengan
pengetahuan agama (Islam) yang memadai, minimal sebagai bekal untuk menjalankan fungsinya di
muka bumi ini, baik sebagai khalifatullah (khalifah Allah/QS. al-Baqarah (2): 30) maupun sebagai
‘abdullah (hamba Allah/QS. al-Dzariyat (51): 56).

Sebagai khalifah Allah, manusia harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai masalah
dunia, sehingga dapat memfungsikannya secara maksimal. Sedang sebagai hamba Allah, manusia harus
memiliki bekal ilmu agama untuk dapat mengabdikan dirinya kepada Allah dengan benar. Jika seorang
Muslim dapat membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup, baik pengetahuan umum maupun
pengetahuan agama, dan sekaligus dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, maka ia akan
menjadi seorang Muslim yang kaffah (utuh).

Dan inilah sebenarnya tuntutan yang diminta oleh Allah Swt. kepada setiap orang mu’min. Allah Swt.
berfirman: َ

‫ آي ْ ي ِذ‬ ‫ ا ال َ ه‬ ‫ أَيـ ْ لُو ُ ْخ ُوا اد ن َ ام َ ء َ ِم َ كآ السلْ ن ِ ا في‬ ْ ‫ و ُ ع ِ ب‬ ‫ ت َ َال تـ َ و ً ة‬ ِ ‫ ات ف َ ُطُو ا خ ه‬ ‫ان إ‬
ِ َ‫ ن ِ ْط‬ ‘ ‫الشي‬
ٌْ
‫ـين ِ ب ُ و م‬i ُ َ2 (٢٠٨ :‫د ع ْ َل ُكم ( البقرة‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah
kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS.
alBaqarah (2): 208).”

(Dr. Marzuki, M.Ag. dalam buku PRINSIP DASAR AKHLAK MULIA)

2.2 Aktualisasi Akhlak


Kata akhlak ( bentuk jamak dari kata khuluq) itu sendiri dapat diartikan dalam bahasa arab
adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat (Hamzah Ya’qub, 1988: 11). Persamaan
kata dari akhlak ini sendiri adalah etika, dan moral. Secara penjelasannya juga akhlak adalah keadaan
gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran. Akhlak
juga secara garis besar adalah perilaku, atau kepribadian seseorang.

Berikut merupakan definisi akhlak dari beberapa tokoh islam Imam al-Ghazāli mendefinisikan akhlak
adalah:

5 ‫اخللق عبارة عن هيئة يف النفس راسخة عنها تصدر األفعال بسهولة ويسر من غري حاجة إىل فكر وروية‬

Artinya: “Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan beraneka perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan".

Pengertian senada disampaikan oleh al-Jurjani sebagai berikut:

6 ‫اخللق عبارة عن هيئة للنفس راسخة يصدر عنها األفعال بسهولة ويسر من غري حاجة إىل فكر وروية‬

Demikian pula ibn Miskawaih, mendefinisikan akhlak tidak jauh beda dengan definisi di atas, yaitu:

7 ‫اخللق هو حال للنفس داعية هال إىل افعاهال من غري فكر وال روية‬.

Aktualisasi akhlak juga merupakan sebuah dorongan atas diri untuk tidak melakukan suatu perilaku
yang melanggar norma-norma, selain norma-norma juga adalah tindakan negative atau tercela, dalam
berkehidupan. Pentingnya aktualisasi akhlak juga sangat terpengaruh oleh zaman yang semakin maju
ini, sikap akulturasi budaya yang kian terjadi baik kita sadari atau pun tidak disadari itu, akan
terkandung hal-hal yang tentunya bisa saja tidak baik, tidak baik dari segi budaya kita sendiri, atau
bahkan dapat menimbulkan suatu hal yang negative, maka dari itu akhlak yang baik dalam hal ini peran
aktualisasi akhlak akan sangat besar, dalam membuat sebuah pencegahan akan dampak negative yang
akan terjadi.

Menurut sebuah jurnal aktualisasi akhlak adalah “Aktualisasi dan aplikasi akhlak pada umumnya
memiliki ciri-ciri pada setiap perbuatan yang dilakukan, berupa akhlak yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya, diterapkan dengan mudah tanpa melalui proses
berpikir panjang, timbul dari kesadaran tanpa paksaan dan tekanan serta dilakukan dengan
sungguhsungguh dan ikhlas.

Abd. Rachman Assegaf mengutip pendapatnya M. Abdullah Daraz, menyebutkan kriteria perbuatan
yang dianggap sebagai akhlak apabila memenuhi dua syarat sebgai berikut: pertama, perbuatan-
perbuatan itu dilakukan berulangkali sehingga perbuatan itu menjadi kebiasaan; kedua,perbuatan-
perbuatan itu dilakukan dengan kehendak sendiri bukan karena adanya tekanan-tekanan yang datang
dari luar seperti ancaman dan paksaan atau sebaliknya melalui bujukan atau rayuan.8 Dengan demikian,
akhlak merupakan hal ihwal atau sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga ia akan muncul
secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu,
dan bukan merupakan dorongan dari luar. Dan apabila tingkah laku itu menimbulkan perbuatan yang
baik dan terpuji yang bersumber dari syara‟, maka hal tersebut dinamakan akhlak yang baik (al-akhlāq
al-karīmah). Sebaliknya, bila perbuatan yang buruk maka tingkah laku tersebut dinamakan akhlak yang
buruk dalam Islam (al-akhlāq al-madzmūmah).

Akhlak atau sistem perilaku dapat diwujudkan melalui sekurangkurangnya dua pendekatan sebagai
berikut: pertama, rangsangan. Rangsangan adalah perilaku manusia yang terwujud karena adanya
dorongan dari suatu keadaan. Keadaan dimaksud karena adanya latihan, tanya jawab, mencontoh, dan
sebagainya; kedua, kognitif. Kognitif adalah penyampaian informasi yang didasari oleh dalil-dalil al-
Quran dan alHadits, teori, dan konsep. Hal ini dilakukan melalui dakwah, ceramah, diskusi, drama dan
sebagainya.9 Dari dua pendekatan tersebut akan mewujudkan pola perilaku manusia yang berakhlak.
Dalam tataran praksisnya kedua pendekatan di atas jika dikaitkan dengan objek kajian akhlak, meliputi
akhlak yang berhubungan dengan Allah, akhlak yang berhubungan dengan diri sendiri, akhlak yang
berhubungan dengan keluarga, akhlak yang berhubungan dengan masyarakat, dan akhlak yang
berhubungan dengan alam.

Berdasarkan sifatnya, akhlak terbagi menjadi dua bagian; pertama, akhlak terpuji (al-akhlāq al-
mahmūdah) atau al-akhlāq al-karīmah; dan kedua, akhlak tercela (al-akhlāq al-madzmūmah) atau al-
akhlāq alsayyi’ah. Sedangkan berdasarkan objeknya, akhlak dibedakan menjadi dua; pertama, akhlak
kepada khāliq; dan kedua, akhlak kepada makhlūq (akhlak kepada Rasulullah, keluarga, diri sendiri,
sesama atau orang lain dan akhlak terhadap lingkungan alam). 10 Yang termasuk akhlak terpuji
diantaranya: rida kepada Allah, cinta dan beriman kepada Allah, sabar, syukur, dan sebagainya yang
merupakan perbuatan baik menurut alQur‟an dan al-Hadits.

Sedangkan akhlak tercela, semisal syirik, murtad, riya‟ dan segala perbuatan tercela dalam pandangan
Islam. Mohammad Daud mengkategorikan akhlak dalam Islam meliputi; Akhlak terhadap Allah dan
akhlak terhadap makhluk (akhlak terhadap manusia dan akhlak terhadap bukan manusia).11 Dengan
kata lain bahwa akhlak dalam Islam merupakan media dalam hubungan antara khāliq dengan makhlūq
dan antara makhlūq dengan makhlūq.

Sejalan dengan pemahaman akhlak, Abuddin Nata merinci ciriciri yang terdapat dalam perbuatan
akhlak, yaitu: pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga melebur menjadi kepribadiannya; kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan dengan mudah dan sejalan dengan akal sehat dan sadar; ketiga, perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar; keempat, perbuatan akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan
karena main-main, atau karena bersandiwara; kelima, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik)
adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah.12 Akhlak mempunyai prinsip
yang menjadi acuan dalam ranahnya, yaitu akhlak yang baik dan benar harus merujuk pada al-Qur‟an
atau alHadits, adanya keseimbangan antara berakhlak kepada Allah, kepada sesama manusia, dan
kepada hewan dan tumbuhan atau kepada alam.

Pelaksanaan akhlak harus bersamaan dengan akidah, akhlak dilakukan sematamata karena Allah dan
akhlak dilakukan menurut proporsinya.13 Di samping itu, tujuan akhlak adalah agar setiap muslim
berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
Orang-orang islam yang demikian berimplikasi pada pemerolehan ridha Allah Swt, kepribadian yang
mencerminkan sikap ajaran Islam dan terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tercela.14”

(Aktualisasi akhlak dalam pendidikan karya Subhari)

2.3 Karakteristik akhlak

Karakteristik akhlak atau ciri-ciri akhlak adalah sebuah penjelasan bahwa terdapat perbedaan
dalam tiap-tiap akhlak itu sendiri, hal ini terjadi karena adanya kekhasan antara tiap individu,
kelas social, ras, kebudayaan, dan lingkungan. Dalam islam sendiri akhlak memliki ciri yang
akan mengarah kekebaikan, khususnya berperilaku baik, cirri tersebut merupakan percontohan
mengenai akhlak yang sesungguhnya menurut islam,

Penafsiran perilaku baik juga merupakan karakteristik dari akhlak itu sendiri, karna tiap-tiap
factor tersebut pastinya akan bertumpu pada hal-hal yang bersifat kebaikan, atau positif. Sifat-
sifat negative tidak termasuk dalam karakteristik akhlak, segala perbuatan tercela, merugikan,
dan hal-hal lainnya yang mengarah ke hal negative itu menjadi sebuah hal yang berlawanan
dari akhlak itu sendiri.
2.4 Faktor pembentuk akhlak
Menurut H. A. Mustafa bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak ada 6,
yaitu insting, pola dasar bawaan, lingkungan, kebiasaan, kehendak dan pendidikan.
1. Insting
Definisi insting oleh para ahli jiwa masih ada perselisihan pendapat. Namun perlu
diungkapkan juga, bahwa menurut james, yang dikutip oleh mustafa bahwa insting ialah suatu alat
yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu
kearah tujuan itu dan tiada dengan didahului latihan perbuatan itu.
Pengertian insting lebih lanjut ialah sifat jiwa yang pertama yang membentuk akkhlak, akan
tetapi suatu sifat yang masih primitif, yang tidak dapat lengah dan dibiarkan begitu saja, bahkan
wajib di didik dan di asuh. Cara mendidik dan mengasuh insting kadang-kadang dengan ditolak
dan kadang-kadang pula diterima.
Dengan demikian insting itu berbeda-beda bagi manusia sebagai kita katakan diata. Kadang-
kadang seorang manusia diberi kekuatan dalam suatu insting, dan diberi kelemahan dalam insting
lainnya. Demikian juga seorang telah kuat instingnya sedang lain orang kelihatan lemah, dan begitu
sebaliknya. Banyak dari pemuda-pemuda mempunyai persediaan insting untuk menghasilkan
keahlian dalam cabang kehidupan yang beraneka warna. Keahlian ini akan dapat kelihatan apabila
seorang dapat memelihara keinginannya yang baik dan mengetahui cara bagaimana memberi
semangat dan memberi petunjuk yang seharusnya dikerjakan dang apa yang seharusnya
ditinggalkan. Sehingga matanglah insting-instingnya.
Macam-macam insting :
a. Insting menjaga diri sendiri
b. Insting menjaga lawan jenis
c. Insting merasa tak
2. Pola Dasar Bawaan
Pada awal perkembangan kejiwaan primitif, bahwa ada pendapat yang mengatakan kelahiran
manusia itu sama. Dan yang membedakan adalah faktor pendidikan. Tetapi pendapat baru
mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di alam keujudan sama dalam tubuh, akal dari
akhlaknya.
Ada teori yang mengemukakan masalah turunan, yaitu:
a. Turunan (pembawaan) sifat-sifat manusia.
b. Dimana-mana tempat orang membawa turunan dengan berbeda-beda sifat yang
bersamaan. Seperti bentuk, pancaindera, perasaan, akal dan kehendak. Dengan sifat sifat
manusia yang diturunkan ini, manusia dapat mengalahkan alam didalam beberapa
perkara, sedang seluruh binatang tidak dapat menghadapinya.
c. Sifat-sifat bangsa.
d. Selain adat kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga sifat yang diturunkan sekelompok orang
dahulu kepada kelompok orang sekarang. Sifat-sifat ini ialah menjadikan beberapa orang
dari tiap-tiap bangsa berlainan dari beberapa orang dari bangsa lain, bukan saja dalam
bentuk mukanya bahkan juga dalam sifat-sifat yang mengenai akal.

B. Lingkungan
Lingkungan ialah suatu yang melingkungi tubuh yang hidup. Lingkungan tumbuh- tumbuhan
oleh adanya tanah dan udaranya, lingkungan manusian ialah apa yang melingkungi dari negeri,
lautan, sungai, udara dan bangsa. Lingkungan ada dua macam, yaitu:
e. Lingkungan alam. Lingkungan alam telah menjadikan perhatian para ahli-ahli sejak zaman plato
hingga sekarang ini. Dengan memberikan penjelasan-penjelasan dan sampai akhirnya membawa
pengaruh. Ibnu Chaldun telah menulis dalam kitab pendahuluannya. Maka tubuh yang hidup
tumbuhnya bahkan hidupnya tergantung pada keadaan lingkungan yang ia hidup didalamnya. Kalau
lingkungan tidak cocok kepada tubuh, maka tubu tersebut akan lemah dan mati. Udara, cahaya,
logam di dalam tanah, letaknya negeri dan apa yang ada padanya dari lautan, sungai dan pelabuhan
adalah mempengaruhi kesehatan penduduk dan keadaan mereka yang mengenai akal dan akhlak.
f. Lingkungan pergaulan. Sekolah, pekerjaan, pemerintah, syiar agama, ideal, keyakinan, pikiran-
pikiran, adat-istiadat, pendapat umum, bahasa, kesusastraan, kesenian, pengetahuan dan akhlak.
Pendeknya segala apa yang diperbuahkan oleh kemajuan manusia.
Manusia dalam masa kemundurannya lebih banyak terpengaruh dalam lingkungan alam.
Apabila ia telah dapat mendapat sedikit kemajuan, lingkungan pergaulanlah yang banyak
menguasainya, sehingga ia dapat mengubah lingkungan atau menguasainya atau
menyesuaikan diri kepadanya.
3. Kebiasaan
Ada pemahaman singkat, bahwa kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang terus
sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Seperti kebiasaan berjalan, berpakaian,
berbicara, berpidato, mengajar dan lain sebagainya.
Orang berbuat baik atau buruk karena ada dua faktor dari kebiasaan yaitu:
a. Kesukaan hati terhadap suatu pekerjaan
b. Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampikkan perbuatan, dan diulang terus
menerus
Orang yang hanya melakukan tindakan dengan cara berulang-ulang tidak ada
manfaatnya dalam pembentukan kebiasaan. Tetapi hal ini harus dibarengi dengan
perasaan suka didalam hati. Dan sebalikanya tidak hanya senang atau suka hati saja
tanpa diulang-ulang tidak akan menjadi kebiasaan. Maka kebiasaan dapat tercapai
karena keinginan hati dan dilakukan berulang-ulang.
4. Kehendak
Kehendak adalah suatu perbuatan yang ada berdasar atas kehendak dan bukan hasil
kehendak. Contoh berdasarkan kehendak adalah menulis, membaca, mengarang atau
berpidato dan lain sebagainya. Adapun contoh yang berdasarkan bukan kehendak adala
detik hati, bernafas dan gerak mata.
Ahli-ahli mengatakan bahwa keinginan yang menang adalah keinginan yang alamnya lebih
kuat meskipun dia bukan keinginan yang lebih kuat.
Keinginan yang kuat desebut “roghbah”, lalu datang 4 azam atau niat berbuat. Azam ini
ialah yang disebut dengan kehendak kemudian diikuti dengan perbuatan.
Kehendak adalah suatu kekuatan dari beberapa kekuatan. Seperti uap atau listrik,
kehendak ialah kehendak manusia dan dari padanya timbul segala perbuatan yang hasil
dari kehendak, dan segala sifat manusia dan kekuatannya seolah olah tidur nyenyak
sehingga dibangunkan oleh kehendak. Maka kemahiran penggunaan, kekuatan akal ahli
pikir, kepandaian bekerja, kekuatan urat, tahu akan wajib dan mengetahui apa yang
seharusnya dan tidak seharusnya, kesemuanya ini tidak mempengaruhi dalam hidup, bila
tidak didorongkan oleh kekuatan kehendak, dan semua tidak ada harganya bila tidak
dirubah oleh kehendak menjadi perbuatan.
Ada dua macam perbuatan atas kehendak yaitu: kadang menjadi pendorong dan kadang
menjadi penolak. Yakni kadang mendorong kekuatan manusia supaya berbuat, seperti
mendorong membaca, mengarang atau berpidato; terkadang mencegah perbuatan tersebut,
seperti melarang berkata atau berbuat.
3. Obat kehendak
Bagaimana juga kehendak juga dapat sakit. Ada beberapa cara mengobatinya yaitu:
a. Bila kehendak itu lemah, dapat diperkuat dengan latihan. Sepeti tubuh dapat
diperkuat dengan gerak badan dan akal dengan penyelidikan yang dalam.
b. Wajib bagi kita jangan membiarkan kehendak kita lenyap dengan tiada
ditanfidzkan menurut agama kita, karena yang demikian itu akan melemahkan kehendak.
c. Apabila kehendak itu kuat tetapi penyakitnya di dalam menjuruskan ke arah
dosa dan keburukan. Maka obatnya dengan memperkenalkan jiwa, pada jalan-jalan yang
baik dan buruk dan ditambah keterangan dengan buah dan akibat kedua jalan itu, dan
menganjurkan supaya tunduk kepada maksud kebaikan dan mengelilingi jiwa dengan
apa yang menarik kebaikan sehingga ia menuju ke arah kebaikan.
4. Kebebasan berkehendak
Ahli filsafat yunani setengahnya berpendapat bahwa kehendak itu mereka dalam memilih,
dan setengahnya berpendapat bahwa kehendak itu terpaksa menjalani suatu jalan yang tidak
dapat dilampauinya.
Ilmuan arab berkata bahwa: manusia itu terpaksa dan tidak mempunyai kehendak yang
merdeka, bahkan kepastian itu yang menjalankan menurut apa yang digambarkannya. Dan
manusia itu seperti kapas dalam tipuan angin atau seperti kulit biji diatas gelombang, tiada
kehendak dan memilih, hanya Allah-lah yang berbuat menurut kehendaknya.
Kedua faktor ini mengendalikan kehendak yang menggambarkan baginya jalan untuk
berbuat sehingga dapat menebak apa yang akan dilakukan oleh manusia yang membentuk
akhlak.
6. Pendidikan
Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan prilaku akhlak
seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan, agar siswa memahaminya dan dapat melakukan
perubahan pada dirinya. Dengan demikian, setrategis sekali, dikalangan pendidikan
dijadikan pusat perubahan perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju ke prilaku
yang baik. Maka dibutuhkan beberapa unsurdalam pendidikan, untuk bisa dijadikan agen,
perubahan sikap dan perilaku manusia, yaitu:
1. Tenaga pendidik
2. Materi pengajaran
3. Metodologis pengajaran
4. Lingkungan sekolah
(H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka
Setia, 2014, hlm. 85-110)
2.5 Anak muda dan akhlak yang mulia

Focus utama dalam hal yang saya bahas ada di sub bab ini, aktualisasi akhlak sangat harus
berdekatan dengan manusia yang sedang berada di fase muda, walaupun lebih baik mengenal
dari semenjak kecil, namun masa penentu dalam pengimplementasiannya ada di masa ini, dalam
bab penjelasan juga sudah di tekankan alasan-alasan lainnya

Dewasa ini terlihat bahwa pada umumnya banyak sekali hal-hal yang harus di perbaiki, dalam
hal ini adalah generasi muda yang lebih condong berperilaku kerah yang tidak baik, maraknya
budaya-budaya negative yang masuk ke dalam tren, membuat banyak sekali yang merasa bahwa
harus mengikuti atau melakukan hal-hal itu, walaupun tidak mutlak demikian, namun yang
Nampak dalam realita yang ada hal-hal negative itu sangat mendominasi.

Hal ini akan menjadi sangat penting, khususnya bangsa Indonesia akan mengalami ledakan
populasi di masa mendatang, hal ini tidak semerta-merta mengarah ke hal yang negative, ada
hal-hal positif yang akan dirasakan oleh Indonesia, jika benar-benar serius dalam
menyiapkannya, “bomb waktu” ini sudah ada wujudnya, yaitu dengan banyaknya generasi muda
yang dimiliki oleh Indonesia saat ini, sebuah perumpamaan yang saya buat mengenai “bomb
waktu” tersebut adalah, sebuah keberhasilan apabila Indonesia dapat meledakan “bombwaktu”
itu ke negara lain, dalam hal ini yang saya maksud adalah ketika kita memiliki banyak sdm,
maka kita akan menjadi Negara kuat, yang mampu berada diatas Negara-negara maju lainnya,
maka dari itu kuantitas yang ada harus diiringi dengan kualitas yang tinggi, hal ini dapat dicapai
bila setiap manusia di Indonesia memiliki akhlak yang baik, hal ini tentunya akan berdampak
pada hal-hal lainnya yang akan meingkatkan kualitas dari sdm itu sendiri.

Dalam jurnal Yoke Suryadarma & Ahmad Hifdzil Haq Universitas Darussalam Gontor menjelaskan
bahwa Pendidikan akhlak menurut al-Ghazali adalah suatu usaha untuk menghilangkan semua
kebiasaan-kebiasaan jelek yang telah dijelaskan oleh syariat secara terperinci, hal-hal yang harus
dijauhi oleh manusia, sehingga akan terbiasa dengan akhlak-akhlak yang mulia. Pendidikan
akhlak menurutnya memiliki muara kepada tiga dimensi, yakni (1) dimensi diri, yakni orang
dengan dirinya dan tuhan, (2) dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulan
dengan sesamanya, dan (3) dimensi metafisik, yakni akidah dan pegangan dasar. Selanjutnya,
dalam upaya penyempurnaan akhlak dan pengobatan jiwa, al-Ghazali memiliki konsep tazkiyat
an-nafs. Tazkiyat an-nafs yang dikonsepsikan al-Ghazali erat kaitan dengan upaya peningkatan
akhlak dan pengobatan jiwa. Hal tersebut dilakukan dengan cara Takhliyat An-Nafs dan
Tahliyat An-Nafs dalam arti mengosongkan jiwa dari akhlak tercela dan menghiasinya dengan
akhlak yang terpuji. Demikian konsep pendidikan akhlak menurut al-Ghazali, konsep tersebut
merupakan upaya yang dilakukan al-Ghazali guna memb erikan tawaran dalam memperbaiki
atau meningkatkan akhlak seseorang. Dan jikalau telah tertanam kesempurnaan dan keutama an
didunia akan dicapai. Kesempurnaan dan keutamaan yang dimaksud adalah kesempurnaan dan
keutamaan bidang di dunia dan mencapai kehidupan akherat.

(Yoke Suryadarma & Ahmad Hifdzil Haq Universitas Darussalam Gontor)


BAB III
KESIMPULAN
pada dasarnya masa muda adalah masa penuh kejutan, juga penuh akan hal-hal baru, agar
kita tidak terlena akan kepada hal-hal yang kurang baik, yang akan merugikan kita di masa
tua nanti , alangkah baiknya kita mengikuti, dan mengimplementasikan akhlak yang baik,
dengan dari berbagai macam sumber yang dapat kita tauladani,
pada zaman ini kaum muda pada umumnya lupa akan pentingnya berakhllak yang baik
menurut islaam, hal ini dapat kita lihat di dalam kehidupan keseharian kita, banyak diantara
mereka yang tidak mengikuti ajaran islam dengan baik yang benar, khususnya di kalangan
anak muda yang biasa disebut “anak zaman now/ anak gaul”, meski tidak menyeluruh,
namun yang nampak sebagian besar memiliki akhlak yang kurang baik, tentunya hall ini
harus menjadi perhatian penting kaarna akan berdampak ke masa-masa selanjutnya.
PENUTUP
Dengan kerendahan hati saya, saya ucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan
dalam materi maupun penulisan yang tidak disengaja. Meskipun demikian, saya selaku penulis
mengaharapkan kritik dan saran agar dapat memajukan tulisan-tulisan saya selanjutnya.
Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

1. AKTUALISASI AKHLAK DALAM PENDIDIKAN Subahri


2. KAJIAN ISLAM TENTANG AKHLAK DAN KARAKTERISTIKNYA
Mahmud Thohier
3. Anwar rosihan,Akhlak tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia,2010, hlm. 11.
4. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 2014, hlm. 85-110.
5. (Dr. Marzuki, M.Ag. dalam buku PRINSIP DASAR AKHLAK MULIA)
6. Jurnal Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali (Yoke Suryadarma & Ahmad Hifdzil
Haq Universitas Darussalam Gontor)

Anda mungkin juga menyukai