Menurut saya judul dalam proposal ini sudah baik, hanya saja agar lebih ringan
dimengerti judul bisa diganti dengan “Faktor-Faktor Kebutuhan Yang
Mempengaruhi Minat Menjadi Akuntan Publik Di Indonesia Dengan Pengalaman
Kerja, Gengsi Dan Peran Asosiasi Profesi sebagai Variabel Intervening”.
Menurut saya judul sudah sesuai dengan latar belakang dalam proposal penelitian ini,
dimana dalam proposal penelitian ini dilatar belakangi oleh perkembangan sebuah profesi
yang ditentukan dari pilihan seseorang berdasarkan kebutuhan yang didasari atas cita-cita
dan keinginannya. Artinya motivasi yang timbul berdasarkan kebutuhan yang didasarkan
keinginan dan mimpi yang dimiliki oleh seseorang.
3. Apa sebenarnya fenomena dari penelitian ini jika dilihat dari judul dan kerangka
penelitian?
Fenomena dari penelitian ini adalah menurunnya jumlah akuntan publik di Indonesia dan
semakin meningkatnya badan usaha yang membutuhkan jasa akuntan. Tingkat
perkembangan akuntan publik yang relatif rendah dalam 2 tahun terakhir bahkan relatif
turun pada tahun 2020. Hal ini berbanding terbalik dengan perkembangan jumlah badan
usaha yang berkembang 8% setiap tahunnya. Jumlah akuntan publik yang relatif kecil dan
tidak seimbang dengan jumlah perusahaan akan berimbas kepada semakin tingginya beban
kerja akuntan publik. Kahneman dalam Warr (2002) menjelaskan bahwa salah satu
penyebab menurunnya performa dari beban kerja adalah keharusan untuk mengambil dua
atau lebih tugas-tugas yang harus dikerjakan secara bersamaan. Semakin banyaknya
permintaan untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut maka semakin berkurang performa
dalam bekerja. Contoh nyata yang terlihat saat ini adalah perbandingan jumlah petugas
pajak dengan wajib pajak yang harus diperiksa, hal ini berdampak pada tidak pernah
tercapainya penerimaan pajak negara setiap tahunnya.
Secara umum perkembangan akuntan dibeberapa negara terlihat sangat baik dan pesat, hal
ini dapat dilihat dari banyaknya angkatan kerja akuntan yang dapat dihasilkan setiap
tahunnya, sehingga dapat menutupi jumlah perkembangan badan usaha dan permintaan
akan jasa akuntan. Namun hal ini tidak sejalan dengan Indonesia, dimana tenaga akuntan
publik ini sangat langka didapat. Masalah ini tentu belum termasuk jika nanti pada tahun
2021 akan disahkannya rancangan undang-undang pelaporan keuangan, yang mana secara
kuantitas ini akan menjadi masalah bagi profesi akuntan publik.
4. Apakah rumusan masalah sudah sesuai dengan judul dan latar belakang?
Menurut saya rumusan masalah sudah selesai dengan judul dan latar belakang dalam
penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi minat menjadi akuntan publik di Indonesia dengan menggunakan
hierarki kebutuhan yang kemukakan oleh Maslow sebagai varibel independent. Selain itu,
penelitian ini juga bertujuan melihat apakah pengalaman kerja, gengsi (prestige), dan peran
asosiasi profesi dapat memediasi faktor-faktor hierarki kebutuhan Maslow dengan minat
menjadi akuntan publik di Indonesia.
5. Apakah ada kesesuaian antara judul, latar belakang, rumusan masalah, kerangka
penelitian dan hipotesis?
Menurut saya sudah sesuai antara judul, latar belakang, rumusan masalah, kerangka
penelitian, dan hipotsis.
6. Apakah landasan teori dan telaah literatur sudah cukup untuk mengembangkan
hipotesis, penyusunan defenisi operasional dan dimensi/pengukuran variabel?
Menurut saya kerangka penelitian dalam proposal ini sudah bagus dan sudah
menggambarkan penelitian yang akan digunakan. Dimana dalam penelitian ini penulis
ingin melihat factor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang menjadi AKP di
Indonesia. Disini peneliti mengambil teori kebutuhan mashlow sebagai landasan dari
motivasi atau kebutuhan yang dibutuhkan oleh seseorang dalam minatnya menjadi
seorang AKP di Indonesia.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahman dan karunia Nya yang memberikan
kesehatan, perlindungan dan kemudahan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
Proposal Penelitian yang berjudul “ Faktor-Faktor yang mempengaruhi Minat Menjadi Akuntan
Publik di Indonesia dengan Pengalaman Kerja, Gengsi, dan Peran Asosiasi Profesi sebagai
Variabel Intervening”
Saya menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan
tugas ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
menyelesaikan tugas rangkuman ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Akuntan publik atau yang kita sebut dengan auditor adalah sebuah profesi
seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan tugas audit atas
tentang akuntan publik dijelaskan bahwa akuntan publik adalah seseorang yang
telah memperoleh izin untuk memberikan jasa assurance dan non assurance
Akuntan Beregister Negara yang mulai berlaku 1 Januari 2015. Pada peraturan
tersebut, profesi jasa keuangan yang dahulu hanya dipegang oleh akuntan public
saja, namun saat ini dibantu dengan peranan akuntan beregister. Terakhir
tentang Akuntan Beregister yang berlaku sejak 29 Desember 2017. Namun antara
akuntan publik dan akuntan beregister ini memiliki satu perbedaan dalam
pemberian jasanya, dimana pada akuntan beregister ini hanya dapat memberikan
jasa non assurance tidak seperti halnya akuntan publik tadi. Penelitian ini akan
mengingat jasa akuntan yang diberikan tidak menyeluruh dari jasa akuntansi yang
ada.
1
Akuntan publik merupakan salah satu profesi jasa keuangan yang saat ini
sangat dibutuhkan oleh publik. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah
dari Badan Pusat Statistik Nasional pada tahun bulan oktober tahun 2020
sedikitnya terdapat kurang lebih 27 juta badan usaha dan organisasi yang ada di
Indonesia dengan tingkat perkembangan sebesar 8,2% per tahunnya. Dari angka
tadi terdapat kurang lebih 80% sampai dengan 87% badan usaha yang bersifat
mikro dan kecil. Terdapat sekitar 13% badan usaha bersifat menengah dan besar,
dan yang menjadi pasar dari akuntan publik ini secara langsung adalah 13%
(Tarkosunaryo, 2020).
Berbicara perkembangan akuntan publik saat ini ada baiknya jika dilihat
publik yang relatif rendah dalam 2 tahun terakhir bahkan relatif turun pada
2
tahun 2020. Hal ini berbanding terbalik dengan perkembangan jumlah badan
usaha yang berkembang 8% setiap tahunnya. Jumlah akuntan publik yang relatif
kecil dan tidak seimbang dengan jumlah perusahaan akan berimbas kepada
semakin tingginya beban kerja akuntan publik. Kahneman dalam Warr (2002)
menjelaskan bahwa salah satu penyebab menurunnya performa dari beban kerja
adalah keharusan untuk mengambil dua atau lebih tugas-tugas yang harus
bekerja. Contoh nyata yang terlihat saat ini adalah perbandingan jumlah petugas
pajak dengan wajib pajak yang harus diperiksa, hal ini berdampak pada tidak
sebagai negara yang memiliki rasio akuntan tertinggi, dan Singapura negara
pertama yang memiliki rasio tenaga akuntan tertinggi. Berikut ini adalah data
3
6 Brunei Darussalam 49 Orang 0,4 Juta Jiwa 1 : 8.163
Merujuk dari Tabel 1.2, maka jika Indonesia ingin setara dengan negara
Malaysia saja, maka setidaknya kita harus memiliki akuntan sebanyak 251.100
orang. Atau dengan kata lain, kita harus mencetak setidaknya 234.000 an tenaga
membutuhkan kurang lebih 500 ribu akuntan untuk ditempatkan di seluruh satuan
menurut data dari Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP)
angkatan kerja akuntan yang tersedia kurang lebih sekitar 16.000 orang setiap
Jika ini tidak ditindaklanjuti, maka bukan hal yang mustahil jika pada
tahun 2024 ketika MEA sudah diberlakukan secara penuh, Indonesia tidak hanya
import barang-barang, namun kita juga akan impor tenaga akuntan asing. Hal ini
4
penduduk lokal akan menjadi penonton di negeri sendiri, dan pihak-pihak asing
baik dan pesat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya angkatan kerja akuntan yang
badan usaha dan permintaan akan jasa akuntan. Namun hal ini tidak sejalan
dengan Indonesia, dimana tenaga akuntan publik ini sangat langka didapat.
Masalah ini tentu belum termasuk jika nanti pada tahun 2021 akan disahkannya
bahwa usia, profesionalisme dan beban kerja berpengaruh positif dan usia dan
publik. Zhao dan Lord (2016) mengatakan bahwa kepastian karir, pencapaian
karir dan gender berpengaruh positif terhadap keputusan memilih karir menjadi
akuntan di Amerika.
5
Bennerson (2017) dengan penelitian yang dilakukan secara kualitatif
publik. Penelitian yang dilakukan oleh Day (2017) menyatakan bahwa pemilihan
(2017) menyatakan hal yang sama yakni pencapaian akademik dan pengalaman
kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pemilihan sebagai
akuntan publik. Brown (2017) mengemukakan hal yang sama dengan Vlacich
penghargaan finansial, rasa aman dimasa yang akan datang dan pengalaman kerja
oleh kesiapan karir, dukungan sosial, aktualisasi diri dan pengalaman kerja
dilakukan secara offline lebih banyak menghasilkan lulusan dari pada sistem
6
bahwa kemampuan dasar, teknis dan keterampilan kerja dipengaruhi oleh
Penelitian yang dilakukan pada minat menjadi akuntan publik tahun 2019
telah dilakukan oleh Schaefer (2019) menyatakan bahwa perputaran staff akuntan
publik, namun beberapa hal menjadi catatannya dimana akuntan publik kedepan
harus lebih menguasai teknologi informasi, regulasi dan pendampingan yang baik
bahwa untuk mendukung minat menjadi akuntan publik harus dipengaruhi oleh
kompetensi dan sikap akuntan publik itu sendiri yang diatur dalam kode etik
menyatakan bahwa transisi staff dan pengalaman kerja sangat berpengaruh positif
pencapaian akademik dan pasar kerja akan akuntan publik berpengaruh positif
7
positif terhadap minat menjadi akuntan publik. Phillips menyatakan bahwa
penghargaan finansial dan kepastian karir dimasa akan datang menjadi faktor
utama yang membuat seseorang memilih karir sebagai akuntan publik di Atlanta.
orientasi tujuan dan gengsi (prestige) menjadi faktor mengapa seseorang memilih
bidangnya. Namun jika dipelajari lebih lanjut, maka kesemua faktor ini berasal
dari satu faktor utama yakni faktor motivasi. Peneliti dalam hal ini mencoba
Maslow dalam teori hirarki kebutuhan kepada minat menjadi akuntan publik
dengan pengalaman kerja, gengsi (prestige) dan peran asosiasi sebagai variable
intervening.
2. Kebutuhan Penghargaan
8
Dengan menggembangkan teori ini kedalam 5 hierarki kebutuhan tadi,
5. Kebutuhan Fisiologi
9
e. Kebutuhan akan pertimbangan pasar kerja.
atas hierarki kebutuhan yang temukan oleh Abraham Maslow dengan melihat 27
faktor yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Alasan mengapa peneliti
dari pilihan seseorang berdasarkan kebutuhan yang didasari atas cita-cita dan
variabel intervening atau pemediasi antara hierarki kebutuhan dengan minat untuk
menjadi akuntan publik di Indonesia. Adapun objek penelitian disini adalah staff
akuntan publik ataupun CPA non akuntan publik. Perlu diketahui sebelumnya
formal sarjana akuntansi akan melewati 3 level, dan level ketiga ini adalah akuntan
publik atau pun orang yang dapat memberikan jasa akuntan dan kita kenal dengan
sebutan CPA (Certified Public Accountant). Pada level 1 atau level dasar kita
Accountant). Sedangkan pada level 2 atau level profesional kita sebut dengan
istilah CPA (Certified Profesional Accountant). Level inilah yang kita kenal
dengan CPA non Akuntan Publik. CPA non Akuntan Publik ini adalah akuntan
publik yang sudah pada level staff professional, sehingga secara teknik akuntan
pada level ini belum dapat secara mandiri memberikan jasa assurance dan jasa
10
data yang diperoleh dari Directory 2020 yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia bahwa pada awal tahun 2020 terdapat 3.446 orang CPA non AP.
CPA non AP menurut peneliti adalah populasi yang tepat pada penelitian ini
dengan pertimbangan akuntan pada level ini professional secara teknik dan
prosesnya untuk menjadi akuntan publik sudah lebih dekat dari pada akuntan
semakin meningkatnya badan usaha yang membutuhkan jasa akuntan ini dapat
dipastikan bahwa ini adalah masalah yang cukup serius saat ini. Peneliti mencoba
mencari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat menjadi akuntan publik
Maslow sebagai varibel independent. Selain itu, peneliti juga mencoab melihat
apakah pengalaman kerja, gengsi (prestige), dan peran asosiasi profesi dapat
ini.
rumusan masalah yang ada, maka pertanyaan pada penelitian ini antara lain :
11
a. Faktor-faktor apakah pada hierarki kebutuhan yang berhubungan dengan
pengalaman kerja ?
gengsi (prestige) ?
intervening ?
intervening ?
variabel intervening ?
faktor ancaman akan profesi akuntan ke depan dilihat dari hierarki kebutuhan
Maslow dengan pengalaman kerja menjadi variabel penguat dan pelemah pada
CPA non akuntan publik di Indonesia. Sehingga secara detail yang menjadi tujuan
12
a. Untuk menguji dan menemukan faktor-faktor apakah pada hierarki
Indonesia.
a. Penelitian ini berusaha menjadi salah satu penemu hal-hal yang menjadi
13
b. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan bagi dunia pendidikan dan
depan.
pengalaman kerja, gengsi (prestige) dan peran asosiasi profesi sebagai pemediasi
keluarga dekat, orang tua dan teman sejawat sebagai faktor kasih saying. Asosiasi
profesi dam penghargaan finansial sebagai faktor rasa aman. Terakhir pendidikan
fisiologis.
dimana peneliti memandang bahwa objek yang cocok adalah seluruh akuntan
14
non akuntan publik atau kita sebut dengan CPA non akuntan publik. Objek
penelitian yang selama ini menggunakan mahasiswa dan akuntan publik secara
umum tidak dijadikan objek oleh peneliti. Dan kedua adalah proses pengambilan
sampel yang dilakukan secara acak terhadap para CPA non akuntan publik yang
terdaftar pada asosiasi akuntan publik di Indonesia, dalam hal ini Intitut Akuntan
Publik Indonesia.
asosiasi sebagai variabel intervening. Sehingga kita dapat melihat selain dari sisi
personalitas dalam bentuk motivasinya, apakah ada faktor-faktor lain yang harus
Penelitian seperti ini belum pernah dilakukan di Indonesia dan sedikit yang
melakukannya di luar Indonesia, itupun tidak pada profesi akuntan publik namun
dalam mencari hubungan, artinya faktor eksternal saja yang dilihat seperti
peranan asosiasi profesi dan lain sebagainya. Namun dalam hal ini peneliti
mencoba melihat lebih dalam pada faktor motivasi personalitasnya yang di wakili
jawaban atas permasalah yang dihadapi oleh jasa akuntan publik saat ini.
15
BAB II
Teori merupakan alur logika atau penalaran atas suatu fenomena yang juga
Granlund, 2005), atau sekumpulan konsep, definisi, proporsisi dan variabel yang
saling berkaitan secara sistematis (Emory & Cooper, 1999) yang dapat
menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena tertentu. Hal ini sejalan dengan
Sugiyono (2010) yang mengatakan bahwa secara umum teori berfungsi untuk
suatu gejala. Secara khusus dalam sebuah penelitian, keberadaan sebuah teori
sistem mana yang hendak dipakai peneliti atas objek yang diteliti (Umar, 2003).
Lebih lanjut teori juga berperan dalam membantu penjelasan atas sebab dan akibat
16
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
akan ada dua pihak disini yakni pihak pelaku yakni akuntan public dan
yang cukup baik dalam hal ini adalah tingginya kepercayaan public
manajemen
17
untuk menerima reward atas hasil pengelolaan perusahaan. Dengan
public sebagai pemilik perusahaan terhadap agen dalam hal ini akuntan
yang akan timbul dari teori ini adalah pada saat hasil yang diharapkan
tersebut sesuai dengan keinginannya, dalam hal ini agen ataupun akuntan
memotivasi.
18
Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula ketika Maslow
beberapa hari saja karena kebutuhan akan air lebih kuat daripada
aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan
19
Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapasitas setiap
peak) sebagai saat-saat tatkala dunia tampak utuh dan orang itu merasa
selaras dengannya. Pengalaman puncak selalu melekat dalam diri kita dan
mengubah persepsi kita mengenai dunia agar menjadi lebih baik lagi.
tetapi bisa juga tercetus melalui seni, musik dan momen-momen yang
dirinya sendiri. Dengan demikian, seorang bisa saja menjadi tolol, boros,
hanya kurang dari satu persen, sebab tak banyak dari kita yang bisa
Jarvis, 2010).
20
dari kebutuhan dasar sampai dengan kebutuhan tertinggi, adapun dapat
21
c. Social Needs (Kebutuhan-kebutuhan sosial). Kebutuhan ini jiga
dapat berbeda satu sama lain, hal ini dapat terjadi karena :
pengalaman.
22
“Work and Motivation”. Menurut Teori Harapan ini, seseorang
upaya, kinerja dan hasil yang pada akhirnya akan menghasilkan imbalan
keuntungan diri sendiri tetapi juga tentang hasil yang berkaitan dengan
23
kemudian akan mendapatkan hasil yang lebih besar. Dengan kata lain,
efektif.
efisiensi tugas.
tertentu. Hasil yang dimaksud disini dapat berupa kenaikan gaji, bonus,
promosi, kepuasan kerja, insentif, pujian dari kolega kerja atau atasannya
karyawan berkinerja baik, maka insentif yang mereka dapatkan juga akan
lebih besar. Dengan demikian peran mereka dalam pekerjaan juga akan
semakin meningkat.
24
Instrumentalitas seseorang ini pada dasarnya tergantung pada faktor-
dan jumlah imbalan yang tepat) dan menentukan individu mana yang
dan penghargaan.
pada hasil tugas. Valensi ini tergantung pada berbagai faktor seperti,
kebutuhan mereka sendiri untuk hasil, daya tarik hasil, kesukaannya atau
keinginan. Agar Valensi ini menjadi positif, orang atau karyawan tersebut
25
2.1.4 Aktualisasi Diri
berikut:
2) Bertanggung jawab.
26
3) Memeriksa dan memiliki motif yang kuat.
27
akan mendukung efektifitas individu dan organisasi dalam mencapai
tinggi.
28
Terdapat 3 level jenjang kualifikasi yakni tingkat dasar, tingkat
sesuatu dengan pikiran. Karena itu, belajar berarti harus mengerti secara
akuntan publik.
dalam Sjarkawim (2006) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang
29
yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari
diatur dalam kode etik dimana kepribadian yang harus dimiliki oleh
harus bertindak sesuai aturan yang ada serta tidak berpihak kemana pun
2.1.5 Penghargaan
setiap individu, yaitu penghargaan terhadap diri sendiri (harga diri) dan
dicapainya maka ia akan cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi
30
atau gagal dalam mencapai apa yang ingin dicapainya dalam hidup. Ia
akan cenderung memiliki harga diri yang rendah. Harga diri ini meliputi
akan harga diri yang meliputi, menghargai diri sendiri, menghargai orang
lain, dihargai orang lain, memiliki kebebasan yang mandiri dan dikenal
dari orang lain maka, seseorang akan menjadi lebih kreatif, mandiri,
percaya diri dan juga lebih produktif. Sebagai contoh, apabila seorang
produktif menjadi lebih baik dan percaya diri terhadap pekerjaaan dan
pada penghargaan.
31
2.1.6 Dukungan Sosial/Kebutuhan Sosial
terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa
terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta.
orang yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada orang lain menolak
suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk
sikap saling percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak
yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta,
kebencian.
orang tua dan teman sejawat dalam mengukut variabel ini. Hal ini karena
32
2.1.7 Rasa Aman
tidak stres, dan lain sebagainya. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari
bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan
akan rasa aman ini. Hal ini karena kedua indikator ini sangat memiliki
33
2.1.8 Fisiologis
mereka pikirkan adalah citarasa makanan yang hendak dipilih, bukan rasa
makanan.
titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang. Bagi seseorang yang
34
mual. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat
lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi.
kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin
efektivitas kerja yang baik. Selain itu, pengalaman kerja akan ikut
akan dijalankannya.
35
Setiap pengalaman kerja yang diperoleh seseorang, akan
menghasilkan produk yang lebih baik dilihat dari segi kuantitas maupun
kualitas.
36
pengalaman kerja adalah ukuran tentang lama waktu atau masa kerja
a. Lama waktu atau masa kerja. Masa kerja adalah ukuran tentang lama
37
peralatan kantor seperti komputer dan lain-lain maupun telah mampu
berkaitan dengan posisi sebuah merek atau pekerjaan dan gelar pada
dan diukur dengan lima yakni conspicuous, unique, social, emotional dan
quality.
gelar CPA. Unique ataupun unik dalam hal ini adalah perbedaan yang
tidak ada pada orang lain, pada penelitian ini, keunikan disini
pemegang profesi ini. Emosional dalam hal ini adalah kebanggaan yang
dimiliki sebagai akibat dari gelar dan pekerjaan yang dimiliki. Terakhir
38
lebih dari profesi lainnnya. Nilai lebih disini dapat berupa tambahan nilai
contoh laporan yang telah diaudit memiliki kredibilitas lebih tinggi dari
menjadi wadah bagi para anggota yang berasal dari profesi yang sama;
39
2.1.12 Minat Menjadi Akuntan Publik
apabila objek tersebut sesuai sasaran dan berkaitan dengan keinginan dan
sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat sangat besar pangaruhnya dalam
mencapai prestasi dalam suatu pekerjaan, jabatan, atau karir. Tidak akan
sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadap suatu objek
lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat
Menurut Ana laila Soufia dan Zuchdi (2004: 116) menjelaskan bahwa
40
minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang
menaruh perhatian pada orang lain, pada aktivitas atau objek lain.
bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula
suatu objek akan lebih kelihatan apabila objek tersebut sesuai sasaran dan
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Minat
memiliki keinginan untuk terlibat secara langsung dalam suatu objek atau
41
2.2 Telaah Literatur
yang ada pada manusia. Teori Maslow menunjukkan bahwa tingkat yang
positif terhadap minat seseorang untuk menjadi akuntan publik. Zhao dan
Lord (2016) juga mengatakan bahwa kepastian karir dan asosiasi profesi
yang merupakan bagian dari kebutuhan dari rasa aman ternyata berpengaruh
42
professional berpengaruh positif terhadap minat menjadi akuntan publik.
oleh kebutuhan seseorang akan sesuatu hal sesuai yang dikemukakan oleh
Maslow.
43
menyatakan bahwa penghargaan finansial yang tinggi mempengaruhi
pokok lagi yang berperan, namun bisa jadi kebutuhan akan aktuliasasi diri
44
diri ternyata mempengaruhi gengsi seseorang. Seseorang yang memiliki
(prestige).
khusus untuk para akuntan publik saja. Asosiasi yang sangat berperan dalam
Ikatan Akuntan Indonesia atau disingkat dengan IAI. IAPI dalam hal ini
publik di Indonesia.
aktuliasasi diri, rasa aman dan fisiologis mempengaruhi peran dari asosiasi
45
kebutuhan akan jaminan karir, kualifikasi diri, jaminan pekerjaan, pelatihan
Amerika.
keterampilan seorang yang diperoleh melalui rentang waktu atau masa kerja
melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pula pola berpikir dan sikap
kurang dari itu. Eddy (2018) menyatakan hal serupa dimana seseorang
46
yang memiliki pengalaman yang cukup atau bahkan lebih akan timbul rasa
pengalaman dalam bentuk magang pada sebuah kantor akuntan publik akan
saat memiliki sesuati tertentu baik itu seperti barang, gelar, kehormatan
47
Tomo dan Gennaro (2020) menyatakan bahwa kepribadian yang
proaktif dan gengsi atau kebanggaan akan profesi akuntan publik akan
adalah profesi yang bergengsi yang dapat menaikkan strata atau pun
masyarakat yang tinggi sehingga menyebabkan profesi ini adalah salah satu
profesi bergengsi yang dapat menaikkan nilai gengsi dan jual seseorang
ditengah masyarakat.
nilai tambah, atas pekerjaan yang dilakukan itu. Secara definisi, profesi
Seluruh komponen itu harus masuk dan saling terkait, agar mendukung
sangat praktis dalam pelaksanaan profesi itu. Dan yang paling penting dari
48
moral, agar pekerjaan yang dilakukan itu tidak merugikan kepentingan
publik disana. Dapat diartikan semakin besar peran asosiasi seperti AICPA
ini maka semakin besar minat seseorang menjadi akuntan publik. AICPA
49
BAB III
(prestige) dan peran asosiasi profesi akuntan publik sebagai variabel intervening.
Dengan cara menguji 5 level hierarki kebutuhan yang ditemukan oleh Abraham
yang ada.
dari teori hierari kebutuhan Maslow ini. Dengan menggunakan 18 indikator tadi,
50
Aktualisasi
Penghargaan
Pengalaman
Fisiologis
dapat diambil kesimpulan sementara atas penelitian yang akan dilakukan, Adapun
51
H.1. Hierarki kebutuhan terhadap Minat Menjadi Akuntan Publik
Menurut hasil pengujian yang dilakukan oleh Stowe, Zhao dan Lord,
Thompson serta Remo dalam kurun waktu sejak tahun 2016 sampai dengan
terdahulu dan teori yang kemukakan oleh Maslow, maka dapat diambil
publik di Indonesia ”.
banyak yang berpengaruh dari pada yang tidak berpengaruh. Berdasarkan hal
52
hipotesis awal akan permasalahan ini adalah “ Hierarki kebutuhan
kebutuhan yang ada, hanya 3 faktor saja yang mempengaruhi gengsi (prestige)
sedangkan 2 lagi yakni fisiologis dan rasa aman belum ada yang mengujinya.
dalam bentuk jaminan karir dimasa akan datang, jaminan pekerjaan, pelatihan
53
berpengaruh terhadap peran asosiasi. Berdasarkan tinjauan diatas dapat
Pengalaman Kerja
Eddy pada tahun 2018, Seidel pada tahun 2019 dan Chaparro pada tahun 2020
Pengalaman kerja “.
H.6. Hierarki kebutuhan terhadap Minat Menjadi Akuntan Publik melalui Gengsi
(Prestige)
menjadi akuntan publik melalui gengsi (prestige). Tomo dan Gennaro (2020)
54
H.7. Hierarki kebutuhan terhadap Minat Menjadi Akuntan Publik melalui Peran
Asosiasi
berpengaruh terhadap minat seseorang untuk menjadi akuntan publik saat ini.
Publik “.
55
BAB IV
METODE PENELITIAN
dengan minat menjadi akuntan publik di Indonesia dengan di intervening oleh 3 varibel
yakni pengalaman kerja, gengsi (prestige) dan peran asosiasi akuntan publik. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Institut Akuntan Publik Indonesia sebagai badan asosiasi
akuntan publik di Indonesia saat ini yang ditunjuk oleh Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.
variabel,
Kualifikasi 1. Pendidikan
Diri Formal
2. Pendidikan
Lanjutan
Pemahaman 1. Akuntansi
akan 2. Auditing
Pengetahuan 3. Hukum Bisnis
4. Teknologi
Informasi
ideal diri
(Maslow,1970) Norma Kerja 1. Prilaku akuntan
di masyarakat
2. Prilaku akuntan
saat bekerja
Pengakuan 1. Kemampuan
Profesional bekerja
2. Kesempatan
berkembang
3. Pengakuan
prest
57
4 Dukungan Dorongan untuk Dukungan dari 1. Dukungan orang Likert
Sosial dibutuhkan oleh orang lingkungan terdekat
lain agar ia dianggap sekitar baik 2. Dukungan Orang
sebagai warga secara phisikis Tua
komunitas sosialnya dan finansial 3. Dukungan
(Maslow,1970) lingkungan
sekitar
(Maslow,1970)
Pencapaian 1. Indeks perstasi
akademik 2. Lama masa studi
Pertimbangan 1. Kesempatan
pasar kerja mengakses
pekerjaan
2. Karir yang jelas
dan pasti
3. Profesi yang akan
bertahan lama
58
7 Pengalaman Suatu pengetahuan, Pengalaman 1. Jam kerja Likert
Kerja keterampilan, dan Auditing 2. Waktu dibutuhkan
kemampuan yang untuk
dimiliki pegawai untuk menyelesaikan
mengemban tanggung pekerjaan
jawab dari pekerjaan 3. Posisi dalam tim
sebelumnya
(Warianti,2015)
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh anggota profesi
akuntan publik yang berada pada level professional atau dengan sebutan CPA non
Akuntan Publik. Jumlah anggota pada level inni menurut directory IAPI tahun 2020
ada sebanyak 3.446 orang, sedangkan sampel yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah menggunakan metode slovin dengan tingakat error sebesar 5%. Maka jika
dihitung dengan rumus slovin, adapun jumlah sampel penelitian adalah sebagai
berikut :
59
N = 3.446 / (1+(3.446 x 0,052))
N = 3.446 / (1+8,615)
N = 3.446 / 9,615
N = 358,3
Agar penelitian dapat dengan mudah dipahami oleh responden pada unit
analisis dan sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka perencanaan penggunaan
likert. Penggunaan skala likert mengingat penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi berupa jawaban yang menunjukkan sejauh mana mereka merasa positif atau
yang teliti.
60
variabel-variabel penelitian ini sendiri menggunakan skala likert. Skala
penelitian ini, jawaban untuk pertanyaan positif dan negatif dibuat dalam
Pemilihan alat ukur yang tepat akan menentukan kevalidan atau keabsahan
suatu hasil penelitian. Kesalahan dalam memilih alat ukur akan menyebabkan hasil
(2010) menyebutkan bahwa untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan dua
macam pengujian yaitu test of validity (uji validitas atau kesahihan) dan test of
(SEM). Perangkat pengolah data dalam model persamaan dalam penelitian ini
antara variabel dependen berganda dan variabel independen berganda (Ghazali &
61
model dan inner model. Outer model merupakan model pengukuran untuk
2. PLS merupakan metode analisis untuk dapat diterapkan pada semua skala
kompleksitas besar bisa terdiri dari 100 variabel laten dan 1000 variabel
manifest).
4. PLS menangani model reflektif dan normative, bahkan variabel dengan item
(indikator) tunggal (Hair, Black, Babin & Anderson, 2010). Variabel reflektif
3. Pengujian Hipotesa.
62
4.5.1 Analisa outer model
digunakan layak untuk dijadikan pengukuran (valid dan reliabel). Model pengukuran
(outer model) digunakan untuk menguji validitas variabel dan reliabilitas instrumen.
mengukur apa yang seharusnya (Cooper et al, 2006). Uji reabilitas digunakan untuk
mengukur suatu konsep atau dapat juga digunakan untuk mengukur konsistensi
penelitian
dan Peran Asosiasi Akuntan Publik terhadap Minat Menjadi Akuntan Publik adalah
sebagai berikut:
MMAP = γ1AD+γ2P+γ3DS+γ4RA+γ5F+γ6PK+γ7G+γ8PAAP
setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Model persamaan dasar
dari model pengukuran atau outer model menurut Ghazali & Fuad (2014) dapat ditulis
sebagai berikut:
Keterangan:
63
ε = Epsilon, merupakan pengukuran error indikator endogen
λMMAP 7 Y7=λMMAP5 Y + δ7
λMMAP 8 Y8=λMMAP5 Y + δ8
λAD1.2 X1.2=λAD1.2 X1 + δ2
λAD1.3 X1.3=λAD1.3 X1 + δ3
λP2.2 X2.2=λp2.2 X2 + δ2
λDS3.2 X3.2=λDS3.2 X3 + δ2
λRA4.2 X3.2=λRA4.2 X4 + δ2
64
Analisa Outer Model ini menspesifikasi hubungan antar variabel laten dengan
1. Convergent Validity. Nilai convergen validity adalah nilai loading faktor pada
>0.7.
2. Discriminant Validity. Nilai ini merupakan nilai cross loading faktor yang
memadai yaitu dengan cara membandingkan nilai loading pada variabel yang
dituju harus lebih besar dibandingkan dengan nilai loading dengan variabel
yang lain.
Untuk uji validitas variabel digunakan dua metode Convergent Validity dan
Discriminant Validity (Abdillah, Willy & Jogiyanto, 2015 dengan Nilai AVE
sebaiknya ≥ 0,5 (Hair et al, 2011), sedangkan untuk uji reabilitas digunakan dua
sedangkan Cronbach Alpha digunakan untuk untuk mengukur batas bawah nilai
65
Uji konsistensi internal tidak mutlak untuk dilakukan jika validitas knstruk
telah terpenuhi, karena kosntruk yang valid adalah variabel yang reliable, sebaliknya
variabel yang reliable belum tentu valid (Cooper & Schindler, 2014). Jika terdapat
tersebut dikeluarkan dari penelitian dan dilakukan analisis data kemabli sebelum
bahwa model struktural yang dibangun robust dan akurat. Evaluasi inner model dapat
Goodness of Fit Index (GoF) untuk mendapatkan informasi seberapa besar variabel
laten dependen dipengaruhi oleh variabel laten independen, serta uji signifikansi
untuk menguji nilai signifikansi hubungan atau pengaruh antar variabel (Latan &
Ghazali, 2017). Koefisien determinasi (R2), parameter ini digunakan untuk mengukur
66
R-square, maka semakin besar pula pengaruh variabel laten eksogen terhadap
variabel laten endogen. Nilai R-square dapat mendeteksi pengaruh langsung dari
digunakan untuk menilai pengaruh variabel independe tertentu terhadap variabel laten
dan t-statistik nya. Untuk nilai probabilitas, nilai p-value dengan alpha 5% adalah
kurang dari 0,05. Nilai t-Tabel untuk alpha 5% adalah 1,96. Sehingga kriteria
penerimaan Hipotesa adalah ketika t-statistik > t-Tabel. Pengujuan hipotesis juga
dapat didasarkan pada path coefficient dan total effect dari variabel-variabel
bootstrapping. Apabila nilai ini signifikan secara statistika, maka hipotesis penelitian
ini diterima.
67