Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya
(UUD RI No.26 Tahun 2007 ). Penataan ruang wilayah bertujuan untuk tercapainya pemanfaatan
ruang yang berkualitas. Untuk itu diperlukan pengendalian melalui kegiatan pengawasan dan
penertiban terhadap pemanfaatan ruang. Sebagaimana yang dikemukakan dalam Undang-
Undang Penataan Ruang Nomor 24 Tahun 1992 bahwa pengawasan terhadap pemanfaatan ruang
diselenggarakan dalam bentuk pelaporan, pemantauan dan evaluasi. Melalui kegiatan
pemantauan dan evaluasi, kesesuaian pemanfataan ruang sesuai dengan fungsi yang telah
ditetapkan dapat diwujudkan. Penataan Ruang menggariskan bahwa pelaksanaan pembangunan
di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan. Dengan demikian pemanfaatan ruang termasuk didalamnya struktur ruang
selayaknya sesuai dengan rencana tata ruang. (Butudoka, 2005)
Suatu wilayah pada dasarnya adalah sebuah lingkungan dinamis yang selalu mengalami
pertumbuhan dan perkembangan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut
tidak bisa dilepaskan dari penduduk sebagai salah satu elemen utama dalam kehidupan suatu
wilayah. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat mencakup kehidupan masyarakat
untuk saling memenuhi kebutuhan masing-masing dari sumber daya dan ruang yang
keberadaannya sangat terbatas memerlukan pemanfaatan ruang yang baik sesuai rencana
peruntukan yang telah ditetapkan. Pemanfaatan ruang yang baik sesuai dengan rencana
peruntukan yang telah ditetapkan dalam kebijakan sebenarnya berguna untuk masyarakat dan
Pemerintah mengoptimalkan yang dan bertujuan menyinergikan pemanfaatan sumber daya
daerah secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan nasional.
Kabupaten Tangerang secara geografis terletak pada koordinat 106°20’-106°44’ bujur timur
dan 5°58’-6°21’ lintang selatan, dengan luas kurang lebih 103.454 Ha (seratus tiga ribu empat
ratus lima puluh empat hektar)..Terletak pada posisi geografis dengan batas-batas :
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa (dengan garis pantai ± 50 Km)
Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan,Kota Tangerang, dan Propinsi
DKI Jakarta.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak.
Jarak antara pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang dengn pusat pemerintahan Republik
Indonesia(DKI Jakarta) sekitar 30 km, dihubungkan dengan jalur lalu lintas darat bebas
hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa
dengan Sumatera. Dalam kebijakan pemanfaatan ruang daerah ini sebagai pusat kegiatan
Industri, permukiman, dan pengembangan Kawasan Perkotaan Baru Pantura yang berwawasan
lingkungan dan berdaya saing menuju masyarakat madani melalui pengembangan pusat-pusat
pertumbuhan. Di wilayah Kabupaten Tangerang juga memiliki wilayah yang strategis untuk
dimanfatkan seperti di kecamatan Tigaraksa jika wilayah strategis ini tidak di manfaatkan secara
serius dampaknya adalah internal Kabupaten Tangerang hingga Provinsi Banten. Kondisi
demikian, terjadi banyaknya hilangnya pemanfaatan ruang di wilayah tersebut seperti
dihilangkannya kawasan hijau yang seharusnya menjadi daerah resapan udara sehingga
menyebakan sering terjadi banjir saat musim hujan, terutama di wilayah Sodong dan Margasari.
Padahal Wilayah Margasari sebagai lahan konservasi dan berfungsi untuk melindungi kawasan
di sekitarnya (Wilayah Sodong), tetapi ternyata aturan aturan tersebut tidak efektif sehingga
hampir 60% kawasan tersebut dalam kondisi rusak.Pada kenyataannya, rencana wilayah yang
telah disusun oleh pemerintah daerah setempat untuk kawasan tersebut belum berfungsi secara
optimal sebagai pedoman pelaksanaan penggunaan ruang.

Referensi :
Ardiana, Yulisa, and Arnia Fajarwati. "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
KECAMATAN TIGARAKSA (STUDI PADA DINAS TATA RUANG KABUPATEN TANGERANG,
PROVINSI BANTEN)." Jurnal Sosial Politik Unla 21.1 (2016): 74-80.

Anda mungkin juga menyukai