Anda di halaman 1dari 18

LEMBAGA No.

Dok : 13/MT/LKMT/01
KAJIAN MANHAJ MATERI TARBIYYAH
Pokok Bahasan : Bahaya Lidah
MARHALAH TAMHIDI
TARBIYAH ______________________ No. Kode P.B : 1.1.3.13.068
( LKMT)
Jumlah Halaman : 19
MADAH : TAZKIYAH

I. Tujuan umum
1. Melakukun proses pensucian jiwa peningkatan akhlak dan prilaku dan memiliki
kebiasaan yang islami pada individu dan masyarakatnya.
2. Mampu mengontrol diri dengan kebebasan yang dimiliki dan menjauhi diri dari
sikap berlebihan, serta tidak mengumbar hawa nafsu hanya karena dirinya.
3. Meningkatkan kemampuan menerapkan hukum islam dan arahannya pada diri
seorang muslim
4. Mendidik pribadi muslim memilki rasa tangggungjawab yang besar serta kasih
sayang kepada manusia, memperhatikan secara adil konsep berinteraksi dengan
manusia, menghormati harta secara umum dan khusus pola hidup ekonomis dan
mengembangkan harta serta menjaganya.
5. Mendidik pribadi muslim dalam melawan tradisi asing yang kering dari semangat
islam pada dirinya keluarga dan masyarakat.

II. Tujuan Teori (cognitive)


1. Menjelaskan makna dan hakikat dari afatullisan
2. menjelaskan penomena bahaya lisan
3. Menjelaskan upaya menjauhi bahay lisan

III. Tujuan Afektif dan Psikomotorik (Praktik)


1. Menyadari bahaya lisan

2. berusaha menghindari dari berbagai bentuk bahaya lisan

3. Terbiasa berkata yang baik

.IV. Pilihan Kegiatan

Pilihan kegiatan yang bisa diselenggarakan dalam halaqah adalah :


1. Kegiatan Pembuka
a. Mengkomunikasikan tujuan kajian tazkiyah

2. Kagiatan Inti:
a. Kajian tentang Bahaya Lidah
b. Berdikusi dan tanya jawab seputar tema kajian ( lihat tujuan Kognitif,
afektif dan psikomotor)
c. Penekanan dari murobbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung dalam
kajian tersebut

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 1
3. Kegiatan Penutup:
a. Tugas mandiri (kegiatan pendukung)
b. Evaluasi

VI. PILIHAN KEGIATAN


1. Mengumpulkan ayat-ayat tentang pentingnya mengetahui Bahaya Lidah
2. Mengumpulkan hadits-hadits yang menunjukkan hal di atas
3. Menulis makalah tentang pentingnya mengetahui Bahaya lidah
4. Mengumpulkan perkataan-perkataan orang muslim dan lainnya yang obyektif
tentang pentingnya mengetahui Bahaya lidah

VII. SARANA EVALUASI DAN MUTABA’AH


1. Test akademis melalui pertanyaan, diskusi dan dialog menggunakan metode
pencatatan untuk meyakinkan (menegaskan) tercapainya tujuan
2. Test kemampuan untuk membandingkan sejauh mana tujuan telah tercapai
3. Mempersiapkan soal-soal untuk didiskusikan sebagai penegasan batas
pemahamannya dan komitmennya
4. Mengumpulkan informasi yang menjelaskan komitmennya pada tazkiyyah
Nafs.
5. Mengawasi komitmennya pada setiap aktivitas lainnya
6. Mengawasi ucapannya prilaku ketika ia bersentuhan dengan masyarakat
7. Memberikan sikap dengan informasi yang ada yang berhubungan dengan
akhlaknya

VIII. TUJUAN TARBIYAH DZATIYYAH


1. Menjelaskan bahaya lidah dengan semua bentuknya
2. Menjelaskan hukuman Allah yang berat terhadap para pelaku pengumbar
lidah .

IX. Maroji` Tarbiyah Dzatiyah


1. Akhlak muslim Muhammad al-ghazali
2. Nuzhatl Muttaqin Syarh Riyadussolihin Mustafa al-Banna
3. As-suluk Al-Ijtima’i Hasan Ayyub
4. Ihyaa ulumuddin Abu Hamid Al-Ghazali

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 2
‫ات اللِّ َس ِ‬
‫ان‬ ‫آف َ ُ‬

‫ات اللِّ َس ِ‬
‫ان‬ ‫َم ْعنَى آفَ ُ‬
‫نِ ْع َمةٌ ِم ْن نِ َع ِم هللاِ‬
‫َحقِ ْيقَةُ اللِّ َسا ِن‬
‫ص ْي ِل ْال َم ْقصُوْ ِد‬
‫َو ِس ْيلَةٌ لَتَوْ ِ‬

‫ْال َكالَ ُم فِ ْي َما الَ يَ ْعنِ ْي ِه‬


‫فُضُوْ ُل ْال َكالَ ِم‬
‫ْال َخوْ ضُ فِي ْالبَا ِط ِل‬
‫ْالمِ َرا ُء َو ْال ِجدَا ُل‬
‫ْال ُخصُوْ َمةُ‬
‫ْال ِمزَا ُح‬
‫بِ َذا َعةُ اللِّ َسا ِن َو ْالقَوْ ِل ْالفَا ِح ِ‬
‫ش َوالسَّبِّ‬
‫اللَّع ُْن‬
‫ْال ِغنَى َوال ِّش ْع ُر‬ ‫ت اللِّ َسا ِن‬
‫َمظَا ِه ُر آفِا ِ‬ ‫ات اللِّ َس ِ‬
‫ان‬ ‫آف َ ُ‬
‫التَّقَ ُّع ُر فِي ال َكالَ ِم‬
‫ِإ ْف َشا ُء ال ِّس ِّريَّ ِة‬
‫ْال َك ِذبُ‬
‫ْال ِغ ْيبَةُ‬
‫ْال َم ْد ُح‬
‫الس ُّْخ ِريَّةُ َوا ِال ْستِ ْهزَا ُء‬
‫النَّ ِم ْي َمةُ‬
‫ق ْال َكالَ ِم‬ ‫ْال َخطَُأ فِي َدقَاِئ ِ‬

‫ْال ِح ْفظُ ِم ْن َأ ْك ِل ْال َح َر ِام‬


‫ت اللِّ َس ِ‬
‫ان‬ ‫ا ِال ْبتِ َعا ُد ِم ْن آفَا ِ‬
‫ْال ِح ْفظُ ِمنَ ْال َكالَ ِم الالَّ يَ ْعنِ ْي ِه‬

‫_________________________________‬
‫‪Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah‬‬ ‫‪3‬‬
X. MUHTAWA

AFATUL LISAN
(BAHAYA LIDAH)

1. MAKNA AFATUL LISAN


Afatul lisan adalah dua ungkapan kata yang memiliki arti bahaya lidah, hal ini
bukan berarti lidah selalu membawa mudhorat bagi manusia, karena lidah juga
bermanfaat bagi manusia. Dengan lidah seseorang dapat berbicara dan menyampaikan
maksud yang diinginkan. Namun harus disadari pula bahwa betapa banyak orang yang
tergelincir karena lidahnya, akibat ketidak mampuan pemilik lidah menjaga dari ucapan
dan kata-kata yang keluar dari lidah tersebut. Karena itu sangatlah urgen dalam
kehidupan seorang muslim memahami bahaya dari lisan sebagaimana juga memahami
akan manfaat lisan tersebut.
Dua hal penting yang sering diingatkan Islam kepada kita-manusia- adalah
menjaga dan memelihara dengan baik lidah dan tingkah laku. Rasulullah saw. berpesan
kepada kita semua yaitu :
ْ ‫اآلخ ِر فَ ْاليَقُلْ خَ ْيرًا َأوْ لِيَصْ ُم‬
‫ت‬ ِ ‫َم ْن َكانَ يُْؤ ِم ُن بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم‬
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Qiyamat hendaklah berkata yang
baik atau diam."
Pesan ini menekankan tentang pentingnya menjaga tutur kata, tidak mengucapkan
hal yang buruk dan menyakiti hati, karena bertutur sembarang tanpa pikir akan membawa
kepada krisis lain yaitu permusuhan, kekacauan bahkan pertumpahan darah.
Maka dengan menjaga lidah dan tutur kata, dapat dipastikan akan terjalinnya
kehidupan yang tenteram, damai dan sejahtera di tengah masyarakat sepanjang masa.
Dalam konteks inilah Rasulullah saw berpesan supaya menjaga lidah dan tingkah laku
agar tidak mengganggu dan melampaui batas atau menyentuh hak dan muruah (wibawa)
orang lain.
Lidah memang tak bertulang, pepatah itu menggambarkan betapa sulit mengatur
lidah ini. Terkadang dalam tempat-tempat perkumpulan, keadaan menjadi semakin seru
bahkan akan menjadi segar, bila seseorang menyodorkan gosip 'baru'. Terlebih bila sang
pencetus ‘gosip' pernah merasa dirugikan oleh 'sang calon' pesakitan. Yang ini bisa jadi
akan tambah seru. Dia pernah disakiti, disinggung, dipermalukan, dijahili, ataupun yang
serupa dengan itu. Maka rem lidah benar-benar sering blong.

2. HAKIKAT LIDAH
Lidah adalah salah satu dari nikmat Allah. Manusia wajib memeliharanya dari
dosa dan kemaksiatan, menjaganya dari ucapan-ucapan yang bisa menimbulkan
penyesalan dan kerugian. Lidah akan menjadi saksi pada hari kiamat.
Allah SWT berfirman :
٢٤ َ‫يَّوْ َم تَ ْشهَ ُد َعلَ ْي ِه ْم اَ ْل ِسنَتُهُ ْم َواَ ْي ِد ْي ِه ْ›م َواَرْ ُجلُهُ ْم بِ َما َكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬
"Pada hari ketika lidah, tangan dan kaki menjadi saksi atas mereka terhadap
apa-apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS. 24:24)
Lidah juga termasuk nikmat Allah SWT yang sangat besar bagi manusia.
Kebaikan yang diucapkannya akan melahirkan manfaat yang luas dan kejelekan yang

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 4
dikatakannya membuahkan ekor keburukan yang panjang. Karena dia tidak bertulang, dia
tidak sulit untuk digerakkan dan dipergunakan. Dia adalah alat paling penting yang bisa
dimanfaatkan oleh syaithan dalam menjerumuskan manusia.
Dalam hadits disebutkan :
"Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengucapkan kata-kata tanpa
dipikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jaraknya lebih jauh
antara timur dan barat". (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah)
Dan lidah juga merupakan sarana mempermudah manusia menyampaikan maksud
yang diinginkan kepada orang yang diajak bicara sehingga dengan itu orang yang diajak
bicara akan memahami maksud dari orang tersebut. Jika lisan tidak ada maka seseorang
akan sulit berbicara dan menyampaikan sesuatu yang diinginkan kecuali dengan bahasa
isyarat.

3. FENOMENA BAHAYA LISAN

1. Alkalaamu fimaa laa ya'nihi (Ungkapan yang tidak berguna)


Nabi Saw. telah bersabda: "Barang siapa mampu menjaga apa yang terdapat
antara dua janggut dan apa yang ada di antara dua kaki, maka aku jamin dia masuk surga.
( Muttafaq ‘alaih, dari Sahl bin Sa'ad)
Kita hendaknya hanya mengucapkan sesuatu yang bermanfaat, karena ucapan
yang mubah dapat mengarah kapada hal yang makruh atau haram. Rasulullah saw
bersabda :
ْ ‫اآلخ ِر فَ ْاليَقُلْ خَ ْيرًا َأوْ لِيَصْ ُم‬
‫ت‬ ِ ‫َم ْن َكانَ يُْؤ ِم ُن بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم‬
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia
berbicara yang baik atau diam". (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah)
Bila seseorang telah mengerti bahwa ia akan dihisab dan dibalas atas segala
ucapan lidahnya, maka dia akan tahu bahaya kata-kata yang diucapkan lidah, dan dia pun
akan mempertimbangkan dengan matang sebelum lidahnya dipergunakan. Allah
berfirman :
١٨ ‫َما يَ ْلفِظُ ِم ْن قَوْ ٍل اِاَّل لَ َد ْي ِه َرقِيْبٌ َعتِ ْي ٌد‬
"Tidak ada satu ucapan pun yang diucapkan, kecuali di dekatnya ada malaikat Raqib
dan ‘Atid." (QS.Qoof: 18)

 2. Fudhulul Kalaam (Berbicara yang berlebihan)


Lidah memiliki kesempatan yang sangat luas untuk taat kepada Allah dan
berdzikir kepadanya, tetapi juga memungkinkan untuk digunakan dalam kemaksiatan dan
berbicara berlebihan. Semestinya kita mampu mengendalikan lidah untuk berdzikir dan
taat kepada Allah, sehingga bisa meninggikan derajat kita. Sedangkan banyak berbicara
tanpa dzikir kepada Allah akan mengeraskan hati, dan menjauhkan diri dari Allah ‘Azza
wa Jalla.
Menuju surga cepat dengan lisan, menuju nerakapun cepat dengan lisan. Lisan
bagai ‘jaring' kalau menjaringnya baik akan mendapatkan hasil yang baik, sebaliknya jika
tidak hasilnya akan sedikit dan melelahkan. Kata orang lidah tidak bertulang, maka lebih
senang mengatakan apa-apa tanpa berfikir. Bahaya lidah ini sebenarnya besar sekali.
Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda, "Tiada akan lurus keimanan seorang
hamba, sehingga lurus pula hatinya, dan tiada akan lurus hatinya, sehingga lurus pula

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 5
lidahnya. dan seorang hamba tidak akan memasuki syurga, selagi tetangganya belum
aman dari kejahatannya."
Allah telah memberikan batasan tentang pembicaraan agar arahan pembicaran
kita bermanfaat dan berdampak terhadap sesama, sebagaimana firman-Nya:
ِ ۗ َّ‫ح بَ ْينَ الن‬
‫اس َو َم ْن‬ ْ ِ‫ف اَوْ ا‬
ٍ ۢ ‫ص›اَل‬ َ ِ‫۞ اَل خَ ْي َر فِ ْي َكثِي ٍْر ِّم ْن نَّجْ ٰوىهُْ›م اِاَّل َم ْن اَ َم َر ب‬
ٍ ْ‫ص› َدقَ ٍة اَوْ َم ْع› رُو‬
١١٤ ‫ت هّٰللا ِ فَ َسوْ فَ نُْؤ تِ ْي ِه اَجْ رًا َع ِظ ْي ًما‬ ِ ‫ضا‬ َ ْ‫يَّ ْف َعلْ ٰذلِكَ ا ْبتِغ َۤا َء َمر‬
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-
bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi shodaqoh atau berbuat ma'ruf
atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat
demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala
yang besar." (Annisa :114)

 3. Al-khoudh fil baathil (Ungkapan yang mendekati kebatilan dan maksiat)


Orang-orang sufi lebih tekun menggunakan mulutnya untuk berdzikir dari pada
berbincang-bincang, memperingatkan dengan prihatin; Manusia paling sering tertimpa
bahaya dan paling banyak mendapatkan kesusahan adalah lidahnya terlepas dan hatinya
tertutup. Ia tidak dapat berdiam diri, dan kalau berkata tidak bisa mengungkapkan yang
baik-baik.
Hasan Al Bashri semasa mudanya pernah merayu seorang wanita cantik di tempat
sepi, perempuan itu menegur, "Apakah engkau tidak malu? "Hasan Al Bashri menoleh ke
kanan dan ke kiri, lalu mengawasi pula sekelilingnya, setelah ia yakin di tempat itu hanya
ada mereka berdua, dan tidak terlihat siapapun, Hasan Al Bashri bertanya, "Malu kepada
siapa? Di sini tidak ada orang lain yang menyaksikan perbuatan kita. "Wanita itu
menjawab, "Malu kepada Dzat yang mengetahui khianatnya mata dan apa yang
disembunyikan di dalam hati "
Lemas sekujur tubuh Hasan Al Bashri. Ia menggigil ketakutan hanya karena
jawaban sederhana itu, sehingga ia bertobat tidak ingin mengulangi perbuatan jeleknya
lagi. Karena itulah Rasulullah saw. mengingatkan, "Barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari kiamat, ucapkanlah yang bermanfaat, atau lebih baik diam saja".
 
4. Al-Miraa' wal-jidaal (Berbantahan, bertengkar dan debat kusir).
Jidaal adalah menentang ucapan orang lain guna menyalahkan secara lafadz dan
makna. Perdebatan dalam isu-isu agama dan ibadah tidak banyak faedah yang didapat
kecuali jika dilangsungkan dengan etika debat yang benar, saling menghormati antar
peserta dan dengan kekuatan ilmiah yang meyakinkan. Biasanya debat yang tidak
dikawal oleh akhlak lebih banyak mengundang kepada pertengkaran dan permusuhan
yang merugikan.
Tidak dinafikan debat merupakan salah satu uslub (cara) yang sangat efektif dan
berkesan dalam menyebarkan Islam, dakwah dan kebenaran, tetapi ia adalah langkah
ketiga dan terakhir, yaitu setelah terjadi kebuntuan dimana pendekatan  dengan hikmah
dan nasihat/pengajaran yang baik tidak berhasil. Itupun dilangsungkan dengan akhlak dan
adab yang tinggi.
Allah berfirman :
َ َّ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َس›نَ ِة َو َج››ا ِد ْلهُْ›م بِ››الَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس› ۗنُ اِ َّن َرب‬
‫ك هُ› َو اَ ْعلَ ُم‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬ ُ ‫اُ ْد‬
١٢٥ َ‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوه َُو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬ َ ‫بِ َم ْن‬

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 6
"Serulah ke jalan Tuhanmu wahai Muhammad dengan hikmat kebijaksanaan dan
nasihat pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang lebih
baik" (Al-Nahl: 125).
Ayat diatas meletakkan debat pada tempat terakhir, yaitu selepas pendekatan
hikmah dan nasihat yang baik. Debat menjadi langkah terakhir, bukan karena kurang
berkesan atau tidak ada faedahnya, tetapi karena kesukaran mematuhi aturan, akhlak,
adab-adabnya.
Debat selalu dirusak oleh tidak adanya ikhlas antara dua kubu yang terkait.
Pendebat selalu menginginkan kemenangan sekalipun ia tidak mempunyai hujjah.
Pendebat tidak bersedia mengalah, sekalipun ternyata ia berada pada pihak yang salah.
Pendebat akan memilih untuk berkata ‘ya' apabila lawan berkata ‘tidak' dan berkata
‘tidak' apabila lawan berkata ‘ya'.
Debat selalu dikuasai oleh pihak yang handal bercakap, sekalipun tidak berisi.
Keadaannya bagaikan dua pasukan pemain sepak bola yang masing-masing mempunyai
‘suporter' yang tidak pernah mengaku kalah sekalipun tidak pernah bermain. Kalaupun
ada yang mengaku, tetapi hanya dalam gelanggang, di luar belum tentu. Begitulah debat
yang tidak berakhlak dan biasa kita saksikan.
Etika debat yang perlu dipatuhi untuk menghasilkan natijah yang baik bahkan
sekaligus debat disifatkan sebagai terbaik ialah:
4. Hindari penggunaan bahasa yang rendah, tindakan yang kasar dan tidak
menghormati pemikiran lawan. Jika perlu, adakan penengah untuk menengahi
perjalanan debat. Penengah perlu diberi hak memberi kartu kuning atau merah,
bahkan ‘menskor' pendebat yang melanggar disiplin debat dan aturan.
5. Hendaklah lebih banyak mencari titik persamaan antara kedua belah pihak.
Kurangi usaha mencari titik perbedaan. Lebih banyak persamaan yang ditemui, lebih
banyak hasil yang diperoleh. Arahkan sepenuhnya kepada titik-titik persamaan.
Debat al-Quran yang berlangsung antara Nabi s.a.w. dengan Yahudi dan Nashara
bahkan dengan kaum musyrikin menjadi contoh untuk dipelajari, disiplin, akhlak dan
etikanya. Dikemukakan di sini debat antara Nabi dengan musyrikin dalam ayat 24-26
surah Saba' yang bermaksud; Allah berfirman :
‫ض› ٰل ٍل ُّمبِي ٍْن‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫ض قُ› ِل ُ ۙ َواِنَّٓا اَوْ اِيَّا ُك ْم لَ َع ٰلى هُ›دًى اَوْ فِ ْي‬ ِ ۗ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫۞ قُلْ َم ْن يَّرْ ُزقُ ُك ْ›م ِّمنَ السَّمٰ ٰو‬
ۗ ْ ›ِ‫ قُلْ يَجْ َم ُع بَ ْينَنَا َربُّنَا ثُ َّم يَ ْفتَ ُح بَ ْينَنَا ب‬٢٥ َ‫ قُلْ اَّل تُ ْسـَٔلُوْ نَ َع َّمٓا اَجْ َر ْمنَا َواَل نُ ْسـَٔ ُل َع َّما تَ ْع َملُوْ ن‬٢٤
َ ›ُ‫ق َوه‬
‫›و‬ ِّ ‫›ال َح‬
٢٦ ‫ْالفَتَّا ُح ْال َعلِ ْي ُم‬
"Bertanyalah wahai Muhammad, siapa yang memberi rezeki kepada kamu dari
langit dan bumi ? Terangkanlah jawabnya ialah Allah. Sesungguhnya tiap-tiap satu
golongan, sama ada kami atau kamu tetap di atas hidayat atau tenggelam dalam
kesesatan. Katakanlah : Tuhan akan menghimpunkan kita semua pada hari kiamat,
kemudian akan menyelesaikan krisis di antara kita dengan penyelesaian yang benar."
Debat nabi-nabi jelas beretika dan halus budi bahasanya. Setiap patah kata dalam
ungkapannya dapat menjadi  contoh bagi para da'i yang mencintai kebenaran. Tetapi
sayang, sebagian pendebat sekarang banyak menyimpang jauh dari panduan nabi-nabi,
mereka berdebat seolah-olah berperang. Segala isu yang muncul dalam dakwah, besar
kemungkinan ada persamaannya dalam politik.

 5. Al-Khushumah istifa-ulhaq (Banyak omong yang berlebih-lebihan ingin


mendapatkan haknya).

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 7
Mulutmu harimaumu. Pepatah ini mengingatkan kita agar lebih hati-hati dalam
berucap dan mengeluarkan pernyataan. Bahwa sumber dari segala bencana di dunia ini
bukan pada bencana alam, letusan gunung berapi, banjir, ataupun gempa bumi,
melainkan bersumber pada mulut kita sendiri.
Rasulullah saw bersabda : "Orang yang amat dibenci di sisi Allah adalah orang
yang banyak omong." (al hadits)
Menurut ilmu kedokteran, dalam tubuh manusia terdapat banyak lubang, tetapi di
antara lubang-lubang itu, hanya lubang mulut yang paling banyak mengandung virus.
Ada lubang telinga, lubang hidung, bahkan lubang saluran pembuangan kotoran, tetapi
semua itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan lubang mulut. Mulut manusia
memang berbisa.
Secara lahiriyah mulut manusia itu mengandung banyak virus, terlebih secara
batiniah. Itulah sebabnya, ketika Rasulullah didatangi seseorang yang hendak
menanyakan tentang Islam dengan satu pertanyaan yang tidak perlu dan disusul dengan
pertanyaan lainnya, maka Rasulullah memberi jawaban singkat :
‫ت بِاهللِ ثُ َّم ا ْستَقِ ْم‬
ُ ‫قُلْ آ َم ْن‬
Katakanlah aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqamalah. Sahabat tersebut
bertanya, dengan cara apa kami memeliharanya? Rasulullah memberi isyarat kepada
lisannya.
6. Al Mizaah (Bercanda dan senda gurau)
Rasullullah acapkali bercanda. Rasullullah saw. Bersabda :
‫ِإنِّي ُأ ِحبُّ ْال ِمزَا َح َوالَ َأقُوْ ُل ِإالَّ َحقًّا‬
"Sesungguhnya saya (Nabi Muhammad saw) suka bersendagurau dan saya tidak
akan mengatakan kecuali yang benar-benar."
Seperti kisah Rasullullah bersama seorang nenek yang menanyakan apakah si dia
(nenek) akan masuk surga. Dan dijawab Rasul saw, bahwa hanya orang muda saja
penghuni syurga. Si nenek pun terkejut, dan akhirnya Rasullullah menerangkan bahwa
biarpun orang tua akan menjadi muda kembali bila masuk surga.
Rasullullah saw. Bersabda : "Sesungguhnya engkau (hai ibu tua) tidak lagi
berupa seorang tua-bangka pada waktu itu (yakni setelah masuk syurga). Karena Allah
Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan
langsung ". Maksudnya : tanpa melalui kelahiran dan langsung menjadi gadis. "Dan
Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan"
Pada hadits tersebut dan hadits-hadits yang lain, banyak menceritakan bagaimana
Rasullullah saw. bercanda, dan sesungguhnya bercanda yang benar saja yang
diperbolehkan. Beberapa dai banyak yang menggunakan banyolan-banyolan dalam
penyampaian dakwahnya, terkadang sudah keterlaluan. Padahal Islam adalah agama yang
serius, bukan dijadikan bahan tertawaan. Masyarakat yang mendengar dai-dai ini
berbanyol, hanya mendapatkan ketawanya saja, sedangkan ilmunya hilang terbawa gelak
tawanya. Dan sesungguhnya Allah sangat murka pada sesuatu yang berlebihan, termasuk
tertawa. Padahal dalam suatu hadits yang menyebutkan bahwa sesungguhnya bercanda
itu menyempitkan hati. Di hadist tsb, menerangkan bahwa Rasullulllah tak pernah terlihat
palate (langit-langit tenggorokan)-nya bila beliau sedang ketawa, hanya senyuman-lah
yang selalu menghiasi pribadi beliau saw.

 7.  Bidza'atul lisan wal qoulul faahisy was-sab (Ungkapan yang menyakitkan /nyelekit)

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 8
Secara sadar atau tidak banyak kita jumpai perkataan yang menjurus kepada
mencaci, menghina, merendahkan, mengejek dan mempermainkan nama Allah, sifat-
sifat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, ayat-ayat-Nya dan hukum-hukum-Nya serta
hukum-hukum yang diterangkan oleh rasul-Nya. Dan juga perkataan yang menolak,
menafikan dan mengingkari segala perkara dari ‘alim ulama' dimana semua orang tahu
bahwa perkara itu dari agama.
Mislanya seperti katanya mengenai mana-mana hukum Islam:
 "Hukum apa ini?"
 "Hukum ini sudah usang."
 "Zaman sekarang tidak pantas diharamkan riba karena menghalangi kemajuan."
 "Dalam zaman yang serba maju ini kaum wanita tak perlu dibungkus-bungkus."
 "Berzina jikalau suka sama suka apalah haramnya?"
 "Minum arak kalau dengan tujuan hendak menyehatkan badan untuk beribadat
apalah salahnya?"
 "Berjudi kalau masing-masing sudah rela menerima untung ruginya apa
salahnya?"
 "Kalau diberlakukan hukum-hukum Islam sampai kiamat kita tak maju-maju."
 "Ini perbuatan tidak beradab' -  diceritakan bahwa Nabi Muhammad saw. setelah
makan: menjilat sisa makanan di jarinya.
Untuk itu Imam Al Bashri mengemukakan bahwa lidah orang berakal itu terletak
dibelakang akalnya. Jika ia hendak berkata, dipikirkannya lebih dahulu. Kalau perkataan
itu kira-kira bakal bermanfaat baginya, ia akan mengucapkannya,. Kalau dirasakannya
akan membahayakan dirinya, ia memilih diam. Sedangkan hati orang dungu terletak
dibelakang lidahnya. Jika ia mau berkata, langsung saja diucapkannya. "Apalagi
mengatakan yang tidak pernah dikerjakan, dan membungkus keburukan hati dan
keculasan perangai dengan ucapan indah yang berbunga-bunga. Barangkali manusia
dapat dikelabui, tetapi apakah Allah swt. dapat ditipu?

 8. Al La'nu (Melaknat, walaupun binatang atau benda, apatah lagi manusia)
Akhir-akhir ini kebiasaan melaknat (mengutuk) banyak merebak di tengah-tengah
masyarakat, baik yang tua maupun yang muda, laki-laki maupun wanita, dewasa maupun
anak-anak, sehingga didapati seseorang melaknat anaknya, saudaranya, tetangganya,
bahkan melaknat kedua orang tuanya dengan mengatakan, "Terlaknatlah kedua orang
tuaku atau terlaknatlah ibuku, aku akan melakukan ini dan ini (seperti terkutuk bapakku
jika aku tidak melakukan ini dan ini)." Biasanya dipakai untuk mengancam atau
menantang.  
Tidak diragukan lagi ucapan seperti itu adalah ucapan keji dan mungkar yang tidak
mendatangkan ridha Allah , seperti dalam firman-Nya :
َ ْ‫اِ َّن َربَّكَ لَبِ ْال ِمر‬
١٤ ‫صا ۗ ِد‬
"Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi." (al-Fajr : 14) 
Dan firman Allah :
ُ َ‫َوقُلْ لِّ ِعبَا ِديْ يَقُوْ لُوا الَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن ال َّشي ْٰطنَ يَ ْنز‬
‫غ بَ ْينَهُ ۗ ْم اِ َّن ال َّشي ْٰطنَ َك››انَ لِاْل ِ ْن َس›ا ِن َع› ُد ًّوا ُّمبِ ْينًا‬
٥٣

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 9
"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: Hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang lebih baik, sesungguhnya syaithan itu menimbulkan perselisihan di
antara mereka." (Al-Isra : 53)
Dan beberapa hadits Nabi yang melarang hal tersebut di antaranya: Hadits Abu
Dawud Tsabit bin ad-Dhahak berbunyi : ”Melaknat seorang mukmin adalah seperti
membunuhnya." (Mutafaqun ‘alaihi) 
Hadits dari Abu Hurairah berbunyi : "Tidak pantas bagi seorang shiddiq (orang
yang mengikuti kebenaran) menjadi tukang laknat." (HR Muslim)
Dan Hadits dari Abu Darda' berbunyi : "Tukang-tukang laknat tidak akan menjadi
pemberi syafaat dan pemberi kesaksian pada hari kiamat." (HR Muslim)
Hadits Abdullah bin Mas'ud berbunyi : "Seorang mukmin bukanlah tukang cela dan
tukang laknat dan bukanlah orang yang suka berkata keji lagi kotor." (HR Tirmidzi) ;
Hadits ini dicantumkan oleh Syaikh al-Albani di dalam kitab beliau Shahih Jami'
Tirmidzi no 610 dan Silsilah Hadits Shahih no 320 
Di dalam Silsilah Hadits Shahih tercantum sebuah hadits yang berbunyi  : "Apabila
sebuah laknat terucap dari mulut seseorang, maka ia (laknat itu) akan mencari
sasarannya. Jika ia tidak menemukan jalan menuju sasarannya, maka ia akan kembali
kepada orang yang mengucapkannya."
Hakekat laknat adalah menjauhkan sesuatu dari rahmat Allah. Seseorang yang
melaknat berarti telah menyatakan bahwa sesuatu telah dijauhkan dari rahmat Allah,
padahal itu termasuk perkara gaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Maka
perbuatan seperti ini termasuk berdusta dan mengada-ada atas nama Allah Dalam sebuah
hadits dari Abu Hurairah ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah bersabda,
"Dahulu kala ada dua orang Bani Israil yang bersaudara. Salah seorang di antara
keduanya sering berbuat dosa, sedangkan yang lain tekun beribadah. Yang tekun
beribadah selalu mendapati saudaranya berbuat dosa, ia berkata, ‘Tahanlah dirimu dari
perbuatan dosa!' Pada suatu hari, ia melihat hal serupa, ia berkata, ‘Tahanlah dirimu.'
Saudaranya berkata, ‘Biarkan aku bersama Rabbku! Apakah engkau diutus sebagai
pengawasku?' Maka ia pun berkata kepada saudaranya tersebut, ‘Demi Allah, Allah tidak
akan mengampunimu atau demi Allah, Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam surga.'
Kemudian ruh keduanya dicabut, lalu bertemu kembali di hadapan Allah Rabbul
‘Alamin. Allah berkata kepada yang tekun beribadah, ‘Apakah engkau mengetahui
tentang Aku? Atau apakah engkau berkuasa atas apa yang ada ditangan-Ku?' Kemudian
Allah berkata kepada saudaranya, ‘Masuklah ke dalam surga dengan rahmat-Ku.' Dan
Allah berkata kepadanya, ‘Seret ia ke neraka!'"
Abu Hurairah berkata, "Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, orang tersebut
telah mengatakan sebuah kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya." (HR Abu
Dawud dengan sanad hasan) Cobalah perhatikan kalimat yang diucapkan oleh seorang
ahli ibadah tadi ternyata lebih besar daripada dosa yang dilakukan saudaranya, karena ia
berani bersumpah atas nama Allah. Hanya Allah sajalah yang dimintai pertolongan-Nya.
Merupakan musibah besar jika seseorang berani melaknat ibunya. Para sahabat sempat
menganggap mustahil perbuatan seperti itu, lalu Rasulullah menjelaskan maksudnya
kepada mereka, yaitu dengan mencela ayah ibu orang lain hingga orang tersebut mencaci
ayah ibunya.(Muttafaqun ‘alaihi)

 9. Al Ghina' wasy-syi'r (Bernyanyi dan bersyair)

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 10
Allah berfirman :
ٰۤ ُ ۗ ‫هّٰللا‬
‫ك لَهُ ْم‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫›ر ِع ْل ۖ ٍم َّويَتَّ ِخ› َذهَا هُ› ُز ًوا ا‬
ِ ›‫ُض› َّل ع َْن َس›بِ ْي ِل ِ بِ َغ ْي‬ ِ ‫اس َم ْن يَّ ْشت َِريْ لَ ْه› َو ْال َح› ِد ْي‬
ِ ‫ث لِي‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
٦ ‫َع َذابٌ ُّم ِهي ٌْن‬
"Dan di antara manusia (ada) yang mempergunakan lahwul hadits untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah
itu bahan olok-olokan." (Luqman: 6)
Mengenai ayat ini Ibnu Abbas ra berkata bahwa Lahwal hadist dalam ayat ini
berarti "Nyanyian". Ibnu Mas'ud r.a menerangkan bahwa Lahwal hadist itu adalah al-
Ghina (nyanyian).
Allah berfirman :
٦٠ َ‫ َوتَضْ َح ُكوْ نَ َواَل تَ ْب ُكوْ ۙن‬٥٩ َ‫ْجبُوْ ۙن‬ ِ ‫اَفَ ِم ْن ٰه َذا ْال َح ِد ْي‬
َ ‫ث تَع‬
"Maka apakah kamu merasa heran dengan pemberitaan ini dan kamu
mentertawakan dan tidak menangis sedang kamu bernyanyi-nyanyi." (An-Najm : 59-60)
Kata Ikrimah r.a dari Ibnu Abbas r.a bahwa kata "As-Sumud" dalam akhir ayat ini
berarti Al-Ghina menurut dialek Himyar. Dia menambahkan bahwa jika mendengar Al-
Qur'an dibacakan, mereka bernyanyi-nyanyi, maka turunlah ayat ini.
Dalam hadits sahih yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari sahabat Abi Amir dan
Abi Malik Al Asy'ari Rasulullah saw bersabda : "Akan muncul dari kalangan ummatku
sekelompok orang yang menghalalkan farj (perzinahan), sutera, khamar dan alat-alat
musik." (lihat Fatul Bari, 10/51).
Nyanyian dan musik merupakan dua pintu yang dilalui setan untuk merusak hati
dan jiwa. Kaitannya dengan hal itu, Imam Al-Hafiz Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata:
"Diantara tipu daya setan - musuh Allah - dan diantara jerat yang dipasangnya untuk
orang yang sedikit ilmu, akal dan agamanya, sehingga orang yang bersangkutan tersebut
terjebak kedalamnya untuk mendengarkan kidung dan nyanyian yang diiringi musik yang
diharamkan. Satu hal yang mengherankan adalah sebagian manusia yang mengaku
memiliki konsentrasi untuk ibadah justru telah menjadikan nyanyian, tarian dan lagu-lagu
lain sebagai wahana untuk beribadah sehingga mereka meninggalkan Al-Qur'an.
Ibnu Qayyim dalam kitabnya "Ighatsatul-Lahfan min Mashayidisy-Syaithan"
menamai nyanyian seperti itu dengan sepuluh nama, yaitu: lahwun (main-main), laghwun
(pekerjaan sia-sia), zuur (kebathilan), muka (siulan), tasydiah (tepuk tangan), ruqyatuz-
zina (jimat dalam perzinahan), pedomannya setan, penumbuh nifak didalam hati, suara
kedunguan, suara yang penuh dosa, suara setan atau seruling setan.
Ada beberapa nyanyian yang diperbolehkan yaitu : Menyanyi pada hari raya. Hal
itu berdasarkan hadits A'isyah: "Suatu ketika Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam masuk
ke bilik 'Aisyah, sedang di sisinya ada dua orang hamba sahaya wanita yang masing-
masing memukul rebana (dalam riwayat lain ia berkata: "... dan di sisi saya terdapat dua
orang hamba sahaya yang sedang menyanyi."), lalu Abu Bakar mencegah keduanya.
Tetapi Rasulullah malah bersabda: "Biarkanlah mereka karena sesungguhnya masing-
masing kaum memiliki hari raya, sedangkan hari raya kita adalah pada hari ini." (HR.
Bukhari)
Menyanyi dengan rebana ketika berlangsung pesta pernikahan, untuk
menyemarakkan suasana sekaligus memperluas kabar pernikahannya. Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda : "Pembeda antara yang halal dengan yang haram adalah
memukul rebana dan suara (lagu) pada saat pernikahan." (Hadits shahih riwayat Ahmad).
Yang dimaksud di sini adalah khusus untuk kaum wanita. Nasyid Islami (nyanyian Islami

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 11
tanpa diiringi dengan musik) yang disenandungkan saat bekerja sehingga bisa lebih
membangkitkan semangat, terutama jika di dalamnya terdapat do'a.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyenandungkan sya'ir Ibnu Rawahah
dan menyemangati para sahabat saat menggali parit. Beliau bersenandung: "Ya Allah
tiada kehidupan kecuali kehidupan akherat maka ampunilah kaum Anshar dan
Muhajirin." Seketika kaum Muhajirin dan Anshar menyambutnya dengan senandung
lain:  "Kita telah membai'at Muhammad, kita selamanya selalu dalam jihad." Ketika
menggali tanah bersama para sahabatnya, Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga
bersenandung dengan sya'ir Ibnu Rawahah yang lain: "Demi Allah, jika bukan karena
Allah, tentu kita tidak mendapat petunjuk, tidak pula kita bersedekah, tidak pula
mengerjakan shalat. Maka turunkanlah ketenangan kepada kami, mantapkan langkah dan
pendirian kami jika bertemu (musuh) Orang-orang musyrik telah mendurhakai kami, jika
mereka mengingin-kan fitnah maka kami menolaknya." Dengan suara koor dan tinggi
mereka balas bersenandung "Kami menolaknya, ... kami menolaknya." (Muttafaq 'Alaih)

10. Attaqo'ur fil kalaam (Berfasih-fasih dalam berbicara untuk menarik perhatian)


Salah satu modal untuk dapat diterima dalam menjalin hubungan dengan orang lain
adalah menarik perhatian. Untuk itu kerap kali orang berakting untuk mendapatkan
perhatian orang lain. Namun kadang orang sering kebablasan dalam akting yang
dimainkan, sehingga sering dijuluki over acting, sok gagah, sok fasih. Misalnya saja ada
orang yang sering menggunakan action Inggris untuk menunjukkan bahwa dia dapat
berbahasa Inggris. Atau dengan action Arab untuk menunjukkan dia dapat berbahasa
Arab, walaupun pada kenyataannya tidak. Pernah dalam kampanye Pemilu seorang
jurkam sebuah parpol besar (dengan penuh semangat berpidato di hadapan massanya)
berkata," Saudara-saudara parpol kami sangat berempati dan antonius dengan nasib
rakyat jelata..." (Maksudnya mungkin antusias).

 11.Ifsyaa'ussirri (Membocorkan rahasia)


Mudrik bin 'Aun Al-Ahmas berkata : "Ketika aku berada di sisi Umar radhiyallahu
'anhu, datanglah utusan An-Nu'man. Umar radhiyallahu 'anhu pun menanyakannya
tentang keadaan pasukan. Utusan itu menyebutkan orang-orang yang terluka dan
terbunuh di Nahawand, ia berkata: "Si Fulan bin Fulan, Fulan bin Fulan dan lain-lain
yang tidak engkau kenal. Umar radhiyallahu 'anhu berkata : "Akan tetapi Allah
Subhanahu wa Ta'ala mengetahui mereka." Dalam riwayat lain disebutkan: "Akan tetapi
Dzat Yang telah mengkaruniakan mereka syahadah (mati syahid) mengetahui wajah dan
nasab mereka."
Hubungan istri adalah hubungan yang khas, dimana keduanya bisa saling
meleburkan diri menjadi satu kesatuan. Di sana ada cinta, juga kasih dan sayang.
Karenanya, dalam kehidupan suami istri pasti terjadi hubungan intim yang tidak ada
orang lain yang mengetahuinya, kecuali mereka berdua. Saat-saat itu suami mencurahkan
segala kasih sayangnya kepada istri, demikian juga sebaliknya.
Hubungan yang demikian, sekalipun berbaur antara cinta dan nafsu tapi Allah telah
mensakralkannya. Hubungan itu suci dan berpahala. Hunbungan itu baru ternoda jika ada
salah seorang di antaranya, baik suami atau istri yang membuka rahasia mereka berdua
kepada orang lain. Baik karena ingin mengungkapkan rasa bahagianya maupun karena
rasa kecewa.

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 12
Membuka rahasia rumah tangga kepada pihak lain sama sekali tidak mendatangkan
keuntungan, justru bencana dan malapetaka. Rumah tangga bisa berantakan karena salah
satu pihak merasa tersinggung dan terhina karenanya. Kehidupan rumah tangga
terganggu, bahkan tidak tertutup kemungkinan jika kemudian masalahnya berkembang
sampai akhirnya terjadi perceraian.
Jika anggota badan yang terluka bisa dijahit dan diperban. Akan tetapi jika hati
yang terluka bisa dibawa sampai mati. Hari ini bisa ditekan, tapi besok bisa muncul
kembali. Itulah sebabnya kenapa kita harus menjaga rahasia istri atau suami.
Dari Abu Said Al-Khudri ra beliau berkata: Rasulullah saw bersabda :
"Sesungguhnya sejelek-jelek orang di sisi Allah pada hari qiamat kelak adalah suami
yang sudah mencurahkan segala kasih sayangnya kepada istrinya dan istrinya pun sudah
menyerahkan segala kasih sayangnya kepadanya, kemudian dia (suami) menyebarkan
rahasia istrinya (dan istrinya membuka rahasia suaminya).” (HR. Muslim)
 
 12.  Alkadzibu (Dusta atau berbohong dalam perkataan, janji dan sumpah)
Allah SWT berfirman
ْ َّ‫ت هّٰللا ِ فَه َُو خَ ْي ٌر لَّهٗ ِع ْن › َد َرب ٖ ِّۗه َواُ ِحل‬
›‫ت لَ ُك ُم ااْل َ ْن َع››ا ُم اِاَّل َما يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم فَ››اجْ تَنِبُوا‬ َ ِ‫ٰذل‬
ِ ٰ‫ك َو َم ْن يُّ َعظِّ ْم ُحرُم‬
٣٠ ۙ ‫الزوْ ِ›ر‬ ُّ ‫س ِمنَ ااْل َوْ ثَا ِن َواجْ تَنِبُوْ ا قَوْ َل‬ َ ْ‫الرِّج‬
"Hendaklah kita menjauhi perkataan-perkataan dusta."  (Al-Hajj : 30)
Dalam peribahasa mengatakan, "kerana lidah (mulut) badan binasa"  ini
mengingatkan kita untuk hidup dalam suasana yang tenteram, aman dan damai,
hendaklah diawasi lidah kerana melalui tutur kata akan menjadi lebih benar, beradab dan
bahasanya lebih santun.
Suka berbohong bukan saja menimbulkan kemarahan orang yang mendengarnya,
malah menimbulkan implikasi buruk kepada si pembohong itu sendiri.  Dari Abu
Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w. bersabda : "Tidak beriman seseorang dengan
sempurna sehingga ditinggalkan pembohongan walaupun senda gurau, bersengketa atau
perbalahan."
Tabiat suka berbohong termasuk dalam kategori dosa besar setelah syirik
(menyekutukan Allah) dan durhaka terhadap kedua orang tua. Ini ditegaskan dalam sabda
Rasulullah saw : "Maukah aku tunjukkan perihal dosa-dosa besar? Kami menjawab: Ya,
tentu mau wahai Rasulullah. Rasulullah menjelaskan: Menyektukan Allah, durhaka
kepada kedua orang tua. Oh ya, (ada lagi) yaitu perkataan dusta." (Riwayat Muttafaq
Alaih)
Berkata Imam Nawawi di kitabnya Al-Adzkar (halaman 326): "Ketahuilah!
Sesungguhnya menurut madzhab Ahlus Sunnah bahwa dusta itu ialah : Mengkabarkan
tentang sesuatu yang berlainan (berbeda/menyalahi) keadaannya. Baik dilakukan dengan
sengaja atau karena kebodohan (tidak sengaja), akan tetapi tidak berdosa kalau karena
kebodohan (tidak sengaja) dan berdosa kalau dilakukan dengan sengaja".
 
13. Al Ghiibah (Menceritakan keburukan orang lain)
Dalam sebuah perjalanan ke suatu daerah, para sahabat diatur agar setiap dua
orang yang mampu, membantu seorang yang tak mampu (tentang makan-minum).
Kebetulan Salman Al Farisi diikutkan pada dua orang, tetapi ketika itu ia lupa tidak
melayani keperluan keduanya. Ia disuruh minta lauk pauk kepada Rasulullah saw. Dan

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 13
setelah ia berangkat, keduanya berkata, "Seandainya ia pergi ke sumur, pasti surutlah
sumurnya."
Sewaktu Salman menghadap, beliau bersabda, "Sampaikan kepada kedua
temanmu bahwa kalian sudah makan lauk pauknya." Setelah ia menyampaikan kepada
mereka berdua, lalu keduanya menghadap kepada Nabi saw dan katanya, "Kami tidak
makan lauk pauk dan seharian kami tidak makan daging." Kemudian Rasulullah
bersabda, "Kalian telah mengatakan saudaramu (Salman) begini-begitu. Maukah kalian
memakan daging orang mati?" Mereka menjawab, "Tidak!" "Jika kalian tidak mau
makan daging orang mati, maka janganlah kalian ghibah mengatakan kejelekan orang
lain, sebab yang demikian itu berarti memakan daging saudaranya sendiri."
Menurut Ibnu Abbas, kisah tersebut yang melatarbelakangi diturunkannya surat
Al-Hujarat : 12
ُ ‫ْض الظَّنِّ اِ ْث ٌم َّواَل تَ َجس‬
ُ ‫َّس›وْ ا› َواَل يَ ْغتَبْ بَّع‬
‫ْض› ُك ْم‬ َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ››وا اجْ تَنِبُ››وْ ا َكثِ ْي›رًا ِّمنَ الظَّ ۖنِّ اِ َّن بَع‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
١٢ ‫َّح ْي ٌم‬ ِ ‫بَ ْعض ًۗا اَي ُِحبُّ اَ َح ُد ُك ْم اَ ْن يَّْأ ُك َل لَحْ َم اَ ِخ ْي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموْ ۗهُ َواتَّقُوا َ ۗاِ َّن َ تَ َّوابٌ ر‬
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (buruk), karena
setengahnya itu dosa, dan janganlah menyelidiki kesalahan orang lain, dan jangan pula
setengah kamu menggunjing (ghibah) atas sebagian yang lainnya. Maukah seseorang di
antara kamu makan daging saudaranya yang mati? Pasti kamu jijik (tidak mau).
Bertaqwalah kepada Allah, bahwasannya Allah menerima taubat lagi Penyayang."
Dari Ali bin Ibrahim, dari ayahnya, dari An-Naufal, dari Al-Sakkuni, dari Abu
Abdillah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda : ”Kerusakan yang dilakukan oleh ghibah
(mengumpat/memfitnah) pada iman seorang mukmin lebih cepat daripada kerusakan
yang disebabkan oleh penyakit aklah (penyakit yang memakan daging di tubuh manusia)
pada tubuhnya.”
Diriwayatkan dari Abu Dzar berkata: Ya Rasulullah, apakah ghibah itu? Rasul
menjawab : ”Menyebutkan tentang saudaramu akan sesuatu yang membuat dia merasa
jijik.” Aku berkata: Ya Rasulullah, bagaimana jika hal tersebut memang ada pada
dirinya? Rasul menjawab: Ketahuilah, bahwa menyebut tentang sesuatu yang memang
ada pada dirinya, berarti kamu telah mengumpatnya. Abu Dzar berkata : Nabi SAW
bersabda : Ghibah merupakan suatu dosa yang lebih besar daripada berzina. Kataku :
Bagaimana itu, ya Rasulullah? Rasul menjawab : ”Itu karena orang yang berzina, jika
dia bertobat kepada Allah, Allah menerima tobatnya. Namun ghibah tidak diampuni oleh
Allah, hingga korban daripada ghibah mengampuninya.”

 14. Al-madhu (Sanjungan yang menjerumuskan)


Imam Ats-Tsauri menuturkan: "Apabila engkau bukan termasuk orang yang
takjub terhadap diri sendiri, hal lain yang perlu diingat ialah; hindarilah sifat senang
disanjung orang." Maksudnya bukan orang lain tidak boleh memuji perbuatanmu itu,
tetapi janganlah kamu meminta pujian dari orang lain. Hendaknya engkau selalu
berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala (dengan selalu mengingatnya).
Dalam sebuah hadits disebutkan : "Barangsiapa yang mencari ridha Allah
Subhanahu wa Ta'ala, meskipun menimbulkan kemarahan manusia, niscaya Allah
Subhanahu wa Ta'ala akan meridhainya dan akan membuat manusia ridha terhadapnya.
Dan barangsiapa yang mencari kesenangan manusia, hingga membuat Allah murka
maka Allah murka kepadanya dan membuat manusia murka terhadapnya." (HR. At-
Tirmidzi).

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 14
Jenis pujian lain adalah memuji diri sendiri atas kekurangan yang ada padanya.
Ini termasuk rekomendasi terhadap diri sendiri. Sebagian orang sengaja memuji diri
sendiri di hadapan orang banyak. Padahal Allah SWT telah berfirman :
ۤ
َ ›ُ‫›ر ۗ ِة ه‬
‫›و اَ ْعلَ ُم بِ ُك ْم اِ ْذ اَ ْن َش›ا َ ُك ْم‬ َ ›ِ‫اس› ُع ْال َم ْغف‬
ِ ‫ش اِاَّل اللَّ َم ۙ َم اِ َّن َربَّكَ َو‬ َ ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَجْ تَنِبُوْ نَ َك ٰب ِٕى َر ااْل ِ ْث ِم َو ْالفَ› َوا ِح‬
٣٢ ࣖ ‫ض َواِ ْذ اَ ْنتُ ْم اَ ِجنَّةٌ فِ ْي بُطُوْ ِن اُ َّم ٰهتِ ُك ۗ ْم فَاَل تُ َز ُّك ْٓوا› اَ ْنفُ َس ُك ۗ ْم ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ِن اتَّ ٰقى‬
ِ ْ‫ِّمنَ ااْل َر‬
"Janganlah kamu menganggap diri kamu suci" (An-Najm: 32).
Dan perbuatan tadi termasuk menganggap suci diri sendiri. Rabbah Al-Qaisi
pernah ditanya: "Apakah yang dapat merusak amalan seseorang?" Beliau menjawab:
"Sanjungan orang dan lupa terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberi
nikmat"
Seorang penyair berkata:
Sungguh aneh orang yang memuji dirinya sendiri
Namun tidak menyadari bahwa pujiannya itu sendiri adalah kekurangan
dirinya
Seorang pemuda memuji diri atas kekurangan yang ada padanya,
Menyebut-nyebut aibnya sendiri hingga diketahui kejelekannya
Pujian sesekali perlu diberikan. Hal ini membuat orang lain berusaha untuk
bekerja lebih baik lagi. Karena, pada dasarnya semua orang mendambakan penghargaan
walaupun hanya berupa kata-kata pujian.
Rasulullah saw. memberikan reward kepada para sahabatnya selalu disertai doa.
Misalnya Saad Bin Abi Waqash pernah didoakan Rasulullah tentang dua hal yaitu kalau
berdoa pasti dikabulkan Allah dan kalau memanah pasti kena sasaran. Inilah sanjungan
yang dilandasi persahabatan yang dibangun atas dasar cinta kepada Allah.
Biasanya kita dapati pada masyarakat yang budaya paternalistiknya sangat kuat;
budaya ‘Asal Bapat Senang'; budaya Yes Man dan sebagainya. Berbagai gelar, acap kali
disematkan sebagai tanda loyalnya bawahan terhadap atasan, misalnya Bapak Revolusi,
Wali ul Amri, Bapak Pembangunan dan banyak bentuk-bentuk sanjungan yang pada
akhirnya justru akan menghancurkan orang tersebut. Seperti Firaun yang selalu
disanjung, dipuja oleh rakyatnya dan pada gilirannya Firaun mendeklarasikan dirinya
sebagai tuhan. Dan kita tahu bagaimana akhir dari kehidupan Firaun itu sangat tragis dan
mengenaskan. Dan hanya Allah yang pantas mendapat segala jenis sanjungan dan pujian.

 15. Assukhriyah wal istihza'  (Menyebutkan hal yang bikin malu - kejelekan diceritakan
untuk ditertawakan)
Menjelang perpisahannya dengan Nabi Musa as, Nabi Khidir as, memberi nasihat,
"Hai Musa, janganlah terlalu banyak bicara, dan jangan pergi tanpa perlu, dan jangan
banyak tertawa, juga jangan mentertawakan orang yang berbuat salah, dan tangisilah
dosa-dosa yang telah kamu perbuat, hai putra Ali 'Imran." (Tanbighul Ghafilin: 192-193).
Tertawa, tentu saja, bukanlah sesuatu yang dilarang. Siapa saja boleh tertawa
selagi ingin. Dengan tertawa menunjukkan, bahwa seseorang sedang dalam keadaan
senang.
Bahkan tertawa bisa menjadi ilham bagi seorang penulis untuk membuat sebuah
buku. Akan tetapi, tertawa dalam pengertian mengeluarkan suara meledak-ledak oleh
sebab rasa suka, geli apalagi mengandung unsur menghina seseorang, ini akan lain
ceritanya.

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 15
Tidak didapati dalam ajaran di luar Islam yang mengatur tata hidup sedemikian
rupa, hingga masalah tertawa.
Allah swt berfirman :
٨٢ َ‫فَ ْليَضْ َح ُكوْ ا› قَلِ ْياًل َّو ْليَ ْب ُكوْ ا َكثِ ْير ًۚا َجزَ ۤا ۢ ًء بِ َما َكانُوْ ا يَ ْك ِسبُوْ ن‬
"Maka hendaklah mereka sedikit tertawa dan banyak menangis sebagai
pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan." (QS. At-Taubah:82).
Dalam salah satu haditsnya Rasulullah saw bersabda : "Seandainya kamu
mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa, ...." (HR.Abu Dzar
ra) . Rasulullah saw tidak pernah tertawa, kecuali hanya tersenyum, tidak menoleh
kecuali dengan wajah penuh (maksudnya: tidak melirik). (Ja'far Auf, Mas'ud dari Auf
Abdillah)
Berdasarkan hadits di atas, sebagian ulama berpendapat bahwa tersenyum itu
hukumnya sunah, sedang tertawa terbahak-bahak makruh. Maka bagi mereka yang tetap
ingin sehat akalnya, seyogyanya menjauhi tertawa dengan cara demikian (terbahak-bahak
atau meledak-ledak), kata Al-Faqih Abu Laits Samarqandi. Dengan kata lain, orang yang
tidak bisa mengendalikan diri dan gemar tertawa, akan membuat fungsi akalnya
terganggu, lengah dan lupa diri, yang berarti membuka pintu bagi syetan untuk masuknya
godaan. Dalam surat An-Najm (53): 59-61 Allah memperingatkan,
٦١ َ‫ َواَ ْنتُ ْم ٰس ِم ُدوْ ن‬٦٠ َ‫ َوتَضْ َح ُكوْ نَ َواَل تَ ْب ُكوْ ۙن‬٥٩ َ‫ْجبُوْ ۙن‬ ِ ‫اَفَ ِم ْن ٰه َذا ْال َح ِد ْي‬
َ ‫ث تَع‬
"Apakah dengan ajaran ini, kalian ta'ajub (heran)? Kamu tertawa dan tidak
menangis. Sedangkan kalian lengah." (An-Najm : 59-61)
Ibnu Abbas ra berkata, "Barangsiapa tertawa di saat berbuat maksiat, maka akan
bercucuran tangis di neraka."  Tertawa yang berlebihan, termasuk di antara 3 perkara
yang menyebabkan hati seorang menjadi bebal dan membatu. Sedang dua penyebab yang
lainnya yaitu : belum lapar sudah makan lagi dan gemar omong kosong (bicara ke sana
kemari yang tak berguna). Terkadang kita mendapati seseorang yang kesibukannya
membuat orang tertawa-tawa, sehingga bukan semata menjadi hiburan hati, tapi sudah
mengarah pada membuat orang menjadi lengah dan lupa.
Kepada yang berbuat seperti ini Rasulullah saw memberi peringatan : "Celakalah orang
yang berdusta supaya ditertawakan orang lain. Celakalah dia, celakalah dia!" (HR.
Tirmidzi)

16. An-namiimah (Adu domba atau menghasut)


Adu domba merupakan perangai tercela yang menanamkan dendam diantara
manusia, ini merupakan sifat yang dibenci setiap muslim dan muslimah. Sifat yang buruk
ini tidak boleh diremehkan, karena diantara ciri-ciri adu domba dan yang telah ditetapkan
baginya, bahwa ia bisa memisahkan seseorang dengan kerabatnya, seseorang dengan
teman-temannya, bahkan dirinya dengan anggota saudaranya sendiri.
Adu domba bisa menimbulkan tindak pembunuhan, bahkan peperangan antara
dua kabilah. Di dalam masyarakat kita banyak terdapat peristiwa yang menunjukkan
betapa besar akibat yang ditimbulkan adu domba. Sedangkan istri yang ideal mempunyai
sikap yang pasti dalam menghadapi adu domba sesuai dengan hukum syari'at tentang adu
domba, bahwa nabi perbah bersabda :
‫الَ يَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ نَ َّما ٌم‬
"Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba." (muttafaq alaihi).

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 16
17. Al khotho' fi daqo-iqul kalaam (Bertanya yang bukan-bukan, hingga memberatkan
orang yang menjawab)
Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, menceritakan bahwasanya di mendengar
Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda :
َ ›َ‫اس›تَطَ ْعتُ ْم ِإنَّ َم››ا َأ ْهل‬
‫ك َم ْن‬ ْ ‫َما نَهَ ْيتُ ُك ْم فَاجْ تَنِب ُْوهُ َو َما َأ َمرْ تُ ُك ْم بِ ِه فَاْئتُ ْوا ِم ْن›هُ َم›ا‬
‫لى َأ ْنبِيَا ِء ِه ْم‬
َ ‫اختِالَفُهُ ْم َع‬ ْ ‫ان قَ ْبلَ ُك ْم َك ْث َرةُ سَُؤ الِ ِه ْم َو‬
َ ‫َك‬
"Apa yang aku larang kalian dari (mengerjakan)-nya maka jauhilah ia, dan apa
yang aku perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan
kemampuan kalian, karena sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang yang
sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan-pertanyaan mereka (yang mereka
ajukan) dan perselisihan mereka dengan para Nabi-Nabi (yang diutus kepada) mereka".
(H.R.Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits tersebut kita diperintahkan untuk melakukan apa yang diperintahkan
oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam dan menjauhi apa saja yang dilarang oleh
beliau. Larangan tersebut dimaksudkan agar kita tidak terjebak dengan apa yang telah
menimpa umat-umat terdahulu yang hancur dan binasa gara-gara terlalu banyak bertanya
kepada Nabi-Nabi mereka tentang sesuatu yang tidak ada faedahnya begitu juga
seringnya mereka berselisih dan membantah Nabi-Nabi mereka tersebut.
Secara global, barangsiapa yang melakukan apa yang diperintahkan oleh Nabi
saw dan menjauhi apa yang dilarang oleh beliau dan memfokuskan diri pada apa yang
diperintahkan kepadanya, terlepas dari yang lainnya maka dia akan mendapakan
keselamatan di dunia dan akhirat sedangkan orang yang berbuat sebaliknya dengan
menyibukkan dirinya berdasarkan pertimbangan logika dan perasaan semata, maka dia
telah terjerumus kedalam apa yang dilarang oleh Nabi saw sama seperti halnya Ahlul
Kitab yang binasa lantaran terlalu banyak bertanya dan berselisih dengan para Nabi
mereka dan ketidaktundukan serta ketidakta'atan mereka kepada para Rasul yang diutus
kepada mereka.

 4. MENJAUHI BAHAYA LIDAH


1. Menjaga mulutnya agar tidak kemasukan barang haram.
2. Menjaga mulutnya agar tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya
dikatakan.
Masuk keluarnya sesuatu dari mulut itu harus benar-benar dijaga, sebab letak
keselamatan manusia, dunia dan akhiratnya itu terletak pada kemampuannya untuk
menjaga hal tersebut di atas.
Abu Bakar ash-Shiddiq, khalifah pertama pengganti Rasulullah pernah
meletakkan tongkat di mulutnya untuk menjaga ucapannya. Lalu ia menunjuk
lisannya seraya berkata: "Inilah yang dapat mengeluarkanku dari tempat tempat
keluar (maksudnya: keluar dari batas-batas kebenaran)."
Sebagai khalifah, Abu Bakar dikenal orang yang paling hemat dalam berbicara.
Ketika ditunjuk menjadi khalifah, ia hanya berpidato sebentar.
Meskipun pidatonya sebentar, tapi kata-katanya dihafal oleh para sahabat, juga
kaum muslimin hingga sekarang. Singkat tapi padat. Penuh arti dan konsisten. Apa
yang dikatakan, itulah yang ada di dalam pikiran dan perasaannya. Antara ucapan dan

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 17
tindakannya tidak terdapat perbedaan. Antara ucapannya hari ini dan besok tidak
saling bertentangan.
Meskipun Abu Bakar memerintah kaum muslimin dalam tempo yang amat
singkat, tapi banyak hal yang bisa diselesaikan. Ancaman disintegrasi (pemurtadan),
kerusuhan rasial antar suku dan golongan, dan berbagai gejolak dalam negeri segera
dapat diatasi, bukan dengan kata-kata, tapi tindakan. Bukan dengan lelucon, humor,
apalagi gaya ketoprakan.
Pemimpin model Abu Bakar inilah yang kita nantikan saat ini untuk memimpin
bangsa Indonesia menuju gerbang masa depan.
Semua pemimpin seharusnya dapat menahan diri dari perkataan yang tidak benar,
mengandung fitnah, dan adu domba. Mereka harus menahan diri dari ucapan yang
dapat menyakiti atau melukai perasaan orang lain, walaupun mengandung substansi
yang benar. Pemimpin adalah orang yang hemat berbicara, sedikit berkata-kata, dan
berbicara seperlunya saja.

_________________________________
Materi tazkiyah Tamhidi, pb bahaya lidah 18

Anda mungkin juga menyukai