Anda di halaman 1dari 30

PROSES PERIWAYATAN HADITS DARI MASA RASUL

SAMPAI MASA PEMBUKUAN HADITS

Abdul Aris Nursyaban – 2210040001


Pendidikan Agama Islam

PROGRAM PASCA SARJANA


UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN 2021
Ilmu dan Hadits Tarbawi

Mempelajari suatu materi obyek dari macam-macam


ilmu haruslah dibarengi dengan mempelajari sejarah
tumbuh dan perkembangan dari ilmu tersebut.

 Dalam hal ini mempelajari Matakuliah Ilmu dan


Hadits Tarbawi , maka harus mendalami dari hadits
dan ilmu hadits, sehingga dapat mengetahui tentang
sikap dan tindakan umat terhadap hadits serta usaha
bagi pembinaan dan pemeliharaan hadits tersebut.
Sejarah Perkembangan Hadits

Hadits merupakan sumber ajaran islam kedua setelah Al-


Quran.
Istilah hadits biasanya mengacu pada segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa sabda,
perbuatan, persutujuan, dan sifatnya (fisik maupun psikis),
baik yang terjadi sebelum maupun setelah kenabiannya.
Yang dimaksud dengan perkembangan hadits adalah
masa atau periode-periode yang telah dilalui oleh hadits
semenjak dari masa lahirnya dan tumbuh dalam
pengenalan, penghayatan dan pengamalan umat dari
generasi ke generasi (Endang,2008:29).
Pengertian Hadits

Nabi = Marfu’ Sahabat = Mauquf

Qaol Sahabat = Atsar Qaol Tabiin = Khobar


Periwayatan Hadits

• Proses Transformasi Hadits


diterima oleh sahabat dengan
mendengar ucapan melihat
perbuatan, kemudian dipelihara
Riwayah
dalam hafalan, tulisan, dan amalan
selanjutnya disampaikan secara
lisan dan tulisan kepada sahabat
yang lain dan tabiin-tabiin
• Kaidah tentang rawi, sanad, matan
Diroyah untuk mengetahui kualitas Maqbul
(diterima) atau mamdud (ditolak)
Periwayatan Hadits

Riwayah Diroyah
Bersifat Deskriftif/Penggambaran Bersifat Analitik/Berfikir

Riwayah
Prosesnya Alamiah,
Diroyah
Proses Menilai Rawi, Sanad, Matan,
Sejak Zaman Nabi – 500 H Dari tahun 500 H - kapanpun

Riwayah Diroyah
Hasil Diketahuinya kualitas hadits maqbul dan
Terkoleksinya Hadits pada Kitab Hadits mamdud
Sejarah Perkembangan Hadits

 obyek pembahasan dan penelaahan sejarah hadits adalah :


1. Tentang periode perkembangan hadits dengan
mendalami mengenai ciri-ciri dari setiap periode,
memperhatikan keadaan masyarakatnya serta pengaruh
timbal balik antara hadits dan masyarakat tempat
berkembangnya hadits
2. Tentang biografi Muhaditsin yaitu perawi, pentadwin,
penghafizh (Hasbi,1973:13-14)
Periodesasi Sejarah Perkembangan Hadits

 Menurut M.M.Azami dan Ajjaj al-khatib membagi-nya


dalam dua periode, dan Muhammad Abd al-Ra’uf
membaginya ke dalam lima periode, sedangkan Hasbi
Ash-Shiddieqy membaginya dalam tujuh periode

 Sepeninggal Nabi Muhammad SAW, kalangan sahabat


sangat berhati-hati dalam menerima dan meriwayatkan
hadits. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya menjaga
kemurnian al-Qur’an agar tidak tercampur dengan hadits,
selain itu juga untuk menjaga keorisinalitas hadits tersebut.
‫‪Hasbi Ash-Shiddieqy,‬‬
‫‪Membaginya dalam 7 Periode‬‬

‫َص ُر ْا َ‬
‫لو ْح ِي‬ ‫ع ْ‬
‫ْ‬
‫َوالتَّك ِو ْين‬

‫ح وا ْل َج ْم ِع‬ ‫َص ُرالش َّْر ِ‬ ‫ع ْ‬


‫ض َع ِة‬ ‫ْ‬
‫ج َوالبِ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬
‫َوالتخ ِر ْي ِ‬ ‫َص ُر التَّثَ ُّب ِ‬
‫ت‬ ‫ع ْ‬
‫ع َِن ال َّرا ِويَ ِة‬ ‫َوااْل ِ ْقالَ ِل ِمنَ ال َّرا ِويَة‬
‫َوال َّز َواِئ ِد‬

‫َص ُر التَّ ْه ِذ ْي ِ‬
‫ب‬ ‫ع ْ‬ ‫َص ُر ااْل ِ ْنتِشَا ِر‬
‫ب‬ ‫ي‬ ‫ت‬‫َّر‬ ‫ت‬‫ال‬‫و‬ ‫ع ْ‬
‫َ ْ ِْ ِ‬ ‫صا ِر‬ ‫َ‬ ‫اْل‬
‫اك وا ْل َج ْم ِع‬ ‫ال َّرا ِويَ ِ ِ َ ْ َ‬
‫م‬ ‫ا‬ ‫لى‬ ‫ا‬ ‫ة‬
‫ستِ ْد َر ِ‬‫َوااْل ِ ْ‬

‫َص ُر الت َّْج ِر ْي ِد‬‫ع ْ‬ ‫َص ُر ا ْل ِكتَابَ ِة‬‫ع ْ‬


‫ح‬ ‫ْ‬
‫ح َوالتَّنفِ ْي ِ‬ ‫ص ِح ْي ِ‬‫َوالتَّ ْ‬ ‫َوالتَّ ْد ِو ْي ِن‬
‫‪Abdul Aziz al-Khulli dalam kitab Tarikh Funun‬‬
‫‪Al-Hadits‬‬

‫‪1.‬‬
‫ِح ْفظُ ال ُّ‬
‫سنَّ ِة‬

‫‪5.‬‬ ‫‪2.‬‬
‫تَ ْه ِد ْيبُ َها بالتَّ ْرتِ ْيبِ َها‬ ‫تَ ْد ِو ْينُ َها ُم ْختَلَطٌ‬
‫وا ْل َج ْم ِع َوالش َّْر ِ‬
‫ح‬ ‫بِا ْلفَتَا ِوي‬
‫‪5‬‬
‫‪periode‬‬

‫‪4.‬‬ ‫‪3.‬‬
‫ح‬
‫ص ِح ْي ِ‬
‫ت َْج ِر ْي ُد ال َّ‬ ‫‪ ,‬اِ ْف َرا ُدهَابِالتَّ ْد ِو ْي ِن‬
Perkembangan Hadits
Periode Pertama
Pada Masa Rasulullah SAW.
 ‫ص ُر ْال َو ْح ِي َوالتَّ ْك ِو ْين‬
ْ ‫َع‬

 yakni masa turun wahyu dan pembentukan masyarakat Islam


(Muhammad,2015:50).

 Rasulullah SAW memerintahkan kepada para sahabatnya untuk menghafal,


menyampaikan dan menyebarluaskan hadis-hadis. Bahkan Nabi mendoakan
juga menjanjikan kebaikan akhirat bagi mereka yang menghafal hadits.

 Tempat yang dijadikan Nabi dalam menyampaikan hadis sangat fleksibel,


terkadang hadis disampaikan ketika Nabi bertemu dengan sahabatnya di
Masjid, pasar, ketika dalam perjalanan, dan terkadang juga di rumah Nabi
sendiri.
Perkembangan Hadits
Periode Pertama
Menurut Muhammad Mustafa Azami Hadits yang disampaikan
Nabi ada tiga cara, yaitu:
 Dengan Perkataan. Rasul banyak mengadakan pengajaran-
pengajaran kepada sahabat, dan bahkan dalam rangka untuk
memudahkan pemahaman dan daya ingat para sahabat,
Nabi mengulang-ulang perkataannya sampai tiga kali.
 Dengan media tertulis atau Nabi mendiktekan kepada
sahabat yang pandai menulis. Hal ini menyangkut seluruh
surat Nabi yang ditujukan kepada para raja, penguasa,
gubernur-gubernur muslim
 Dengan mempraktekan secara langsung di depan para
sahabat, misalnya ketika beliau mengajarkan cara berwudhu,
shalat, puasa, menunaikan ibadah haji
Perkembangan Hadits
Periode Pertama

melalui majlis ilmu, yakni tempat pengajian yang diadakan oleh Nabi
Muhammad SAW untuk membina para jamaah.

menyampaikan hadis-nya melalui para sahabat tertentu, yang kemudian


disampaikannya kepada orang lain. Jika hadis yang disampaikan
berkaitan dengan persoalan keluarga dan kebutuhan biologis, maka
hadis tersebut disampaikan melalui istri-istri Nabi sendiri.

melalui ceramah atau pidato di tempat terbuka, misalnya ketika haji wada’
dan fath al-Makkah.
Perkembangan Hadits
Periode Pertama
 Pada masa Nabi SAW, hadis tidak ditulis secara resmi
sebagaimana al-Qur’an, hal ini dikarenakan adanya
larangan dari Nabi, berdasarkan:

)‫ فَ ْليَ ْم ُحهُ (رواه مسلم‬،‫آن‬


ِ ‫ش ْيًئا َغ ْي َر ْالقُ ْر‬
َ ‫ب َعنِّى‬ َ ‫ش ْيًئاِإالَّا ْلقُ ْر‬
َ َ‫ َو َمنْ َكت‬،‫آن‬ َ ‫الَتَ ْكتُبُوا َعنِّى‬

 Asbabul Wurud :
Pelarangan Nabi dalam penulisan hadis tersebut secara
implisit menunjukkan adanya kekhawatiran dari Nabi
apabila hadis yang ditulis akan bercampur baur dengan
catatan ayat-ayat al-Qur’an.
Perkembangan Hadits
Periode Kedua
Perkembangan Hadits pada Masa Khulafa al-Rasyidin (11 H – 40
H) “Sahabat Besar”
P‫ت َوااْل ِ ْقالَ ِل ِم َن ال َّرا ِويَ ِة‬
ِ ‫ص ُر التَّثَ ُّب‬
ْ ‫َع‬
 Sahabat adalah hidup sezaman dengan Nabi, berjumpa dengan
Nabi, meninggalnya dalam keadaan Islam (80 H)
 Keterlibatan sahabat Nabi dalam proses diterimanya hadis
adalah sebuah keniscayaan. Baik hadis yang diriwayatkan secara
lisan maupun tulisan, Tanpa kehadiran sahabat, maka mustahil
pesan-pesan Nabi akan sampai kepada generasi selanjutnya.
 Pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada
pemeliharaan dan penyebaran al-Qur’an, maka periwayatan
hadis belum begitu berkembang dan masih ada pembatasan
dalam periwayatan. Oleh karena itu para ulama menganggap
masa ini sebagai masa pembatasan periwayatan.
Perkembangan Hadits
Periode Kedua
Abu Bakar as-Syidiq
 Berawal dari kisah seorang nenek yang menanyakan hak
waris dari harta yang ditinggalkan cucunya.
1. al-Mughirah Ibn Syu’bah (Sebagai Periwayat)
2. Muhammad ibn Salamah (Sebagai saksi)
 Pada kepemimpinan Abu Bakar, Hadits yang di
riwayatkan Sedikit, karena:
1. kebutuhan hadis tidak sebanyak pada masa sesudahnya.
2. Abu Bakar selalu sibuk ketika menjabat sebagai khalifah.
3. jarak waktu antara kewafatannya dengan kewafatan Nabi
sangat singkat
Umar Bin Khatab
Dalam Prakteknya, cara Sahabat dalam
meriwayatkan Hadis ada 2 :

Lafadz • Hafal Lafadz


• Hafal Makna
Asli
• Hafal Makna
Makna • Tidak Hafal
Lafadzh Asli
Usman Bin Affan & Ali Bin Abi Thalib

Timbul benih-benih kekacauan yang bisa merusak


agama Islam :
Banyak orang
yangMurtad
karena tidak mau
membayar Zakat

Masuknya orang-
orang yahudi
yang bermuka
dua

Perpecahan Umat
ketika Usman
mengangkat
kerabatnya
menjadi pejabat

Adanya
peperangan antar
antar umat islam
Perkembangan Hadits
Periode Kedua

Menyedikitkan
Riwayat

Ikhtiyat
Sahabat
dalam
periwayata
n Hadits
Meneliti
Melarang
keadaan meriwayatkan
rawi dan secara luas hadis
marwi yangbelum
dapat dipahami
setiap secara umum
hadis
Perkembangan Hadits Periode
ketiga

 Tabiin adalah yang hidup sezaman dengan Sahabat, lahir setelah Nabi
Wafat (11H), dan meninggal dalam keadaan islam sekitar 12-130 H.
 Masa sahabat kecil dan Tabiin Besar, dari berakhirnya zaman Khulafa

al-Rasyidin atau permulaan masa amawiyah sampai abad pertama,


disebut:
 ‫صا ِر‬ َ ِ‫ص ُر ااْل ِ ْنت‬
َ ‫شا ِر ال َّرا ِويَ ِة اِل َى ااْل َ ْم‬ ْ ‫َع‬
 “ masa penyebaran riwayah ke kota-kota/daerah-daerah.”
 Para Tabi’in menerima hadis Nabi dari sahabat dalam berbagai
bentuk, jika disebutkan ada yang dalam bentuk catatan atau tulisan
dan ada juga yang harus dihafal, di samping itu dalam bentuk yang
sudah terpolakan dalam ibadah dan amaliah para sahabat, lalu Tabi’in
menyaksikan dan mengikutinya.
Kota yang dijadikan Pusat Kajian Hadits

Madinah Makkah al-


Kuffah Basrah
Almunawaroh Mukaramah

syam Mesir Magribi Andalusia

Yaman Khurasan
Perkembangan Hadits Periode
Keempat

 Periode keempat disebut, masa penulisan dan


pembukuan.
‫ص ُر ا ْل ِكتَابَ ِة َوالتَّ ْد ِو ْي ِن‬
ْ ‫َع‬
 Maksudnya penulisan dan pembukuan secara
resmi yakni yang diselenggarakan oleh atau atas
inisiatif pemerintah secara umum.

 Masa pembukuan secara resmi dimulai pada awal


abad II Hijriyah yakni pada masa pemerintahan
Khalifah Umar bin Abdul Aziz tahun 101 H.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Tahun 101 H.

akhir abad I H para penghafal hadits semakin berkurang karena sudah banyak yang meninggal dunia

Periwayatan secara lisan berperang pada hafalan dan ingatan dalam keseragaman lafaz dan makna tidak bisa berlangsung sangat lama
Faktor internal : Kadar Iman Melemah
Faktor Eksternal : Problema kehidupan ekonomi, social, dan Politik

Sejak tahun 40 H adanya pemalsuan Hadits dari kaum munafiq pada periode Usman Bin Affan

Sudah tidak dikhawatirkan lagi bercampurnya al-Quran dan hadits.


Perkembangan ilmu pengetahuan semakin berkembang.
Perkembangan Hadits Periode
Kelima

ِ ‫ح َوالتَّ ْنفِ ْي‬


‫ح‬ ْ َّ‫ص ُر التَّ ْج ِر ْي ِد َوالت‬
ِ ‫ص ِح ْي‬ ْ ‫َع‬
“ masa penyaringan, pemeliharaan, dan
pelengkapan”

 Masa akhir pemerintahan Abbasiyah angkatan


pertama sampai awal pemerintahan abbasiyah
angkatan kedua (sejak khalifah Ma’mun sampai
khalifah Al-Muqtadir) dari awal abad III Hijriyah
sampai akhir abad III Hijriyah
Perkembangan Hadits Periode
Kelima

 Aktivitas tadwin selama abad II dan III H sebagai


aktivitas tadwin resmi dan intensif

1. Fase Tadwin masa Pertama : Tasnif, dengan meletakkan


hadits yang ada hubungannya dengan yang lain dalam
satu bab (Musonnaf)
2. Fase Tadwin dengan kualfikasi: Tasnid, yakni
menyusun hadis dalam kitab kita berdasarkan nama
sahabat perawi
3. Dase tadwin dengan sleksi, Penelitian dan pembahasan
tentang perawi hadits dari berbagai segi keadilan, ke
Dhobitan, yang hal ini diambil dari biografi perawi
Perkembangan Hadits Periode
Ke-6 dan ke-7

Masa pemerintahan Abbasiyah angkatan kedua


sejak Khalifah al-Muqtadir sampai al-Mu’tashim)
dari permulaan abad IV Hijriyah sampai jatuhnya
kota Baghdad tahun 656 H, disebut:

ِ ‫اك وا ْل َج ْم‬
‫ع‬ ْ ِ ‫ب َوااْل‬
ِ ‫ستِ ْد َر‬ ِ ‫ب َوالتَّ ْرتِ ْي‬
ِ ‫ص ُر التَّ ْه ِذ ْي‬
ْ ‫َع‬
”masa pembersihan, penyusunan, dan pelengkapan”
Perkembangan Hadits Periode
Ke-6 dan Ke-7

Corak periayatan Hadits pada masa


mutaqoddimin dengan penukilan langsung dari
penghafal,, sedangkan pada masa mutaakhirin
para ulama mencukupkan periwayatan dengan
menukil dan mengutip dari kitab-kitab Hadits
yang ditadwin oleh ulama-ulama pada abad II dan
III H.
Kodifikasi Hadits
Pada masa Nabi Muhammad SAW,
perkembangannya ialah larangan dalam penulisan
(nahyu al Kitabah), karakter penulisannya ialah
hadits dihafal diluar kepala, model bukunya
berupa catatan pribadi bentuk (shahifah).

Pada masa Khulafa al-Rasyidin perkembangannya


ialah penyederhanaan dan periwayatan (taqlil al –
Riwayat), karakter penulisannya disertai sumpah
dan saksi, model bukunya sama dengan masa
Nabi yaitu catatan pribadi berebentuk shahifah.
Kodifikasi Hadits
Pada masa Tabi’in perkembangan Haditsnya iaah
penghimpunan Hadits (al Jam’u wa al Tadwin), karakter
penulisan bercampur antara hadits Nabi dan Fatwa
sahabat serta aqwal Sahabat, model buku pada masa ini
ialah shahifah mushannaf, Muwatha’, Musnad dan Jam’i.

Pada masa Tabi’ al Tabi’in perkembangan Haditsnya


ialah kejayaan kodifikasi Hadits (Azha’ Al Ushur
Sunnah), karakteristik penulisannya yaitu melakukan
filterisasi dan klasifikasi (Al Ashr wa al Jami’ wa at-
Tashih), model bukunya adalah Musnad Jami’ dan
Sunan.
Kodifikasi Hadits
Pada masa setelah Tabi’ al-Tabi’in (abad II-
seterusnya) perkembangan Haditsnya yaitu
penghimpunan dan penertiban secara sistematik
(al Jam’u wa at-Tartib wa at-tanzhim). Karakter
penulisannya bereferensi (murajaah) pada buku-
buku sebelumnya tetapi lebih sistematik, model
bukunya adalah Mu’jam, Mustadrak,
Mustakhraj,Istikhshar dan Syarah

Anda mungkin juga menyukai