Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

TEKNIK PENULISAN LAPORAN PENELITIAN

Di Susun Oleh :

Nama : Noval Bawole


Nim : 20407029
Kelas : SENDRATASIK (A)

BAB I
Pendahuluan

WAYNE C. Booth et al. dalam bukunya yang berjudul The Craft of Research (1995)
mengatakan, penelitian sekarang ini bukan saja merupakan kebutuhan pendidikan semata, tetapi
telah pula dimanfaatkan oleh berbagai kalangan. Ia berkomentar, "Research is now at the center
of industry, commerce, government, educa- tion, health care, warfare, even entertainment and
religion." Maka dari itu perlu kita ingat adanya hubungan yang tak terpisahkan antara pekerjaan
melaporkan sebuah hasil penelitian dengan dasar- dasar komunikasi yang etis. Di samping itu
perlu diperhatikan, walaupun dalam buku ini saya selalu menggunakan kata 'saya' untuk
menyebut diri saya sebagai penulis, akan tetapi dalam penulisan tesis dan disertasi di Indonesia
mohon dipergunakan kata ganti peneliti' atau 'penulis'. Adapun alasan mengapa saya'
menggunakan kata 'saya', karena dalam buku ini 'saya' banyak sekali menyebut penulis atau
peneliti bagi penulis dan meneliti yang sedang saya bahas, hingga apabila 'saya' menggunakan
kata penulis' bagi diri 'saya', 'saya' sering mengalami kesulitan.

BAB II
A. ETIKA DALAM MENGGUNAKAN SUMBER

Booth memperingatkan kepada kita dengan keras antara lain sebagai berikut.

1. Ethical researchers do not steal by plagiarizing or claiming the results of others.


(Peneliti beretika tidak mencuri dengan cara menjiplak atau mengklaim hasil orang lain.)

2. They do not lie by misreporting sources or by inventingresults.


(Mereka tidak berbohong dengan salah melaporkan sumber atau mengarang hasil.)

3. They do not destroy sources and data for those who fol low.
(Mereka tidak merusak sumber dan data bagi yang mengikuti.)

4. They do not write their reports in a way that deliberately makes it difficult for readers to
understand them, nor do they oversimplify that which is legitimately complex.
(Mereka tidak menulis laporannya dengan cara yang sengaja menyulitkan pembaca untuk
memahaminya, juga tidak mereka terlalu menyederhanakan apa yang kompleks secara sah.)

Peringatan keras tersebut di atas benar-benar saya tekankan, lebih-lebih untuk ilmu-ilmu
humaniora yang penuh dengan 'misteri. Masalah plagiat bukan saja terpusat pada 'pencurian'
hasil penelitian orang lain, akan tetapi juga bisa terletak pada proses mengerjakan penelitian,
antara lain pada kegiatan kutip-mengutip. Sangat tidak etis mengambil alih begitu saja pekerjaan
'mengutip' sebuah sumber yang telah dilakukan oleh seorang peneliti, kemudian dengan
seenaknya saja peneliti lain mengaku sebagai 'kutipan' sendiri. Hal ini sering terjadi pada
penelitian seni pertunjukan. Sangat sulit bagi pembimbing penelitian untuk mengawasinya.
Memang, ada yang benar-benar tidak tahu bagimana mengambil alih 'kutipan yang dilakukan
oleh seorang peneliti, kemudian peneliti tersebut menggunakannya. Yang etis dan jujur,
seharusnya peneliti yang lain itu berusaha untuk mendapatkan sumber yang dikutip oleh peneliti
sebelumnya. Hal ini sangat penting, karena ada kemungkinan peneliti yang terdahulu dalam
mengutip 'salah', dan akibatnya peneliti yang meminjamnya akan melakukan kesalahan yang
kedua kali. Memang ada cara menjaga etika dalam memimjam 'kutipan' yang telah dilakukan
oleh peneliti terdahulu, yaitu dengan menyebutkan 'seperti yang dikutip oleh si A' dsb. Sekali
lagi, kejujuran merupakan syarat yang sangat penting di dalam penelitian.
B. TEKNIK PENULISAN LAPORAN

Dalam hal ini yang penting adalah konsistensi. Memang, dalam memberikan informasi dari
sumber mana data itu didapatkan, catatan di dalam teks sangat praktis, Namun demikian, seperti
pada Pedoman Penulisan Disertasi (1998) diterangkan, khusus untuk Program Studi Sejarah dan
Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa dipergunakan catatan bawah
(footnote). Mengapa untuk Program Studi Sejarah dan Program Studi Pengkajian Seni
Pertunjukan dan Seni Rupa lebih memilih 'catatan bawah (footnote), sekali lagi karena catatan
bawah selain memberikan informasi dari sumber mana data itu diambil, juga bisa memuat
komentar atau informasi lain, yang apabila di- masukkan di dalam teks akan mengganggu
kelancaran narasi teks. Padahal informasi itu dirasa perlu disajikan kepada sidang pembaca.
sebagai pertanggungjawaban ilmiah. Bahkan untuk kutipan yang terlalu panjang yang aslinya
berbahasa 'asing' yaitu bahasa yang bukan bahasa Indonesia, agar narasi tetap berjalan lancar,
kutipan langsung yang ditempatkan di dalam teks adalah terjemahannya dalam bahasa Indonesia,
sedangkan aslinya bisa diletakkan pada catatan bawah. Namun apabila keaslian kutipan
diinginkan untuk lebih ditonjolkan, bisa dilakukan sebaliknya. Apabila kutipan ber- bahasa asing
itu tidak terlalu panjang, kutipan aslinya ditempatkan di dalam teks, demikian pula
terjemahannya yang diletakkan di bawah kutipan aslinya di antara tanda kurung buka dan tutup.

Menurut pedoman Penulisan Disertasi yang dikeluarkan oleh Universitas Gadjah Mada dalam
pengetikan ditentukan batas-batas kertasnya:
(a) tepi atas 4 cm.
(b) tepi bawah 3 cm.
(c) tepi kiri 4 cm.
(d) tepi kanan 3 cm.

Jarak pengetikan dua spasi, kecuali Kepustakaan (Daftar Pustaka), Daftar Gambar, Daftar
Tabel (jika ada), Daftar Peta (jika ada), Daftar Lampiran (bila ada), Glosari, kutipan lang- sung,
serta intisari yang berjarak satu spasi. Peneliti disarankan menggunakan kertas HVS yang
berukuran 80 gram. Semua pengetikan disarankan menggunakan huruf tegak. Huruf miring atau
'kursif' atau italics hanya dipergunakan untuk istilah-istilah asing (bukan bahasa teks atau
Indonesia), judul buku (yang telah terbit), judul ensiklopedia (yang telah terbit), judul brosur
(yang telah terbit), judul kamus (yang telah terbit), judul manuskrip (baik yang belum diterbitkan
maupun yang sudah diterbitkan), nama jurnal, nama terbitan berkala, dan nama surat kabar.

Bab I, yang merupakan Pengantar, harus mampu mengantarkan kepada pembaca tentang apa
yang dikerjakan oleh peneliti. Secara rinci Bab I berisi secara ringkas latar belakang. rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoretis, metode
penelitian, serta sistematika penulisan. (Ilmu-ilmu humaniora tidak memerlukan hipotesis.) Jika
pembimbing menyarankan agar hipotesis ditampilkan, isinya adalah pendapat atau kesimpulan
sementara dari tesis atau diser- tasi. Isi dari masing-masing telah saya jelaskan dengan contoh
pada Bab II bagian B tentang penelitian kualitatif yang berjudul "Dampak Pariwisata terhadap
Seni Pertunjukan Indonesia". Adapun isi dari bab-bab selanjutnya juga bisa dicermati
ringkasannya pada bagian Bini. Dalam kesimpulan, apabila peneliti ingin menyampaikan saran-
saran kepada peneliti selanjutnya bisa diutarakan.

Adapun pembatasan pende- katannya adalah pendekatan historis dan antropologis, yang lebih
menekankan perkembangannya (historis) serta makna dan fungsi- nya (antropologis). Sebaiknya
judul sebuah laporan penelitian, baik dalam bentuk disertasi, tesis, skripsi, maupun penelitian
yang lain tidak terlalu panjang, tetapi cukup memberi kesan atau gambaran yang jelas dari topik
penelitian itu.

C. TEKNIK ATAU CARA MENGUTIP

Ada dua cara mengutip sebuah sumber, yaitu mengutip secara langsung dan tidak langsung.
Yang dimaksud dengan mengutip secara langsung ialah apabila peneliti mengutip langsung
seperti sumbernya. Adapun yang dimaksud mengutip tidak langsung ialah mengutip, tetapi cara
menampilkannya di dalam teks meng- gunakan redaksi peneliti sendiri Sebagai contoh kutipan
langsung adalah yang saya ambil dari buku M.C. Ricklefs berjudul Jogjakarta under Sultan
Mangkubumi, 1749-1792: A History of the Division of Java (1974).
yang berbunyi sebagai berikut.

"...only Sultan Agung and Sultan Mangkubumi (Hamengku Buwana I). alone among all the
rulers of the House of Mataram to the end of Dutch rule in Indonesia, truly merit the appelation
'great. Both understood the possi- bilities and the limitations of Javanese kingship and both
successfully ma- nipulated the king's position to their own greater glory, leaving at their deaths
kingdoms more stable and powerful that they had found at their accession. Both were successful
generals and this battle-field experience was very likely
important in forming their abilities to read men and to use them wisely, so essensial to achieving
greatnessas a king of Java."

Apabila kutipan langsung tersebut dirasa terlalu panjang. padahal dengan memotongnya
sebagian sudah akan bisa didapatkan informasi yang diperlukan, kutipan itu bisa diperpendek.
Memperpendek yang hanya memotong sebagian dari kalimat digunakan titik tiga (...). Akan
tetapi apabila yang dipotong itu berakhir pada titik, digunakan titik empat (....), yang berarti tiga
titik adalah yang dipotong, dan satu titik lagi sebagai tambahan adalah titik berhenti yang
sesungguhnya. Pemotongan juga bisa dilakukan sampai beberapa kalimat, asal setelah dipotong,
kelancaran narasinya masih bisa terbaca dengan baik. Ketiga cara ini saya ambilkan contoh dari
kutipan nomor satu sebagai berikut.
"…only Sultan Agung and Sultan Mangkubumi (Hamengkubuwana D. alone among all the
rulers of the House of Mataram to the end of Dutch rule in Indonesia, truly merit the applelation
great…………………………………………………………………………………………………

………..Both were succesful generals and this battlefield experience was very likely important in
forming their abilities to read men and to use them wisely…."

Hanya saja apabila seorang peneliti terlalu banyak menggunakan kutipan langsung kelancaran
narasi teksnya akan agak terganggu, meskipun secara ilmiah bisa dipertanggungjawabkan. Saya
hanya menyarankan, sebaiknya kutipan langsung hanya dilakukan apabila memang benar-benar
diperlukan, serta untuk meyakinkan kepada pembaca, "beginilah kata-kata sumber yang
memiliki otoritas". Kutipan langsung yang kurang dari empat baris seyogyanya dimasukkan di
dalam teks, diletakkan di antara dua tanda petik buka dan tutup seperti berikut: hanya Sultan
Agung dan Sultan Mangkubumi saja di antara raja-raja dari Dinasti Mataram sampai berakhimya
kekuasaan Belanda di Indonesia benar-benar mampu menyandang nama sanjungan Yang
Agung."

Kutipan langsung yang berasal dari sumber primer yang lebih dari empat baris perlu
dipisahkan dari teks serta diberi terjemahan- nya di bawahnya di antara tanda kurung. Oleh
karena di perguruan tinggi di Indonesia bahasa Inggeris telah ditetapkan sebagai bahasa yang
harus dikuasai, kutipan langsung dalam bahasa Inggeris sebe- narnya tidak usah diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia. Kuti- pan bahasa Inggeris di atas hanyalah sekedar sebagai contoh
saja. Kutipan langsung yang berbahasa asing (bukan bahasa teks) harus menggunakan huruf
miring atau italic atau garis bawah Namun apabila peneliti merasa cukup dengan menampilkan
terjemahan- nya, tetapi ia ingin mempertanggung-jawabkan yang diterjemah- kan, kutipan
aslinya bisa diletakkan pada catatan bawah (foot- note).

D. TEKNIK MENULIS KEPUSTAKAAN, CATATAN BAWAH,DAN SINGKATAN

Penulisan Kepustakaan harus diurutkan secara alfabet. Un- tuk menulis pengarang asing (Barat)
tidak ada masalah, karena nama-nama pengarang dari Barat selalu memiliki nama depan. tengah,
dan akhir Dalam penulisannya secara alfabetis harus didahulukan nama akhir, baru kemudian
disusul dengan nama depan dan tengah (bila ada) Gelar-gelar akademis seperti Drs.. Dr..
Profesor, dll. tidak perlu ditulis, walaupun pada bukunya, terutama buku-buku berbahasa
Indonesia, sebagian besar penulis mencantumkan gelar-gelar akademisnya. Sebagai contoh James
R. Brandon yang menulis buku Theatre in Southeast Asia (1967), nama yang harus ditulis dalam
Kepustakaan adalah: Brandon, James R. Buku Metodologi Penelitian yang ditulis oleh Sumadi
Suryabrata, B.A., Drs., M.A., Ed.S., Ph.D. (1995), gelar sebanyak itu perlu dihilangkan hingga
dalam Kepustakaan hanya ditulis Sumadi Sur- yabrata. Nama-nama Indonesia ada yang bisa
ditulis dengan tanpa mendahulukan nama akhir, tetapi ada pula yang bisa dilakukan dengan
mendahulukan nama akhirnya. Nama Sumadi Suryabrata seperti yang saya sebutkan terdahulu
seyogyanya tidak dibalik. Akan tetapi buku Kaja and Kelod: Balinese Dance in Transition yang
ditulis oleh dua orang penulis yaitu I Made Bandem dan Fredrik Eugene deBoer (1981),
sebaiknya ditulis: Bandem, I Made, dan Fredrik Eugene deBoer. Ini berarti yang didahulukan
nama akhirnya hanya nama penulis pertama. Sedangkan nama penulis yang kedua dan ketiga
ditulis biasa. Namun demikian, apabila penggunaan dua cara tersebut dirasa sering
membingungkan, seyogyanya, baik untuk nama-nama asing maupun Indonesia, dalam
penulisannya di dalam Kepustakaan didahulukan nama belakangnya seperti: Suryabrata, Sumadi;
Soedarsono, R.M.; Dibia, I Wayan; dsb.

Sebuah buku yang ditulis oleh tiga orang pengarang seperti buku The Craft of Research oleh
Wayne C. Booth, Gregory G. Colomb, dan Joseph M. Williams, apabila ketiganya ingin ditulis
semua karena ketiganya memiliki bobot yang seimbang, di dalam Kepustakaannya ditulis Booth,
Wayne D., Gregory G. Colomb, dan Joseph M. Williams. Akan tetapi penulisannya bisa pula
dilakukan lebih singkat. yaitu dengan hanya menyebut penulis pertama, dan di belakangnya
disusul dengan singkatan et al.' (singkatan dari et ali) yang berarti 'dan lain-lain'. Maka dari itu
penulis buku itu cukup ditulis: Boot, Wayne C, et al. Yang bisa ditulis dengan et al apabila
pengarangnya tiga orang atau lebih. Gelar kebangsawanan dll. juga harus dibalik, yang berarti
diperlakukan sebagai nama depan, seperti misalnya buku berjudul The Royal Palace (Keraton) of
Yogyakarta: Its Architecture and Its Meaning (1975) yang ditulis oleh K.R.T. Brongtodiningrat
dan diterjemahkan oleh R. Murdani Hadiaatmadja. Di dalam Kepustakaan ditulis:
Brongtodiningrat, K.R.T. The Royal Palace (Keraton) of Yogyakarta: Its Archietecture and Its
Meaning, Terj. R. Murdani Hadiaatmadja. Nama pengarang harus ditulis terlebih dahulu, dan
kemudian baru disusul nama penerjemahnya yang diletakkan setelah judul buku. Kata 'terj.
adalah singkatan dari 'terjemahan. Singkatan 'trans' merupakan kepan- jangan dari 'transliterasi
atau alih aksara, dari aksara khusus seperti misalnya aksara Jawa ke aksara Latin. Apabila sebuah
buku berisi beberapa tulisan yang dilakukan oleh beberapa penulis dan disunting oleh seorang
penyunting, maka yang dianggap berkedudukan sebagai penulis adalah penyuntingnya. Buku
berjudul Gamelan, Drama Tari, dan Komedi Jawa memuat tulisan empat orang pengarang yaitu
Ki Trimanto, Soedarsono, Handung Kus Sudyarsana, dan R. Soesanto Goenoprawiro. Buku ini
disunting oleh tiga orang penyunting yaitu Soedarsono, Djoko Soekiman, dan Retna Astuti. Di
dalam Kepustakan ditulis: Soedarsono, et al., ed., Gamelan, Drama Tari, dan Komedi Jawa
(Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985). Akan tetapi apabila akan dikutip
tulisan salah seorang penulis saja, maka dalam Kepustakaan nama penulis dan artikelnya harus
disebutkan terlebih dahulu seperti misalnya: Trimanto, Ki. "Membuat dan Merawat Gamelan"
dalam Soedarsono, et al., ed. Gamelan, Drama Tari, dan Komedi Jawa. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1984/1985, 1-29.

Setelah nama, kemudian disusul dengan judul buku secara lengkap. Sebaiknya judul itu ditulis
dengan huruf miring atau italic daripada dengan garis bawah. Namun demikian apabila mesin
tulis yang dipergunakan tidak memiliki huruf italic, garis bawah juga tetap dibenarkan. Setiap
huruf diawali dengan huruf besar kecuali kata penghubung seprti dan', 'serta', 'di dan sebagainya.
Setelah itu baru disusul dengan informasi tentang penerbitan yang berisi tempat atau kota
benerbit, nama penerbit, dan tahun panerbitan Apabila buku tersebut sudah dicetak beberapa kali,
sebaiknya sesin tahun penerbitan terakhir, juga disebutkan kapan buku itu. pertama kali
diterbitkan Contoh beberapa buku yang ditulis dalam Kepustakaan adalah sebagai berikut.

(Cetak Ulang)
Alasuutari, Pertti. Researching Culture: Qualitative Method and Cultural Studies. London, et al.:
SAGE Publications Ltd., 1993, cetakan ulang 1996.

(Terjemahan)
Marinis, Marco de. The Semiotics of Performance. Terj. Aine O'Healy. Bloomington dan
Indianapolis: Indiana University Press, 1993.

(Trans / Editor)
Soedarsono, trans. Sérat Kandha Ringgit Tiyang Lampahan Mintaraga (Buku I). Yogyakarta:
Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Departemen Pendidi kan dan
Kebudayaan, 1986.

(Kutipan artikel)

Artikel jurnal ditulis dengan huruf biasa di antara dua tanda petik buka dan tutup, kemudian
baru disusul nama jurnalnya dengan huruf miring atau italic. Setelah itu baru diteruskan dengan
informasi tentang jilid, nomor, bulan dan tahun penerbitan, serta halaman-halamannya. Nama
pengarang mengikuti peraturan nama penulis buku. Penulis artikel atau buku yang sama hanya
diganti dengan tanda garis lurus sepanjang 10 ketukan.

Megumi Sata. "Aristotle's Poetics and Zeami's Teaching on


Style and the Flower," Asian Theatre Journal, 6, no.1 (Spring 1989): 47-56.

Soedarsono. "Classical Javanese Dance and Characterization."


Journal of the Society for Ethnomusicology 13, No. 3 (Sep- tember 1969): 497-505.
__________."Rama, The Ideal Hero and manifestation of the
Good in Indonesian Theatre." Studies in Indo-Asian Art
and Culture 3 (1974): 129-146.
__________."Wayang Kulit: A Javanese Shadow Theatre."
East Asian Cultural Studies 15, No, 1-1 (Maret 1976): 87-
96.

Anda mungkin juga menyukai