Anda di halaman 1dari 3

Keterampilan Dasar dalam Konseling

Konseling Psikodinamika

Beberapa asumsi yang tidak tepat:


1. Konseling sama dengan memberikan nasihat
2. Persetujuan dan simpati sama dengan empati
3.

Konseling:
 Fenomenologis

Waspada berkaitan dengan:


 Pikiran-pikiran untuk bunuh diri dan hopelessness
 Pikiran-pikiran untuk melukai/membunuh orang lain
 Perubahan mood yang ekstrim
 Perilaku yang irrational
 Melukai diri sendiri
 Perilaku dan ucapan yang aneh
 Tampilan diri yang buruk (seperti belum mandi, baju kusut, dan lain sebagainya)
 Perubahan dalam pola tidur, selera makan dan berat badan (seperti beberapa hari tidak
tidur, dan lain sebagainya)
 Menurunnya konsentrasi, motivasi dan minat
 Isu-isu terkait keluarga
 Hal-hal terkaitan relasi dengan orang lain
 Fungsi akademik yang buruk dan konsisten
 Penggunaan napza, internet yang berlebihan (misal game addiction), perjudian

Keterampilan Attending
 Merupakan keterampilan untuk menunjukan bahwa kita
 Perilaku attending: anggukan kepala menandakan itikat yang tulus untuk mendengarkan
secara efektif, ekspresi wajah yang tenang dan menyejukkan, posisi tubuh dekat dengan
konseli dan agak condong ke arah lawan bicara, gerakan tangan yang luwes, berbicara
dengan tenang tanpa memutus pembicaraan, penggunaan pilihan kata.
Ketempilam membuka percakapan
 Berupa pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka, pertanyaan terbuka (“apa, siapa,
kapan, bagaimana, di mana, mengapa”), pertanyaan tertutup (contohnya missal
“berapa anakmu atau saudaramu?”)

Keterampilan Restatement
 Pengulangan satu dua kata (accent)
 Contoh:

Keterampilan Berempati
 Kemampuan memahami perasaan atau emosi orang lain
 Contoh: sepertinya saya sudah tidak bisa menahan diri saya untuk bertemu dengan
orangtua saya
 Tiga komponen penting empati: pemahaman sensitive dan akurat, memahami situasi
yang memicu perasaan-perasaan tersebut, mengkomunikasikan dengan orang lain.

Keterampilan Paraphrasing
 Paraphrase isi kalimat, paraphrase perasaan

Keterampilan Konfrontasi

Keterampilan Pemecahan Masalah


 Layanan bantuan akan dirasakan manfaatnya jika masalah-masalah yang menimbulkan
kesulitan hidup manusia dapat dipecahkan
 Oleh karena itu agar bantuan menjadi efektif, bantuan harus mencakup komponen
pemecahan masalah

Push Button Technique

Teknik ini dimulai konselor menyuruh klien membayangkan pengalaman yang


menyenangkan dan tidak menyenangkan secara ber-gantian, kemudian menaruh perhatian pada
perasaan yang menyertai pengalaman itu. Tujuannya adalah mengajar klien bahwa sesungguhnya
ia bisa menciptakan perasaan apapun yang diinginkan dengan jalan menetapkannya dalam
pikirannya (Corey,1996:152). Sebagai jawaban atas “aku tidak bisa berubah bagaimana
merasakan” atau “itu bukan kesalahanku; aku tidak bisa membantu apa yang aku lakukan”.
Konselor menggunakan imajinasi klien untuk mempertunjukkan kapasitasnya untuk mengalami
perasaan positif dan negatif dengan membayangkan situasi yang menimbulkan perasaan ini.
Klien bisa mengalami perubahan pada tegangan badan, detak jantung, dan sebagai-nya
bersesuaian perubahan dalam pergerakan ke tindakan (Sweeney, 1998: 301).

Adler percaya bahwa di bawah tiap-tiap perasaan ada suatu kesadaran, dengan didasarkan
pada asumsi ini, inilah yang mendasari suatu teknik terapi yang dikenal sebagai “teknik menekan
tombol”. Teknik ini dirancang untuk membantu klien memiliki kendali emosional lebih besar
(Flanagan & Flanagan, 2004:98). Dalam hal ini seorang konselor harus menolong klien untuk
bisa mengakui bahwa ia telah memilih depresi dan itu pulalah yang akhirnya dia dapat dari hasil
pikirannya.

Anda mungkin juga menyukai