Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT BATUK EKSPEKTORAN DI


PUSKESMAS WAENA JAYAPURA PAPUA PERIODE JANUARI –
MARET 2022

Proposal ini Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan KTI dan Guna
untuk mendapatkan Gelar Amd.farm dalam bidang Farmasi

Disusun Oleh :

Margarehta Maria Viane Kayame


20512065

PROGRAM STUDI FARMASI D-III


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA
JAYAPURA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.
Proposal ini penyusun buat sebagai salah satu persyaratan untuk Karya Tulis
Ilmiah dijurusan farmasi pada Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan , Universitas Sains dan
Teknogi Jayapura. Penyusun sadar tak ada gading yang tak retak maka demikian pula
dengan penyusunan proposal ini, penyusun mengharapkan masukan dan kritikan dari
pembaca sekalian guna peningkatan yang bersifat yang membangun.
Demikianlah kata pengantar ini penyusun buat. Akhir kata penyusun ucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.
Shalom,Tuhan Yesus memberkati

Jayapura 25,November,2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
1.5 Keaslian Penelitian......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................ 5
2.2 Penggolongan Obat Batuk ............................................................. 9
2.3 Kerasionalan Peresepan ................................................................. 10
2.4 Puskesmas .................................................................................... 11
2.5 Kerangkah Konsep ......................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................... 15
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian.......................................................... 15
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 15
3.4 Alat dan Bahan ............................................................................... 16
3.5 Pengumpulan Data ......................................................................... 16
3.6 Analisis Data .................................................................................. 17
3.7 Alur Penelitian............................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penyakit yang umum terjadi adalah batuk. Batuk merupakan

salah satu mekanisme pertahanan tubuh dari saluran pernapasan dan menjadi

refleks yang terangsang karena adanya iritasi paru atau saluran pernapasan.

Sebelum memilih obat batuk yang sesuai, ada beberapa penyebab batuk yang

tentunya juga membutuhkan agen terapi yang berbeda. Secara umum, ada dua

jenis batuk, yaitu batuk akut dan batuk kronis. Menurut Estuningtyas, 2008 Jenis

terapi pemberian obat batuk ada tiga, yaitu obat ekspektoran, mukolitik dan

antitusif. Mukolitik merupakan obat yang bekerja dengan cara mengencerkan

sekret saluran pernafasan dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein

dan mukopolisakarida dari sputum. Agen mukolitik berfungsi dengan cara

mengubah viskositas sputum melalui aksi kimia langsung pada ikatan komponen

mucoprotein (Fauzi, 2018).

Pengobatan batuk secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis

batuknya berdahak atau tidak. Jenis-jenis batuk yang terkait dengan batuk yang

berdahak atau tidak berdahak yang dibahaskan adalah ekspektoran (Beers,

2003). Adapun penggolongan jenis batuk berdasarkan produktivitasnya adalah

batuk produktif, yang menghasilkan dahak atau lendir (sputum) sehingga lebih

dikenal dengan sebutan batuk berdahak. Batuk produktif memiliki ciri khas yaitu

1
2

dada terasa penuh dan berbunyi. Mereka yang mengalami kesulitan bernapas

dan disertai pengeluaran dahak.

Ekspektoran adalah obat batuk yang digunakan untuk batuk berdahak

(sholekhudin 2014) salah satunya obat mukolitik adalah bromheksin yang sering

digunakan untuk obat batuk oleh masyarakat.

Puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) merupakan salah satu fasilitas

pelayanan kesehatan yang mengupayakan penyelenggaraan kesehatan baik untuk

masyarakat maupun perseorangan pada tingkat pertama. Pelayanan yang

dilakukan oleh puskesmas mengacu pada upaya promotif dan preventif dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Puskesmas

memiliki posisi yang penting dalam sistem kesehatan nasional khususnya

dalam subsistem upaya kesehatan (Kemenkes, 2016).

Tenaga kesehatan yang harus ada di puskesmas salah satunya tenaga

kefarmasian. Tenaga kefarmasian memiliki peran dalam pemantauan dan

pembinaan Penggunaan Obat Rasional (POR) untuk mencegah dan mengatasi

kesalahan dan permasalahan dalam pemberian obat (Kemenkes, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

Gambaran Penggunaan Obat Batuk Ekspertoran di Puskesmas Waena Jayapura

Papua.
3

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Gambaran

Penggunaan Obat Batuk ekspektoran di Puskesmas Waena Jayapura periode

Januari – maret 2022.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran

Penggunan Obat Batuk Ekspektoran di Puskesmas Waena Periode januari –

maret 2022

1.4 Manfaat

a. Untuk Akademik

Sebagai masukan, sumber informasi, dan bahan referensi yang dapat

digunakan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang

farmasi terutama mengenai gambran penggunaan obat batuk ekspektoran

pada salah satu fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

b. Untuk Puskesmas

Sebagai informasi tambahan pengetahuan bagi masyarakat terutama

mengenai gambaran penggunaan obat batuk ekspektoran pada salah satu

fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.


4

c. Untuk Peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang

ambaran penggunaan obat batuk ekspektoran pada salah satu fasilitas

kesehatan yang ada di masyarakat.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 kaslian penelitian

Peneliti Judul Metode Variabel Analisa

1 Taringa Pola Peresepan dan Deksriptif Reskriptif Reskripsi


n N.S Kerasionalan Anti
2018 Hipertensi dirawat
Jalan Puskesmas
Simpur Periode
Januari-Juni 2013
2 Koniah, Analisis Peresepan Rekam Observasi Retrospektif
Obat pada Instalasi Medik
dkk Rawat Jalan diklinik
2021 x Kabupaten Bogor
Periode September-
November 2021
3 Linnisa Evaluasi Rekam Retrospektif Deskriptif
,dkk. Kerasionalan Medik
(2014) Pergeseran Obat
Batuk Ekpektoran
dan Antitusif di
Apotik Medika
Periode Oktober-
Desember 2012

Berdasarkan keaslian penelitian tersebut, peneliti ingin meneliti dengan

judul Gambaran Penggunaan Obat Batuk Ekspektoran di Puskesmas Waena

Jayapura Papua. Perbedaan pada ketiga penelitiaan sebelumnya yaitu pada

variabel, waktu, dan lokasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

a. Batuk

Batuk merupakan suatu rangkaian refleks yang terdiri dari reseptor

batuk, saraf aferen, saraf eferen, pusat batuk dan efektor. Refleks batuk

tidak sempurna apabila salah satu tidak terpenuhi. Adanya rangsangan pada

reseptor batuk akan dibawah oleh saraf pusat batuk yaitu medulla untuk

diteruskan ke efektor melalui saraf eferen (Guiton, 2008).

Batuk bukanlah sebuah penyakit melainkan salah satu tanda atau gejala

klinis yang paling sering dijumpai pada penyakit paru dan saluran nafas.

Batuk merupakan salah satu cara untuk membersihkan saluran pernafasan

dari lendir atau bahan dan benda asing yang masuk sebagai refleks

pertahanan yang timbul akibat iritasi trakeobronkial (Susanti, 2013). Batuk

juga berfungsi sebagai imun dan perlindungan tubuh terhadap benda asing

namun, dapat juga merupakan gejala dari suatu penyakit. (LM, 2006).

b. Klasifikasi Batuk

Klasifikasi batuk menurut (Nadesul Hendrawan, 2008).

1. Batuk akut

Batuk akut adalah fase awal batuk dan mudah untuk disembuhkan

dengan kurun waktu kurang dari tiga minggu. Penyebab utamanya adalah

5
8

infeksi saluran nafas atas, seperti salesma, sinusitis bakteri akut, pertusis,

eksaserbasi penyakit paru obstruktif kronis, rhinitis alergi, dan rhinitis

karena iritan.

2. Batuk sub-akut

Batuk Sub-akut adalah fase peralihan dari akut menjadi kronis yang

terjadi selama 3-8 minggu. Penyebab paling umum adalah batuk paska

infeksi,sinusitis bakteri, atau asma.

3. Batuk kronis

Batuk kronis batuk kronis adalah fase batuk yang sulit untuk

disembuhkan karena terjadi pada kurun waktu yang cukup lama yaitu

lebih dari delapan minggu. Batuk kronis juga bisa ditandakan sebagai

tanda adanya penyakit lain yang lebih berat misalkan: asma,

tuberculosis (tbc), penyakit paru obstruktif kronis (ppok,gangguan

refluks lambung, dan kanker paru-paru.

Faktor Penyebab Batuk

Menurut Ikawati terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab dari

batuk antaranya :

1. Rangsangan mekanis, misalnya asap rokok, debu, dan tumor.

2. Adanya perubahan suhu yang secara cepat dan mendadak.

3. Rangsangan kimiawi, misalnya gas dan bau – bauan.

4. Adanya peradangan atau infeksi karena bakteri atau jamur.

5. Reaksi alergi.
7

c. Gejala Batuk

Batuk - batuk biasanya merupakan gejala ringan dari flu. Umumnya ada

tanda lain seperti (junaidi, 2010).

1. Tenggorokan gatal pada batuk kering

2. Banyak lendir atau dahak pada batuk berdahak.

3. Meriang atau menggigil.

4. Bersin-bersin, pilek atau hidung tersumbat.

5. Nyeri kepala.

d. Diagnosa Batuk

Batuk - batuk pada dasarnya merupakan gejala dari suatu penyakit.

Untuk mengetahui penyebab batuk biasanya dokter menanyaka riwayat

kesehatan seseorang dan melakukan pemeriksaan fisik. Selain itu untuk

mendapat hasil pemeriksaan yang lebih detail bisa dilakukan pemeriksaan

menunjang seperti tes darah, tes alergi, radiologi sinar x di dada, atau analisis

sampel dahak (Doenges, 2012).


8

e. Pengobatan Batuk

Tujuan pengobatan batuk adalah untuk meminimalkan gejalah dan

menghilangkan atau mengatasi penyebab batuk (Depkes 2007).

1. Terapi non farmakologi. Adapun terapi yang termasuk kedalam terapi

pengabatasan batuk secara non farmakologi menurut depkes 2007 adalah

a. Minum banyak cairan (air atau sari buah).

b. Hirup uap air panas.

c. Minum obat yang sesuai

2. Terapi farmakologi menurut Depkes RI 2007 obat batuk dibagi mejadi

dua yaitu ekspektoran (pengencer dahak) dan antitusif (penekan batuk) :

a. Obat batuk ekspektoran (gliserin, bromheksin, kombinasi bromheksin

dengan gliserin guaiakolat, obat batuk hitam).

b. Obat penekan batuk antitusif (deksrometrfan HBr, difenhidramin

HCL).
9

2.2 Penggolongan Obat Batuk

1. Antitusif

Antitusif bekerja untuk menekan batuk. Contohnya adalah

dekstrometorfan, naskapin, etilmorfin, dan kodein. Obat-obat ini merupakan

derivet senyawa opiod, sehingga juga memiliki efek samping seperti senyawa

opiat, meliputi konstipasi, sedative, dll. Perlu diketahui bahwa antitusif

sebaiknya tidak digunakan pada batuk berdahak, karena batuk tertahan pada

cabang trakea bronkial dapat menggangu ventilasi dan bisa saja

meningkatkan kejadian infeksi, misalnya pada penyakit bronchitis kronis dan

bronkiektasis (ikawati,2008).

2. Ekspektoran

Ekspektoran (dari Bahasa latin ex = keluar dan pectoris dada ditunjukan

untuk merangsang batuk sehingga memudahkan untuk mengeluarkan dahak

ekpektorasi. Obat bebas yang paling sering digunakan adalah gilseril

gualkolat. Namun dalam beberapa studi menyarankan studi, efektivitas

ekspektoran ini masih dipertanyakan (IONI,2000: Scroeder dan Fehey, 2002).

Bahkan sebyah studi menyarankan menggunakan air saja sebagai

ekspektoran, karena air dapat membantu mengencerkan dahak sehimgga

dahak dapat dibatukan dengan mudah (ikawati, 2008).


10

3. Mukolitik

Golongan mukolitik menurunkan bekerja menurunkan viskositas

mucus/dahak, sehingga mendapatkan ekspetorasi. Biasanya digunakan pada

kondisi dimana dahak cukup kental dan banyak, seperti pada penyakit paru

kronik (PPOK), asam, bronsifektosis, dan sistik fibrosis. Beberapa contoh

mukolitik adalah : Acetyicysteine, karbosistein, ambroxol, bromheksin

(ikawati, 2008).

4. Demulsen

Memperlunak rangsangan batuk dan memperlicin tenggorokan agar

tidak kering, serta memperlunak selaput lendir yang teriritasi. Zat-zat yang

sering digunakan adalah sirup (thymi dan althea), zat-zat lendir (infus

carrageen), dan gula-gula, seperti drop (akar manis), permen, pastilles isap,

dan sebagainya.

2.3 Kerasionalan Peresepan


Setelah pasien yang memiliki klinis dievaluasi dan diagnosanya

ditegakkan, dokter seringkali dapat memilih metode terapi dari berbagai

macam pendekatan teraupeutik, Beberapa pilihan yang ada meliputi obat-

obatan, fisik, pendididkan kesehatan, konseling, konsultasi lebih lanjut,

hinggah tidak dilakukan terapi sama sekali sampai sejauh ini, dari berbagai

pilihan tersebut, terapi obat adalah yang paling sering dipilih pada Sebagian

besar kasus, hal ini memerlukan kriteria penulisan resep (BP0M RI, 2008).
11

a. Kriteria peresepan rasional

Kriteria peresepan rasional sangat diperlukan guna mencapai

keberhasilan sebuah pengobatan. Kriteria pengobatan rasional mencakup

empat hal sebagai berikut.

a. Tepat diagnosis.

b. Tepat indikasi.

c. Tepat jenis obat.

d. Tepat evaluasi.

b. Resep

Resep merupakan permintaan tertulis dari seseorang dokter, dokter gigi,

dokter hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku pada apoteker pengelolah apotik untuk menyiapkan atau

membuat, meracik, serta menyerahkan obat kepada pasien (syamsuni, 2006).

Suatu resep yang lengkap harus memuat :

1. Nama, alamat dan nomor ijin praktek dokter, dokter gigi atau dokter

hewan.

2. Tanggal penulisan resesp, nama obat atau kombinasi obat.

3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap panulisan resep.


12

4. Tanda tangan atau paraf dokter.

5. Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat pemilik hewan.

6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang

jumlahnya melebihi dosis maksimal.

2.4 Puskesmas

a. Definisi

Menurut octaviana, 2019. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No. 75 Puskesmas

Tahun 2014 Tentang Puskesmas), (Kemenkes, 2016).

Puskesmas Waena merupakan pelaksana teknis dinas Kesehatan kota

jayapura yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan di

wilayah kota jayapura. Tujuannya adalah meningkatkan jumlah, jenis, mutu

dan penyebaran tenaga Kesehatan termasuk sumber daya manusia (SDM)

Kesehatan serta memperdayaan profesi Kesehatan sesuai kebutuhan dan

juga diikuti dengan program pencegahan dan pemberantasan penyakit yang

bertujuan menurunkan angkah kesakitan dan kecacatan akibat penyakit

menular dan tidak menular serta penyakit karantina dan resiko masalah

Kesehatan yang memperoleh perhatian internasional (Public Health Risk of

International Concern).
13

b. Tujuan
Hetty (2015) menyatakan bahwa tujuan pembangunan kesehatan yang

diselenggarakan oleh Puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya

tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal

diwilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2015.

Puskesmas memiliki upaya kesehatan yang wajib dilaksanakan,

yaitu:

a. Upaya promosi kesehatan.

b. Upaya kesehatan lingkungan.

c. Upaya perbaikan gizi masyarakat.

d. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.

e. Upaya pengobatan.

2.5 Kerangka Konsep

Kriteria pengobatan rasional mencakup empat hal yaitu tepat

diagnosa, tepat indikasi, tepat jenis obat, tepat dosis puskesmas (Pusat

Kesehatan Masyarakat) merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan

yang mengupayakan penyelenggarakan kesehatan baik masyarakat maupun

perseorang pada tingkat pertama (kemenkes, 2016).


14

Sampel penelitian ini adalah data rasionalitas peresepan penggunaan

obat batuk ekspektoran di puskesmas waena jayapura papua. Pengambilan

sampel menggunakan metode purposive sampling. Dengan memperhatikan,

kriteria inklusi, kriteria eksklusi dan kriteria kerasionalan. Hasil data

dianalisis dalam bentuk deskripsi dan tabel.

Tiap pemberian terapi obat batuk ekspektoran terhadap pasien di

Puskesmas Waena Jayapura Papua harus memenuhi 100% kriteria

kerasionalan yaitu tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, dan tepat dosis.

Resep Obat Batuk Ekspektoran Periode Januari – Maret 2022

Menganalisis Data dan Meneliti


Tepat Indikasi
Tepat Dosis
Tepat Obat

Gambaran Penggunaan Obat Batuk Ekspektoran di


Puskesmas Waena Jayapura Papua Periode Januari – Maret
2022

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif dengan

pengambilan data secara retrospektif yang didasarkan pada resep yang

mengandung obat batuk ekpektoran. Data yang diambil merupakan data

periode januari – maret 2022.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

a. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan kurang lebih 2 bulan mulai dari

bulan mei sampai juni 2022.

b.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Puskesmas Waena Kelurahan

Heram,Distrik Abepura Kota Jayapura Provinsi Papua.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh resep pasien yang masuk di

Puskesmas Waena Jayapura Papua pada periode januari – maret 2022.

15
16

b. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah semua resep yang mengandung

obat batuk ekspektoran di Puskesmas Waena Jayapura Papua pada

periode januari – maret .

c. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel yang akan dilakukan pada penelitian ini

adalah menggunakan metode purposive sampling.

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

a. Alat – alat yang digunakan : Alat tulis, Komputer.

b. Bahan – bahan yang digunakan : Bahan penelitian ini adalah resep Obat

Batuk Ekspektoran di Puskesmas Waena, Jayapura Papua Pada Periode

Januari – Maret 2022.

3.5 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dibagian rekam medik Puskesmas

Waena,Jayapura Papua. Pengumpulan data dimulai dengan penelusuran

pengumpulan data dari laporan unit rekam medik untuk pasien dengan

peresepan obat batuk ekspektoran yang ada di Puskesmas Waena

periode 2022. Laporan tersebut berisi daftar nomor rekam medik pasien
17

yang selanjutnya digunakan untuk memperoleh data rekam medik pasien

yang sesuai dengan kriteria yang di tentukan.

3.6 Pengelohan dan Analisis Data

Data penggunaan obat batuk ekspektoran pada pasien di Puskesmas

Waena- Jayapura Papua periode januari – maret 2022. Dievaluasi secara

deskriptif dengan disajikan dalam bentuk tabel, dan dalam bentuk grafik.

Pemberian penjelasan. Semua data yang didapat selama penelitian

dikelompokkan dan dianalisis dengan melihat cara pola peresepan yang

rasional dengan peresepan yang tidak rasional sehingga dapat diketahui

pola peresepan obat batuk ekspektoran di puskesmas waena jayapura.


18

3.7 Alur Penelitian

Alur penelitian dapat dilihat pada bagan berikut :


Mengumpulkan Resep Obat Batuk yang Mengandung Ekspektoran Periode Bulan
januari – maret 2023

Memisahkan resep yang mengandung Obat Batuk Ekspektoran Periode Bulan


januari – maret 2023

Menganalisa data dengan meneliti ketetapan dosis, obat, indikasi

Menghitung persentase resep obat ekspektoran yang berinteraksi

Gambar 3.1 Alur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

BPOM, 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat


dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Doenges, M,(2012), Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta,
EGC
Estuningtyas, A., Arif, A.,2008. Obat Lokal. In: Gunawan, S. G., Setiabudy, R.,
Nafrialdi, Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta : Fakultas
Kedoktran Univrsitas Indonsia, 531-532.

Fauzi, L.C (2018). MEMILIH OBAT BATUK MENGENAL JENIS


OBAT BATUK. Program Study Apoteker, Fakultas Farmasi,
Universitas Padjajaran, Sumndang. 81-83.

Junaidi, Iskandar. (2010). Penyakit Paru dan Saluran Napas. Jakarta: BIP
Gramedia.
Kementerian Kesehatan, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasiaan di Puskesmas,
Departemen Keshatan RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan. Nomor 74 tentang
Puskesmas, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Kementerian Kesehatan, 2016. Peraturan Menteri Kesshatan Nomor 73 tahun
2016 tentang standar Pelayanan Aldriani Minumun Puskesmas.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Kemenkes, 2011. Modul Penggunaan Obat Rasional (POR). Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 201 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. 2014
Permenkes. 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonsia Nomor 72
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasiaan di Rumah
Sakit. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Imdonesia

19

Anda mungkin juga menyukai