Anda di halaman 1dari 2

Titi kholifatul khikmah (11180331000029)

Filsafat Analitik

Filsafat analitik dikenal pada abad ke-20. Filsafat ini juga bisa disebut dengan analitik
logika. Hadirnya filsafat analitik ini adalah sebagi bentuk mengkritisi aliran filsafat sebelumnya,
karena filsafat sebelumnya terkesan ribet dan tidak mudah di mengerti oleh orang banyak.
Pengaruh filsafat ini mampu menggantikan Hegelian.

Pada masa sebelum perang dunia ke II universitas Cambridge memegang peranan paling
penting dalam bidang filsafat Inggris, kemudian setelah perang dunia II, munculah universitas
Oxford yang menggantikan peran penting Cambridge. Dua universitas ini memiliki ciri khas
yang berbeda, dimana Cambridge sangat mementingkan hubungan filsafat dengan ilmu
pengetahuan sedang kan oxford memperhatikan filsafat dan sastra. Minat khusus untuk filsafat
Yunani terutama Aristoteles juga menjadi tradisi dari Oxford. Bayak lulusan Oxford yang
menjadi ahli filologi klasik (yunani dan latin).

Salah satu tokoh yang mempelopori filsafat analitik di oxford adalah Gilbert Ryle. Ia
menerbitkan buku yang dianggap penting dalam bidang filsafat di inggris setelah perang dunia 2
berlangsung, yang berjudul The Concept of Mind. Buku ini dimaksudkan untuk menyelidiki
konsep psikis seperti sensation, persepsi, fantasi, pengingat, pemikiran, kehendak, dan lain
sebagainya.

Ryle ini sangat mengkritik pandangan dari Descarttes tentang dualisme. Adanya category
mistake bahwa manusia memiliki pikiran, dengan cara yang sama seperti bagaimana ia memiliki
tubuh. Roh, psike, ataupun jiwa dianggap bisa di bandingkan dengan tubuh, tetapi berbeda
dengannya Karena tidak terbuka dan hanya dikenal melalui introspeksi. Menurut Ryle
kekeliruan utama dari filsafat adalah kekeliruan mengenai kategori. Dimana seharusnya
dibedakan antara kata yang menunjukan suatu disposisi dengan kata yang menunjukan suatau
peristiwa.

John Austin adalah tokoh yang berusaha menyelidiki bahasa pergaulan biasa.
Menurutnya bahasa yang kita pakai sehari-hari banyak mengandung perbedaan dan unsur halus
yang di kembangkan oleh banyak generasi untuk menyampaikan pikiran mereka. Sangat sedikit
filsuf yang membahas bahasa sehari-hari, menurutnya alasan dibalik itu adalah akan banyak
masalah filosofis yang muncul jika di dekati dengan bahasa yang sudah terbenam dalam
kehidupan sehari-hari. Maka dari itu ia selalu mengucapkan bahwa unsur bahasa apa (what),
sama dengan unsur bahsa kapan (when). Usahanya dalam menyelidiki bahasa sehari-hari ini di
sebut dengan linguistic phenomenology yang berusaha menjelaskan fenomena melalui
penyelidikan bahasa. Terpengaruh oleh George Moore

Sumbangsih terbesar Austin adalah perbedaan yang di buatnya antara ucapan performatif
dan ucapan konstantif. Selam ini kan banyak filsuf seperti pengikut atomisme logis dan
positivesme logis yang mengatkan bahwa yang bermakna hanyalah ucapan –ucapan yang dapat
di pastikan benar atau salah. Namun sebenarnya dari hal tersebut dapat di kelompokan menjadi
dua yaitu bahasa konstantif yang bisa di nyatakan benar atau salahnya sedangkan bahasa
performatif benar atau salahnya masih samar, atau bersifat mungkin.

Agustin ini pula mempelajari Speech act yang di bagi menjadi tiga. Pertama, Locutionary
act dimana kita menyampaikan suatu makna tertentu. Kedua illocutionary act, dengan
mengucapkan suatu kalimat yang menggunakan daya (force) yang has yang membuat ucapan
kita menjadi perjanjian, perintah, pernyataan,vonis dan lainnya. Ketiga perlocutionary act
dimana ucapan kita bisa menimbulkan efek psikologis kepada pendengar yaitu setuju atau tidak,
rasa takut, puas dan lainnya. Pemikiran Austin ini hamper mirip dengan wignesten. Tugas filsafat
menurut witgnesten kan menjelaskan pemakaian bahasa, nah augus ini sedikit banyak telah
berhasil mewujudkan tugas tersebut.

Anda mungkin juga menyukai