Abstract
Throughout the history of human life, philosophy has become a science as a basis of thought that
has received very deep attention because philosophy provides the basis for the development of
science. The factors of philosophical development have a significant influence on various other
sciences including the philosophy of language. The philosophy of language has always been
understood in two different perspectives, namely first as a tool for analyzing concepts, second as a
study of the language material being analyzed. In relation to concepts and analysis, philosophy has
given birth to language about the language of expression and meaning. Language forms are
generally represented by grammar, while meanings are discussed in depth in semantic studies. In
the world of language teaching, philosophy also provides a very broad path starting from theories
about language acquisition (language acquisition device) both based on the views of behaviorism
and cognitivism.
Key words: philosophy; language.
1. Pendahuluan
Sepanjang sejarah peradaban manusia, filsafat merupakan salah satu mata pelajaran ilmu
pengetahuan yang banyak mendapat perhatian. Karena menjadi landasan bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Perdebatan tentang kebenaran dan cara memperolehnya telah menjadi isu yang
sangat penting bagi para filsuf dari zaman kuno hingga abad modern. Aristoteles, Plato, Socrates
adalah pionir yang menghiasi dunia ilmu pengetahuan dengan pandangan filosofisnya pada masa
kejayaaan Yunani. Sementara itu, pada abad pertengahan muncul sejumlah nama lain yang juga
tertarik dengan apa yang ada di balik ilmu pengetahuan seperti Rene Descrates, Francis Bacon,
David Hume. Sehingga teori ilmu pengetahuan sebenarnya dapat diterima dan berharga ketertarikan
ini berlanjut hingga masa modern dan mencatat beberapa nama penting dalam sejarah filsafat dunia
seperti William James, John Dewey, John Locke,dll. Sayangnya, banyak orang saat ini yang tidak
menyadari bahwa ilmu sebenarnya memiliki dasar yang sangat kecil` namun signifikan secara
filosofis. Landasan ini dilandasi oleh pemahaman bahwa pada kenyataanya ilmu pengetahuan tidak
akan pernah bisa mencapai kesempurnaan karena manusia tidak akan pernah bisa menemukan
jawaban yang sempurna terhadap segala sesuatu yangdi sekitarnya. Selama berabad-abad, ilmu
pengetahuan telah diteliti dan dikembangkan serta telah membawa perubahan pada kehidupan
manusia dengan cara yang tidak terpikirkan oleh kebanyakan orang. Namun sayangnya, apa yang
terlihat di depan mata atau wujud ilmu pengetahuanlebih menarik dibandingkan dengan apa yang
ada dibaliknya. (Zainudin, 2009)
Bronowski (1973) pernah menyentuh kita melalui tulisannya. Ia percaya bahwa kita harus
mempertimbangkan kembali hakikat segala sesuatu yang kita alami secara empiris sepanjang hidup
kita dan bertanya pada diri sendiri: "Apakah segala sesuatu yang ada dan telah ditemukan serta
dipelajari oleh manusia itu pasti? Apakah Anda yakin?" kita harus mulai dengan pertanyaan ini agar
tidak terjerumus ke dalam kesombongan yang selama ini merasuki pikiran manusia. Faktanya,
kesombongan seperti ini hanya akan membawa umat manusia pada kehancuran; karena apa yang
2. Metode
Pada setiap karya ilmiah yang dibuat maka harus disesuaikan dengan metodologi penelitian.
Para peneliti harus mampu untuk mengetahui dan memahami metodologi penelitian yang
merupakan point penting yang akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan suatu penelitian.
Adapun pendekatan penelitian yang sesuai dengan filsafat bahasa meliputi metode historis, metode
sistematis yang didasarkan pada pendekatan material (isi pemikiran) dan memungkinkan kajian dari
aspek ontologi, epistemologi, hingga aksiologi filsafat bahasa, dan metode kritis. Metode ini
umumnya digunakan oleh mahasiswa tingkat pasca-sarjana.
3. Pembahasan
a. Pengertian Filsafat Bahasa
Pada zaman yunani kuno, bahasa sedikit banyak menjadi salah satu objek kajian oleh para
filsuf. Kaelan (1998: 259) menjelaskan bahwa pada masa itu beberapa filsuf meningkatkan pemikiran
dan menyampaikan gagasan mereka tentang bahasa. Herakleitos memberikan gagasannya tentang
'kata' (logos). Ia berpendapat bahwa logos bukan merupakan gejala antropologis namun
mengandung kebenaran kosmis yang universal. Plato meyakini bahwa bahasa merupakan ekspresi
pikiran yang dimediasi oleh apa yang ia sebut dengan 'onoma' dan 'rhemata'. 'Onoma' adalah subjek
dalam kaitan dengan subjek logis, sementara 'rhemata' merupakan verba dalam tata bahasa dan
predikat dalam hubungannya dengan makna logis. Hal itu menunjukkan bahwa benih-benih filsafat
bahasa telah mulai dikembangkan pada masa kejayaan Yunani. (Kaelan, 1998)
Filsafat bahasa selalu dipahami pada dua perspektif berbeda, yaitu, pertama, filsafat yang
menggunakan bahasa sebagai alat analisis konsep-konsep, dan kedua, filsafat yang mengkaji
tentang bahasa sebagai materia yang dianalisis. Kedua pengertian ini berkembang sedemikian rupa
menurut sudut pandang filsuf yang berbeda. Secara sederhana, Muntasyir (1988:45-47) memberikan
definisi filsafat bahasa yaitu 'suatu penyelidikan secara mendalam terhadap bahasa yang
dipergunakan dalam filsafat, sehingga dapat dibedakan pernyataan filsafat yang mengandung
makna (meaningful) dengan yang tidak bermakna (meaningless). Definisi ini menunjukkan bahwa
bahasa menjadi materia yang dikaji untuk menghasilkan makna dari pernyataan- pernyataan filsafati.
Akan tetapi, ia kemudian menyajikan pandangan-pandangan lainnya tentang filsafat bahasa yang
perlu menjadi catatan. Mengutip Verhaar, ia menyebut bahwa filsafat bahasa itu terbagi ke dalam
4. Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa meskipun filsafat bahasa muncul setelah filsafat-filsafat lainnya,
misalnya filsafat fisika, pada dasarnya filsafat bahas itu telah hadir di dalam proses pembentukan
filsafat-filsafat itu. Para filsuf sejak dahulu kala menggunakan media bahasa untuk menyampaikan
pernyataan- pernyataan filsafat mereka untuk mencari kebenaran akan segala sesuatu. Dengan
lahirnya filsafat bahasa sebagai salah satu cabang ilmu filsafat, telah melahirkan toeri- teori tentang
bahasa sehingga wacana teori bahasa mendapatkan tempat yang sangat khusus.
Pernyataan berikut mungkin dapat menjadi pengingat bagi diri kita yang sering sekali alpa
karena sifat kemanusiawian kita. Pemikiran-pemikiran yang berbeda adalah warna dalam kehidupan
begitu juga dalam keilmuan sehingga untuk mencari mana yang paling benar adalah kesalahan.
Segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak ada yang pasti, semuanya berubah dan yang tidak
pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. Jadi, bisa saja pada saat ini kita menganggap sebuah
pernyataan benar namun pada saat lain ketika pernyataan itu terbantahkan kita pun mengakui
bahwa yang kita akui benar ternyata masih memiliki unsur ketidakpastian.
Mungkin kita bisa berkaca pada Descartes yang berusaha terus menerus mencari yang
mencoba mencari kepastian, yakni kepastian yang tidak dapat menggoyahkan keyakinannya.
Meskipun Decartes tidak menghalangi pemikiran orang lain, namun keyakinan-keyakinan yang ia
munculkan di akhir pencariannya tidak dapat memberi pemecahan akan kepastian. Ketika kita
mengejar kepastian sesungguhnya kita seperti mengejar sesuatu yang terus menghindar dari kita
setiap saat kita menghampirinya.
5. Daftar Pustaka
Zainuddin 2009. kontribusi Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu Bahasa. Jurnal Bahasa
Unimed, no. 75 TH.
Bronowski, Y. J. 1973. The Ascent of Man. Boston: Little Brown
Kaelan. 1998. Filsafat Bahasa: Masalah dan Perkembangannya. Yogyakarta: Paradigma.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Solchan T.W., D. (2014). Solchan T.W., dkk Pendidikan Bahasa Indonesia di SD 2014.
UNIVERSITAS TERBUKA, 2014.
Kridalaksana, H. (2001). I. pengertian bahasa 1.
Azhar, iqbal nurul. (2015). Peranan filsafat dalam mengembangkan linguistik, (May 2010).
Searle, JR. 1975. A Taxonomy of Uillocutionary Acts.” Dalam Minnesota Studies in the
Philosophy of Langguage. K. Gundarson (ed). Menneapolis: University of Mennesota.
Popkin, R.H. & Stroll A. 1956. Philosophy Made Simple. New York: Doubley & Company, Inc.
Muntansyir. 1988. Filsafat Bahasa: Aneka Masalah Arti dan Upaya Pemecahannya. Jakarta:
Prima Karya.
Katz. J.J. 1966. The Philosophy of Language. USA: Department of Humanities and Research
Laboratory of Electronics Massachussetts Isntitute of Technology.
Wicoyo, A.J. 1997. Filsafat Bahasa Biasa dan Tokohnya. Yogyakarta: Liberty.