Anda di halaman 1dari 9

PEMERIKSAAN FISIK

Kategori : Sub Kategori:


Definisi:
Melakukan pemeriksaan pada klien dengan teknik cephalocaudal melalui inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi

Diagnosis Keperawatan:
Luaran Keperawatan:
Prosedur:
1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal lahir,
dan/atau nomor rekam medis)
2. Komunikasi Terapetik :
1) Memulai komunikasi, memberikansalam, perkenalan
2) Menjelaskan tujuan pada semua tahapan prosedur
3) Mendapat persetujuan klien dengan kontrak waktu
4) Membantu posisi klien yang nyaman
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
1) Sphigmanometer 11) Speculum hidung
2) Termogun 12) Tong spatel terbungkus ujungnya di
3) Pen light dalam tempat
4) Timbangan 13) Stetoskop
5) Jam dengan detik 14) Midline (meteran)
6) Garputala 15) Refleks Hammer
7) Sarung tangan bila perlu 16) Alkohol swab 16.Tissue
8) Media tes penciuman (bau-bauan/kopi, 17) Bengkok/kantong plastic sampah
teh, minyak kayu putih dll) medis
9) Media tes Rasa (asin, manis) 18) Buku catatan /lembar observasi
10) Speculum hidung 19) Sarung tangan bersih bila perlu
20) Timbangan

4. Cencuci tangan secara tepat 6 langkah sesuai WHO


5. Gunakan APD bila diperlukan (hands scoon)
6. Dekatkan Alat/Membawa Alat-alat ke dekat pasien
7. Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Misalnya menutup
pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
8. Laksanakan Prosedur Klinis :
1) Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang handschoen bila
di perlukan
2) Periksa keadaan umum meliputi :
a. Penampilan umum, status mental dan nutrisi (BB)
b. Kesadaran,(GCS),
Hasil pemeriksaan GCS yang di dapat:
- GCS 14-15 : Compos mentis
- GCS 12-13 : Apatis
- GCS 11-10 : Derilium
- GCS 9-7 : Somnolen
- GCS 6-7 : Stupor
- GCS 3 : Coma
c. tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran penuh, Ekspresi sesuai, tidak
ada menahan nyeri/ sulit bernafas)
d. Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal :)Relaks, tidak ada tanda-tanda cemas/takut

1
9. Ukur Tanda-Tanda Vital
1) Tekanan Darah
(1) Atur posisi klien, baik duduk atau berbaring dengan nyaman, dan sangga lengan
klien setinggi jantung dengan telapak tangan menghadap ke atas.
(2) Pengaturan posisi dapat memudahkan pemasang manset. Posisi lengan di atas
jantung akan menyebabkan hasil pengukuran rendah yang salah.
(3) Buka pakaian klien yang menutupi lengan atas.
(4) Memastikan ketepatan letak manset.
(5) Palpasi arteri brakialis dan pasang manset 2,5 cm di atas denyut arteri brakialis.
(6) Stetoskop di letakkan di atas arteri brakialis tanpa terhalang manset.
(7) Pasang sfigmomanometer aneroid pada manset,sejajar dengan arteri brakialis, dan
pastikan lilitan manset rapih dan tidak ketat.
(8) Pemasangan manset yang longgar menyebabkan hasil pengukuran tinggi yang salah.
(9) Pastikan sfigmomanometer raksa sejajar dengan mata dan Anda berdiri kurang dari
satu meter dari sfigmomanometer untuk mencegah kesalahanpembacaan raksa.
(10) Palpasi arteri brakialis sambil memompa manset hingga 30 mmHg di atas titik arteri
brakialis tidak teraba lagi, kemudian buka katup pada manset. Perhatikan titik kerika
denyut kembali teraba (sistolik palpasi)
(11) Memperkiraan tekanan sistolik dan menentukan titik penambahan maksimal untuk
pembacaan akurat untuk mencegah kesenjangan auskultasi.
(12) Kempiskan manset sepenuhnya dan tunggu selama 30 detik untuk mencegah
kongesti vena dan hasil pengukuran tinggi yang tidak akurat.
(13) Pasang stetoskop di telinga Anda.
(14) Bagian telinga stetoskop harus tetap menutup lubang telinga perawat untuk
memudahkan pendengaran.
(15) Palpasi kembali arteri brakialis dan letakan diafragma stetoskop diatasnya.
(16) Penempatan stetoskop yang tepat memastikan penerimaan bunyi optimum. Bunyi
yang samar dapat mengakibatkan pembacaan hasil yang salah.
(17) Tutup katup pada manset searah jarum jam hingga rapat.
(18) Mencegah kebocoran udara pada saat di pompa.
(19) Pompa manset hingga mencapai 30 mmHg di atas titik sistolik palpasi klien.
(20) Memastikan ketepatan pengukuran sistolik.
(21) Buka katup secara perlahan sehingga memungkinkan turun rata-rata 2-3 mmHg per
detik.
(22) Penurunan raksa yang terlalu cepat atau terlalu lambat dapat menyebabkan
pembacaan hasil yang salah.
(23) Perhatikan titik pada sfigmomanometer ketika denyut terdengar pertama kali.
(24) Bunyi korotkoff pertama memunjukan tekanan sistolik.
(25) Lanjutkan membuka katup secara bertahap dan perhatikan titik ketika denyut tidak
terdengar lagi.
(26) Bunyi korotkoff keempat menunjukan tekanan diastolic pada orang dewasa.
(27) Kempiskan manset dengan cepat dan tuntas.
(28) Lipat manset dan simpan dengan benar
(29) Posisikan klien dengan nyaman
(30) Catat Hasil

2) Nadi
(1) Bantu klien ke posisi terlentang atau duduk
(2) Letakan dua atau tiga jari tangan anda di celah radialis searah ibu jari di sisi
dalam pergelangan tangan klien
(3) Berikan tekanan ringan di atas radius
(4) Hitung frkuensi denyut menggunakan jam tangan dengan jarum penunjuk
detik
(5) Lakukan perhitungan denyut selama 1 menit penuh

2
(6) Kaji kekuatan irama dan kesamaan denyut
(7) Bantu klien kembali ke posisi yang nyaman
(8) Catat hasil dari pemeriksaan fisik

3) Pernapasan
(1) Pastik an dada klien terlihat
(2) Tempatkan lengan klien pada posisi relaks abdomen atau dada bawah atau
letakan tangan anda langsung pada abdomen atas klien (Lakukan inspeksi dan
hitung pernpasan dengan melihat perkembangan dada)
(3) Observasi siklus pernapasan lengkap yaitu sekali inspirasi dan sekali ekspirasi
(4) Hitung selama satu menit penuh ( 60 detik) perhatikan kedalaman pernap asan
(5) Catat setiap hasil kegiatan

4) Suhu Tubuh
1) Pastikan termogun terisi bateray
2) On kan alat
3) Dekatkan termogun ke bagaian kulit yang akan di ukur suhuya sampai terdengar
bunyi alarem sebagai tanda suhu telah terukur
4) Catat hasilnya.

10. Pemeriksaan kepala


1) Inspeksi:
(1) Anjurkan posisi pasien duduk bila memungkinkan
(2) Anjurkan pasien untuk melepaskan penutup kepala, kaca mata

2) Palpasi :
(1) Lakukan palpasi dengan gerakan memutar yang lembut menggunakan ujung jari,
lakukan mulai dari depan turun kebawah, melalui garis tengah, kemudian palpasi
setiap sudut garis kepala
(2) Rasakan apakah terdapat benjolan/masa tanda bekas luka di kepala,
pembengkakan, nyeri, tekan, kelainan kulit kepala, jika ditemukan perhatikan besar
serta luasnya. Hasil normal: kulit kepala bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, tidak
ada nyeri tekan/massa, warna rambut sesuai dengan ras

11. Pemeriksaan mata


1) Inspeksi
(1) Anjurkan pasien menghadap ke depan
(2) Bandingkan mata kanan dan kiri
(3) Amati bentuk dan keadaan kulit dan kelopak mata dan catat kelainan yang ada
(4) Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata dan posisi mata
(5) Inspeksi kelopak mata bawah, minta pasien untuk membuka mata perhatikan
reflex kedip mata

2) Konjungtiva dan sklera


(1) Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan
(2) Tarik kebawah, kelopak mata kearah bawah dengan menggunakan ibu jari
(3) Gunakan sarung tangan jika ada secret di tepi kelopak mata
(4) Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian bawah, catatan jika
terdapat infeksi, pus, atau kelainan warna sclera atau konjungtiva
(5) Amati warna sclera saat memeriksa konjungtiva.

3) Pupil dan iris


(1) Atur pencahayaan kamar menjadi sedikir redup

3
(2) Pegang kepala dan dagu agar tidak bergerak-gerak
(3) Inspeksi ukuran bentuk, keselarasan pupil dan reaksi terhadap cahaya
(4) Uji refleksi pupil terhadap cahaya
- Sinari pupil pasien dengan senter dengan samping
- Amati mengecilnya pupil yang di sinari
- Lakukan pada pupil lainnya (ukuran pupil normal 2-3mm)

4) Pemeriksaan Snellen Test


(1) Siapkan pasien berdiri atau duduk, snellen chart digantungkan dengan searah jajar
pandang berjarak 6 meter dari pasien ( dalam ruangan sempit mampu membaca
ukuran huruf 12( standar).
(2) Posisi perawat sebelah kanan snellen chart
(3) Anjurkan pasien menutupsalah satu kiri dengan tangannya dan mata kanan terbuka
(4) Perawat menunjuk huruf-huruf yang ada di snellen chart berurutan dari yang besar
sampai yang terkecil dan pasien dianjurkan menyebut huruf yang di tunjuk perawat
(5) Sampai batas huruf yang masih bisa di sebutkan pasien dengan benar, lanjutkan
penilaian visus mata kanan
(6) Ulang prosedur di atas untuk mata kanan tutup dengan tangan kanan dan mata kiri
terbuka.
(7) Lakukan penilaian visus mata kiri
(8) Rapikan alat alat

5) Pemeriksaan Lapang Pandang.


(1) Siapkan pasien untuk duduk dan menghadap pemeriksa
(2) Perawat menegakkan jari telunjuk ke depan hidung pasien dengan jarak 3-5 cm .
(3) Gerakkan jari2 telunjuk pemeriksa kearah kanan – kiri secara vertical dan atas
kebawah secara horizontal.
(4) Anjurkan pasien untuk tetap melihat lurus kedeapan dan tanyakan apakah jari
telunjuk yang kita gerakkan sampai ke samping kepala terlihat atau tidak
(5) Lakukan pencatatan.

12. Pemeriksaan Telinga


1) Inspeksi dan palpasi telinga luar
(1) Bantu pasien dalam posisi duduk jika memungkinkan
(2) Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang di kaji
(3) Atur pencahayaan dengan menggunakan lampu kepala atau sumber cahaya lain
sehingga tangan pemeriksa bebas kerja
(4) Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan jari telunjuk dan jempol
(5) Palpasi kartilago telinga secara simetris
(6) Bandingkan telinga kanan dan kiri
(7) Inspeksi lubang telinga luar dengan cara :
- Pada orang dewasa pegang daun telinga dan perlahan Tarik daun telinga keatas dan
kebelakang sehingga lurus dan mudah di amati
- Untuk anak anak daun telinga Tarik ke bawah
(8) Periksa adanya peradangan, perdarahan, kotoran atau serumen pada lubang
telinga

2) Pemeriksaan dengan garputala


(1) Tes bisik /hearing test /Whespering test
- Perawat siap melakukan test
- Posisi perawat di depan pasien berjarak 30 cm dari pasien

4
- Perawat berbisik/berkata pada klien dan klien dianjurkan untuk mengulangi apa
yang perawat katakana.
- Lakukan penilaian apa yang dikatakan pasien sama dengan dikatakan perawat :
• Bila ya : hasil negative/tidak tuli.
• Bila tidak : hasil tuli positif
(2) Test Rine
- Getarkan garputala
- Letakan tangkai garputala di tulang mastoid sampai getaran garputala tidak
terdengar
- Anjurkan pasien untuk memberitahu pemeriksa jika tidak mendengar getaran
garputala
- Angkat garputala dengan cepat dan tempatkan garputala di depan lubang telinga
(media austikus) 1-2 cm dengan posisi garputala parallel terhadap lubang telinga
luar pasien
- Instruksikan pasien untuk memberi tahu apakah masih, mendengar suara atau
tidak
- Catat hasil pemeriksa pendengaran tersebut (normalnya, pasien masih mendengar
garputala saat ujung garputala didekatkan, di lubang telinga)

(3) Pemeriksaan weber


- Getarkan garputala
- Letakan tangkai garputala di tengah puncak kepala pasien
- Tanyakan kepada pasien apakah bunyi terdengar lebih jelas pada salah satu telinga
- Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut (normalnya, getaran garputala
sama pada telinga kanan dan kiri)

13. Pemeriksaan hidung


1) Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar
(1) Amati bentuk hidung bagian luar dari sisi depan, samping, dan atas
(2) Amati keadaan kulit hidung terhadap terhadap warna dan adanya pemeriksaan
(3) Amati kesimetrisan lubang hidung
(4) Observasi pengeluaran dan pelebaran nares (lubang hidung)
(5) Lakukan palpasi lembutpada batang hidung dan jaringan lunak hidung terhadap
nyeri dan masa
(6) Untuk menentukan ada atau tidaknya gangguan terhadap fungsi penciuman
• Tutup mata pasien
• Tutup salah satu lubang hidung
• Berikan bau-bauan dan pasien diminta menyebutkan jenis bau-bauan
tersebut
2) Inspeksi hidung bagian dalam
(1) Amati sputum hidung
(2) Pasang ujung speculum hidung pada lubang hidung
(3) Amati lubang dinding rongga hidung (warna, sekresi, edema)
(4) Lepaskan speculum secara perlahan

14. Pemeriksaan mulut dan faring


1) Inspeksi dan palpasi mulut dan faring
(1) Amati bibir klien untuk warna, kesimetrisan, kelembapan, dan adanya kelainan
kongenital, bibir sumbing, inflamasi, lesi atau ulkus
(2) Anjurkan pasien untuk membuka mulut, amati kondisi dalam mulut geligi klien,uth
atau caries

5
(3) Observasi kebersihan mulut dan adanya bau mulut (halatosis)
(4) Minta pasien menjulurkan lidahnya kemudian amati warna, kesejajaran, atau
kelainan lainnya
(5) Test Rasa dengan menganjurkan klien menjulurkan lidah dan letak zat yg akan
dirasa oleh klien ( gula, garam dll)
(6) Anjurkan Klien kesempatan untuk mengangkat sedikit kebelakang dan membuka
mulut ketika menginspeksi faring. Tekan lidah kebawah sewaktu klien berkata
“AHH” amati faring terhadap kesimetrisan ovula. Periksa tonsil apakah meradang
atau tidak.

15. Pemeriksaan leher


1) Inspeksi
(1) Pastikan leher dalam kondisi terbuka
(2) Amati bentuk leher apakah ada nodul, lesi dan peningkatan JVP (pasien jangan
dalam kondisi mengedan)
(3) Amati bentuk leher, warna kulit, adanya jaringan parut pembekakan massa,
pengamatan dilakukan secara sistematis melalui garis tengah sisi depan leher
samping dan belakang
(4) Inspeksi tiroid dengan menginstruksikan pasien untuk menelan dan mengamati
gerakan kelenjar tiroid pada taktk suprasternal (normalnya kelenjar tiroid tidak
dapat di lihat kecuali pada orang yang sangat kurus)
(5) Minta pasien untuk mereflekan leher dengan dagu kemudian hiperekstensikan
leher dengan sedikit kebelakang kemudian gerakan menyamping ke sisi kanan, kiri
sampai telinga kearah bahu Palpasi
• Pemeriksaan nodus limfe
✓ Posisikan pemeriksa dihadapan klien dan bahu klien merasa rileks
dengan kepala sedikit menunduk atau menghadap ke sisi yang
akan diperiksa untuk melemaskan jaringan dan otot.
✓ Gunakan bantalan jari Anda untuk mempalpasi masing-masing
jaringan limfe dengan gerakan memutar.
✓ Palpasikelenjar lmphe apakah ada pembesaran.
• Palpasi kel untuk melemaskan kelenjar tiroid dengan cara
✓ Letakan tangan pada leher pasien
✓ Palpasi suprasternal dengan jari telunjuk dan jari tengah
✓ Menginstruksikan pasien untuk minum atau menelan agar
memudahkan palpasi
✓ Jika teraba kelnjar tiroid pastikan bentuk ukuran, konsistensi dan
permukaannya

16. Pemeriksaan Dada dan Paru


1) Inspeksi
(1) Buka baju klien dan perhatikan badan klien sebatas pinggang
(2) Atur posisi klien duduk/ terlentang
(3) Beri penjelasan kepada pasien apa yang akan dilakukan
(4) Lakukan pengamatan bentuk dada dari 4 sisi
(5) Depan : perhatikan klavikula sternum dan tulang rusuk
(6) Belakang: perhatikan bentuk tulang belakang, kesimetrisan scapula, sisi kanan dan
kiri
(7) Inspeksi bentuk dada keseluruhan untuk tahu kelainan bentuk dada dan tentukan
frekuensi pernafasan

6
2) Palpasi
(1) Pegang leher pasien bagaian trachea, semitris atau tidak
(2) Berdiri di depan pasien dan letakkan telapak tangan secara datar pada dinding dada
pasien
(3) Anjurkan pasien untuk menarik nafas
(4) Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan sisi kiri (ekskursi
dada)
(5) Pemeriksa berdiri di belakag pasien. Letakkan tangan pemeriksa pada sisi dada
belakang perhatikan pengembangan dada pasien saatt bernafas

3) Taktil fremitus
(1) Letakkan telapak tangan pada bagian depan dinding dada dekat apek paru
(2) Instruksikan pasien untuk mengucapkan “tujuh puluh tujuh” u Sembilan puluh
sembilan
(3) Ulangi gerakan tersebut dengan telapak tangan sampai bagian dasar paru paru dan
bagian posterior
(4) Minta pasien untuk berbicara lebih keras atau nada lebih rendah. Jika di temukan
fremitus redup.

4) Perkusi
(1) Atur posisi pasien supine/terlentang atau duduk
(2) Untuk perkusi paru anterior, perkusi di mulai dari atas klavikula ke bawah spasium
interkostalis dengan interkostalis denga interval 4-5 cm mengikuti pola sistematis
(3) Bandingkan sisi kiri dan sisi kanan
(4) Anjurkan pasien untuk duduk
(5) Untuk perkusi paru posterior lakukan perkusi mulai dari puncak paru ke bawah
(6) Bandingkan sisi paru kiri dan kanan
(7) Instruksikan pasien untuk tarik nafas panjang dan menahannya untuk
menderminasikan gerakan diafragmanya
(8) Lakukan perkusi sepanjang garis skapula sampai resonan berubah menjadi redup
(9) Tandai area yang memiliki bunyi redup dengan spidol (tanda I)
(10)Minta pasien untuk menghembuskan nafas secara maksimal kemudian
menahannya.
(11)Lanjutkan perkusi dari tanda I kea rah atas. Biasanya bunyi redup ke II terdengar di
atas tanda I. Tandai bunyi redup ke II.
(12) Ukur jarak antara tanda I dan II. Pada wanita, jarak normal wanita (3-5 cm) pada
pria (5-6 cm).

5) Auskultasi paru
(1) Gunakan stetoskop untuk dewasa dan bell untuk anak-anak
(2) Letakkan stetoskop di interkostalis
(3) Instruksikan pasien untuk bernafas secara perlahan dan dalam dengan mulut
sedikit menutup
(4) Mulai askultasi dengan urutan dengan benar dri ICS 1 secra semetris sampai ics
bawah,
(5) Dengarkan inspirasi dan ekspirasi pada setiap tempat
(6) Lakukan auskultasi pada dada anterior dan posterior
(7) Bila terdengar bunyi abnormal anjurkan klien untuk batuk

7
6) Auskultasi jantung
(1) Auskultasi jantung dengan menggunakan stetoskop pada area yang di tunjuk pada
gambar dengarkan S1 dan bunyi S2 dan bunyi jantung tambahan (ICS II kanan
daerah aorta, ICS II kiri daerah pulmonal,ICS IV daerah tricus) normalnya pada
auskultasi, jantung terkenal terdengar di S1 dan S2
(2) Tempelkan stetoskop pada sisi membrane pada daerah aorta (ICS II kanan) simak
bunyi jantung terutama BJ 2
(3) Pada awal systole dengarkan sama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau
murmur

17. Pemeriksaan Abdomen


1) Inspeksi
(1) Atur posisi yang tepat yaitu berbaring terlentang dengan tangan kedua sisi sedikit
menekuk dan kaki sedikit ditekuk untuk melemaskan otot abdomen
(2) Inspeksi area abdomen dari prosesus xifoides sampai simpisis pubis dan amati
bentuk perut secara umum.

2) Auskultasi
(1) Letakkan diafragma stetoskop di kuadran kanan bawah area sekum, berikan
tekanan ringan dan minta pasien tidak berbicara
(2) Kemudian dengarkan bising usus dalam 1 menit penuh perhatikan kuantitas,
kualitas
(3) Jika bising usus tidak terdengar lanjutkan pemeriksaan di setiap kuadran abdomen
(4 kuadran)
(4) Catat bising usus terdengar normal, tidak ada,hiperaktf, hipoaktif.

3) Perkusi
(1) Lakukan perkusi searah jarum jam
(2) Perhatikan dan catat bila ada keluhan
(3) Lakukan perkusi pemeriksaan khusus bila di curigai adanya asites

4) Palpasi ringan abdomen


(1) Palpasi ringan abdomen di setiap kuadran
(2) Jari-jari menekan 1 cm
(3) Palpasi adanya kelainan (massa, nyeri tekan, nyeri lepas)

5) Palpasi abdomen dalam


(1) Gunakan palpasi satu atau dua tangan tekan dinding 4-5 cm
(2) Catat adanya massa
(3) Palpasi hepar
• Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien
• Letakkan tangan kiri pemeriksa pada bawah tulang rusuk 11-12
• Letakkan tangan kanan anda di atasnya
• Saat pasien ekhalasi, berikan tekanan ke atas dan sedalam 4-5 cm pada
batas ke bawah kosta kanan.
• Pertahankan posisi tangan pemeriksa dan minta pasien untuk mengambil
nafas dalam.
• Ketika pasien inhalasi, rasakan pergerakan batas hati pasien pada tangan
pemeriksa. Biasanya area tersebut memiliki kontur teratur.
• Jika hepar membesar, lakukan palpasi di batasi bawah rusuk kanan dan
catat pembesaran tersebut dan nyatakan dalam satuan besaran “cm”.

8
18. Pemeriksaan Ekstermitas
1) Inspeksi bentuk, ukuran, kesimetrisan, edema/tidak
2) Lakukan edema pitting bila tampak edema Inspeksi daerah edema (simetris apakah
ada tanda peradangan).
3) Lakukan palpasi pitting selama 5 menit dengan cara menekan bagian tulang keras atau
punggung kaki dan amati waktu kembalinya. Interpretasi :
• Derajat I : kedalaman 1-3 mm dan waktu kembalinya 3 detik
• Derajat II : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
• Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7detik
4) Refleks Biseps
• Posisi pasien duduk santai, lengan rileks, pegang lengan pasien dan letakkan
tangan pasien ditas tangan pemriksa dengan posisi fleksi dan pronasi kemudian
pukul tendo branchioradialis.
5) Refleks trisep
(1) Sangga lengan pasien dengan menggunakan telapak tangan non dominan
pemeriksa
(2) Posisikan lengan bawah pasien dalam posisi antara fleksi dan ekstensi
(3) Meminta pasien mengistirahatkan/rileks lengan bawah
(4) Palpasi trisep untuk memastikan otot tidak tegang (3 jari diatas alekranon)
(5) Ketuk tendon trisep secara langsung mengunakan refleks hammer

6) Refleks Patella
(1) Pasien tidur Tangan kiri menopang tungkai yang akan diperiksa dan dorong
kaki/tungkai pasien kearah abdomen dalam posisi fleksi 900 dan tangan kanan
dengan mengunakan refleks patella
(2) Pasien duduk Pasien duduk, tangan non dominan pemeriksa menopang tungkai
yang akan diperiksa dan tangan dominan mengunakan palu refleks pada tendon
patella.

7) Kekuatan otot
(1) Meminta pasien menarik atau mendorong tangan pemeriksa.
(2) Meminta pasien mengangkat kedua tangan dan melawan tangan pemeriksa
(3) Bila tidak mampu mengangkat atau bergeser maka pegang/palpasi kontraksi otot.
(4) Meminta pasien mengangkat kedua kaki dan minta pasien melawan kekuatan
dorongan pemeriksa.
(5) Interpretasi:
• 5: gerakan aktif dan tahanan penuh
• 4: gerakan aktif terhadap gravitasi dengan tahanan sedang
• 3: gerakan aktif terhadap gravitasi dan tidak mampu menahan
• 2: gerakan hanya bergeser dengan bantuan
• 1; kontraksi otot
• 0: tidak ada kontraksi otot
Dokumentasi :
Catat seluruh hasil kegiatan tindakan dalam buku, beri waktu pelaksanaan kegiatan dan tanda
tangan perawat jaga.

Anda mungkin juga menyukai