Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional analitik
dengan rancangan potong silang (cross-sectional)

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Pengambilan sampel penelitian telah dilakukan di SDN Kenari 08 Jakarta
Pusat dengan waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2018

C. Populasi dan Sampe Penelitian


1. Populasi
Populasi pada penelitian adalah anak dan orang tua SDN Kenari 08
Jakarta Pusat
2. Sampel/ Subjek Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah anak usia 8-11 tahun dan orang tua di
SDN Kenari 08 Jakarta Pusat
3. Besar Sampel
Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin karena
sudah diketahui jumlah populasi penelitian tetapi belum diketahui
karakteristiknya, dengan teknik pengambilan sampel secara purposive
sampling.

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
504
𝑛=
1 + (504)(0,1)2
21
Hubungan Antara Kebutuhan Perawatan Ortodonti Interseptif
Dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua
Rania Afnandhiya Wandawa, 2021
504
𝑛=
1 + (504 𝑥 0,01)
504
𝑛=
6.04
𝑛 = 83,44
𝑛 = 83
Keterangan:
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi (Jumlah siswa SDN Kenari 08 Jakarta Pusat)
1 = Konstanta
e = Batas Toleransi Kesalahan

Berdasarkan perhitungan jumlah sampel tersebut diperoleh jumlah


sampel minimal yang diperlukan untuk penelitian ini sebanyak 83 sampel.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


1. Kriteria inklusi
a. Anak dan orang tua SDN Kenari 08 Jakarta Pusat
b. Usia 8-11 tahun
c. Periode gigi bercampur
2. Kriteria eksklusi
a. Subjek yang sedang menjalani perawatan ortodonti ataupun yang sudah
pernah melakukan perawatan ortodonti

E. Variabel Penelitian
Variabel bebas : Tingkat pendidikan orang tua
Variabel tergantung : Kebutuhan perawatan ortodonti interseptif

22
Hubungan Antara Kebutuhan Perawatan Ortodonti Interseptif
Dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua
Rania Afnandhiya Wandawa, 2021
F. Definisi Operasional
1. Tingkat pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan orang tua merupakan tahap pendidikan formal
terakhir yang ditempuh orang tua yang memiliki anak usia 8-11 tahun dalam
masa periode gigi bercampur. Tingkat pendidikan orang tua terbagi menjadi
dua kategori yaitu, pada kelompok tingkat pendidikan rendah (SD, SMP,
SMA) dan pada kelompok tingkat pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi),
skala ordinal.

2. Anak usia 8-11 tahun


Anak usia 8-11 tahun merupakan kelompok anak dalam masa periode
gigi bercampur yang belum pernah atau tidak sedang melakukan perawatan
ortodonti. Berdasarkan umur kronologis terhitung dari tanggal lahir sampai
waktu penelitian, dinyatakan dalam tahun (8, 9, 10, 11 tahun), skala ordinal.

3. Kebutuhan perawatan ortodonti interseptif


Kebutuhan perawatan ortodonti interseptif merupakan nilai/skor yang
diperoleh dari pemeriksaan pada anak usia 8-11 tahun (periode gigi
bercampur) dengan menggunakan Indeks Kebutuhan Perawatan Ortodonti
Interseptif (IKPO-I). Indeks tersebut memiliki 18 indikator yang dapat
menentukan apakah seseorang membutuhkan perawatan ortodonti
interseptif atau tidak dengan cara pemeriksaan intraoral. Skor akhir IKPO-I
diperoleh dengan menjumlahkan skor yang didapatkan dari semua indikator
dan skor total menentukan grade kebutuhan perawatan ortodonti interseptif
dan skala pengukurannya adalah ordinal.
Kategori Indeks Kebutuhan Perawatan Orodonti (IKPO-I) :
- Grade 0 : tidak membutuhkan perawatan ortodonti (0-5)
- Grade 1 : membutuhkan perawatan ortodonti interseptif (6-47)
- Grade 2 : membutuhkan perawatan ortodonti korektif (>47)
Pemeriksaan 18 indikator IKPO-I sebagai berikut :

23
Hubungan Antara Kebutuhan Perawatan Ortodonti Interseptif
Dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua
Rania Afnandhiya Wandawa, 2021
1. Frenulum
Cara pemeriksaan : Pemeriksaan dilakukan dengan cara menarik secara
ringan frenulum labial dan menyebabkan interdental
papil di antara gigi insisivus pertama rahang atas
berubah warna menjadi pucat. Jika frenulum labial
normal diberi skor 0, frenulum tinggi dengan
spasing 1 mm diberi skor 1, frenulum tinggi dengan
spasing lebih dari 1 mm diberi skor 2.
2. Karies molar kedua sulung
Cara pemeriksaan : Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara mencatat
skor pada seluruh molar kedua sulung. Bila tidak
terdapat karies pada gigi molar kedua sulung maka
diberi skor 0, jika terdapat karies mesial dan/atau
distal dengan adanya kontak marginal maka diberi
skor 1, jika tidak terdapat kontak marginal maka
diberi skor 2.
3. Kehilangan gigi insisivus tetap rahang atas dan rahang bawah
Cara pemeriksaan: Pemeriksaan dilakukan dengan cara mencatat ada
atau tidaknya gigi insisivus tetap anterior tanpa
melihat penyebab hilangnya gigi tersebut. Jika
seluruh gigi insisivus tetap terlihat maka diberi skor
0, jika kehilangan 1 gigi anterior maka diberi skor 1
dan kehilangan lebih dari 1 gigi anterior diberi skor
2.
4. Peg-shaped gigi insisivus lateral rahang atas
Cara pemeriksaan : Dilakukan dengan cara melihat gigi insisivus tetap
lateral rahang atas. Jika tidak terdapat peg-shaped
maka diberi skor 0, terdapat 1 gigi dengan peg-
shaped diberi skor 1, bila terdapat 2 gigi peg-shaped
diberi skor 2.

24
Hubungan Antara Kebutuhan Perawatan Ortodonti Interseptif
Dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua
Rania Afnandhiya Wandawa, 2021
5. Kehilangan dini molar pertama sulung rahang bawah
Cara pemeriksaan : Dengan cara melihat kehilangan dini molar pertama
sulung rahang bawah. Jika tidak terdapat kehilangan
dini maka diberi skor 0, bila terdapat kehilangan
dini unilateral diberi skor 1, sedangkan jika
kehilangan dini bilateral diberi skor 2.
6. Kehilangan dini molar kedua sulung rahang bawah
Cara pemeriksaan : Dengan cara melihat kehilangan dini molar kedua
sulung rahang bawah. Jika tidak terdapat kehilangan
dini maka diberi skor 0, bila terdapat kehilangan
dini unilateral diberi skor 1, bila kehilangan dini
bilateral diberi skor 2.
7. Pergerakan ke mesial gigi molar pertama tetap rahang bawah
Cara pemeriksaan : Dengan cara melihat ada atau tidaknya pergerakan
ke arah mesial dari gigi molar pertama tetap rahang
bawah pada regio kanan dan kiri. Jika tidak ada
pergerakan ke mesia maka diberi skor 0, bila
terdapat pergerakan ke arah mesial unilateral diberi
skor 1, bila pergerakan ke arah mesia bilateral diberi
skor 2.
8. Persistensi gigi anterior sulung rahang atas dan rahang bawah
Cara pemeriksaan : Dengan cara melihat ada atau tidaknya gigi sulung
yang mengalami persistensi pada anterior rahang
atas dan rahang bawah. Jika tidak terdapat
persistensi gigi maka diberi skor 0, bila terdapat 1
gigi persistensi diberi skor 1, bila terdapat 2 gigi
persistensi diberi skor 2.
9. Kehilangan dini gigi kaninus sulung rahang atas
Cara pemeriksaan : Dengan cara melihat melihat adanya kehilangan dini
pada gigi kaninus sulung rahang atas. Jika tidak ada
kehilangan dini maka diberi skor 0, bila terdapat
25
Hubungan Antara Kebutuhan Perawatan Ortodonti Interseptif
Dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua
Rania Afnandhiya Wandawa, 2021
kehilangan gigi unilateral diberi skor 1, bila terdapat
kehilangan gigi bilateral diberi skor 2.
10. Gigitan silang anterior
Cara pemeriksaan: Dengan cara melihat hubungan gigi anterior rahang
atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi. Jika
tidak ada gigitan silang anterior maka diberi sor 0,
bila terdapat gigitan edge-to-edge pada 1 atau 2 gigi
diberi skor 1, bila terdapat gigi silang anterior pada
1 atau 2 gigi diberi skor 2.
11. Gigi insisivus berjejal rahang atas dan rahang bawah
Cara pemeriksaan: Dengan cara melakukan pencatatan pada gigi
insisivus permanen rahang atas dan rahang bawah.
Jika terdapat gigi berjejal, pengukuran ruangan
hanya dilakukan bila terdapat overlap diantara gigi
insisivus. Pengukuran kekurangan diperoleh dari
mengukur dan menjumlahkan besarnya overlap dari
gigi yang berjejal, mulai dari sisi mesial gigi
kaninus sulung ke sisi mesial gigi kaninus sulung
yang berlawanan. Jika tidak terdapat gigi berjejal
maka diberi skor 0, bila terdapat kekurangan 2-4
mm diberi skor 1, bila terdapat kekurangan > 4 mm
diberi skor 2.
12. Diastema
Cara pemeriksaan : Dengan cara melihat adanya jarak atau diastema
antara kedua insisivus pertama tetap rahang atas.
Jika tidak terdapat diastema maka diberi skor 0, bila
terdapat diastema dengan jarak 2-3 mm diberi skor
1, bila terdapat diastema dengan jarak > 3 mm diberi
skor 2.

26
Hubungan Antara Kebutuhan Perawatan Ortodonti Interseptif
Dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua
Rania Afnandhiya Wandawa, 2021
13. Jarak gigit
Cara pemeriksaan : Dengan cara mengukur jarak horizontal antara gigi
insisivus rahang atas dan rahang bawah dalam
keadaan oklusi. Jika jarak gigit 2-4 mm maka diberi
skor 0, jarak gigit 5-6 mm diberi skor 1, jarak gigit
> 6 mm diberi skor 2.
14. Gigitan dalam
Cara pemeriksaan : Dengan cara mengukur jarak vertikal antara gigi
insisivus atas dan bawah dalam keadaan oklusi. Jika
tumpang gigit 2-4 mm maka diberi skor 0, bila
tumpang gigit 5-6 mm diberi skor 1, bila tumpang
gigit > 6 mm diberi skor 2.
15. Gigi supernumerary
Cara pemeriksaan : Dengan cara melihat adanya gigi supernumerary
pada rahang atas dan bawah. Jika tidak terdapat gigi
supernumerary maka diberi skor 0, bila terdapat 1
gigi supernumerary diberi skor 1, bila terdapat lebih
dari 1 gigi supernumerary diberi skor 2.
16. Gigitan terbuka anterior
Cara pemeriksaan : Dengan cara mengukur adanya ruang yang terbentuk
akibat gigitan terbuka dalam keadaan oklusi. Jika
tidak terdapat gigitan terbuka maka diberi skor 0,
bila terdapat ruang sebesar 2-4 mm diberi skor 1,
bila terdapat ruang > 4 mm diberi skor 2.
17. Hubungan molar pertama tetap
Cara pemeriksaan : Dengan cara melihat hubungan gigi molar pertama
tetap antara rahang atas dan bawah. Jika cusp mesio
bukal molar pertama rahang atas terletak pada
groove mesio bukal molar pertama tetap rahang
bawah maka diberi skor 0, bila groove bukal molar
pertama tetap rahang bawah terletak lebih posterior
27
Hubungan Antara Kebutuhan Perawatan Ortodonti Interseptif
Dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua
Rania Afnandhiya Wandawa, 2021
(kelas 2) atau groove bukal molar pertama rahang
bawah lebih anterior (kelas 3) dari cusp mesio bukal
molar pertama rahang atas diberi skor 1, bila
hubungan molar tidak dapat di klasifikasi diberi
skor 2.
18. Gigitan silang posterior
Cara pemeriksaan : Dengan cara melihat adanya gigitan silang posterior
pada regio kanan dan kiri. Jika tidak terdapat gigitan
silang posterior maka diberi skor 0, bila terdapat
gigitan silang posterior unilateral diberi skor 1, bila
terdapat gigitan silang posterior bilateral diberi skor
2.

G. Bahan dan Alat


1. Bahan
a. Formulir IKPO-I
b. Lembar kuesioner
c. Masker
d. Sarung tangan
e. Tissue
f. Cairan desinfektan
g. Cairan enzimatik
2. Alat
a. Alat tulis
b. Kaca mulut
c. Senter

H. Cara Kerja
Penelitian ini sudah mendapatkan surat lolos Ethical Clearance dari Komisi
Etik FKG Universitas Trisakti, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan
pencatatan hasil pemeriksaan IKPO – I oleh dokter gigi (LAMPIRAN 3).
28
Hubungan Antara Kebutuhan Perawatan Ortodonti Interseptif
Dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua
Rania Afnandhiya Wandawa, 2021
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dibagikan formulir informed
consent, kuesioner dan informasi mengenai penelitian kepada orang tua dan
anak SDN Kenari 08 Jakarta Pusat dengan tujuan untuk memperoleh
persetujuan orang tua untuk melakukan penelitian (LAMPIRAN 4, 5, 6). Pada
hari penelitian dilakukan pemeriksaan intra oral pada anak dengan kaca mulut
yang dilakukan oleh dokter gigi dan pencatatan oleh asisten dokter gigi dengan
menggunakan formulir pemeriksaan IKPO-I (LAMPIRAN 7).

I. Analisis Data
Dilakukan analisis data menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui sebaran data normal atau tidak normal. Jika data yang tersebar
normal maka dilakukan Uji Korelasi Pearson, sedangkan data yang tersebar
tidak normal dilakukan Uji Korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan
kebutuhan perawatan ortodonti interseptif dengan tingkat pendidikan orang
tua.

29
Hubungan Antara Kebutuhan Perawatan Ortodonti Interseptif
Dengan Tingkat Pendidikan Orang Tua
Rania Afnandhiya Wandawa, 2021

Anda mungkin juga menyukai