Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN


MODEREN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MAKASSAR SELATAN

FITRI YURNANINGSIH
17044014006

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI FISKAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2021
USULAN PENULISAN PROPOSAL

1. JUDUL : PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI


PERPAJAKAN MODEREN TERHADAP TINGKAT
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ( STUDI KASUS ATAS
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG TERDAFTAR
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MAKASSAR SELATAN )

2. NAMA MAHASISWA : FITRI YURNANINGSIH


NOMOR POKOK : 17044014006
PROGRAM STUDI : ADMINISTRASI FISKAL

Menyetujui, Makassar, 17 Desember 2020


Pembimbing I Mahasiswa ybs,

Dr. Muhammad Nadhar, SE. M.Si Fitri yurnaningsih

NIDN. 0925016301

Pembimbing II Mengetahui KPS

Karmilah, S.Sos. MM Andi Indah Lestari AM, SE. MM

NIDN. 0908038901 NIDN. 0902018402

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7


A. Tinjuan Al – Quran Dan Hadist 7
B. Konsep Dan Teori Penerapan 8
C. Konsep Dan Teori Sistem 9
D. Konsep Dan Teori Administrasi 11
E. Konsep Dan Teori Sistem Administrasi 14
F. Konsep Dan Teori Perpajakan 19
G. Konsep Dan Teori Moderen 26
H. Konsep Dan Teori Perpajakan Moderen 27
I. Konsep Dan Teori Tingkat Kepatuhan 31
J. Konsep Dan Teori Wajib Pajak 33
K. Penelitian Terdahulu 35
L. Kerangka Pikir 36
M. Hipotesis 37

BAB III METODE PENELITIAN 38


A. Jenis Penelitian 38
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian 39
C. Jenis Dan Sumber Data 39
D. Populasi Dan Sampel 39
E. Tehnik Pengumpulan Data 40
F. Tehnik Analisis Data 41
G. Variabel Penelitian Dana Defenisi Operasional 44
H. Skala Pengukuran Variabel 46

DAFTAR PUSTAKA 48

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara yang di pungut

berdasarkan undang – undang sehingga dapat di paksakan dan timbal

baliknya tidak biasa di rasakan secara langsung oleh wajib pajak serta di

gunakan untuk menutup biaya produksi barang – barang dan jasa kolektif

untuk mencapai kesejahtraan umum (DJP, 2016). Pajak juga merupakan

sumber penerimaan pemerintah yang di gunakan untuk membiayai

pembangunan negara. Besar kecilnya penerimaan pajak akan

menentukan kapasitas penerimaan negara dalam membiayai

pengeluaran negara.

Kehidupan sosial dan ekonomi negara serta masyarakat yang

berkembang akan membawa dampak terhadap pajak sehingga pajak

memiliki sifat yang dinamik, mengikuti perkembangan kehidupan sosial

dan ekonomi negara serta masyarakatnya.

Peningkatan penerimaan, perbaikan dan perubahan mendasar dalam

segala aspek perpajakan menjadi alasan di lakukannya reformasi

administrasi perpajakan dari waktu ke waktu yang berupa penyempurnaan

atau perbaikan kinerja administrasi baik secara individu, kelompok,

maupun kelembagaan efisien, ekonomis dan cepet. Sehingga di harapkan

potensi penerimaan pajak yang tersedia berasaskan keadilan sosial dapat

di pungut secara optimal. Adapun upaya pemerintah dalam meningkatkan

1
pelayanan kepada wajib pajak dalam setiap tahunnya adalah dengan

berusaha memperbaiki sistem administrasi perpajakan. Upaya tersebut di

wujudkan dengan di terapkannya moderenisasi perpajakan. Moderenisasi

perpajakan di awali pada tahun 1983 dengan melakukan perubahan dan

pembaharuan terhadap kebijakan perpajakan.

Menurut Djazoeli Sadhani moderenisasi administrasi perpajakan

adalah suatau proses reformasi pembaharuan dalam bidang administrasi

perpajakan yang di lakukan secara komprehensif meliputi aspek teknologi

informasi yaitu perangkat lunak, perangkat keras, sumber daya manusia

dengan tujuan mencapai tingkat kepatuhan perpajakan dan tercapainya

produktifitas kinerja aparat perpajakan yang tinggi sehingga di harapkan

dapat mengurangi praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)

(SEPTIYENI, 2014). Moderenisasi perpajakan dapat berupa

penyempurnaan kebijakan perpajakan dan memperbaiki sistem

administrasi perpajakan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam

membayar pajak.

Pemerintah berupaya memperbaiki sistem administrasi perpajakan

dengan menetapkan adanya sistem administrasi perpajakan modern agar

pemungut pajak lebih sempurna dan dapat mengoptimalkan pajak sebagai

sumber penerimaan negara, juga untuk menigkatkan kemampuan

Direktorat Jendral Pajak dalam mengawasi pelaksanaan kebijakan

perpajakan agar sesuai dengan Good Governance. Dengan adanya

penerapan sistem administrasi perpajakan modern di dukung dengan

2
sumber daya manusia yang berkualitas di harapkan dapat terciptanya

prinsip – prinsip Good Governance yang di landaskan transparansi,

akuntabel, responsif, independen, dan adil.

Direktorat Jendral Pajak dalam mengimplementasikan penerapan

sistem administrasi perpajakan modern telah melakukan perubahan dalam

berbagai aspek baik itu perubahan struktur organisasi, prosedur

organisasi, strategi organisasi, maupun budaya organisasi.

Berikut ini peneliti sajikan data penerimaan pajak tahun anggaran 1984

– 2001 sebelum sistem administrasi perpajakan moderen atau

moderenisasi pajak di berlakukan dan data penerimaan pajak tahun

anggaran 2017 – 2019 setelah di berlakukannya sistem administrasi

perpajakan moderen atau moderenisasi pajak dalam bentuk tabel:

Tabel 1.1 Penerimaan Pajak Pemerintah Tahun Anggaran 1984 – 2001

(sebelum di berlakukannya sistem administrasi perpajakan moderen)

Penerimaan Pajak Penerimaan Pajak


Tahun Oleh Pemerintah Tahun Oleh Pemerintah
(Milyar Rupiah) (Milyar Rupiah)
1984 15,218.2 1993 39,772

1985 17,761.1 1994 46,886

1986 14,993.3 1995 52,989

1987 10,756 1996 57,340

1988 13,477 1997 70,935

1989 17,488 1998 96,082

1990 21,834 1999 107,123

3
1991 26,546 2000 115,800

1992 32,122 2001 185,500


Sumber: Listania Triwigati 2013

Tabel 1.2 Penerimaan Pajak Pemerintah Tahun Anggaran 2017 – 2019

(setelah di berlakukannya sistem administrasi perpajakan moderen)

Tahun Target Realisasi Capaian

2017 1.283,57 terliun 1.151,03 terliun 89,67%

2018 1.424,00 terliun 1.315,51 terliun 92,24%

2019 1.577,56 terliun 1.332,06 terliun 84,44%


Sumber: Laporan Kinerja DJP 2018 dan 2019

Jika dilihat dari tabel 1.1 mengenai penerimaan pajak pemerintah

tahun anggaran 1984 – 2001 sebelum di berlakukannya sistem

administrasi perpajakan moderen atau moderenisasi pajak terlihat bahwa

penerimaan negara dari sektor pajak mengalami peningkatan dan juga

penurunan yang kurang stabil dari tahun ke tahunnya sedangkan

penerimaan pajak pemerintah tahun anggaran 2017 – 2019 pada tabel

1.2 setelah di berlakukannya sistem administrasi perpajakan moderen

atau moderenisasi pajak terlihat bahwa penerimaan pajak pemerintah

mengalami peningkatan yang cukup stabil, maka dapat di pastikan bahwa

realisasi penerimaan pajak pemerintah dari tahun ke tahun terus

mengalami peningkatan yang stabil walaupun belum mencapai target

yang telah ditentukan dalam APBN di setiap tahunnya.

4
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merasa tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut tentang masalah tersebut, sehingga pada

penelitian ini peneliti mengambil judul : PENGARUH PENERAPAN

SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODEREN TERHADAP

TINGAKT KEPATUHAN WAJIB PAJAK (studi kasus atas wajib pajak

orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar

Selatan).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah penerapan sistem administrasi perpajakan moderen

berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan ?

2. Sistem administrasi perpajakan moderen apa yang diterapkan

terhadap tingkat kepatuhana wajib pajak orang pribadi di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan ?

C. Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem administrasi

perpajakan moderen terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang

pribadi di KPP Pratama Makassar Selatan serta seberapa besar

pengaruh tersebut.

2. Untuk mengetahui gambaran penerapan sistem administrasi

perpajakan Moderen di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar

Selatan.

5
D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan

penelitian. Jika tujuan dapat tercapai dan rumusan masalah dapat

terjawab secara akurat maka penelitian yang di lakukan memiliki

manfaat, baik manfaat akademis maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Akademis

a. Dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh

penerapan sistem administrasi perpajakan moderen terhadap

tingkat kepatuhan wajib pajak di Kantor Peleyanan Pajak

Pratama Makassar Selatan Sebagai refrensi bagi mahasiswa

untuk menambah wawasan serta pengetahuan dan dapat di

gunakan sebagai pedoman untuk penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan informasi kepada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Makassar Selatan tentang pengaruh penerapan sistem

administrasi perpajakan moderen terhadap tingkat kepatuhan

wajib pajak agar dapat mengoptimalkan kinerja dalam

memungut pajak sebagai sumber utama penerimaan negara.

b. Dapat memberikan informasi kepada wajib pajak agar lebih

patuh dalam membayar pajak.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Al – Quran Dan Hadits

Pajak dalam islam dapat di kenakan pada wajib pajak yang ditarik atas

dasar pengenaan terhadap subjek pajak. Pemimpin dapat mewajibkan

masyarakatnya untuk membayar pajak karena memiliki wewenang untuk

menarik pajak. Adapun dalil – dalil dalam islam yang menjelaskan tentang

pajak adalah sebagai berikut :

1. Tinjauan Al - Quran

Firman Allah SWT dalam surah At – Taubah ayat 41

‫اِ ْنفِر ُْوا ِخفَافًا( َّوثِقَااًل َّو َجا ِه ُد ْوا بِا َ ْم َوالِ ُك ْم َواَ ْنفُ ِس ُك ْم فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ ٰۗذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم‬

‫اِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْو َن‬


Artinya: Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan

rasa berat, dan berjihatlah dengan harta dan dirimu dijalan allah. Yang

demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

2. Tinjauan Hadits

Hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:

َ ‫ت َت ْو َب ًة َل ْو َتا َب َها‬
ٍ ‫صاحِبُ َم ْك‬
‫س َل ُغف َِر َل ُه‬ ْ ‫َف َوالَّذِى َن ْفسِ ى ِب َي ِد ِه َل َق ْد َتا َب‬

Artinya: Demi dzat dan jiwaku berada di tanganya, sesusungguhnya

perempuan itu telah benar-benar bertaubat, sekiranya seorang

pemungut Al Maks (pemungut pajak) bertaubat sebagaimana

taubatnya wanita itu, niscaya dosanya akan diampuni.”(HR. Muslim

7
III/1321 No. 1695, Abu Daud II/557 No.4442 dan di shahihkan oleh

Syaikh Al – Albani dalam silsilah Al – Ahadits Ash – Shahihah hal. 715

– 716)

Dalil – dalil diatas menjelaskan bahwa Allah SWT melarang hambanya

saling memakan harta sesamanya dengan jalan yang tidak di benarkan.

Allah SWT juga menyuruh kita untuk menolong mereka yang

membutuhkan, apalagi jika negara dalam keadaan genting maka seluruh

rakyat harus membantu, jika dalam posisi seperti ini, maka pajak dapat

dibolehkan untuk di pungut demi keselamatan negara karena perbuatan

ini termaksud dalam jihad dengan harta. Pajak merupakan salah satu

jalan batil bagi pemungutnya apabila dipungut tidak sesuai aturan – aturan

yang berlaku.

B. Konsep Dan Teori Penerapan

1. Pengertian Penerapan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Pengertian

Penerapan adalah perbuatan menerapkan sedangkan menurut Wahab

dalam Kresnawati (2020) penerapan adalah tindakan – tindakan yang

dilakukan baik oleh individu – individu atau kelompok – kelompok yang

diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan. Dalam hal ini penerapan adalah pelaksanaan sebuah hasil

kerja yang di peroleh melalui sebuah cara agar dapat dipraktekkan

kedalam masyarakat.

8
Dari pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori,

metode, dan hal lainnya untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk

suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan

yang telah terencana dan tersusun sebelumnya

2. Unsur – unsur Penerapan

Wahab dalam Sukanto (2013) mengemukakan bahwa

penerapan adalah sebuah kegiatan yang memiliki tiga unsur

penting dan mutlak dalam menjalankannya. Unsur – unsur tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Adanya program yang dilaksanakan

b. Adanya kelompok target yaitu masyarakat yang menjadi

sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program

tersebut.

c. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun

pengawasan dari proses penerapan tersebut.

C. Konsep Dan Teori Sistem

Kata sistem telah banyak sekali digunakan atau di dengar dalam

berbagai kesempatan baik dalam percakapan sehari – hari, forum seminar

atau diskusi, buku – buku atau berbagai dokumen ilmiah. Kata sistem juga

digunakan untuk menggambarkan banyak hal dan pada banyak bidang

pula seperti sistem tata surya, sistem pendidikan, sistem pertahanan dan

9
lain sebagainya.Organisasi dalam pendekatan moderen di pandang

sebagai suatu sistem terbuka yang merupakan subsistem dari sistem

yang lebih besar. Sistem tidak terlepas dari lingkungannya dimana bagian

– bagian yang ada didalamnya akan terjadi saling ketergantungan dan

saling mempengaruhi. Tinjauan kesisteman merupakan suatu cara

pandang terhadap realitas empiris sebagai kelompok dimana kelompok ini

terdiri dari beberapa komponen atau bagian yang saling berinteraksi

dalam hubungan yang dinamis. Dengan demikian dalam tujuan

kesisteman dapat diketahui bahwa suatu organisasi atau suatu negara

merupakan suatu sistem dari subsitem – subsistemnya. Dalam arti luas

dapat dikatakan pula bahwa organisasi atau negara tersebut adalah

merupakan salah satu subsistem dari yang lebih besar. Defenisi sistem itu

sendiri merujuk pada pengertian tentang metode atau cara yang

digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Metode yang digunakan ini akan

meliputi himpunan yang saling berhubungan satu sama lain menjadi suatu

kesatuan yang utuh. Sistem berasal dari kata yunani yang artinya

kesatuan. Suatu sistem terdiri dari elemen – elemen yang saling

berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem adalah jaringan kerja

yang terdiri dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul

sama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu

sasaran tertentu. Adapun defenisi sistem menurut para ahli:

1. Defenisi sederhana yang diterjemahkan bebas dari James A Hall

dalam Tangkuman (2018) menjelaskan sistem adalah sekelompok dari

10
dua atau lebih komponen atau subsistem yang berhubungan untuk

melayani tujuan umum.

2. Menurut Joseph Wilkinson dan Kawan – kawan dalam buku

Accounting information system mendefenisikan sistem sebagai sebuah

entitas yang terdiri dari bagian – bagian informasi yang terkoordinasi

untuk mencapai suatu atau lebih tujuan umum.

3. Mulyadi dalam bukunya sistem akuntansi menjelaskan sistem adalah

sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya

yang berfungsi bersama – sama untuk mencapai tujuan.

Bila Mengacu pada kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) dijumpai

pengertian sistem yaitu:

1. Sekelompok bagian (alat dan sebagainya) yang bekerja sama untuk

melakukan sesuatu maksud, Misalnya urat saraf dalam tubuh.

2. Sekelompok dari pendapat, peristiwa, kepercayaan dan sebagainya

yang disusun dan di atur baik – baik misalnya sistem filsafat.

3. Cara (metode) yang teratur untuk melakukan sesuatu, misalnya sistem

pengajaran bahasa.

Dari defenisi – defenisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa sistem

adalah suatau kesatuan yang utuh dan tidak dapat di pisahkan dari suatu

kerangkaian yang saling terkait antara satu sama lainnya, agar tujuan

dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

D. Konsep Dan Teori Administrasi

Dalam sejarah menunjukan bahwa bangsa Romawi telah melahirkan ilmu

11
administrasi yang dibudayakan oleh bangsa Eropa Barat (Eropa

Kontinental). Administrasi yang diterapkan di Indonesia adalah hasil

adopsi bangsa Belanda yang menjadi salah satu bangsa Eropa Barat.

Beberapa Negara memiliki istilah administrasi, misalnya menurut bahasa

Italia menggunakan kata “Administrazione”, bahasa Inggris menggunakan

kata “Administration”, dan bahasa Belanda menggunakan “Administratie”.

Terminologi administrasi berdasarkan etimologis (asal kata) bersumber

berasal dari bahasa latin yaitu “Ad” + “ministrare” yang secara operasional

berarti melayani, membantu atau memenuhi, yang dalam bahasa inggris

disebut “Admiistration” artinya “to serve”, yaitu melayani dengan sebaik-

baiknya.

Pengertian administrasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Pengertian administrasi dalam arti sempit.

a. Soewarno Handayaningrat dalam bukunya “Pengantar Studi

Ilmu Administrasi dan Manajemen, Pengertian administrasi

dalam arti sempit mengandung maksud suatu kegiatan yang

meliputi catat mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan,

ketik mengetik, agenda dan sebagainya yang bersifat teknis

ketatausahaan.

b. Administrasi berasal dari kata Belanda “Administratie” yang

merupakan pengertian administrasi dalam arti sempit yaitu

sebagai kegiatan tata usaha kantor (catat mencatat,

mengetik,menggandakan dan sebagainya)

12
c. Menurut Prof.Dr. Sondang P. Siagian pengertian administrasi

dalam arti sempit biasanya hanya dikaitkan dengan kegiatan-

kegiatan ketatausahaan yang mencakup korespondensi,

kesekretariatan, penyusunan laporan dan kearsipan.

Dari defenisi tersebut maka dapat di simpulkan administrasi

dalam arti sempit merupakan kegiatan ketatausahaan yang meliputi

kegiatan catat mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan dan

pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang di maksudkan untuk

menyediakan informasi serta mempermudah memperoleh informasi

kembali jika dibutuhkan, yang berhubungan dengan kegiatan-

kegiatan untuk mewujudkan tugas pokok suatu organisasi.

2. Pengertian administrasi dalam arti luas

Di kalangan para cendikiawan disadari bahwa pengertian

administrasi yang sesungguhnya jauh lebih luas dari hal-hal yang

telah diuraikan di atas seperti dikemukakan di bawah ini:

a. Menurut Leonard D, administrasi secara luas adalah suatu

proses pada umumnya terdapat pada tiap usaha kelompok-

kelompok baik pemerintah maupun swasta, sipil maupun militer,

dan ukuran besar maupun kecil dan sebagainya.

b. Pengertian administrasi dalam arti luas menurut Prof. Dr.

Sugiyono yaitu administrasi adalah proses perencanan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengontrolan sumber daya

13
manusia dan sumber daya yang lain guna mencapai tujuan

yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.

c. Pengertian administrasi dalam arti luas yang dikemukakan oleh

Prof. Dr. sondang P. Siagian, MPA yakni Administrasi berarti

keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang

berdasarkan pada rasionalitas tertentu oleh dua orang atau

lebih dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya dengan menggunakan sarana dan

prasarana tertentu pula.

Berdasarkan uraian dan pendapat kalangan ahli-ahli tersebut

dapat di tarik kesimpulan bahwa administrasi adalah keseluruhan

kegiatan yang di lakukan melalui kerja sama antara dua orang atau

lebih dalam sebuah organisasi berdasarkan rencana yang telah

ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Pengertian administrasi dalam arti luas identic dengan

pengertian manajemen.

E. Konsep Dan Teori Sistem Administrasi

Usaha Kerjasama manusia dalam suatau organisasi tidak bisa

diilepaskan dari proses administrasi. Peran administrasi adalah melayani

setiap pekerjaan operatif dari seluruh aktivitas manajemen. Dalam

memberikan pelayanannya merupakan peran yang substansial karena

pengembangan suatu organisasi sangan ditentukan oleh sistem

administrasi yang ada. Analisis dalam sistem administrasi dapat dilakukan

14
dengan melihat pada sumber daya yang dimiliki, terutama sumber daya

manusia karena mereka yang akan melakukannya, analisis ini meliputi

evaluasi terhadap prosedur, metode, struktur, pekerjaan, dan akan

berimbas pada operasi pekerjaan yang menyangkut perencanaan,

penyederhanaan, penghematan, penghapusan, penggabungan.

Administrasi berperan memberikan kontribusi yang efektif terhadap

obyek yang dilayani. Eksistensi administrasi Nampak ketika ada kelompok

orang yang bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan dalam sebuah

wadah organisasi. Boleh dikatakan bahwa perkembangan atau mati

hidupnya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah disepakati

akan sangat bergantung pada sistem administrasinya. Sistem administrasi

dapat meliputi sistem administrasi negara, sistem administrasi

pablik ,sistem administrasi perpajakan dan lain sebagainya. Dalam

penelitian ini, peneliti akan lebih membahas tentang sistem administrasi

perpajakan dimana sistem administrasi perpajakan di Indonesia telah

mengalami moderenisasi sejak tahun 2002.

1. Administrasi perpajakan
Administrasi pajak dalam arti sempit adalah pelayanan dan

kegiatan ketatausahaan mencakup kegiatan catat mencatat dan

pembukuan ringan, korespondensi, kesekretariatan, penyusunan

laporan, dan kearsipan terhadap kewajiban- kewajiban dan hak-hak

wajib pajak, baik dilakukan di kantor fiskus maupun di kantor wajib

pajak sedangkan administrasi pajak dalam arti luas dapat di lihat

sebagai fungsi, sistem dan lembaga.

15
Prof. Dr. Mansury mengemukakan bahwa proses administrasi pajak

harus berstruktur untuk mengikuti prosedur tertentu, sehingga tujuan

administrasi perpajakn dapat di capai seefektif mungkin. Potensi untuk

meningkatkan administrasi pajak sangat tergantung pada lingkungan

politik, sosial dan budaya. Perbaikan (peningkatan) tersebut tidak bisa

diharapkan tanpa dukungan politik dari pemerintah. Secara umum

semakin efektif dan efesien administrasi pajak maka akan semakin adil

sistem perpajakan, semakin adil sistem perpajakan tersebut maka

akan semakin mudah untuk mengelola pajak. Dengan demikian sistem

pajak yang adil dan administrasi pajak yang efektif saling mengalami

ketergantungan. Adapun tiga faktor yang membangun perkembangan

administrasi pajak yaitu:

a. Faktor kesederhanaan dalam menghitung pajak terutang dan

kejelasan dalam undang-undang pajak membuat penggelapan

pajak akan lebih sulit dilakukan oleh wajib pajak.

b. Faktor kepastian tentang siapa membayar pajak, apa basis pajak,

dan kapan pajak harus di bayar.

c. Faktor prosedur untuk pengenaan pajak harus di rancang sebaik

mungkin untuk mendapatkan informasi dalam rangka penegakan

administrasi yang handal.

Administrasi perpajakn merupakan cara atau prosedur pengenaan


dan pemungutan pajak. Peran administrasi perpajakan sebagai upaya

untuk dapat merealisasi peraturan perpajakan, dan penerimaan negara

sebagaimana amanat APBN.

16
Dasar bagi terwujudnya administrasi pajak yang baik adalah

diterapkannya prinsip manajemen moderen yakni perencanaan,

pengorganisasian, penggerak dan pengendalian, terdapatnya

kebijakan perpajakan yang jelas dan sederhana sehingga

memudahkan setiap wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya,

tersedianya pegawai pajak yang berkualitas dan jujur serta

pelaksanaan penegakan hukum dapat dilakukan secara tegas dan

konsisten. Administrasi perpajakan dituntut bersifat dinamik sebagai

upaya meningkatkan penerapan kebijakan perpajakan yang efektif dan

efisien. Kriteria fisibilitas administrasi menuntut agar sistem pajak yang

baru meminimalisir biaya administrasi serta biaya kepatuhan yang

dapat menjadi administrasi pajak sebagai bagian dari kebijakan pajak.

2. Aspek administrasi perpajakan


Tuntutan pelayanan yang cepat mudah, murah dan akurat

merupakan harapan masyarakat, demikian juga dengan perpajakan.

Untuk mendukung hal ini, kondisi administrasi perpajakan yang baik

merupakan suatu prasyarat. Di tengah perbatasan dalam berbagai hal

yakni sarana dan prasarana, sumber daya manusia , teknologi dan

sistem informasi maupun dana yang tersedia dari penelitian dapat

diketahui bahwa pada saat itu kondisi administrasi perpajakan kita

adalah:

a. Pelayanan di suatau kantor dilakukan di beberapa seksi

(berdasarkan jenis pajak), sehingga masyarakat terkadang harus

berhubungan dengan beberapa seksi-seksi terkait.

17
b. Akses atau perolehan informasi perpajakan dan ketentuannya yang

kadang di rasakan sulit, sehingga kondisi ini membuat tingkat

pemahaman masyarakat mengenai perpajakan menjadi kurang

atau bahkan tidak tahu sama sekali.

c. Proses kerja yang dilakukan secara umum masih secara manual,

sesuai dengan sarana kerja yang digunakan.

d. Untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, masyarakat harus

dating ke KPP. Padahal bisa saja karena masalah waktu menjadi

tidak bisa dating, atau karena jaraknya ke KPP jauh sehingga

masyarakat enggan untuk dating mendaftar.

e. Pembayaran pajak di bank persepsi yang banyak dikeluhkan

masyarakat, karena terkadang jam kerja untuk melayani pajak

sangat terbatas.

f. Pelaporan pajak yang di lakukan melalui sarana SPT harus

disampaikan langsung ke KPP atau di kirim melalui pos, sehingga

membutuhkan waktu dan biaya.

g. Terdapat beberapa unit kerja vertical DJP sebagai unit pelaksana

teknis (UPT) yang melayani masyarakat, yakni KPP, Kantor

pelayanan PBB, (KPPBB), dan kantor pemeriksaan dan penyelidik

pajak (karikpa). Keberadaan beberapa unit kerja ini bisa

menimbulkan dikotomi dalam pelayanan berdasarkan jenis pajak.

h. Organisasi di setiap unit kerja berbasis jenis pajak sehingga

terkesan adanya dikotomi pelayanan antara jenis pajak

18
i. Sistem informasi yang diterapkan cendrung terbatas kepada

kebutuhan pelaporan. Padahal atas data dan informasi yang ada

apada sistem, seperti untuk ekstensifikasi dan intensifikasi maupun

optimalisasi pemanfaatan data perpajakan (OPDP) lainnya.

j. Sarana prasarana kerja yang masi terbatas sebagaimana

umumnya instansi pemerintah, sehingga memengaruhi optimalisasi

pelayanan.

k. Belum adanya standar perilaku pegawai dan budaya kerja

professional dalam pelaksanaan tugas, sehingga produktivitas

pegawai masih harus ditingkatkan lagi.

Dari kondisi di atas, dapat di petakan bahwa ada tiga hal yanag

melatar belakangi di lakukannya moderenisasi perpajakan pada awal

dekade 2000 an, yakni menyangkut:

a. Citra DJP, yang dinilai harus diperbaiki daan ditingkatkan.

b. Tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang harus

ditingkatkan

c. Integritas dan produktivitas sebagai pegawai yang masih harus

ditingkatkan.

F. Konsep Dan Teori Perpajakan

1. Defenisi pajak

Menurut undang – undang republik Indonesia nomor 16 tahun 2009

tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, pajak adalah

kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau

19
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang – undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.

Sejumlah ahli telah mengemukakan defenisi pajak dari sudut

keilmuannya masing – masing. Berikut di kemukakan defenisi pajak

menurut para ahli baik yang berasal dari Indonesia maupun luar

negeri.

a. Prof. Dr. PJA. Andriani


Pajak adalah iuran pada negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan yang tidak dapat persentasi kembali, yang langsung

dapat di tunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran - pengeluaran umum berhubungan dengan tugas

pemerintah.

Kesimpulan yang dapat di tarik dari defenisi tersebut adalah

bahwa andriani memasukan pajak sebagai pengertian yang

dianggapnya sebagai suatu “species” ke dalam genus pungutan

(iuran). Jadi pungutan lebih luas dari pajak, yang di maksud dengan

pungutan adalah memperoleh sejumlah uang atau barang oleh

penguasaan public dari rumh tangga swasta dengan menggunakan

kekuasaan politik dan atau kekuasaan ekonomis yang timbul

karena kekuatan politik tersebut menurut norma-norma yang

diterapkan olehnya. Pungutan ini dapat di bagi menjadi dua yaitu

pajak dan retribusi.

20
b. Prof.Dr.H Rochmat Soemitro SH

Pajak adalah iuran rakyat pada kas Negara berdasarkan undang

– undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa

timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat di tunjukan dan yang di

gunakan untuk membayar pengeluaran umum. Defenisi tersebut

kemudian di koreksinya yang berbunyi pajak adalah peralihan

kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai

pengeluaran rutin dan surplusnya di gunakan untuk publik saving

yang merupakan sumber utama untuk membiayai publik

investment.

c. Ray M. Sommerfeld, Harschel M. Andersen, dan Horace R. Brock

Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke

sector pemerintah, bukan akibat pelanggaran hokum namun wajib

di laksanakan berdasarkan ketentuan yang di tetapkan terlebih

dahulu tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional,

agar pemerintah dapat melaksanakan tugas – tugasnya untuk

menjalankan pemerintahan.

Dari pengertian tersebut, pajak sebagai pungutan resmi

mempunyai unsur – unsur tertentu yang berbeda dengan unsur –

unsur pungutan resmi lainnya. Unsur – unsur yang terdapat pada

pengertian pajak yaitu :

a. Pajak di pungut berdasarkan undang – undang. Asas ini sesuai

dengan perubahan ketiga UUD 1945 Pasal 23A yang mengatakan

21
pajak dan pemungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan

negara di atur dalam undang – undang.

b. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (Kontraprestasi) yang dapat di

tunjukan secara langsung.

c. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum

pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, daik

rutin maupun pembangunan.

d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat di paksakan

apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dan

dapat di kenakan sangsi sesuai peraturan perundang – undangan.

2. Fungsi Pajak
a. Fungsi Anggaran (Budgetair)

Fungsi anggaran (Budgetair) adalah fungsi mengisi kas negara

atau anggaran negara yang di perlukan untuk menutup

pembiayaan penyelenggaraan pemerintah.

Sebagai sumber pendapatan negara pajak berfungsi untuk

membiayai pengeluaran – pengeluaran negara. Untuk menjalankan

tugas – tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,

negara membutuhkan sumber pembiayaan. Sumber pembiayaan

ini salah satunya dapat di peroleh dari penerimaan pajak.

Di dalam fungsi anggaran terdapat fungsi demokrasi dimana

pajak merupakan salah satu penjelmaan dari sistem kekeluargaan

dan kegotongroyongan rakyat yang sadar akan baktinya kepada

negara.

22
b. Fungsi mengatur (Regulerend)

Fungsi mengatur (Regulerend) adalah sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam sektor

ekonomi dan sosial. Pemerintah dapat mengatur kebijakan di

bidang ekonomi dan sosial melalui kebijakan fiskal. Dalam

menjalankan fungsi mengatur pajak dapat di gunakan sebagai alat

untuk mencapai tujuan negara.

3. Pengelompokan pajak

Pajak terdiri dari berbagai jenis yang dapat di kelompokan menjadi

3 kelompok yaitu pengelompokan pajak menurut golongan, menurut

sifat, dan menurut lembaga pemungutannya.

a. Menurut golongannya pajak dapat di bagi menjadi dua yaitu :

1. Pajak langsung adalah pajak yang di bebankan kepada wajib

pajak itu sendiri dan tidak dapat di limpahkan kepada orang lain.

2. Pajak tidak langsung adalah pajak yang dapat di bebankan atau

di limpahkan kepada orang lain.

b. Menurut sifatnya pajak dapat di bagi menjadi dua yaitu:

1. Pajak subjektif adalah pajak yang bersifat memaksa namun bisa

di beri keringanan di lihat dari subjeknya.

2. Pajak objektif adalah pajak yang tidak memperhatikan kondisi

dari wajib pajak atau pajak yang berpangkal pada objeknya.

c. Menurut lembaga penelitiannya pajak di bagi menjadi dua yaitu:


1. Pajak pusat adalah pajak yang di pungut oleh pemerintah pusat

dan di gunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

23
2. Pajak derah adalah pajak yang di pungut oleh pemerintah

daerah dan di gunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Sesuai Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak

daerah dan retribusi daerah, pajak daerah di bagi menjadi dua

jenis yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.

4. Sistem pemungutan pajak

a. Self assessment system (Sistem menghitung pajak sendiri)


Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak

yang memberikan wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab

kepada wajib pajak untuk melaksanakan sendiri kewajiban dan hak

perpajakan. Dalam implementasi sistem ini kegiatan pemungutan

pajak diletakan pada tanggung jawab masyarakat wajib pajak, di

mana wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung sendiri

pajak yang terutang,memotong atau memungut sendiri pajak yang

harus dipotong atau dipungut, membayar sendiri jumlah pajak yang

harus di bayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang.

b. Official assessment system (Pemungutan dengan sistem

ketetapan)

Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak

yang memberikan wewenang kepada fiskus untuk menentukan

besarnya pajak yanag terutang. Dalam sistem ini inisiatif dan

kegiatan dalam menghitung pajak sepenuhnya ada pada peraturan

perpajakan. Sistem ini akan berhasil dengan baik, bila aparatur

24
perpajakan baik kualitas maupun kuantitas telah memenuhi

kebutuhan.

c. Withholding system

Withholding system adalah suatau sistem pemungutan pajak

yang memberikan wewenang kepada pihak tertentu atau pihak

ketiga (Withholder) untuk memotong atau memungut pajak yang

terutang berdasarkan persentase tertentu terhadap jumlah

pembayaran yang dilakukan dengan penerima penghasilan.

5. Stelsel pajak

Dalam hukum pajak di kenal tiga macam cara memungut pajak

(stelsel pajak) atas suatu penghasilan atau kekayaan yaitu:

a. Stelsel nyata
Stelsel nyata yakni pemungutan pajak didasarkan pada objek

yang sesungguhnya terjadi (Penghasilan yang nyata) sehingga

pemungutan pajak baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,

yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya dari tahun yang

bersangkutan diketahui.

b. Stelsel anggapan

Stelsel anggapan yakni pengenaan pajak didasarkan pada

suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misalnya

penghasilan satu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya,

sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan

berdasarkan pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.

25
c. Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel yang nyata dan

stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung

berdasarkan suatu anggapan (sehingga terdapat angsuran pajak

penghasilan badan atau wajib pajak orang pribadi dalam tahun

berjalan). Bila besarnya pajak sesungguhnya lebih besar dari pada

menurut anggapan maka wajib pajak harus membayar

kekuranggannya (PPh Pasal 29). Sebaliknya jika lebih kecil maka

kelebihannya dapat diminta kembali (restitusi) atau

dikompensasikan pada tahun-tahun berikutnya.

Indonesia sendiri menganut stelsel campuran dengan

menerapkan tata cara sesuai dengan contoh pada kedua stelsel di

atas. Dengan berlakunya undang-undang PPh No. 36 Tahun 2009,

maka PPh pasal 29 badan harus dilunasi selambat-lambatnya pada

akhir bulan april tahun buku berikutnya. Sedangkan untuk PPh

pasal 29 wajib pajak orang pribadi harus silunasi selambat-

lambatnya pada akhir bulan maret tahun buku berikutnya.

G. Konsep Dan Teori Moderen

Moderenisasi adalah hal atau tindakan menjadikan moderen (terbaru,

mutakhir). Secara etimologi kata moderen berasal daria bahasa latin

moderma yang artinya masa kini, terbaru atau mutakhir. Moderen bisa

juga berarti sekarang, baru atau saat ini.

26
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) moderen dapat diartikan

sebagai sikap, cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan

zaman. Kata moderen dapat ditelusuri dalam beberapa hal yaitu :

1. Berhubungan dengan waktu (sejarah).

2. Berhubungan dengan penemuan – penemuan dalam bidang ilmu

pengetahuan.

3. Berhubungan dengan pikiran (idiologi).

Gagasan moderen sering di pahami sebagai gagasan pembaharuan

dan dipertentangkan dengan gagasan tradisional.

Donald Eugen Smith Mengemukakan batasan – batasan tentang

moderenisasi yang sering kali ditekankan pada aspek – aspek perubahan

di bidang tehnologi dan ekonomi, akan tetapi sebagaimana dikemukakan

oleh Manfret Halpern bahwa revolusi moderenisasi melibatkan

transformasi semua sistem yang di pakai orang untuk mengatur

masyarakatnya, baik sistem politik, sosial, ekonomi, intelektual,

keagamaan maupun psikologi. Hukum juga merupakan salah satu sistem

yang di pakai untuk mengatur kehidupan masyarakat. Demikian juga dari

sudut pandangan islam, sekularisasi harus dijauhkan dari proses

moderenisasi karena moderenisasi atau pembangunan tidak harus di

barengi dengan sekularisasi seperti pendapat smith.

H. Konsep Dan Teori Perpajakan Moderen


Moderenisasi perpajakan sebagai bagian dari reformasi perpajakan

menjadi hal yang menarik dan trend di lingkungan DJP. Ada nuansa

tersendiri yang membuatnya jadi lebih teknis, focus dan dinamis sejalan

27
reformasi perpajakan itu sendiri. Apa lagi gambaran umum dari instansi

pemerintah di tanah air hingga saat ini di pandang masih jauh dari yang

diharapkan masyarakat, terlebih lagi dengan kesan dan pola kerja

moderen dalam melayani masyarakat. Suatu hal penting lainnya lagi,

bahwa pengelolaan pajak memiliki karakteristik tersendiri yang sangat

berbeda dengan pengelolaan layanan umum instansi pemerintah, seperti

mengelola kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, pekerjaan umum dan

lainnya. Perbedaan karakteristik ini ditunjukan dengan berbagai upaya

yang dilakukan yang pada akhirnya, bagaimana masyarakat agar mau

membayar pajak, di tengah tidak adanya kontraprestasi secara langsung

yang diperoleh pembayar pajak sendiri.

Dengan perbandingan yang ada dalam pengelolaan pajak di berbagai

negara, utamanya negara- negara yang lebih maju, agar mudah

diaplikasikan dan dilaksanakan maka di susun konsep moderenisasi

perpajakan ala Indonesia yakni disesuaikan dengan iklim, kondisi dan

sumber daya yang ada. Sebagai dasar dari konsep moderenisasi

administrasi perpajakan adalah pelayanan prima dan pengawasan intensif

dengan pelaksanaan good governance.

1. Konsep umum

Moderenisasi administrasi perpajakan yang dilakukan pada

dasarnya meliputi:

a. Restrukturisasi organisasi

Dalam hal restrukturisasi organisasi konsepnya adalah:

28
1) Debirokratisasi.

2) Struktur organisasi berbasis fungsi terkait dengan perpajakan.

3) Dilakukan pemisahan antara fungsi pemeriksaan dan fungsi

keberatan.

4) Adanya segmentasi wajib pajak (level operasional) yang

dikelola

KPP.

5) Adanya internal audit dan change program unit.

6) Lebih efesien dan customer oriented.

b. Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi

komunikasi dan informasi

1) Berbasis teknologi komunikasi dan informasi.

2) Efesien dan costomer oriented.

3) Sederhana dan mudah dimengerti.

4) Adanya built-in control.

c. Penyempurnaan manajeman sumber daya manusia

1) Berbasis kompetensi.

2) Optimalisasi teknologi komunikasi dan informasi.

3) Customer driven.

4) Continous improvement.

Berdasarkan konsep umum moderenisasi perpajakan tersebut

diatas, sebagai outcome yang diharapkan adalah:

29
a. Terjadinya perubahan paradikma, pola pikir dan nilai organisasi

yang tercermin pada prilaku setiap pegawai.

b. Terciptanya proses bisnis dari setiap jenis pekerjaan yanag lebih

efesien.

c. Mampu menjalanakana tata kelola pemerintahan yang baiak dan

benar (good governance).

Adapun tujuan moderenisasi perpajakan adalah untuk menjawab

latar belakang di lakukannya moderenisasi perpajakan yaitu:

a. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi.

b. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi

perpajakan yang tinggi.

c. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi.

Guna melaksanakan dan mewujudkan tujuan moderenisasi

perpajakan tersebut, dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor.

85/KMK.03/2003 dibentuk “Tim Moderenisasi Jangka Menengah”

tugas atau kegiatan pokok tim adalah:

a. Moderenisasi kelembagaan termasuk struktur organisasi, sistem

dan prosedur dan kebijakan di bidang sumber daya manusia.

b. Moderenisasi peraturan yang terdiri dari penyederhanaan prosedur

administrative dan ketentuan pajak lainnya.

c. Moderenisasi teknologi informasi termaksud pemanfaatan teknologi

informasi untuk mempermudah wajib pajak dan administrasi

perpajakan.

30
2. Perubahan paradikma perpajakan

Dari konsep dan tujuan moderenisasis perpajakan tersebut di atas,

telah terjadi perubahan paradikma dalam berbagai aspek yang

berkaitan dengan perpajakan, yakn:

a. Organisasi berubah dari berdasarkan jenis pajak menjadi

berdasarkan fungsi. Hal ini dalam rangka “clien oriented”

b. Sistem dan proses kerja, berubah dari manual menjadi

berdasarkan sistem (Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak,

SIDJP) dengan “case management”. Hal ini terkait dengan

pemanfaatan teknologi informasi terkini.

c. Lebih mengedepankan aspek pelayanan kepada wajib pajak

(customer oriented) dengan adanya help desk maupun account

representative (AR).

d. Adanya unit khusus yang menangani keluhan (complaint center),

sebelunya tidak ada. Sehingga menjadi masukan berharga dalam

merawat dan memperbaiki pelayanan secara berkelanjutan.

e. Tuntutan professional sumber daya manusia dalam bekerja.

f. Adanya kode etik pegawai yang sebelumnya tidak ada seirama

dengan pelaksanaan “good governance” dan “equal treatment”

dapat berjalan dengan baik.

I. Konsep Dan Teori Tingkat Kepatuhan

31
Teori kepatuhan adalah teori yang menjelaskan suatu kondisi dimana

seseorang taat kepada perintah atau aturan yang diberikan. menurut

Permadi (2017) kepatuhan mengenai perpajakan merupakan tanggung

jawab terhadap tuhan, bagi pemerintah dan rakyat sebagai wajib pajak

untuk memenuhi semua kegiatan kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak merupakan

prilaku yang didasarkan pada kesadaran seseorang wajib pajak terhadap

kewajiban perpajakannya dengan tetap berlandaskan pada peraturan

perundang – undangan yang berlaku. Kepatuhan wajib pajak adalah salah

satu faktor penting dalam sistem perpajakn moderen, namun tidaklah

begitu mudah untuk diwujudkan karena sebagian masyarakat belum patuh

memenuhi kewajiban dalam hal mendaftarkan diri menjadi wajib pajak,

membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya.

Kepatuhan dalam dunia perpajakan dibedakan menjadi dua bagian

yakni:

1. Kepatuhan material adalah suatu keadaan yang dimana seorang wajib

pajak melakukan atau memenuhi semua ketentuan material yang ada

di dalam undang – undang perpajakan.

2. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana seorang wajib apajak

melakukan dan memenuhi ketentuan perpajakan secara formal sesuai

dengan undang – undang perpajakan.

Masalah kepatuhan pajak adalah pada pengenaan pajak itu sendiri.

Menggambarkan dan menjelaskan pola – pola yang diamati mengenai

32
ketidak patuhan pajak yang akhirnya dapat menemukan cara untuk

mengurangi ketidak patuhan pajak tersebut sangant penting bagi negara

di seluruh belahan dunia. Adapun masalah kepatuhan pajak yang lainnya

merupakan hal yang sangat klasik dalam dunia perpajajakan. Beberapa

parah ahli telah mengemukakan berbagai teori tentang kepatuhan pajak

yang menjelaskan tentang definisi serta faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan pajak. Pendekatan sederhana dari kepatuhan pajak

berpendapat bahwa ketika orang-orang memutuskan apakah membayar

pajak mereka, maka mereka memperhitungkan besarnya pajak tersebut

serta sangsi legal yang di terima dari ketidakpatuhan. Ardianto (2014)

mengemukakan bahwa kepatuhan pajak adalah melaporkan seluruh

pendapatan dan membayar seluruh pajak berdasarkan hukum, peraturan

dan keputusan pengadilan.

J. Konsep Dan Teori Wajib Pajak

Menurut UU No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata

cara perpajakan yang berbunyi sebagai berikut: Wajib pajak adalah orang

pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan

pengumut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

Anastasia Diana dalam lado (2018) mengemukakan wajib pajak adalah

orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan

pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

33
Mardiasmo (2016), Mengemukakan bahwa wajib pajak memiliki
beberapa kewajiban yang harus dipenuhi yakni:
1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.

2. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.


3. Menghitung pajak terutang, memperhitungkan pajak yang telah
dipotong oleh pihak lain, membayar, dan melaporkan sendiri pajak
dengan benar.
4. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukan ke
kantor pelayanan pajak dalam batas waktu yang telah di tentukan.
5. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.

6. Apabila di periksa wajib pajak di wajibkan:

a. Memperlihatkan laporan pembukuan atau catatan dan dokumen –

dokumen yang berhubungan dengan penghasilan yang di peroleh,

kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau obyek yang

terutang pajak.

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan

yang diperlukan dan yang dapat memperlancarkan pemeriksaan.

7. Apabila ketika mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau

dokumen serta keterangan yang diminta. Wajib pajak terikat oleh suatu

kewajiban untuk merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan

itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

Menurut mardiasmo (2011) hak – hak wajib pajak yakni:

a. Mengajukan surat keberatan dan surat banding.

b. Menerima tanda bukti pemasukan SPT.

c. Melakukan pembetulan SPT.

34
d. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.

e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran


pembayara pajak.
f. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang di kenakan

dalam surat ketetapan pajak.

g. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

h. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi,

serta pembetulan surat ketetapan pajak.

i. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban

pajaknya.

j. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak.


K. Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Triwigati (2013) dengan judul

penelitian yaitu pengaruh penerapan moderenisasi sistem administrasi

perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak (studi kasus atas

WPOP pada KPP Mlang Utara) yang menggunakan variabel independen

moderenisasi sistem administrasi perpajakan dan metode statistik analisis

regresi linear sederhana Menyimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini

adalah sistem administrasi perpajakan moderen berpengaruh secara

signifikan dan positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sugi Astana (2017) dengan

judul penelitian pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan

moderen dan kesadaran wajib pajak pada kepatuhan wajib pajak dengan

4 dimensi yaitu bidang struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi

35
informasi serta komunikasi, manajemen sumber daya manusia dan

pelaksanaan good governance yang menggunakan variabel independen

struktur organisasi (X1), proses bisnis dan teknologi informasi serta

komunikasi (X2), manajemen sumber daya manusia (X3), pelaksanaan

good gevernance (X4), kesadaran wajib pajak (X5) dengan menggunakan

metode statistik analisis tehnik linear berganda menyimpulkan bahwa hasil

dari penelitian ini adalah struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi

informasi serta komunikasi, manajemen sumber daya manusia, dan

pelaksanaan good governance dalam sistem administrasi perpajakan

modern dan kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif pada kepatuhan

Wajib Pajak.

L. Kerangka Pikir
.Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan dalam
bentuk bagan sebagai berikut:

Sistem administrasi Kepatuhan wajib pajak (Y)


perpajakan moderen (X)
Menurut : Peraturan Menteri
Menurut : Pandiangan (2008) Keuangan RI No. 74/PMK.03/2012
Dimensi : Dimensi :

1. Restrukturasi organisasi. 1. Wajib pajak patuh


2. Proses bisnis berbasis
teknologi komunikasi dan
informasi.
3. Penyempurnaan
manajeman sumber daya
manusia.

Hipotesis :
H0 : Penerapan sistem administrasi perpajakan moderen tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.
Ha : Penerapan sistem administrasi perpajakan moderen memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
36 tingkat kepatuhan wajib pajak.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir

M. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu kebenaran yang masi di ragukan, dan

merupakan hasil pemikiran rasional yang di landasi teori, dalil, hukum dan

lain sebagainya yang suda ada sebelumnya. Hipotesis juga dapat berupa

pernyataan yang menggambarkan atau memprediksi hubungan tertentu

antara dua variable atau lebih.

Penerapan sistem administrasi perpajakan moderen berpengaruh

terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak karena semakin baik penerapan

sistem administrasi perpajakan moderen yang dilakukan oleh aparatur

pajak maka semakin banyak wajib pajak yang akan patuh terhadap

kewajibannya dalam mempayar pajaknya.Berdasarkan hal ini dan di lihat

dari hasil penelitian terdahulu maka peneliti akan mengajukan hipotesis

sebagai berikut:

H0 : Penerapan sistem administrasi perpajakan moderen tidak memiliki

Pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

Ha : Penerapan sistem administrasi perpajakan moderen memiliki

Pengaruh yang sifnifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Menurut Tatang M. Amirin (2011) pendekatan penelitian adalah

bagaimana meninjau, melihat, memperlakukan atau mendekati masalah

penelitian yang dilakukan apakah akan bersifat menggali,

mengungkapkan segala aspek yang termaksud menelusuri

perkembangan sesuatu, menentukan sebab akibat, membandingkan,

menghubung – hubungkan, mengadakan perbaikan dan

menyempurnakan, sedangkan menurut Sugiyono (2010) Penelitian di bagi

menjadi dua yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif

adalah penelitian yang menggunakan instrument penelitian serta analisis

data yang sifatnya statistik yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang

telah di tentukan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan tehnik pengumpulan data triagulasi analisis data yang

memiliki sifat induktif dan hasil penelitian lebih condong pada makna dari

pada generalisasi.

Berdasarkan pemaparan diatas dalam penelitian ini pendekatan yang

di gunakan adalah statistik yang datanya berupa angka – angka sehingga

penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif.Dalam

penelitian ini peneliti juga menggunakan penelitian deskriptif dimana

penelitian ini berfungsi untuk mengetahui nilai variabel mandiri dari satu

38
variabel atau lebih (independen) tanpa melakukan perbandingan atau

menghubungkan variabel lainnya.

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Selatan, Gedung

Keuangan Negara I, Jl. Urip Sumoharjo No.KM.04, Karuwisi Utara, Kec.

Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan di pilih sebagai tempat

dalam penelitian ini. Penelitian ini mulai di lakukan pada bulan februari

sampai maret 2021.

C. Jenis Dan Sumber Data

1. Jenis data yang di pakai dalam penelitian ini adalah kuantitatif yakni

data yang berbentuk angka – angka mengenai populasi wajib pajak

orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Makassar Selatan.

Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer yaitu data yang di ambil secara langsung dari lokasi

penelitian, terlebih khusus di KPP Pratama Makassar Selatan

dimana data primer tersebut meliputi data hasil pembagian

kousioner pada responden.

b. Data sekunder yaitu data – data yang di ambil dari berbagai

sumber, baik dari laporan – laporan, dokumen – dokumen, buku –

buku maupun literature – literature yang memiliki keterkaitan erat

dengan masalah yang dibahas.

D. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

39
Menurut Sugiyono (2011) populasi adalah tempat yang ingin di

teliti, populasi merupakan acuan yang di gunakan oleh peneliti untuk di

pelajari dan kesimpulan yang di tarik berasal dari generalisasi yang

terdiri dari objek dan subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang di

tetapkan untuk menentukan populasi. Dalam penelitian ini populasi

yang di gunakan adalah seluruh wajib pajak orang pribadi yang

terdaftar pada KPP Pratama Makassar Selatan.

2. Sampel

Menurut sugiyono (2013), sampel merupakan bagian dari jumlah

atau karakteristik yang di miliki populasi tersebut. Apabila peneliti

melakukan penelitian terhadap populasi yang besar sedangkan peneliti

ingin meneliti tentang populasi tersebut atau peneliti memiliki

keterbatasan biaya, tenaga dan waktu maka tehnik pengambilan

sampel akan di lakukan oleh peneliti dan untuk mengambil sebuah

sampel harus berdasarkan populasi yang dapat mewakili.

Penelitian ini penentuan sampel di lakukan dengan menggunakan

penentuan sampel purposive sampling yaitu salah satu tehnik

sampling non random sampling di mana peneliti menentukan

pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri – ciri khusus yang

sesuai dengan tujuan penelitian sehingga di harapkan dapat menjawab

permasalahan penelitian. Adapun indikator sampel dari penelitian ini

adalah wajib pajak orang pribadi, berusia 25-40 tahun, terdaftar

sebagai wajib pajak minimal 3 tahun.

40
E. Tehnik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini di

lakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Penyebaran atau pembagian kousioner mengenai masalah penelitian

yang di bagikan kepada wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada

KPP Pratama Makassar Selatan di mana kousioner tersebut berisi

pernyataan – pernyataan yang akan di jawab oleh responden.

2. Dokumentasi dimana pengumpulan data yang di lakukan berupa

laporan tertulis maupun literature – literature yang berhubungan

dengan hal – hal yang di perlukan oleh peneliti dalam penelitian ini.

3. Obsevasi dimana pengumpulan data yang di lakukan dengan

melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian yang di

gunakan untuk memperoleh data.

F. Tehnik Analisis Data

Pengamatan yang akan di lakukan menggunakan pendekatan

kuantitatif yang didalamnya menggunakan angka – angka dan

menggunakan rumus statistik yaitu:

1. Uji validitas adalah uji yang di gunakan untuk menilai data tersebut

apakah valid dengan menggunakan alat ukur kousioner. Dalam

menguji validitas peneliti menggunakan tehnik membandingkan hasil

korelasi r hitung dari variabel dan r table sedangkan pengujian

41
validitas instrument dilakukan terhadap 60 wajib pajak orang pribadi

yang terdaftar pada KPP Pratama Makassar Selatan dengan

mengelola data pada aplikasi SPSS 20 for windows dengan

persyaratan sebagai berikut:

a. Jika r hitung positif atau > dari r tabel maka pernyataan valid.

b. Jika r hitung negaif atau < dari r tabel maka pernyataan tidak valid.

2. Uji reliabilitas di jadikan suatu instrument sehingga dapat menunjukan

keserasian di dalam menentukan indeks yang serupa. Permasalahan

yang ada di katakan valid pada uji validitas, lalu di tetapkan

realibilitasnya yang memiliki kriteria:

a. Jika r alpa positif atau > dari r tabel maka pernyataan reliabel.

b. Jika r alpa negative atau < dari r tabel maka pernyataan tidak

reliabel.

Menurut Rodi (2013) Untuk menentukan instrument penelitian yang

menggunakan reliabel atau tidak maka di uji berdasarkan kriteria

indeks reliabel instrument yaitu:

a. Interval 0,000 sampai 0,199 = sangat lemah

b. Interval 0,200 sampai 0,399 = rendah

c. Interval 0,400 sampai 0,599 = cukup

d. Interval 0,600 sampai 0,799 = kuat

e. Interval 0,800 sampai 1,000 = sangat kuat

3. Analisis regresi linear sederhana adalah metode pendekatan yang di

gunakan untuk menghubungkan antara suatu variabel dengan variabel

42
lainnya. Dalam analisis ini hubungan antara dua variabel bersifat

linear, apabila perubahan terjadi pada variabel x maka akan di ikuti

perubahan pada variabel y.

Secara matematis model analisis regresi linear sederhana di

gambarkan sebagai berikut:

Y = a + bX

Dimana:

Y = Variabel dependen atau responden.

X = Variabel prediktor atau variabel faktor penyebab (independen).

a = Konstanta.

b = Koefisien regresi (kemiringan) atau besaran respoden yang di

timbulkan oleh prediktor.

4. Uji persial (uji – t) adalah uji signifikan yang digunakan untuk

membuktikan variabel bebas secara persial memiliki pengaruh secara

signifikan atau tidak terhadap variabel terikat dengan hipotesis yang

telah ditetapkan sebagai berikut:

H0:bi = 0, artinya secara persial tidak berpengaruh.

H1:bi ≠ 0, artinya secara persial terdapat pengaruh.

Tolak ukur pengambilan keputusan:

H0 diterima jika t hitung < t tabel.

H0 ditolak jika t hitung > t tabel.

5. Uji hipotesis akan menunjukan secara khusus bagaimana variabel

dapat di ukur dan seperti apa hubungan antara variabel tersebut.

43
Dalam penelitian ini tehnik analisis data yang digunakan adalah

korelasi produk moment dari program SPSS 20.0 for windows. Untuk

dapat mengetahui apakah ada hubungan antar sistem administrasi

perpajakan moderen (X) terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak (Y),

kaidah yang digunakan adalah jika X2 hitung > dengan X2 tabel maka

Ha diterima artinya terdapat hubungan antara variabel X dengan

variabel Y begitu pun sebaliknya jika X2 hitung < dengan X2 tabel

maka Ha diterima artinya tidak terdapat hubungan variabel X dengan

variabel Y.

(Sumber;Ridwan MBA 2009)

G. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional

Variabel independen dalam penelitian ini adalah sistem administrasi

perpajakan moderen (X) sedangkan variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak (Y). Adapun defenisi

operasional sistem administrasi perpajakan moderen yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah sistem administrasi perpajakan yang

mengalami penyempurnaan atau perbaikan kinerja baik secara

individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efesien,

ekonomis dan cepat yang merupakan perwujudan dari program dan

kegiatan dari reformasi administrasi perpajakan yang di gulir oleh

Direktorat Jendral Pajak. Sedangkan defenisi operasional kepatuhan

wajib pajak adalah kemauan dan kesadaran wajib pajak untuk

memenuhi segala kewajiban perpajakannya.

44
Tabel 3.1 Variabel Penelitian

No Variabel Dimensi Indikator Teori

1. Sistem 1.Restrukturasi 1. Debirokratisasi Pandiangan


administrasi organisasi 2. Struktur (2008)
perpajakan (X) 2.Proses bisnis berbasis
berbasis fungsi
komunikasi dan perpajakan
informasi 3. Pemisahan
3.Penyempurnaan pemeriksaan
manajemen dengan
sumber daya keberatan
manusia 4. Segmentasi
wajib pajak
5. Internal audit
6. Efisiensi
7. Berbasis
teknologi
informasi
8. Sederhana
9. Mudah di
mengerti
10. Built-in control
11. Kompetensi
12. Optimalisasi
teknologi
13. Costomer
driven
14. Continous
improvement.

2. Kepatuhan 1. Wajib pajak 1.Tepat waktu Peraturan


wajib pajak (Y) patuh dalam Menteri
menyampaikan Keuangan RI
surat No.
pemberitahuan 74/PMK.03/2
2.Tidak 012
mempunyai
tunggakan
pajak untuk
semua jenis

45
pajak
3.Kelengkapan
surat
pemberitahuan
dan lampiran-
lampirannya
4.Kebenaraan
penulisan dan
perhitungan
pajak
5.Kebenaran
pembayaran
pajak yang
telah dilakukan
oleh wajib
pajak

H. Skala Pengukuran Variabel

Pengamatan yang di pakai dalam penelitian ini adalah skala likert

sebagai skala pengukuran variabel, skala tersebut menggunakan

beberapa item pernyataan untuk mengetahui sikap seseorang atau

individu dengan memilih sala satu dari lima titik pilihan dari setiap item

pernyataan yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat

tidak setuju. Kemudahan dalam penerapan skala likert menimbulkan skala

ini lebuh banyak di gunakan oleh peneliti (Amirin ,2010).

1. Sangat tidak setuju :1

2. Tidak setuju :2

3. Kurang setuju :3

4. Setuju :4

5. Sangat setuju :5

46
DAFTAR PUSTAKA

Al - Qur'an Hr . Muslim III/1321 No: 1695, Abu Daut II/557 No: 4442.
Al - Qur'an Surah At - Taubah Ayat : 41.
Amirin T. 2011. Populasi Dan Sampel Penelitian, Jakarta, Erlangga.
Ardiyanto. 2014. Pengaru sangsi pajak dan Pelayanan Aparat pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Preferensi Resiko
Sebagai Variabel Moderasi. Accounting Analysis Journal: 57-58.
Arifin. 2015. Pengaruh Moderenisasi Sistem Administrasi Perpajakan,
Sanksi Pajak dan Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Perbanas Review, 41 - 45.
Arikunto. 2011. Prosedur Penelitian; Suatau Pendekatan Praktik, Edisi
Refisi Vii Jakarta: PT. Primeka Cipta.
Bohari. (2019). Pengantar Hukum Pajak. Depok: Rajawali Pers.

Cenik Ardana. 2016. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Mitra Wacana


Media.
DJP. 2016. Kesadaran Pajak. Jakarta: Direktorat Jendral Pajak
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Emzir, M. 2019. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif Dan
Kualitatif. Depok: PT Rajagrafindo Persada
Fauzan Masykur. 2015. Sistem Administrasi Pengelolaan Arsip Surat
Masuk Dan Surat Keluar. IJNS – Indonesian Journal on Networking
and Security, 2.
Imam Zuhd. 2019. Pengaru moderenisasi sistem administrasi dan sangsi
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi kepada KPP
Pratama Bandung X. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi &
Akuntansi) , 121-127.

Kementrian Keuangan Repoblik Indonesia Direktorat Jendral Pajak


Direktorat Penyuluhan. 2013. Susunan Dalam Satu Naskah

47
Undang-undang Perpajakan. Jakarta Selatan: Direktorat Jendaral
Pajak.
Kresnawati. 2020. Implementasi Pasal 55 Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Terhadap Kebijakan Alokasi Dana Desa Di Wilayah
Kecamatan Karang Tinggi Bengkulu Tenggah. Jurnal Ilmiah
Akuntansi, Manajemen, dan Ekonomi Islam, 126.

Lado. 2018. Pengaru Penerapan E-filling Terhadap. JRAMB, Prodi


Akuntansi, Fakultas Ekonomi,UMB Yogyakarta, 67- 68
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Erlangga

Mardiasmo. 2013. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi


Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi Terbaru. Yogyakarta: Erlangga
Maria. 2013.Pengaruh Moderenisasi Sistem Adminisrasi Perpajakan
Terhadap Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak Di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandar Lampung. Jurnal Bisnis
Darmajaya , 39 - 44.
Masyhur. 2013. Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakn Moderen
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Ilmu Manajemen &
Bisnis, 1 - 5.
Ompusunggu. 2015. Pemanfaatan teknologi Informasi, Sosialisasi Pajak,
Pengetahuan Perpajakan, dan Kepatuhan Pajak. Jurnal Riset
Akuntansi dan Perpajakan JRA, 194 - 195.
Pandiangan. (2008). Moderenisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan
Berdasarkan Undang-Undang Terbaru. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Permadi. 2017. Pengaru Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan


dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei
Pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap Samsat
CPDPD Provinsi Wilayah Bandung III Sukarno Hatta).
Pohan, A. (2017). Pembahasan Komprehensif Pengantar Perpajakan
Edisi 2. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Rahayu. (2010). Perpajakan Teori Dan Teknis Perhitungan. yogyakarta:


Graha Ilmu.
Septiyeni. 2014. Analisis Penerapan Modernisasi Administrasi Perpajakan
Dan Implikasinya terhadap Kinerja Account Representative . Jurnal
Dinamika Akuntansi dan Bisnis , 81 - 84

48
Setiawan. (2016). Pengaruh Moderenisasi Sistem Administrasi
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana , 226 - 235.
Sinta Setiana, T. K. (2010). Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi
Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal
Akuntansi, 134 - 141
Sugi Astana. 2017. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Moderen Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana , 818 - 830.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta
Sukanto. 2013.Implementasi Kebijakan Pengarusutamaan Hak Anak
Dalam Rangka Perwujudan Kabupaten Layak Anak. JUrnal
Administrasi Publik.
Tangkuman. (2018). Analisis Sistem Informasi Akuntansi Dalam
Pemberian Kredit Pada Koppelog Bulok Manado. Jurnal Riset
Akuntansi Going Concren, 585.
TMbooks. 2015. Cermat Menguasai Seluk Beluk Perpajakan Indonesia.
Yogyakarta: C.V Andi Offset
Triwigati. 2013. Pengaruh Penerapan Moderenisasi Sistem Administrasi
Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya.
Umar. 2014. Konsep Hukum Moderen: Suatu Perspektif Keindonesiaan,
Integrasi Sistem Hukum Agama dan Sistem Hukum Nasional.
Walisongo, 161.
Wardani. 2014. Pengaruh Penerapan Modernisasi Administrasi
Perpajakan Terhadap Tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal
Akuntansi, 77 - 80.

49
50

Anda mungkin juga menyukai