Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Spesies Ikan Lele

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Menurut Warseno (2018), klasifikasi ikan lele adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Sub-kingdom : Metazoa

Phyllum : Chordata

Sub-phyllum : Vertebrata

Klas : Pisces

Sub-klas : Teleostei

Familia : Clariidae

Genus : Clarias

Sumber: Warseno, (2018)

Gambar 1. Ikan Lele

Ikan lele (Clarias gariepinus) menurut Suyanto (2004), adalah ikan yang

hidup di perairan umum dan ikan yang bernilai ekonomis serta disukai oleh

masyarakat. Tubuh ikan lele berbentuk memanjang dengan kepala pipih di

bawah dan mulutnya berada di ujung terminal dengan empat pasang sungut.

Sirip ekornya membundar jika mengembang dan ikan lele memiliki kulit tubuh

yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ arborecent yaitu alat

yang membuat lele yang dapat hidup di lumpur atau air yang hanya mengandung

sedikit oksigen. Ikan lele berwarna kehitaman atau keabuan dan ikan lele
mempunyai senjata yang sangat ampuh dan berbisa berupa sepasang patil yang

berada di sebelah depan sirip dada. Patil pada ikan lele bisa dipergunakan oleh

ikan lele untuk melompat atau berjalan di atas tanah.

2.1.2 Habitat dan Penyebaran

Habitat ikan lele menurut Mahyuddin (2008), adalah di sungai dengan

arus dengan air yang tenang atau mengalir perlahan, rawa, telaga, waduk,

sawah yang tergenang air. Ikan lele tidak pernah ditemukan hidup di air payau

atau asin. Ikan lele bersifat nokturnal yaitu aktif bergerak mencari makanan pada

malam hari. Saat siang hari ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat yang

gelap. Ikan lele mulai memijah pada saat musim penghujan. Ikan lele harus

mengambil oksigen dari udara langsung dan setiap saat akan menyembul ke

permukaan air. Ikan lele juga relatif tahan terhadap pencemaran bahan- bahan

organik sehingga ikan ini mampu hiduo di air yang kotor. Ikan lele hidup dengan

baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi. Ikan

lele yang hidup di tempat yang dingin dengan suhu dibawah 20 oC

pertumbuhannya akan melambat.

`Ikan lele menurut Fatimah dan Sari (2015), tersebar luas di benua Afrika

dan Asia terutama di perairan tawar. Ikan lele diternakkan di beberapa negara

seperti Filipina, Thailand, Indonesia, Laos, Kamboja, Vietnam, dan India. Ikan

lele di Indonesia secara alami ditemukan di Kepulauan Sunda Besar maupun

Sunda kecil. Sekitar 355 – 60 spesies anggota marga Clarias yang tersebar di

seluruh dunia. Ikan lele di Asia tenggara diketahui sekitar 20 spesies lele, dan

kebanyakan diantaranya baru dikenali. Penyebutan nama ikan lele di beberapa

daerah berbeda – beda. Ikan lele ada yang dikenal dengan sebutan keli di

negara Malaysia, plamond di negara Thailand, mali di negara Afrika. Ikan lele

dalam perdagangan internasional disebut dengan istilah catfish. Ikan lele disebut
catfish dikarenakan ikan lele memiliki kumis seperti kucing. Pertumbuhan ikan

lele akan bagus apabila dipelihara pada suhu air dan lingkungan yang hangat.

2.1.3 Kebiasaan Makan

Ikan lele menurut Alviani (2017), adalah salah satu jenis ikan air tawar

yang dikenal sebagai ikan yang rakus. Ikan lele biasanya memangsa ikan ikan

kecil atau hewan lain yang memiliki ukuran yang lebih kecil dari tubuhnya.

Makanan alami ikan lele adalah plankton, serangga air, siput, keong, udang, ikan

– ikan kecil, kepiting dan hewan-hewan kecil lainnya. Ikan lele memiliki

kebiasaan makan di dasar perairan atau di kolam (bottom feeder). Ikan lele

tergolong sebagai ikan karnivora atau ikan pemakan daging. Pakan ikan lele

yang baik adalah makanan yang banyak mengandung protein hewani. Ikan lele

yang terlalu banyak diberikan pakan nabati pertumbuhannya akan lambat. Ikan

lele yang rakus membutuhkan penanganan yang baik karena tidak jarang ikan

lele memicu terjadinya kanibalisme. Ikan lele saling memakan sesama anggota

ekosistem dalam satu kolam. Pemberian pakan pada ikan lele yang kurang dari

takaran akan mendorong ikan lele yang berukuran lebih besar akan memangsa

dan memakan ikan lele yang lebih kecil.

Ikan lele menurut Primaningtyas, et al. (2015), merupakan ikan yang tak

bersisik dan memiliki karakter khusus terutama dalam hal makanan. Ikan lele

bisa dikatakan pemakan segala atau omnivora. Ikan lele bersifat nokturnal atau

biasa makan pada malam hari. Saat kebutuhan oksigen untuk ikan lele lebih

rendah, maka akan menyebabkan ikan stress dan dapat menurunkan nilai tingkat

konsumsi pakan. Pakan yang dikonsumsi dapat di manfaatkan dengan baik oleh

tubuh ikan apabila ikan berada di dalam lingkungan dengan kondisi yang baik.

Lingkungan yang baik, ikan tidak perlu menghabiskan energi yang didapatnya

dari pakan untuk stress dan menyesuaikan dengan tubuhnya. Lingkungan


dengan kualitas air yang sesuai, ikan akan memanfaatkan pakan lebih banyak

untuk pertumbuhan. Pertambahan bobot ikan akan terjadi jika jumlah pakan yang

dikonsumsi lebih besar dari jumlah yang diperlukan untuk mempertahankan

hidupnya, sehingga memberikan masukan energi yang tinggi pula untuk

pertumbuhan. Ikan membutuhkan energi untuk bergerak, mencerna makanan

untuk pertumbuhan, dan metabolisme tubuh.

REFERENSI :

Warseno, Y. (2018). Budidaya lele super intensif di lahan sempit. Jurnal Riset
Daerah. 17(2), 3064 – 3088.

Suyanto, R. (2004). Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Niaga Swadaya.

Mahyuddin, K. (2008). Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Bogor: Penebar


Swadaya.

Fatimah, E. N., & Sari, M. (2015). Kiat Sukses Budidaya Ikan lele. Jakarta Timur:
Bibit Publisher.

Alviani, P. (2917). Cara Sukses Budidaya Ikan Lele. Yogyakarta: Bio Genesis.

Primaningtyas, A. W., Hastuti, S., & Subandiyono. (2015). Performa produksi


ikan lele (Clarias gariepinus) yang dipelihara dalam sistem budidaya
berbeda. Journal of Aquaculture Management and Technology. 4(4), 51-
60.

Anda mungkin juga menyukai