A. DBD
DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes
Aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran
DBD adalah dengan memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk
tersebut. Salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan
melakukan Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dan abatisasi untuk memberantas jentik nyamuk.
Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penular DBD dapat dilakukan
dengan cara:
a. Fogging, yaitu pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa.
b. Abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gr untuk 100 liter air pada
tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk atau penetesan abate cair dengan
dosis 20 tetes untuk 50 liter air pada tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk.
c. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN(Pemberantasan Sarang
Nyamuk) dengan 3 M, yaitu menguras, menutup tampungan air dan mengubur
barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk dan Plus (Penyebaran
predator nyamuk di tempat penampungan air, budidaya tanaman pengusir nyamuk,
menggunakan repellent/ obat oles anti gigitan nyamuk, tidak menggantung pakaian
yang sudah bekas dipakai, menggunakan baju tangan panjang jika keluar malam,
penggunaan kelambu anti nyamuk).
1
KEGIATAN YANG DILAKUKAN KADER DBD
o Melakukan sosialisasi PSN 3M Plus secara kelompok kepada masyarakat (RT/
Dusun) dalam berbagai kesempatan.
o Melakukan kunjungan dan pembinaan ke rumah /tempat tinggal/TTU serta TTI
setiap 2 minggu.
o Menggerakkan masyarakat bersama TOMA, TODAT, TOGAG, Aparat RT/ Dusun
untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kebersihan lingkungan minimal 1 kali
seminggu.
o Menggerakkan masyarakat dalam memberantas jentik nyamuk (Larvasidasi dengan
ABATE bubuk/ cair, memelihara predator alami seperti ikan cempalo ditempat
penampung air).
o Melakukan pemeriksaaan jentik berkala (mingguan) di RT/ Dusun (@ rumah
selama 15 menit).
o Merekapitulasi hasil pemeriksaaan jentik berkala dan melaporkan hasil kerja
secara berjenjang baik kepada supervisor/ koordinatorkader, petugas Puskesmas
dan Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten setiap bulan.
o 1 (satu) Supervisor/ koordinator dapat membina 20 – 25 jumantik
rumah/lingkungan.
o Menggerakkan masyarakat agar berperan aktif untuk melaporkan kasus kejadian
penyakit DBD/ Malaria yang terjadi diwilayahnya melalui petugas kesehatan
beserta bukti hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium).
o Berpartisipasi dalam mengaktifkan kegiatan pokja DBD dan pos Malaria RT/
Dusun.
2
o Menggerakkan masyarakat bersama TOMA, TODAT, TOGAG, Aparat RT/ Dusun
untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kebersihan lingkungan minimal 1 kali
seminggu.
o Menggerakkan masyarakat dalam memberantas jentik nyamuk (Larvasidasi dengan
ABATE bubuk/ cair, memelihara predator alami seperti ikan cempalo ditempat
penampung air).
o Melakukan pemeriksaaan jentik berkala (mingguan) di RT/ Dusun (@ rumah
selama 15 menit).
o Merekapitulasi hasil pemeriksaaan jentik berkala dan melaporkan hasil kerja
secara berjenjang baik kepada supervisor/ koordinatorkader, petugas Puskesmas
dan Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten setiap bulan.
o 1 (satu) Supervisor/ koordinator dapat membina 20 – 25 jumantik
rumah/lingkungan.
o Menggerakkan masyarakat agar berperan aktif untuk melaporkan kasus kejadian
penyakit DBD/ Malaria yang terjadi diwilayahnya melalui petugas kesehatan
beserta bukti hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium).
o Berpartisipasi dalam mengaktifkan kegiatan pokja DBD dan pos Malaria RT/
Dusun.
3
B. MALARIA
Istilah GERMAS DULIMA dapat diartikan sebagai gerakan masyarakat yang
dilaksanakan secara terpadu, sistimatis dan bekelanjutan yang bersumber dari dan
untuk masyarakat dalam upaya mengendalian penyakit malaria sehingga masyarakat
dapat melindungi diri dan keluarga dari penyakit Malaria.
Khusus
1. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pengendalian
malaria
2. Tersedianya kader sebagai inisiator dan promoter bagi masyarakat dalam
pengendalian malaria
3. Terbentuknya Wadah Gerakan masyarakat dalam pengendalian malaria
4
2. KADER GERMAS
GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) adalah suatu tindakan yang sistematis dan
terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan
kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Tujuan GERMAS
Agar masyarakat berperilaku sehat, sehingga diharapkan berdampak pada :
1. Kesehatan terjaga
2. Jika sehat, produktivitas masyarakat meningkat
3. Terciptanya lingkungan yang bersih
4. Biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk berobat berkurang
5
3.KADER JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
(JKN)
APAKAH JKN ITU?
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah jamninan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap penduduk seluruh Indonesia.
TUJUAN POSBINDU
Memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau dibayar oleh pemerintah.
6
- PBI (JKN Pusat) : 97.000 jiwa
- Jamkesda Rejang Lebong : 18.887 jiwa
7
4. KADER USAHA KESEHATAN KERJA
(UKK)
A. APA ITU POS UKK ?
Pos UKK adalah Pos Upaya Kesehatan Kerja yang merupakan wadah atau tempat dari
sekelompok pekerja informal dari, oleh dan untuk masyarakat pekerja dalam upaya
pemeliharaan kesehatan.
Pos UKK terdiri dari pekerja informal 10 sampai 50 orang pekerja dengan jenis pekerjaan
yang sama.( misal:kelompok tani, pekerja pembuat gula merah,pekerja bengkel, pengrajin
makanan dll)
8
E. HUBUNGAN KADER POS UKK DENGAN PUSKESMAS
Kader pos UKK desa/kelurahan berkoordinasi langsung dengan petugas pengelola Kesehatan
Kerja di Puskesmas.
9
5. KADER KESEHATAN JIWA
Salah satu cara untuk mencapai jiwa yang sehat adalah dengan penilaian diriyaitu bagaimana
seseorang melihat dirinya yang berkaitan erat dengan cara berpikir,cara berperan, dan cara
bertindak.
10
Mempunyai keyakinan untuk menyelesaikan masalah
11
6. KADER TB DAN HIV/AIDS
PENGERTIAN
Kader TB dan HIV/AIDS adalah anggota masyarakat baik laki-laki maupun perempuan yang
dipilih secara sukarela serta dilatih untuk pengenalan penyakit, mencegah, serta menganalisa
masalah hingga menangani masalah kesehatan Tuberkulosis – HIV/AIDS
didesa/kelurahannya masing-masing dalam rangka upaya peningkatan derajat kesehatan.
FUNGSI KADER
1. Sebagai penggerak masyarakat dalam menginformasikan tentang TB-HIV/AIDS
2. Sebagai penghubung masyarakat dengan petugas kesehatan
3. Pemantau tersangka TB-HIV/AIDS
4. Pencatat hasil kegiatan
PERAN KADER
1. Sebagai Motivator, memberikan motivasi kepada suspek TB-HIV/AIDS untuk diperiksa
di fasilitas pelayanan kesehatan
2. Sebagai Informan, memberikan informasi atau pesan tentang TB-HIV/AIDS dengan baik
dan benar kepada tersangka pengidap TB-HIV/AIDS dan orang terdekatnya.
3. Sebagai Teman, kader TB-HIV/AIDS harus menjaga hubungan baik dan kepercayaan
dengan tersangka pengidap TB-HIV/AIDS untuk memastikan pemeriksaan dan
pengobatan dilakukan secara teratur.
KOMPETENSI KADER
Jenis kompetensi Kader TB-HIV/AIDS yang dipersyaratkan antara lain :
1. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang TB-HIV/AIDS
2. Mampu dalam memberikan penyuluhan dan konseling TB-HIV/AIDS
3. Aktif dalam kegiatan masyarakat.
12
13
7. KADER KESEHATAN LINGKUNGAN / STBM
Open Defecation Free yang selanjutnya disebut sebagai ODF adalah kondisi
ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan.
Cuci Tangan Pakai Sabun adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan
sabun dan air bersih yang mengalir.
Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus
mata rantai penularan penyakit.
Sanitasi dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang
air besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga.
B. LANDASAN HUKUM
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2014.
14
C. TUJUAN PENYELENGGARAAN STBM?
Tujuannya adalah untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan
saniter secara MANDIRI di dalam rumah dan lingkungan sekitar rumah
sehingga terhindar dari penyakit-penyakit yang disebabkan oleh faktor
lingkungan.
2. PERILAKU CTPS
Setiap anggota rumah tangga membiasakan diri melakukan cuci tangan
dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun.
Setiap rumah menyediakan dan memelihara sarana cuci tangan yang
dilengkapi dengan air mengalir, sabun dan saluran pembuangan air
limbah.
15
Melakukan pengurangan (reduce), penggunaan kembali (reuse) dan
pengolahan kembali sampah (recycle).
Menyediakan dan memelihara sarana pembuangan sampah rumah tangga
di luar rumah.
Lima Pilar
16
8. KADER RABIES
PENYAKIT RABIES
Rabies di sebut juga penyakit anjing gila yang merupakan suatu penyakit infeksi
akut pada susunan syaraf pusat yang disebabkan virus rabies. Penyakit ini
bersifat zoonotik yaitu penyakit dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui
gigitan hewan penular rabies. Penyakit ini telah dikenal sejak berabad-abad
yang lalu dan merupakan penyakit yang menakutkan bagi manusia karena
penyakit ini selalu diakhiri dengan kematian. Penyakit ini menyebabkan
penderita tersiksa oleh rasa haus namun sekaligus merasa takut terhadap air
(hydrophobia). Rabies bersifat fatal baik pada hewan maupun pada manusia,
hampi seluruh pasien yang menunjukkan gejala-gejala klinis rabies
(encephalomyelitis) akan diakhiri dengan kematian. Sampai saat ini belum ada
pengobatan yang efektif dalam menyembuhkan rabies namun penyakit penyakit
ini dapat dicegah melalui penanganan kasus paparan hewan penular rabies
(HPR) sedini mungkin.
Cara penularan rabies melalui gigitan dan non gigitan (goresan cakaran atau
jilatan pada kulit terbuka/mukosa) oleh hewan yang terinfeksi virus rabies.
Virus rabies akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terbuka atau
mukosa namun tidak dapat masuk melalui kulit yang utuh.
17
Beberapa dasar hukum peran serta kader Rabies antara lain :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan
Penanggulangan Penyakit Hewan;
2. Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pengendalian Zoonosis;
3. Keputusan bersama Menteri Kesehatan RI, Menteri Pertanian RI dan Menteri
Dalam Negeri RI No, 279 A/Menkes/SK/VIII/1978, No. 143 Tahun 1978
tentang peningkatan Peningkatan Pemberantasan dan Penanggulangan
Rabies.
4. Keputusan Bersama Dirjen P2M dan PL, Dirjen Perternakan dan Dirjen
PUOD No. KS.00-1.1554, No. 99/TN.560/KPTS/DJP/Deptan/1999, No.
443.2-270 tentang pelaksanaan kegiatan pembebasan dan mempertahankan
Daerah Bebas Rabies di wilayah Republik Indonesia.
5. Peraturan kesehatan internasional Tahun 2005 tentang Pengawasan terhadap
keluar masuknya penyakit melaui kapal dan pesawat terbang.
18
o 1 (satu) Supervisor/ koordinator dapat membina 20 – 25 kader
rumah/lingkungan.
o Menggerakkan masyarakat agar berperan aktif untuk melaporkan kasus
kejadian penyakit Rabies yang terjadi diwilayahnya melalui petugas
kesehatan beserta bukti hasil pemeriksaan tim medis puskesmas/ RS.
o Berpartisipasi dalam mengaktifkan kegiatan pos Rabies Desa/ Kelurahan.
19
1. Kader bersama-sama petugas kesehatan di wilayah setempat RT/ Dusun
(Bidan Desa) membuat laporan kegiatan dalam penanggulangan
penyakit Rabies diwilayahnya dan melaporkan ke Puskesmas.
2. Puskesmas merekapitulasi hasil laporan yang dilaporkan dari Desa/
Kelurahan yang ada di wilayah kerjanya ke Dinas Kesehatan Kabupaten
(Laporan Bulanan penyakit Rabies, Vaksinasi Hewan, Pemantauan dan
kegiatan penanggulangan lainnya).
Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten melakukan pembinaan tentang
tatalaksana penanggulangan penyakit Rabies diseluruh Puskesmas dan
wilayah kerja Puskesmas Kabupaten.
20
9. KADER POSBINDU
Tujuan Posbindu
21
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan
penemuan dini factor resiko PTM
Kegiatan dalam Posbindu 1 tahun sekali
Kegiatan Posbindu
1. Penggalian informasi faktor resiko dengan wawancara sederhana
yang meliputi, riwayat penyakit tidak menular pada keluarga dan
diri sendiri
2. Kegiatan pengukuran Berat badan, Tinggi badan, indeks masa
tubuh, lingkar perut, dan tekanan darah
3. Kegiatan penunjang seperti pemeriksaan kolesterol, gula darah, dan
asam urat (bagi individu yang sehat disarankan 3 tahun sekali dan
yang telah mempunyai factor resiko PTM setahun sekali dan bagi
penderita DM minimal 1 bulan sekali)
4. Pemeriksaan IVA
22
5. Melakukan pengukuran Tinggi Badan, berat badan, Indeks Masa
Tubuh, Lingkar Perut, tekanan darah dengan didampingi oleh
tenaga kesehatan
6. Melakukan pencatatan pendaftaran dan pengisian hasil
pemeriksaan
7. Melakukan penyuluhan perorangan
23
10. KADER KEAMANAN PANGAN DAN OBAT
PENDAHULUAN
Kader adalah masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjau oleh masyarakat
dan dapat bekerja secara sukarela mengelola program
TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Melalui peran kader kesehatan secara optimal meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di wilayahnya
2. TUJUAN KHUSUS
a. Teselenggaranya upaya promotif dan preventif terhadap masalah-masalah
kesehatan oleh masyarakat sendiri
b. Terdeteksinya masalah-masalah kesehatan secara dini yang ada di wilayah
dengan adanya kader yang berilmu pengetahuan dan aktif
c. Masyarakat mampu mengambil inisiatif untuk menyelesaikan masalah-
masalah kesehatan di wilayahnya secara mandiri
d. Memudahkan koordinasi antara petugas kesehatan dengan masyarakat
(kader) untuk melaksanakan upaya-upaya kesehatan masyarakat
24
3. Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat setempat untuk membahas
hasil SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas dan jadwal
kegiatan
4. Sebagai pendamping dan pengarah dalam pelayanan kesehatan
5. Penghubung masyarakat pada memberi pelayanan
6. Menjaga kelangsungan kegiatan di bidang penyehatan pangan
7. Melaksanakan evaluasi kegiatan
FUNGSI :
1. Membantu petugas dalam pengambilan sampel pangan
2. Membantu petugas dalam melakukan monitoring produk pangan
3. Melakukan registrasi pendataan sarana pengolahan makanan jajanan, Kantin,
Depot Air Minum, Rumah Makan, Restoran, P-IRT dan Jasaboga
4. Melakukan penyuluhan perorangan dan kelompok kepada masyarakat di
posyandu
5. Melakukan kunjungan rumah untuk melakukan penyuluhan khususnya di
bidang penyehatan pangan
6. Memberitahukan kepada masyarakat informasi waktu dan jam
penyelenggaraan penyuluhan di bidang penyehatan pangan
7. Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan pengawasan pangan
8. Menginformasikan secepatnya kepada petugas apabila terjadi KLB
Keracunan Pangan
9. Membuat laporan hasil kegiatan
DASAR HUKUM
1. Permenkes R.I No. 02 Tahun 2013 Tentang KLB Pangan
2. Permenkes R.I No. 33 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan
3. Permenkes R.I No. 180 Tahun 1985 Tentang Makanan Kadaluarsa
4. Permenkes R.I No. 416 tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Bersih
5. Permenkes R.I No. 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum
6. Permenkes R.I No. 1098 Tahun 2003 Tentang Persyaratan Higiene Sanitasi
Rumah Makan
7. Permenkes R.I No. 1096 Tahun 2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga
8. Permenkes R.I No. 942 Tahun 2013 Tentang Makanan Jajanan
9. Permenkes No.13 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
RUANG LINGKUP
25
Kader kesehatan di bidang penyehatan pangan dibatasi pada kegiatan mengenai
penyehatan pangan
KOORDINASI
Kader penyehatan pangan di Dusun berkoordinasi bersama sanitarian
puskesmas dan petugas pengawas dan penyuluh keamanan pangan Dinas
Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong
26
11. KADER KESEHATAN LANSIA
PENGERTIAN LANSIA
Menurut World Health Organization (WHO) usia lanjut dikelompokkan menjadi:
1. Middle Aggge (45-59 tahun)
2. Erderly (60-74 tahun)
3. Old (75-90 tahun)
4. Very old (> 91 tahun)Adalah deteksi dini dan pemeriksaan kesehatan lansia
(berumur >60 tahun).
Menurut Eisdoefer dan Wilkie dalam Johanna, EP (1993, 75) mengatakan bahwa usia
biologis adalah proses genetik yang berhubungan waktu, tetapi terlepas dari stres,
trauma dan penyakit. Seseorang dikatakan muda secara biologis apabila secara
kronologis tua, tetapi organ-organ tubuhnya, seperti jantung, ginjal, hati, saluran
pencernaan, tetap berfungsi seperti waktu muda.
Usia psikologis adalah kapasitas individu untuk adaptif dalam hal ingatan, belajar,
intelegnsi, keterampilan, perasaan, motivasi dan emosi. Apabila hal ini masih baik dan
stabil dapat dikatakan secara psikologis ia masih dewasa. Usia sosial menekankan
peran dan kebiasaan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain dan
menjalankan perannya dengan penuh tanggung jawab di mayarakat.
27
Selain pemeriksaan umum diatas ada beberapa pemeriksaan khusus diantaranya:
a. Pada pria
Pemeriksaan prostat digital. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memantau fungsi dan
kesehatan prostat serta mendeteksi adanya pertumbuhan kanker.
b. Pada wanita
Mammogram. Semakin bertambah usia, risiko wanita mengalami kanker
payudara semakin meningkat. Dilakukan 2 tahun sekali
Pap smear. Tes ini dilakukan untuk memantau kesehatan rahim. Anda yang
menunjukkan gejala kanker serviks biasanya akan diperiksa dengan pap smear.
Namun, tes ini juga dianjurkan bagi wanita muda hingga usia kira-kira 70 tahun.
Dilakukan 3 tahun sekali
Cara pencegahan:
Mengurangi asupan garam
Berolahraga
Kontrol berat badan
Jauhi stres
Tidak merokok
28
Olahraga teratur
Menjaga berat badan
Jika Anda merasa sakit, sebaiknya istirahat dan jangan memaksa untuk melakukan
banyak aktivitas.
3. Stroke
Beberapa gejala dari stroke adalah mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki di salah
satu sisi tubuh, penurunan penglihatan di salah satu atau kedua mata, kesulitan bicara
atau memahami perkataan orang lain, sakit kepala tiba-tiba tanpa tahu penyebabnya,
dan kehilangan keseimbangan saat berjalan.
5. Diabetes mellitus
Adalah kadar gula didalam darah tinggi.
Cara pencegahan:
Mengontrol asupan makanan terutama yang mengandung gula
Olahraga teratur
6. Asam Urat
Kadar asam urat yang dikatakan naik apabila nilainya 7 mg/dl (pria) dan 6 mg/dl
(wanita)
Cara pencegahan:
Olahraga
Mengatur berat badan
Mengurangi asupan purin seperti ayam potong, hati dan ampela ayam, jengkol,
petai, duren, tauge,kopi, teh, dll.
29
30
12. KADER KIA Dan KB
Pengertian
Kader KIA adalah anggota masyarakat baik laki-laki maupun perempuan yang
dipilih secara sukarela serta dilatih untuk mencegah, menanalisa hingga
menangani masalah-masalah kesehtan ibu dan anak didesa/kelurahannya
masing-masing dalam rangka upaya peningkatan derajat kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
31
32
13. KADER GIZI DAN ASI
Kader Gizi dan ASI adalah anggota masyarakat baik laki-laki maupun
perempuan yang dipilih secara sukarela serta dilatih untuk membantu petugas
kesehatan dalam melakukan pendataan, pengukuran status gizi bayi dan balita,
serta sebagai konselor ASI Ekslusif di desa/kelurahan.
33
14. KADER IMUNISASI
34
Apa saja Tupoksi dari Kader IMUNISASI ?
Tupoksi Kader Imunisasi meliputi :
1. Melakukan kegiatan bulanan Imunisasi di Posyandu
2. Mempersiapkan pelaksanaan Posyandu
3. Kunjungan rumah, Mengundang dan menggerakkan masyarakat
yaitu memberitahu ibu – ibu untuk Imunisasi anaknya ke Posyandu
terutama bagi anak yang belum Imunisasi dan Imunisasi tidak
lengkap.
4. Membantu petugas kesehatandalam pendaftaran, penyuluhan, dan
berbagai usaha kesehatan masyarakat.
5. Memindahkan catatan – catatan dalam KMS ke dalam buku bantu
kader.
6. Membantu petugas kesehatan dalam menemukan kasus Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi ( KIPI ) dan segera melaporkan kasus
KIPI tersebut ke petugas Kesehatan setempat
7. Mengajak sasaran anak sekolah dan Wanita Usia Subur untuk
mendapatkan pelayanan Imunisasi.
35
36
FORMAT PELAPORAN KADER
Lampiran1. LAPORAN KADER DBD/MALARIA
I.
NO NAMA ALAMAT
DESA/KELURAHAN : ………………………………………..
KECAMATAN : ………………………………………..
KABUPATEN : REJANG LEBONG
TRIWULAN : ………………………………………..
TAHUN : ………………………………………..
KEG
DESA/KELURAHAN : ………………………………………..
KECAMATAN : ………………………………………..
KABUPATEN : REJANG LEBONG
TRIWULAN : ………………………………………..
TAHUN : ………………………………………..
37
Memiliki Kartu
No Nama JKN/BPJS KET
Ya Tdk
DESA/KELURAHAN : ………………………………………..
KECAMATAN : ………………………………………..
KABUPATEN : REJANG LEBONG
TRIWULAN : ………………………………………..
TAHUN : ………………………………………..
Riwayat Peserta Bekerja Dgn
Hamil
B Penyakit JKN/BPJS APD
No Nama TB KET
B Ya Td Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk
k
DESA/KELURAHAN : ………………………………………….
KECAMATAN : ………………………………………….
KABUPATEN : REJANG LEBONG
TRIWULAN : …………………………………………
TAHUN : …………………………………………
38
YA TIDAK
DESA/KELURAHAN : ………………………………………….
KECAMATAN : ………………………………………….
KABUPATEN : REJANG LEBONG
TRIWULAN : …………………………………………
TAHUN : …………………………………………
Desa/Kel/Dusun : Triwulan :
Kecamatan : Tahun :
Kabupaten :
39
Lampiran 8. LAPORAN KADER RABIES
DESA/KELURAHAN : ………………………………………….
KECAMATAN : ………………………………………….
KABUPATEN : REJANG LEBONG
TRIWULAN : …………………………………………
TAHUN : …………………………………………
DESA/Kel/Dusun :
KECAMATAN :
KABUPATEN :
REJANG LEBONG
TRIWULAN :
TAHUN :
40
DESA/KELURAHAN : ………………………………………….
KECA,MATAN : ………………………………………….
KABUPATEN : REJANG LEBONG
TRIWULAN : …………………………………………
TAHUN : …………………………………………
DESA/KELURAHAN : ………………………………………….
KECAMATAN : ………………………………………….
KABUPATEN : REJANG LEBONG
TRIWULAN : …………………………………………
TAHUN : …………………………………………
NO NAMA UMUR
DESA/KELURAHAN : ………………………………………….
41
KECAMATAN : ………………………………………….
KABUPATEN : REJANG LEBONG
TRIWULAN : …………………………………………
TAHUN : …………………………………………
No Kontras
Balita Hamil Nifas Menyusui Ket
Hp epsi
Hu
Um Tgl
No Nama b ASI Memiliki
ur Lahir
Kel Eklusif B Riwayat Hamil Riwayat Kartu Faktor Y Y Td
PB/TB Tdk
(Ya/ B Penyakit Ke Penyakit KIS/JKN Resiko a a k
Tdk) (Ya/Tdk)
42
Lampiran 13. LAPORAN KADER GIZI DAN ASI
DESA/KELURAHAN : ………………………………………..
KECAMATAN : ………………………………………..
KABUPATEN : REJANG LEBONG
TRIWULAN : ………………………………………..
TAHUN : ………………………………………..
ASI
UMU IM RIWAYAT
NO NAMA BALITA NAMA OANG TUA BB TB/PB EKSLUSI
R D PENYAKIT
F
DESA/KELURAHAN : ………………………………………..
KECAMATAN : ………………………………………..
KABUPATEN : REJANG LEBONG
TRIWULAN : ………………………………………..
TAHUN : ………………………………………..
Ket : Imunisasi Dasar Lengkap (HB0, BCG, DPT, HB 1, HB 2, HB 3, POLIO 1, POLIO 2, POLIO 3)
43
44