Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH :

” EKONOMI REGIONAL ”

OLEH KELOMPOK 8 :
1. MUH. RAFLI BUSMAN_C10121026
2. RESCKY PUTRA RAMADHAN_C10121027
3. NUR AFIA SISKA BILBINA AQILLA_C10121146
4. WINANDA FERTIKASARI SIGALEMBA_C10121151

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN


DAFTAR ISI

BAB 1 ..........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN ..........................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan .............................................................................................................................4
BAB II ..........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................5
1. Sturuktur Pertumbuhan Ekonomi Daerah ....................................................................5
2. Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Daerah...........................................................6
3. Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah Kabupaten Sigi.................................................9
4. Keterkaitan Ekonomi Antar sektor Kabupaten Sigi ....................................................11
5. Keterkaitan Ekonomi Antar Kabupaten dan Kota.......................................................13
6. Data PDRB 5 tahun terakhir (2017-2021) ....................................................................14
BAB III .......................................................................................................................................16
KESIMPULAN ............................................................................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi suatu Negara


secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perokenomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendaptan nasional. Pertumbuhan ekonomi mengakibatkan
terjadinya perubahan struktur perekonomian. Transformasi struktural
merupakan suatu proses perubahan struktur perekonomian yang tadinya
sektor primer menjadi sektor sekunder dan tersier atau sektor pertanian
menjadi sektor industri dan jasa.

Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator
penting dalam melihat total output akhir barang dan jasa yang dihasilkan
perekonomian suatu wilayah di Indonesia. Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) merupakan indikator perekonomian yang sangat dibutuhkan oleh
pemerintah guna sebagai bahan pertimbangan pembuatan kebijakan yang
sangat mendukung perekonomian.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sturuktur pertumbuhan ekonomi daerah


2. Bagaimana faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah
3. Ketimpangan ekonomi antar wilayah
4. Kerterkaitan ekonomi antar sektor
5. Kerterkaitan ekonomi antar kabupaten dan kota

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui PDRB kabupaten sigi 3 tahun terakhir.


2. Untuk menambah wawasan/pengetahuan mahasiswa tentang pertumbuhan
ekonomi daerah Kabupaten Sigi.
3. Untuk mengetahui bagaimana faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi
daerah.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sturuktur Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Struktur Ekonomi Kabupaten Sigi Struktur ekonomi yang terbentuk dari nilai tambah
yang diciptakan oleh setiap lapangan usaha menggambarkan seberapa besar
ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari setiap
lapangan usaha. Besarnya peranan berbagai lapangan usaha ekonomi dalam
memproduksi barang dan jasa sagat menentukan struktur ekonomi suatu daerah.

Selama lima tahun teraktir (2013-2017) struktur perekonomian Kabupaten Sigi


didominasi oleh 5 (lima) kategori lapangan usaha, diantaranya ; Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan; Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor; Konstruksi; Administrasi Pemerintahan, pertahanan dan Jaminan
Sosial; dan Jasa Pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari peranan masing-masing
lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Sigi. Peranan terbesar
dalam pembentukan PDRB Kabupaten Sigi pada tahun 2017 dihasilkan oleh
lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, yaitu 44,28 24 persen (angka
ini terus menurun dari tahun 2013 yang berkisar 47,89). Selanjutnya Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 12,78 persen
(meningkat dari 11,98 persen di tahun 2013), berikutnya adalah Konstruksi sebesar
12,3 persen (meningkat 11,44 dari tahun 2013), disusul oleh Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan sebesar 8,66 persen (meningkat dari 6,74 persen di
tahun 2013). Berikut lapangan usaha Jasa Pendidikan sebesar 5,04 persen
(meningkat dari 4,82 persen di tahun 2013).
2. Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Faktor penentu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sigi terdiri dari beberapa ruang
lingkup, yaitu :

A. Pertanian, Kehutanan Dan Perikanan


Kategori ini mencakup segala pengusahaan yang didapatkan dari alam
dan merupakan benda-benda atau barangbarang biologis (hidup) yan
hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri atau
untuk dijual kepada pihak lain. Pengusahaan ini termasuk kegiatan yang
tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten) seperti pada
kegiatan usaha tanaman pangan

B. Pertambangan dan Penggalian


Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam Kategori Pertambangan dan
Penggalian, dikelompokkan dalam empat golongan pokok, yaitu:
pertambangan minyak dan gas bumi (migas), pertambangan batubara dan
lignit, pertambangan bijih logam serta pertambangan dan penggalian lainnya.

C. Industri Pengolahan
Kategori Industri Pengolahan meliputi kegiatan ekonomi di bidang perubahan
secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi produk
baru. Bahan baku industri pengolahan berasal dari produk pertanian,
kehutanan, perikanan,pertambangan atau penggalian seperti produk dari
kegiatan industri pengolahan lainnya Perubahan, pembaharuan atau
rekonstruksi yang pokok dari barang secara umum diperlakukan sebagai
industri pengolahan. Unit industri pengolahan digambarkan sebagai pabrik,
mesin atau peralatan yang khusus digerakkan dengan mesin dan tangan.
Termasuk kategori industri pengolahan adalah perubahan bahan menjadi
produk baru dengan menggunakan tangan, kegiatan maklon atau kegiatan
penjualn produk yang dibuat di tempat yang sama dimana produk tersebut
dijual dan unit yang melakukan pengolahan bahan-bahan dari pihak lain atas
dasar kontrak.
D. Pengadaan Listrik dan Gas
Kategori ini mencakup kegiatan pengadaan tenaga listrik, gas alam dan
buatan, uap panas, air panas, udara dingin dan produksi es dan sejenisnya
melalui jaringan, saluran, atau pipa infrastruktur permanen. Dimensi
jaringan/infrastruktur tidak dapat ditentukan dengan pasti, termasuk kegiatan
pendistribusian listrik, gas, uap panas dan air panas serta pendinginan udara
dan air untuk tujuan produksi es. Produksi es untuk kebutuhan
makanan/minuman dan tujuan non makanan. Kategori ini juga mencakup
pengoperasian mesin dan gas yang menghasilkan, mengontrol dan
menyalurkan tenaga listrik atau gas. Juga mencakup pengadaan uap panas
dan AC.

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang


Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi / lapangan usaha yang berhubungan
dengan pengelolaan berbagai bentuk limbah/sampah, seperti limbah /sampah
padat atau bukan baik rumah tangga ataupun industri, yang dapat mencemari
lingkungan. Hasil dari proses pengelolaan limbah sampah atau kotoran ini
dibuang atau menjadi input dalam proses produksi lainnya. Kegiatan
pengadaan Air termasuk kategori ini, karena kegiatan ini sering kali dilakukan
dalam hubungannya dengan atau oleh unit yang terlibat dalam pengelolaan
limbah/kotoran.

F. Konstruksi
Kategori Konstruksi adalah kegiatan usaha di bidang konstruksi umum dan
konstruksi khusus pekerjaan gedung dan bangunan sipil. baik digunakan
sebagai tempat tinggal atau sarana kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi
mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian
Prafabrikasi bangunan atau struktur di lokasi proyek dan juga konstruksi yang
bersifat sementara.
G. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan sepeda motor.
Kategori ini meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang
perdagangan besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari
berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang mengiringi
penjualan barang-barang tersebut. Baik penjualan secara grosir
(perdagangan besar) maupun eceran merupakan tahap akhir dalam
pendistribusian barang dagangan. Kategori ini juga mencakup reparasi mobil
dan sepeda motor.

H. Transportasi dan pergudangan


Kategori ini mencakup penyediaan angkutan penumpang atau barang, baik
yang berjadwal maupun tidak, dengan menggunakan rel, saluran pipa, jalan
darat, air atau udara dan kegiatan yang berhubungan dengan pengangkutan.
Kategori Transportasi dan Pergudangan terdiri atas: angkutan rel; angkutan
darat; angkutan laut; angkutan sungai, danau dan penyeberangan; angkutan
udara; pergudangan dan jasa penunjang angkutan, pos dan kurir.

I. Real Estate
Kategori ini meliputi kegiatan per- sewaan, agen dan atau perantara dalam
penjualan atau pembelian real estat serta penyediaan jasa real estat lainnya
bisa dilakukan atas milik sendiri atau milik orang lain yang dilakukan atas
dasar balas jasa kontrak. Kategori ini juga mencakup kegiatan pembangunan
gedungm pemeliharaan atau penyewaan bangunan. Real estate adalah
properti berupa tanah dan bangunan.
3. Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah Kabupaten Sigi

Mengapa Kabupaten Sigi tetap masuk Daerah Tertinggal (DT) baik sebelum maupun
sesudah bencana 28 September 2018? Selama periode 2015-2019, angka
kemiskinan di Kabupaten Sigi meningkat baik jumlah maupun persentase. Jumlah
penduduk miskin naik dari 29,14 ribu jiwa di Tahun 2015 menjadi 30,82 ribu jiwa di
Tahun 2019. Demikian pula, persentase penduduk miskin meningkat dari 12,75
persen di Tahun 2015 menjadi 12,91 persen di Tahun 2019. Bila dibedah lebih detail
berdasarkan Basis Data Terpadu Tim nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (BDT-TNP2K), maka konsentrasi Rumah Tangga Miskin (RTM)
terbanyak berada di Kecamatan Sigi Biromaru dan Palolo masing-masing mencapai
2.242 KK dan 2.213 KK. Secara keseluruhan, jumlah RTM di DT Kabupaten Sigi
mencapai 7.726 KK. Selain itu, konsentrasi RTM desil 1 berada di lima kecamatan
yakni Kecamatan Lindu, Nokilalaki, Dolo Barat, Dolo dan Dolo Selatan. Program
jaring pengaman sosial tepat pada lima kecamatan itu untuk menjaga daya beli
masyarakat seperti pada kondisi sekarang. Selanjutnya, konsentrasi kenaikan RTM
terjadi pada empat kecamatan yakni Lindu, Pipikoro, Kulawi dan Palolo. Hal ini
berarti penguatan kelembagaan ekonomi di empat kecamatan menjadi sangat
mendesak. Namun, pada desil 4, semua kecamatan di DT Kabupaten Sigi
mengalaminya. Apalagi pasca rusaknya jaringan irigasi Gumbasa sangat memukul
masyarakat di sepanjang aliran irigasi ini. Semoga irigasi ini cepat tertangani dalam
dua tahun mendatang.

Selain itu, ketimpangan distribusi pendapatan yang ditunjukkan oleh Koefisien Gini
mengalami penurunan 0,1 poin dari 0,31 poin di Tahun 2015 menjadi 0,30 poin di
Tahun 2019. Hal ini berarti bahwa ketimpangan distribsi pendapatan di Kabupaten
Sigi berada pada kategori ketimpangan “moderat”. Angka ini menunjukkan bahwa di
Tahun 2015, ada 1 persen penduduk Sigi menguasai 31 persen kekayaan Sigi.
Selanjutnya, di Tahun 2019, 1 persen penduduk Sigi menguasai 30 persen
kekayaan Sigi.
Indikator kedua kinerja pembangunan sumberdaya manusia pada sisi jarak dari
rumah penduduk ke fasilitas pendidikan dan kesehatan. Sebagai satu di antara tiga
kabupaten tertinggal di Sulteng, dari sisi pendidikan, rata-rata jarakke SD/MI di DT
Kabupaten Sigimencapai 13,50 km. Sedangkan Jarak rata-rata nasionalantara
SD/MI dengantempattinggal anak usia sekolahhanya 8,73 km. Ini berarti dari sisi
jarak rumah penduduk dan SD/MI, Kabupaten Sigi patut memperpendek jarak
tersebut terutama berkaitan sekolah satu atap yang berbasis pada potensi
rombongan belajar dan ketersediaan guru kelas.

Ketiga, indikator sarana dan prasarana menunjukkan bahwa kondisi jalan di


DTKabupaten Sigi dalam kondisi mantap mencapai 55,78 persen. Sedangkan
kondisi jalan rata-rata nasional dalam kondisi mantap mencapai 48,78 persen. Hal
ini berarti infrastruktur jalan di DT Kabupaten Sigi lebih baik dari nasional.
Selanjutnya, Rasio Elektrifikasi di DTKabupaten Sigi mencapai 76,9 persen.
Sedangkan Rasio elektrifikasi rata-rata nasional mencapai 83,18 persen. Hal ini
berarti Rasio Elektrifikasi di Kabupaten Sigi berada di bawah nasional. Pengguna Air
Bersih di DT Kabupaten Sigi mencapai 55,58 persen. Sedangkan Pengguna Air
Bersih rata-rata Nasional mencapai 66,55 persen. Hal ini berarti bahwa DT
Kabupaten Sigi tertinggal 1,20 kali lipat di belakang nasional. Jangkauan Signal
Telpon Seluler di DTKabupaten Sigi mencapai 47,97 persen. Sedangkan desa-desa
rata-rata nasional yang belum terakses signal telepon tinggal 32,11 persen. Hal ini
menunjukkan DT Kabupaten Sigi tertinggal akses komunikasi walaupun lebih baik
keterjangkauannya ketimbang nasional.

Keempat, pada sisi keuangan daerah, rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terhadap pendapatan daerah di Tahun 2019, mencapai 3,18 persen. Sedangkan
rasio Dana Transfer mencapai 63,24 persen. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun
Kabupaten Sigi mempunyai Kapasitas Fiskal kategori “Tinggi”, tetapi ketergantungan
pada Dana Bagi Hasil (DBH) masih sangat tinggi. Selanjutnya, kesehatan fiskal
Kabupaten Sigi berada pada kategori “Sangat Kurang Sehat”, di Tahun 2018. Ruang
fiskal Kabupaten Sigi melayani masyarakat mencapai 58,48 persen.
Pada indikator kelima, pada sisi aksesibilitas dan keenam yakni karakteristik
wilayah, DT Kabupaten Sigi menghadapi kendala klasik ini. Kecamatan di
pegunungan seperti Kulawi Selatan, Pipikoro, Lindu, Nokilalaki, Marawola Barat,
Palolo, Dolo Barat menghadapi kendala ini. Hal ini menyebabkan mahalnya
kebutuhan pangan, sandang, papan karena adanya kecamatan yang hanya dapat
diakses oleh kenderaan roda dua sebagai pengganti kuda di masa lalu. Gagasan
Kepala Bappeda Sulteng, Dr. Ir. Hasanudin Atjo, MP mendorong peningkatan
infratruktur melalui peningkatan status jalan Poros Kalamanta-Seko, Kabupaten
Luwu Utara menjadi jalan nasional serta Banggaiba-Kabupaten Pasang Kayu
merupakan gagasan brilian sekaligus memacu kerjasama wilayah pegunungan
Kabupaten Sigi, Luwu Utara, Pasang Kayu pagi pasokan pangan bagi Ibukota
Negara (IKN).

4. Keterkaitan Ekonomi Antar sektor Kabupaten Sigi

Hasil analisis Tipologi untuk Kabupaten Sigi terlihat bahwa dari 17 sektor
perekonomian yang masuk pada kriteria kuardan 1 sektor yang maju dan tumbuh
dengan pesat terdapat 5 sektor perekonomian di Kabupaten Sigi yang termasuk
klasifikasi sektor maju dan tumbuh dengan pesat. Kelima sektor ini merupakan
sektor dengan laju pertumbuhan yang lebih besar dan memiliki kontribusi sektor
yang lebih besar dibandingkan dengan kontribusi sektor daerah yang menjadi
acuan. Klasifikasi ini biasanya dilambangkan dengan gi > g dan si > s. Sektor maju
dan tumbuh dengan pesat dapat diartikan sebagai sektor yang potensial karena
memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar daripada
daerah yang menjadi acuan. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang
termasuk dalam klasifikasi sektor maju dan tumbuh dengan pesat memiliki nilai rata-
rata laju pertumbuhan sebesar 5,13% dan memiliki nilai rata-rata kontribusi sektor
paling besar diantara sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Sigi dan lebih besar
dibandingkan nilai kontribusi sektor Provinsi Sulawesi Tengah yaitu sebesar 48,44%,
hal ini sejalan dengan program pemerintah daerah yang menentukan sentra
pengembangan komoditas hortikultura serta pengembangan komoditas padi, jagung
dan kedelai (PAJALA) di daerah Kabupaten Sigi sehingga sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sigi

Pertumbuhan perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah dipengaruhi dengan


kebijakan umum secara nasional berpengaruh positif terhadap pertumbuhan sektor
perekonomian di Kabupaten Sigi. Kebijakan umum seperti kurs, perpajakan, subsidi,
inflasi dan berbagai kebijakan moneter dan fiskal lainnya yang berlaku secara
nasional berpengaruh positif terhadap perkembangan seluruh sektor perekonomian
Kabupaten Sigi.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis Shift Share komponen provincial share


menunjukkan bahwa sektor pertanian, kehutanan dan perikanan Provinsi Sulawesi
Tengah memiliki kontribusi yang besar terhadap kinerja perekonomian Kabupaten
Sigi. Peningkatan PDRB sektor pertanian, kehutanan dan perikanan Kabupaten Sigi
sebesar 97.209 miliar rupiah, hal ini menunjukkan bahwa peningkatan PDRB sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 199,75%. Pengaruh eksternal yang
besar pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan ini disebabkan oleh
kebijakan pemerintah yang memberikan bantuan subsidi pupuk, bibit unggul,
pemanfaatan lahan pertanian, alat aserta teknologi pertanian dan programprogram
pemerintah yang mendukung sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.

Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan Kabipaten Sigi memiliki nilai komponen
pertumbuhan proportional shift yang bernilai negatif yaitu sebesar -48.754 miliar
rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada
Provinsi Sulawesi Tengah berpengaruh negatif terhadap penciptaan pertumbuhan
PDRB di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada Kabupaten Sigi sebesar -
100,18%, karena struktur perekonomian Sulawesi Tengah yang tidak berspesialisasi
pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang menyebabkan sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan memperoleh nilai komponen mij negatif.
5. Keterkaitan Ekonomi Antar Kabupaten dan Kota

Pembangunan regional merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.


Pembangunan yang dilakukan oleh wilayah selain bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan per kapita dan kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut juga
bertujuan untuk mengejar ketertinggalan dan mensejajarkan diri dengan wilayah-
wilayah yang sudah maju, baik dalam hal pendapatan, produktivitas, upah dan
berbagai indikator ekonomi lainnya, sehingga gap (jurang) kesenjangan antar
wilayah tersebut akan berkurang, yang dikenal dengan istilah “konvergensi antar
wilayah” (Sodik, 2006) Sulawesi Tengah memiliki wilayah terluas di Pulau
Sulawesi yangt tersebar di 13 kabupaten/kota dengan sumber daya alam yang
melimpah. Sesuai konsep konvergensi Barro et al (1992), konvergensi
pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah akan tercapai apabila terjadi
proses konvergensi pertumbuhan ekonomi pada Kabupaten/Kota yaitu melalui
pertumbuhan pendapatan per kapita yang meningkat. Konvergensi antar
daerah merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam
pembangunan daerah.

Namun, keberhasilan pembangunan suatu daerah pada hakikatnya tidak


dapat diklaim sebagai keberhasilan daerah itu sendiri. Hubungan saling terkait
atau interaksi spasial antar wilayah tidak dapat diabaikan peranannya dalam
mempengaruhi keberhasilan pembangunan.
6. Data PDRB 5 tahun terakhir (2017-2021)
Nilai PDRB Kabupaten Sigi atas dasar dasar harga berlaku pada tahun 2020
mencapai 9,74 trilyun rupiah. Secara nominal, nilai PDRB ini mengalami kenaikan
sebesar 705,37 miliyar rupiah dibandingkan dengan tahun 2020 yang mencapai 9,03
trilyun rupiah. Peningkatan nilai PDRB disebabkan oleh peningkatan produksi di
seluruh lapangan usaha dan Afek dari inflasi. Berdasarkan harga konstan 2010,
angka PDRB Sigi mengalami peningkatan, PDRB Sigi pada tahun 2020 sebesar
6,12 triliun rupiah meningkat menjadi 6,4 triliun rupiah pada tahun 2021. Hal ini
menunjukkan selama tahun 2021 Kabupaten Sigi mengalami peningkatan ekonomi
sekitar 5,05 persen. Peningkatan pertumbuhan ekonomi disebabkan karen
masyarakat sudah mulai beradaptasi dengan keadaan covid-19 tanpa dipengaruhi
efek inflasi. Selama lima tahun terakhir (2017-2021)

Struktur perekonomian Kabupaten Sigi didominasi oleh 5 (lima) kategori lapangan


usaha, diantaranya: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil danSepeda Motor; Konstruksi; Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial; dan Jasa Pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari
peranan masing-masing lapangan usaha terhadap pembentukan PDRB Kabupaten
Sigi.

Peranan terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Sigi pada tahun 2021
dihasilkan oleh lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, yaitu
mencapai 41,28 persen (angka ini memiliki tren yang terus menurun sejak tahun
2017). Selanjutnya Lapangan Usaha yang memiliki konstribusi terbesar adalah sektr
Konstruksi, dengan knstribusi sebesar 13,27 persen (angka ini cenderung meningkat
sejak tahun 2017 dengan konstribusi sebesar 12,9 persen), berikutnya adalah
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; sebesar 12,80
persen, disusul oleh Administrasi Pemerintahan, Pertahanan sebesar 8,53 persen.
Berikutnya lapangan usaha Jasa Pendidikan sebesar 5,26 persen.
BAB III
KESIMPULAN

 Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro untuk melihat


kinerja perekonomian secara riil di suatu wilayah. Laju pertumbuhan ekonomi
dihitung berdasarkan perubahan PDRB atas dasar harga konstan tahun yang
bersangkutan terhadap tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat
dipandang sebagai pertambahan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan
oleh semua lapangan usaha kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah
selama kurun waktu setahun.

 Berdasarkan harga konstan 2010, nilai PDRB Kabupaten Sigi pada tahun
2021 meningkat dibandingkan tahun 2020. Peningkatan tersebut terjadi
karena peningkatan nilai produksi pada seluruh lapangan usaha tanpa
pengaruh inflasi. Nilai PDRB Kabupaten Sigi atas dasar harga konstan 2017,
mencapai 5,77 triliu rupiah. Angka tersebut naik 657 milyar rupiah pada tahun
2021 sehingga menjadi 6,43 triliun rupiah. Jika dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi tahun sebelumya, maka akan kita lihat bahwa pada
tahun 2020 terjadi penurunan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi covid-
19.

Anda mungkin juga menyukai