Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER

STAI PERSIS GARUT

Nama : Ihsan Rizal

mata kuliah : Al-Dakhil Fi Al-Tafsir

Program study : Ilmu Al-Quran Dan tafsir

Kelas / semester :C/V

Dosen pengampu : Ust. Abdurrahim, M.Ag

1. Apa yang di maksud ad-Dakhil fi –Altafsir ?


Jawaban :
dakhil dalam tafsir ialah penafsiran al-quran dengan al-ma’tsur yang tidak sahih,
penafsiran al-quran dengan al-ma’tsur yang sahih tetapi tidak memenuhi syarat-syarat
penerimaan atau penafsiran al-Quran dengan pikran yang salah, secara pendek katanya
adalah kecacatan dalam tafsir.
Adapun unsur dakhil dalam tafsir terdapat tiga bentuk:
A. Penafsiran Al-Quran dengan al-ma’tsur yang tidak shohih, makna Al-ma’tsur disini
adalah (Al-Quran, Hadits, Qaul Sahabat, dan Qaul tabiin). Disebut Al-Quran yang
ma’tsur yang tidak shahih adalah qiraah yang tidak mutawatir. Hadits yang tidak
shahih adalah seluruh hadits yang dhaif, tetapi hadits hasan masih dikelompokkan ke
dalam hadits shohih. Factor dakhil adalah terdapat pada sanad yang ma’tsur.
B. Penafsiran Al-Quran dengan al-ma’tsur yang shahih tapi tidak memenuhi syarat
penerimaan. Factor dakhil nya terdapat pada matannya.
C. Penafsiran Al-Quran dengan pikiran yang salah, factor dakhil terdapat pada pikiran
yang salah.

2. Jelaskan pokok-pokok ashil al-naqli.


Jawaban :
Pokok ashil al-naqli, Yang pertama tafsir bi al-ma’tsur yeng meliputi :
1. menafsirkan Al-Quran dngan Al-Quran,
2. menafsirkan al-quran dengan hadits yang layak di jadikan hujjah,
3. menafsirkan Al-Quran dengan dengan pendapat sehabat,
4. menafsirkan al-Quran dengan pendapat tabi’in.
Bentuk Ashil Naqli ini berkaitan dengan logika dan kontradiksi:
1. Logika positif: pengetahuan yang sewajarnya karena sudah jelas dan tidak diperlukan
alasan akli atau mantiki. Imam Ghazali menyebut 6 jenis pengetahuan.
2. Logika Asumtif: pengetahuan tentang asumsi atau dugaan yang diterima sebagai
dasar atau landasan berpikir karena dianggap benar, dengan kadar angka yang
mencapai 60%.
3. Kontradiksi: kontradiksi atau pertentangan antara akal dan wahyu yang secara garis
besar ada 2 kategori yaitu pertama, kontradiksi ringan. Kedua, kontradiksi berat.
Pertama, kontradiksi ringan adalah kontradiksi yang tidak mengakibatkan adanya
penolakan terhadap dalil wahyu maupun akal. Kedua, kontradiksi berat adalah
kontradiksi yang mengakibatkan adanya penolakan terhadap dalil wahyu dan dalil
akal karena keduanya tidak di kompromikan, dan terbagi menjadi 4 bentuk:
a. Kontradiksi antara akal asumtif dan wahyu Qath’i.
b. Kontradiksi antara akal asumtif dengan wahyu Zhanni.
c. Kontradiksi antara akal positif dengan wahyu Qath’i.
d. Kontradiksi antara akal positif dan wahyu Zhanni

3. Jelaskan pokok-pokok ashil aqli/ra’yi


Jawaban :
Sedangkan Ashil aqli/Ra’yi adalah; Ashil Ra’yi berkaitan dengan makna hakiki dan
majazi. Makna hakiki adalah menggunakan suatu lafal sesuai dengan makna aslinya,
sedangkan makna kiasan adalah menggunakan suatu lafal tidak sesuai dengan makna
aslinya. Semua kata kiasan memiliki makna hakiki, tetapi tidak semua kata hakiki
memiliki makna kiasan. Adapun perbedaan antara hakiki dan majazi adalah Ketika suatu
kata mengundang reaksi-reaksi keanehan, ketidaklaziman, maka kata itu disebut majaz,
sebaliknya jika masyarakat sudah menilainya sebagai sesuatu yang wajar, lazim, biasa
dan umum maka itu disebut hakiki. Bahasa Arab juga mengalami perkembangan
semantic, salah satu factor perkembangannya adalah tradisi dan syariat. Al-Ghazali
menyebutkan bahwa tradisi terkadang mengitervensi suatu nomina atau kata benda lalu
memberinya makna khusus, atau merubah kata kiasan menjadi kata hakiki yang
berdasarkan tradisi. Syariat juga dapat memberi makna khusus kepad suatu kata nomina
dan menggunakan kata kiasan sebagai haqiqi syar;i. az-Zarqani menerangkan salah satu
normative dalam penafsiran Al-Quran dengan tafsir bi ra’yi mendahulukan makna hakiki
daripada majazi dalam artian makna majazi tidak dipakai kecuali bila makna hakikinya
mustahil untuk digunakan. Jika makna hakiki ayat mustahil digunakan, maka ia tidak
masuk ke dalam banyak kelompok mutasyabihat. Dan salah satu alternatifnya adalah
mentakwilnya.

4. Jelaskan pokok-pokok dakhil naqli.


1. Dakhil Naqli Pertama; menafsirkan Al-Quran dengan hadits yang tidak layak
dijadikan hujjah. Seperti menafsirkan Al-Quran dengan hadits palsu dan dhaif.
Apalagi jika keadaan hadits itu sesuatu yang tidak mungkin dikompromikan seperti
tidak terpenuhinya integritas para perawi.
2. Dakhil Naqli kedua; menafsirkan Al-Quran dengan pendapat sahabat yang tidak
valid, seperti menafsirkan Al-Quran dengan hadits mauquf yang palsu atau sanadnya
dhaif.
3. Dakhil Naqli Ketiga; menafsirkan Al-Quran dengan pendapat sahabat tentang
masalah yang diluar nalar. Dan sahabat yang mengutarakannya adalah yang
menjadikan Bani Israil sebagai sumber informasi, dan informasi itu berasal dari Bani
Israil sendiri.
4. menafsirkan Al-Quran dengan pendapat sahabat yang berbeda pendapat dengan
sahabat lain, sedangkan perbedaannya yang sangat tajam sampai tidak bisa diketahui
mana yang benar.
5. menafsirkan Al-Quran dengan pendapat Tabiin yang tidak valid, seperti menafsirkan
Al-Quran dengan hadits mursal yang palsu atau sanadnya dhaif.
6. Dakhil naqli keenam: menafsirkan Al-Quran dengan hadits mursal yang matannya
mengenai israiliyat meskipun hadits mursal itu sesuai dengan Al Quran dan hadits
shahih, selama ia diperkuat oleh sesuatu yang mengangkatnyake posisi hadits hasan
lighairih.
7. Dakhil naqli ketujuh: menafsirkan Al-Quran dengan salah satu bentuk ashil naqli dari
empat bentuk ashil naqli pertama diatas yang kontradiktif, dan kontradiksinya sangat
kontras serta tidak bisa dikompromikan dengan logika positif. Empat bentuk ashil
naqli pertama:
a. Menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran.
b. Menafsirkan Al-Quran dengan hadits yang layak dijadikan hujjah.
c. Menafsirkan Al-Quran dengan pendapat sahabat yang setara dengan
haditsmarfu’.
d. Menafsirkan Al-Quran dengan hasil ijmak para sahabat atau tabi’in.
8. Dakhil Naqli Kedelapan; menafsirkan Al-Quran dengan salah satu bentuk ashil naqli
dari tiga bentuk ashil naqli yang terakhir yang konradiktif dan kontradiksinya sangat
kontras dan tidak dapat dikompromikan dengan logika, sekalipun logika itu asumtif.
9. Dakhil naqli kesembilan; menafsirkan Al-Quran dengan salah satu bentuk ashil
naqli dari tujuh bentuk naqli yang kontradiktif dan kontradiksinya sangat kontras dan
tidak bisa dikompromikan dengan bentuk ashil naqli yang lebih kuat darinya.

5. jelaskan pokok-pokok dahil aqli/ra’yi

Jawaban :

1. Dakhil Ra’yi pertama: karena factor kesalahpahaman akibat kurang terpenuhinya


(defisien) syarat-syarat Ijtihad, tetapi penafsirannya didasari niat yang baik.
2. Dakhil Ra’yi kedua: karena factor pemutarbalikkan logika dan pengabaian makna
literal. Dakhil karena factor ini sering dilakukan oleh kelompok mu’tazilah dan
Sebagian filosof Muslim.
3. Dakhil Ra’yi ketiga: karena factor kekakuan dalam penggunaan makna literal dan
pengabain logika, dakhil karena factor ini sering dilakukan oleh kelompok
Musyabbihah dan Mujassimah.
4. Dakhil ra’yi keempat; karena factor pemaksaan dan ekstremitas dalam pengungkapan
makna-makna filosofis yang mendalam. Dakhil karena factor ini sering dilakukan
oleh kelompok sufi falsafi.
5. Dakhil ra’yi kelima; karena factor pemaksaan dalam menonjolkan kemampuan
Bahasa dan deklinasi. Dakhil karena factor ini sering dilakukan oleh Sebagian Ahli
Bahasa.
6. Dakhil Ra’yi keenam: karena factor pengungkapan aspek-aspek mukjizat Al- Quran
yang diada-adakan dan aneh. Khususnya aspek ilmiahnya. Dakhil karena factor ini
sering dilakukan oleh Sebagian ilmuan yang menguasai ilmu- ilmu kontemporer.
7. Dakhil Ra’yi ketujuh: karena factor pengingkaran terhadap ayat Al-Quran dan
merusak Islam.

Anda mungkin juga menyukai