0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
0 tayangan5 halaman
Tes akhir semester mata kuliah Al-Dakhil Fi Al-Tafsir di STAI Persis Garut. Tes terdiri dari pertanyaan mengenai konsep ad-Dakhil fi al-Tafsir, asas-asas tafsir naqli dan aqli/ra'yi, serta jenis-jenis kesalahan dalam masing-masing asas.
Tes akhir semester mata kuliah Al-Dakhil Fi Al-Tafsir di STAI Persis Garut. Tes terdiri dari pertanyaan mengenai konsep ad-Dakhil fi al-Tafsir, asas-asas tafsir naqli dan aqli/ra'yi, serta jenis-jenis kesalahan dalam masing-masing asas.
Tes akhir semester mata kuliah Al-Dakhil Fi Al-Tafsir di STAI Persis Garut. Tes terdiri dari pertanyaan mengenai konsep ad-Dakhil fi al-Tafsir, asas-asas tafsir naqli dan aqli/ra'yi, serta jenis-jenis kesalahan dalam masing-masing asas.
Jawaban : dakhil dalam tafsir ialah penafsiran al-quran dengan al-ma’tsur yang tidak sahih, penafsiran al-quran dengan al-ma’tsur yang sahih tetapi tidak memenuhi syarat-syarat penerimaan atau penafsiran al-Quran dengan pikran yang salah, secara pendek katanya adalah kecacatan dalam tafsir. Adapun unsur dakhil dalam tafsir terdapat tiga bentuk: A. Penafsiran Al-Quran dengan al-ma’tsur yang tidak shohih, makna Al-ma’tsur disini adalah (Al-Quran, Hadits, Qaul Sahabat, dan Qaul tabiin). Disebut Al-Quran yang ma’tsur yang tidak shahih adalah qiraah yang tidak mutawatir. Hadits yang tidak shahih adalah seluruh hadits yang dhaif, tetapi hadits hasan masih dikelompokkan ke dalam hadits shohih. Factor dakhil adalah terdapat pada sanad yang ma’tsur. B. Penafsiran Al-Quran dengan al-ma’tsur yang shahih tapi tidak memenuhi syarat penerimaan. Factor dakhil nya terdapat pada matannya. C. Penafsiran Al-Quran dengan pikiran yang salah, factor dakhil terdapat pada pikiran yang salah.
2. Jelaskan pokok-pokok ashil al-naqli.
Jawaban : Pokok ashil al-naqli, Yang pertama tafsir bi al-ma’tsur yeng meliputi : 1. menafsirkan Al-Quran dngan Al-Quran, 2. menafsirkan al-quran dengan hadits yang layak di jadikan hujjah, 3. menafsirkan Al-Quran dengan dengan pendapat sehabat, 4. menafsirkan al-Quran dengan pendapat tabi’in. Bentuk Ashil Naqli ini berkaitan dengan logika dan kontradiksi: 1. Logika positif: pengetahuan yang sewajarnya karena sudah jelas dan tidak diperlukan alasan akli atau mantiki. Imam Ghazali menyebut 6 jenis pengetahuan. 2. Logika Asumtif: pengetahuan tentang asumsi atau dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berpikir karena dianggap benar, dengan kadar angka yang mencapai 60%. 3. Kontradiksi: kontradiksi atau pertentangan antara akal dan wahyu yang secara garis besar ada 2 kategori yaitu pertama, kontradiksi ringan. Kedua, kontradiksi berat. Pertama, kontradiksi ringan adalah kontradiksi yang tidak mengakibatkan adanya penolakan terhadap dalil wahyu maupun akal. Kedua, kontradiksi berat adalah kontradiksi yang mengakibatkan adanya penolakan terhadap dalil wahyu dan dalil akal karena keduanya tidak di kompromikan, dan terbagi menjadi 4 bentuk: a. Kontradiksi antara akal asumtif dan wahyu Qath’i. b. Kontradiksi antara akal asumtif dengan wahyu Zhanni. c. Kontradiksi antara akal positif dengan wahyu Qath’i. d. Kontradiksi antara akal positif dan wahyu Zhanni
3. Jelaskan pokok-pokok ashil aqli/ra’yi
Jawaban : Sedangkan Ashil aqli/Ra’yi adalah; Ashil Ra’yi berkaitan dengan makna hakiki dan majazi. Makna hakiki adalah menggunakan suatu lafal sesuai dengan makna aslinya, sedangkan makna kiasan adalah menggunakan suatu lafal tidak sesuai dengan makna aslinya. Semua kata kiasan memiliki makna hakiki, tetapi tidak semua kata hakiki memiliki makna kiasan. Adapun perbedaan antara hakiki dan majazi adalah Ketika suatu kata mengundang reaksi-reaksi keanehan, ketidaklaziman, maka kata itu disebut majaz, sebaliknya jika masyarakat sudah menilainya sebagai sesuatu yang wajar, lazim, biasa dan umum maka itu disebut hakiki. Bahasa Arab juga mengalami perkembangan semantic, salah satu factor perkembangannya adalah tradisi dan syariat. Al-Ghazali menyebutkan bahwa tradisi terkadang mengitervensi suatu nomina atau kata benda lalu memberinya makna khusus, atau merubah kata kiasan menjadi kata hakiki yang berdasarkan tradisi. Syariat juga dapat memberi makna khusus kepad suatu kata nomina dan menggunakan kata kiasan sebagai haqiqi syar;i. az-Zarqani menerangkan salah satu normative dalam penafsiran Al-Quran dengan tafsir bi ra’yi mendahulukan makna hakiki daripada majazi dalam artian makna majazi tidak dipakai kecuali bila makna hakikinya mustahil untuk digunakan. Jika makna hakiki ayat mustahil digunakan, maka ia tidak masuk ke dalam banyak kelompok mutasyabihat. Dan salah satu alternatifnya adalah mentakwilnya.
4. Jelaskan pokok-pokok dakhil naqli.
1. Dakhil Naqli Pertama; menafsirkan Al-Quran dengan hadits yang tidak layak dijadikan hujjah. Seperti menafsirkan Al-Quran dengan hadits palsu dan dhaif. Apalagi jika keadaan hadits itu sesuatu yang tidak mungkin dikompromikan seperti tidak terpenuhinya integritas para perawi. 2. Dakhil Naqli kedua; menafsirkan Al-Quran dengan pendapat sahabat yang tidak valid, seperti menafsirkan Al-Quran dengan hadits mauquf yang palsu atau sanadnya dhaif. 3. Dakhil Naqli Ketiga; menafsirkan Al-Quran dengan pendapat sahabat tentang masalah yang diluar nalar. Dan sahabat yang mengutarakannya adalah yang menjadikan Bani Israil sebagai sumber informasi, dan informasi itu berasal dari Bani Israil sendiri. 4. menafsirkan Al-Quran dengan pendapat sahabat yang berbeda pendapat dengan sahabat lain, sedangkan perbedaannya yang sangat tajam sampai tidak bisa diketahui mana yang benar. 5. menafsirkan Al-Quran dengan pendapat Tabiin yang tidak valid, seperti menafsirkan Al-Quran dengan hadits mursal yang palsu atau sanadnya dhaif. 6. Dakhil naqli keenam: menafsirkan Al-Quran dengan hadits mursal yang matannya mengenai israiliyat meskipun hadits mursal itu sesuai dengan Al Quran dan hadits shahih, selama ia diperkuat oleh sesuatu yang mengangkatnyake posisi hadits hasan lighairih. 7. Dakhil naqli ketujuh: menafsirkan Al-Quran dengan salah satu bentuk ashil naqli dari empat bentuk ashil naqli pertama diatas yang kontradiktif, dan kontradiksinya sangat kontras serta tidak bisa dikompromikan dengan logika positif. Empat bentuk ashil naqli pertama: a. Menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran. b. Menafsirkan Al-Quran dengan hadits yang layak dijadikan hujjah. c. Menafsirkan Al-Quran dengan pendapat sahabat yang setara dengan haditsmarfu’. d. Menafsirkan Al-Quran dengan hasil ijmak para sahabat atau tabi’in. 8. Dakhil Naqli Kedelapan; menafsirkan Al-Quran dengan salah satu bentuk ashil naqli dari tiga bentuk ashil naqli yang terakhir yang konradiktif dan kontradiksinya sangat kontras dan tidak dapat dikompromikan dengan logika, sekalipun logika itu asumtif. 9. Dakhil naqli kesembilan; menafsirkan Al-Quran dengan salah satu bentuk ashil naqli dari tujuh bentuk naqli yang kontradiktif dan kontradiksinya sangat kontras dan tidak bisa dikompromikan dengan bentuk ashil naqli yang lebih kuat darinya.
5. jelaskan pokok-pokok dahil aqli/ra’yi
Jawaban :
1. Dakhil Ra’yi pertama: karena factor kesalahpahaman akibat kurang terpenuhinya
(defisien) syarat-syarat Ijtihad, tetapi penafsirannya didasari niat yang baik. 2. Dakhil Ra’yi kedua: karena factor pemutarbalikkan logika dan pengabaian makna literal. Dakhil karena factor ini sering dilakukan oleh kelompok mu’tazilah dan Sebagian filosof Muslim. 3. Dakhil Ra’yi ketiga: karena factor kekakuan dalam penggunaan makna literal dan pengabain logika, dakhil karena factor ini sering dilakukan oleh kelompok Musyabbihah dan Mujassimah. 4. Dakhil ra’yi keempat; karena factor pemaksaan dan ekstremitas dalam pengungkapan makna-makna filosofis yang mendalam. Dakhil karena factor ini sering dilakukan oleh kelompok sufi falsafi. 5. Dakhil ra’yi kelima; karena factor pemaksaan dalam menonjolkan kemampuan Bahasa dan deklinasi. Dakhil karena factor ini sering dilakukan oleh Sebagian Ahli Bahasa. 6. Dakhil Ra’yi keenam: karena factor pengungkapan aspek-aspek mukjizat Al- Quran yang diada-adakan dan aneh. Khususnya aspek ilmiahnya. Dakhil karena factor ini sering dilakukan oleh Sebagian ilmuan yang menguasai ilmu- ilmu kontemporer. 7. Dakhil Ra’yi ketujuh: karena factor pengingkaran terhadap ayat Al-Quran dan merusak Islam.