Anda di halaman 1dari 13

KONSEP AL-AS{I<L DAN AL-DAKHI<L DALAM TAFSIR

Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah al-Dakhil fi al-Tafsir

Oleh:
ACHMAD SYARIFUL AFIF E93218076
ARIE SETYO PRANOTO E03216004
MUHTASORUL MUZANNI AHMAD E93216075

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. MUSYARROFAH, MHI.

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji san syukur bagi Allah yang telah menurunkan Alquran sebagai
petunjuk kepada sekalian alam dan shalawat serta salam tak lupa senantiasa
terhaturkan kepada Rasulullah SAW sebagai utusan Allah untuk menjelaskan kepada
manusia tentang syariatNya, agar mendapat kemaslahatan di dunia dan keselamatan
di akhirat.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini, baik dosen, orang tua dan teman-teman yang telah selalu
memberikan dukungan dalam bentuk materiil maupun non-materiil, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Demikian makalah ini dapat terselesaikan, walaupun kami rasa masih sangat
banyak kekurangannya, oleh karena itu saran, masukan dan kritikan yang
membangun sangat kami harapkan untuk bisa menyajikan makalah yang lebih baik
lagi.

Surabaya, September 2019

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam sejarah umat islam dari generasi awal sampai kontemporer dimasa
sekarang, ijtihad penafsiran terhadap Alquran terus dilakukan, baik yang
menggunakan metode berdasarkan riwayat, ijtihad, maupun yang menggabungkan
antara keduanya.
Hanya saja dari kitab-kitab tafsir yang sudah tersusun tersebut, setelah diteliti
lebih lanjut ternyata ada sebagian kecilnya yang mengandungi kecacatan. Seperti
memuat hadis palsu dalam menafsirkan Alquran, penggunaan riwayat-riwayat
israiliyat tanpa disaring terlebih dahulu, penggunaan kaidah kebahasaan yang kurang
tepat, hingga berbagai penyimpangan dalam tafsir-tafsir batiniyyah.
Dari itulah kemudian, para ulama islam dimasa-masa sesudahnya berusaha
mengembangkan suatu metode kritik terhadap karya-karya tafsir pada masa
terdahulu, guna menyaring agar tidak ada sesuatu yang memang seharusnya tidak ada
dalam kitab tafsir tersebut. Diantaranya adalam metode ad-dakhil ini yang berusaha
mengkaji hal-hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini akan berisi pembahasan mengenai beberapa hal sebagai berikut,
1. Bagaimana definisi al-ashil secara etimologi dan istilah?
2. Bagaimana definisi al-dakhil secara etimologi dan istilah?
3. Bagaimana sejarah dan perkembangan al-dakhil ?
BAB II
DEFINISI DAN SEJARAH ILMU AD-DAKHIL DALAM PENAFSIRAN

A. Definisi al-As}il
Secara bahasa, ia berasal dari kata al-ashl yang berarti pondasi dari segala
sesuatu atau dalam kata lain sesuatu yang diatasnya dibangun sesuatu yang lain.
Sedangkan kata ashil itu dalam lisan al-‘arab karya Ibn Manzhur disebutkan,
.‫ ثابت الرأي عاقل‬:‫ ورجل أصيل‬,‫ له أصل‬:‫ رأي أصيل‬,‫ له أصل‬:‫ورجل أصيل‬
1

Orang yang ashil, maksudnya adalah orang yang mempunyai asal-usul yang
jelas, pendapat/pemikiran yang ashil maksudnya adalah pemikiran yang punya dasar
yang jelas, dan juga dikatakan seorang yang ashil adalah orang yang cerdas dan
mempunyai pemikiran yang kuat. Dari beberapa contoh penggunaan kata ashil dalam
kalimat diatas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa al-ashil adalah segala sesuatu
yang memiliki asal yang jelas, valid, dapat dipertanggungjawabkan dan orisinil.
Adapun secara istilah dalam konteks ilmu kritik tafsir dan dilekatkan dengan
kata tafsir, maka al-ashil berarti tafsir yang dapat dipertanggungjawabkan dan
memiliki asal-usul yang jelas. Jika ia tafsir bil ma’tsur, maka riwayat yang dibawakan
disana asal-usulnya jelas dan dapat dipertanggungjawabkan kevalidannya, dan jika ia
tafsir bil ra’yi itu berarti tafsir tersebut telah memenuhi rasio yang sehat dan
memenuhi kriteria serta prasyarat ijtihad.2
B. Definisi al-dakhil
Secara etimologi term al-dakhil bermakna antara lain:
a. Orang yang berafiliasi kepada yang bukan komunitasnya
b. Tamu, disebut dakhil karena ia masuk ke rumah orang lainyang dikujunginya
c. Kata serapan, karena ia berasal dari bahasa asing
d. Orang asing yang datang untuk tujuan eksploitasi.3

1
Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab (Kairo: Dar al-M’arif, tt), 89.
2
Muhammad Ulinnuha, Metode Kritik ad-Dakhil fit-Tafsir (Jakarta: Penerbit Qaf, 2019), 49.
Menurut Ibn Manzur al-dakhil adalah semua unsur eksternal yang masuk ke dalam
diri manusia dan ia dapat merusak akal, mental serta fisiknya. 4 Sementara bagi Al-
Raghib Al-Ashifani kata al-dakhil yang terdiri dari huruf dal, kha’ dan lam berpusat
maknanya pada aib dan cacat internal.5 Menurut Ibrahim Khalifah aib dan cacat itu
karena beberapa faktor, antara lain:
a. Keterasingan seperti kata serapan dan tamu yang tidak diundang
b. Cacat indriawi dan cacat lainnya yang terselubung dan tidak diketahui setelah
diteliti dengan seksama, seperti penyakit, usaha makar, penipuan dan lain-
lain.6

Padanan kata al-dakhil dalam bahasa inggris adalah outsider yang berarti orang
luar. Adapun menurut para pakar bahasa Arab dan Fayed di dalam kitabnya, maka
term Inggris yang pas dan mendekati kata al-dakhil adalah infiltration yang berarti
peresapan, penyusupan dan perembesan. Berdasarkan pemaknaan ini, maka secara
bahasa virus atau bakteri penyakit dapat disebut al-dakhil karena ia merupakan unsur
eksternal yang meresap ke dalam tubuh manusia. Kata serapan juga dapat disebut al-
kalimah al-dakhilah karena ia tidak berasal dari rahim atau rumpun bahasa aslinya.
Secara terminologis, Fayed mendefinisikan al-dakhil dengan penafsiran Al-
Qur’an yang tidak memiliki sumber, argumentasi dan data yang valid dari agama.
Dengan kata lain, al-dakhil adalah penafsiran yang tidak memiliki landasan yang
valid dan ilmiah, baik dari segii Al-Qur’an, hadis sahih, pendapat sahabat dan tabiin
maupun dari akal sehat yang memenuhi kriteria dan prasyarat ijtihad. Menurut Fayed,
sumber al-dakhil dapat berasal dari dua sisi, eksternal dan internal. Secara eksternal,
penafsiran semacam ini berasal dari sebagian kelompok outsider yang dengan sengaja

3
Lihat misalnya Ibrahim Mustafa,et.all, al-mu’jam al-Wasit (Istanbul: Dar al-Da’wah,1990),
275.
4
Ibn Manzur, Lisan al-‘Arab (Beirut: Dar Sadir,1956), Jilid 11,241.
5
Lihat al-Raghib Al-Ashifani, al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an (Libanon: Dar al-Ma’ifah,
t.th.), 166.
6
Ibrahim ‘Abd al-Rahman Muhammad Khalifah (selanjutnya ditulis Ibrahim Khalifah), al-
dakhil fi al-tafsir (Kairo: Universitas Al-Azhar,1996), Jilid 1,2.
ingin memporandakan ajaran Islam. Mereka menyerang Islam dari berbagai sudut,
termasuk Al-Qur’an. Sementara secara internal, al-dakhil berasal dari sebagian
kelompok insider. Mereka mengaku bagian dari Islam, tapi sesungguhnya secara
politis mereka bermaksud untuk merusak ajaran Islam dari dalam. Salah satu
kelompok yang dikategorikan berbahaya oleh Fayed adalah kelompok Batiniyah.
Dengan alibi bahwa Al-Qur’an memiliki makna lahir dan batin, kelompok ini
kemudian mencetuskan beragam penafsiran yang ujungnya ingin mendegradasi dan
bahkan menafikan syariat Islam.
Tabel klarifikasi al-Dakh>il7
No. Klasifikasi al-dakhi>l Sumber Bentuk atau macam

1. al-dakhi>l Fi al- Riwayat (sunnah, 1. Isra’iliyat


ma’tsur pendapat sahabat, 2. Hadis palsu
dan tabi’in serta 3. Hadis lemah
isra’iliyat. 4. Pendapat sahabat
atau tabi’in Yang
tidak valid

2. al-dakhi>l fi al-ra’y Rasio atau ijtihad 1. Tafsir Yang


didasari Niat
buruk Terhadap
ayat-ayat Allah.
2. Tafsir Yang
tekstual, Tanpa
Memperhatikan

makna ayat.

3. al-dakhi>l fi ishari Hati atau intuisi 1. Tafsir Yang


dilakukan Oleh
7
Ibid,. 78.
sekte tertentu.
2. Tafsir Sebagian
kaum sufi Yang
menafikan makna eksoteris
ayat dan tidak memiliki
argumentasi yang kuat.

Tabel klasifikasi al -as}i>l


No. Sumber Autentik Cara Kerja / Bentuk
1. Al – Quran  Tafsir al-mujaz (merinci yang
ringkas/global)
 Bayan al – mujmal (menjelaskan
yang beum jelas)
 Takhsis al-am (menghususkan yang
umum )
 Taqyid al mutlak (membatasi yang
tidak terbatas )
 Penjelasan dengan cara naskh
 Al taufiq bayna ma yuhim al-ta’rud
 Melalui qiroat atau bacaan alquran
2. Sunnah Nabi saw  Bayan al mujmal (menjelaskan ayat
yang global)
 Taqyid al – mutlak (mengkhuukan
yang mutlak)
 Taqyid al – am (menghususkan
yang umum)
 Taudih al musykil (menjelaskan
yang ambigu)
 Bayan al – naskh
 Bayan al-ta’kid (menegaskan dan
menguatkan )
 Taqrir ma sakata anhu al quran
(menetapkan hukum yang belum
disebutkan dalam al-quran)
3. Pendapat sahabat / tabi’in  Pendapat yang disepakati (mujma’
alaih)
 Pendapat yang dipersilisihkan
(mukhtalaf fih)
 Pendapat mengenai hal – hal supra
Rasional
 Pendapat yang terkait wilayah
ijtihad.
4. Bahasa Arab  Syair, puisi, prosa, surat –
menyurat, dan dialek arab
 Kaidah dan rahasia – rahasia bahasa
arab, meliputi anatara lain :kosa
kata, susunan, dan penjelasan
kalimat.
 Gaya bahasa yang meliputi ;
keindahan, ketepatan, kejelasan,
semantik, dan berbagai aturan main
gramatikal dan sastra arab.
5. Ijtihad  Tafsir ijtihad yang sesuai dengan
dalil syar’i dan kaidah bahasa arab.
Tafsir semacam ini dicari dan
menjadi sumber rujukan yang
autentik

C. Sejarah Perkembangan ad-Dakhil dalam Penafsiran al-Quran.


Pada dasarnya potensi ad-dakhil telah ada sejak praIslam. Sebelum
datangnya Islam ke Jazirah Arab, kelompok Ahli Kitab yang sebagian
besar orang Yahudi telah menetap di daerah tersebut. Mereka berhijrah ke
Jazirah Arab sekitar tahun 70 M. tempat tinggal mereka berada di kota
Yasrib. Tujuannya datang ke Jazirah Arab ialah kaena adanya sebuah
ramalan yang menyatakan bahwa akan ada seorang utusan akhir zaman
yang akan menggantikan Nabi Musa kelak untuk mengembalikan mereka
ke tanah suci sebagaimana yang telah dijanjikan Tuhan. Selain di kota
tersebut, sebagian Ahli Kitab juga ada yang hidup berkelompok di Yaman
dan Yamamah. 8
Interaksi sosial yang berlangsung lama menyebabkan terjadinya
pertukaran kultur dan budaya antara bangsa Yahudi dan bangsa Arab.
Ketika Rasullah dengan para sahabat berdakwah dengan ditemani kaum
Muhajirin ke kota Madinah, maka timbul suatu komunikasi anatara kedua
kaum tersebut. Hubungan tersebut semakin terjalin ketika beberapa orang
Yahudi yang mulai masuk Islam. Masuknya orang-orang Yahudi tersebut
menjadi salah satu rujukan para sahabat dalam menafsirkan Al-Qur’an
terutama yang berkaitan dengan umat terdahulu. Dengan begitu, maka
masuknya ad-dakhil memiliki dua sebab, yang Pertama, ketika Rasulullah
berdakwah di Yasrib terjadi interksi antara kaum Yahudi dengan Nabi dan
para sahabat. Kedua, ketika beberapa orang Yahudi masuk Islam dan
sahabat mulai bertanya mengenai isi kitab Taurat dan Injil, terutama
mengenai umat terdahulu yang hanya dijelaskan secara global dalam al-
Quran. Namun pada zaman Nabi perkembangan ad-Dakhil masih sangat
pasif karena al-Quran yang secara berangsur sehingga tidak semua masalah
harus di tanyakan kepada Ahli Kitab dan pada masa itu orang-orang
muslim sangat berhati-hati dengan tradisi dan kebudayaan dari orang-orang
Yahudi dan Nasrani.9
Pada mulanya Rasulullah melarang untuk bertanya menganai
umat terdahulu kepada Ahli Kitab, namun seiring berjalannya waktu, Nabi
mengizinkan sahabat meriwayatkan cerita-cerita Israiliyyah selama tidak
bertentangan dengan syari’at Islam. Kemudian pada masa tabi’in riwayat-
riwayat Israiliyyat semakin marak hingga sulit untuk dideteksi antara yang

8
Muhammad Ulinnuha, Rekonstruksi Metodelogi...,54-55. Lihat Juga Rofiq Junaidi, Al-Ashil
wa Ad-Dakhil fi Tafsir, Al-A’raf, Vol. XI, Juli-Desember 2014, No. 2,
9
Ibid., 56-58.
benar dan yang bohong. Untuk itu perkembangan ad-dakhil dari jalur
riwayat menjadi semakin pesat.10
Adapun munculnya ad-dakhil dalam tafsir bi ar-ra’yi menurut
beberapa ulama memiliki beberapa sebab, dan yang paling utama ialah
karena mufassir yang sangat subjektif dalam memaknai lafadz Al-Qur’an
tanpa melihat konteks dan makna lain yang memungkinkan dalam ayat
tersebut, sehingga terkadang hanya menafsirkan ayat secara zahir saja.
Beberapa faktor yang menjadikan ad-dakhil semakin
berkembang adalah11:
1. Faktor Politik dan Kekuasaan
2. Faktor Kebencian Terhadap Islam
3. Faktor Fanatisme
4. Faktor Perbedaan Madzhab
5. Faktor Ketidaktahuan
Praktik ad-dakhil telah dilakukan sejak lama seperti yang telah
dipaparkan di atas, namun istilah ad-dakhil wa al-ashil dicetuskan pertama
kali oleh Ibrahim Abdurrahman Khalifah pada tahun 1980-an melalui ad-
dakhil fial-Tafsir. Setelah wafatnya Nabi Muhammad, hadis-hadits
maudhu banyak bermunculan dikalangan muslim, dan perpecahan yang
menimbulkan pandangan berbeda terhadap paham keagamaan mereka
sehingga berpengaruh pada penafsiran Al-Qur’an. Menurut Ibrahim
Khalifah, pandangan keagamaan mereka merupakan bentuk penyipangan
terhadap sebagian Al-Qur’an. Oleh karena itu ia menganggapnya sebagai
ad-dakhil.
Selanjutnya ad-dakhil wa al-ashil menjadi sebuah konsep yang
utuh di tangan tokoh tersebut sebagai kelanjutan dari pembahasan
israiliyyat dan hadis maudhu’ pada tokoh-tokoh sebelumnya. Kategori ad-

10
Ibid., 59.
11
Ibid., 62.
dakhil yang ditulis oleh Ibrahim tidak hanya membahas mengenai
keduanya akan tetapi ketentuan lain sesuai dengan ijtihadnya. Pada
dasarnya ad-dakhil telah disinggung oleh Husain Ad-dzahabi dalam
kitabnya Al-Tafsir wa Al-Mufassirun. Namun hanya sebatas sindiran
sehingga belum menjadi suatu konsep yang utuh. Setelah Ibrahim
Khalifah, banyak juga tokoh yang membahas kembali konsep ad-dakhi>l
dalam formulasi yang tak jauh berbeda darinya. Di antara tokoh-tokoh
tersebut adalah Ibrahim Nayit, Jum’ah Ali Abdul Qadir, Ibrahim Syu’aib,
dan Abdullah al-Awari.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Ashil berarti segala sesuatu yang memiliki asal, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan. Tafsir yang ashil berarti tafsir yang memiliki asal-usul yang
jelas, jika ia tafsir bil ma’tsur, berarti riwayat-riwayat yang ada didalamnya adalah
riwayat yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jika ia tafsir bil
ra’yi, berarti tafsir tersebut telah memenuhi rasio akal, mempunyai hujjah yang kuat
dan telah mencukupi berbagai syarat dan prasyarat ijtihad.
Secara etimologi term al-dakhil bermakna antara lain, 1). Orang yang
berafiliasi kepada yang bukan komunitasnya, 2). Tamu, disebut dakhil karena ia
masuk ke rumah orang lainyang dikujunginya, 3).Kata serapan, karena ia berasal dari
bahasa asing, 4). Orang asing yang datang untuk tujuan eksploitasi. Sedangkan secara
terminologis, al-dakhil didefinisikan sebagai penafsiran Al-Qur’an yang tidak
memiliki sumber, argumentasi dan data yang valid dari agama. Dengan kata lain, al-
dakhil adalah penafsiran yang tidak memiliki landasan yang valid dan ilmiah, baik
dari segii Al-Qur’an, hadis sahih, pendapat sahabat dan tabiin maupun dari akal sehat
yang memenuhi kriteria dan prasyarat ijtihad.
DAFTAR PUSTAKA

Manzhur, Ibn. Tt. Lisan al-‘Arab. Kairo: Dar al-M’arif

Ulinnuha, Muhammad. 2019. Metode Kritik ad-Dakhil fit-Tafsir. Jakarta: Penerbit


Qaf

Al-Ashifani, al-Raghib. Tt. al-Mufradat fi Gharib Al-Qur’an. Libanon: Dar al-


Ma’ifah

Ibrahim ‘Abd al-Rahman Muhammad Khalifah. 1996. al-dakhil fi al-tafsir. Kairo:


Universitas Al-Azhar

Mustafa, Ibrahim et.all. 1990. al-mu’jam al-Wasit. Istanbul: Dar al-Da’wah

Anda mungkin juga menyukai