Anda di halaman 1dari 2

A.

SYAJA’AH
Kata syaja’ah berasal dari bahasa arab ‫ ش جاعة‬- ‫ يش جع‬- ‫( ش جع‬syaju’a-yasju’u-
syaja’atan) yang artinya berani. (ahma warson mumawwir, 1997: 695) tapu maksud
berani disini bukan berarti dalam arti siap menantang siapa saja tanpa memperdulikan
apakah dia berada dipihak yang benar atau salah, dan bukan pula berani memperturutkan
hawa nafsu. Tapi berani yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan penuh
pertimbangan.
Keberanian tidak ditentukan oleh kekuatan fisik, tetapi ditentukan oleh kekuatan
hati dan kebersihan jiwa. Betapa banyak orang yang fisiknya besar dan kuat tetapi
hatinya lemah, pengecut. Sebaliknya betapa banyak yang fisiknya lemah, tetapi hatinya
seperti hati singa. Rasulullah saw menyatakan:
)‫ب (متفق عليه‬ َ ‫ك نَ ْف َسهُ ِع ْن َد ْال َغ‬
ِ ‫ض‬ ُ ِ‫ْس ال َّش ِدي ُد بالصُّ رْ َع ِة ِإنَّ َما ال َّش ِدي ُد الَّ ِذي يَ ْمل‬
َ ‫لي‬
Bukanlah yang dinamakan pemberani itu orang yang kuat bergulat, sesungguhnya
pemberani itu ialah orang uang sanggup menguasai dirinya di waktu marah.” (HR.
muttafawun’alaihi: 1676)
Kemampuan mengendalikan diri waktu marah, sekalipun dia mempu
melapiaskannya, adalah contoh keberanian yang lahir dari hati yang kuat dan jiwa yang
bersih.
B. TAWADHU
ُ ‫اض ُع تَ َو‬
Kata tawadhu’ berasal dari bahasa Arab-‫اض عا‬ َ ‫اض َع يَتَ َو‬
َ ‫( تَ َو‬tawadha’a-
yatawadha’u-tawadhu’an) artinya rendah hati, lawan dari sombong atau takabur. (Ahmad
Warson Munawwir, 1997: 1564) orang yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih
dari orang lain, sementara orang yang sombong menghargai dirinya secara berlebihan.
Rendah hati tidak sama dengan rendah diri, karena rendah diri berarti kehilangan
kepercayaan diri. Sekalipun dalam praktiknya orang yang rendah hati cenderung
merendahkan dirinya dihadapan orang lain, tetapi sikap tersebut bukan lahir dari rasa
tidak percaya diri.
Sikap tawadhu’ terhadap sesama manusia adalah sifat mulia yang lahir dari
kesadaran dan kemahakuasaan Allah SWT atas segala hamba nya. Manusia adalah
makhluk lemah yangg tidak mengerti apa-apa dihadapan Allah SWT. Manusia
membutuhkan karunia, ampunan dan rahmat dari Allah. Tanpa rahmat, karunia dan
nikmat dari Allah SWT, manusia tidak akan bisa bertahan hidup bahkan tidak akan
pernah ada diatas permukaan bumi ini.
C. MUJAHADAH
Istilah mujahadah berasal dari kata jahada-yujahidu-mujahadah yang berarti
mencurahkan segala kemampuan (badzlu al-wus’i). (Al-Munjid, 1989: 106) dalam
konteks akhlak, mujahadah adalah mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan
diri dari segala yang menghambat pendekatan diri terhadapa Allah SWT, baik hambatan
ang bersifat internal maupaun ang eksternal.
Hambatan yang bersifat internal datang dari jiwa yang mendorong untuk berbuat
keburukan (nafsu ammarah bi as-sui’), hawa nafsu yang tidak terkendali, dan kecintaan
kepada dunia. Sedangakan hambatan eksternal datang dari syaitan, orang-orang kafir,
munafik dan para pelaku kemaksiatan dan kemungkaran. (Raid Abd Al-Hadi, Iii: 133)
Untuk mengatasi dan melawan semua hambatan (internal dan ekstenal) tesebut
deperlukan kemauan keras dan perjuangan yang sungguh-sungguh. Perjuangan sungguh-
sungguh itulah yang disebut mujahadah. Apabila seseorang bermujahadah untuk mencari
keridhaan Allah SWT, maka Allah berjanji akan menunjukkan jalan kedepannya untuk
mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
D. MALU
Kata malau dalam bahasa arab disebut (al-haya’) adalah sifat atau perasaan yang
menimbulkan keengganan melkakukan suatu yang rendah atau tidak baik. (Ahmad
Warson Munawwir, 1997: 316) orang yang memiliki rasa malu, apabila melakukan
sesuatu yang tidak patus, rendah atau ridak baik dia akan terliahat gugup, atau mukanya
merah. Sebaliknya orang yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan tenang
tanpa ada rasa gugup sedikitpun.
Diceritakan oleh seorang sahabat yang bernama Abu Sa’d al-khudry bahwa Rasulullah
SAW jika melihat sesuatu yang tidak disukainya warna muka Nabi Muhammad SAW
akan berubah.

‫ فَِإ َذا َرَأى َش ْيًئا يَ ْك َرهُهُ ع ََرفَنَاهُ فِي‬. ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأ َش َّد َحيَا ٌء ِمنَ ْال َع ْد َرا ِء فِي ِخ ْد ِرهَا‬
َ ِ‫َكانَ َرسُو ُل هللا‬
)‫َوجْ ِه ِه (رواه البخاري‬
"Adalah Rasulullah SAW lebih pemalu dari gadis pingitan. Bila melihat sesuatu yang
tidak disukainya, kami dapat mengetahuinya dari wajah beliau." (HR. Bukhari: 3562)

Anda mungkin juga menyukai