Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman

Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

IBADAH HAJI DALAM AL-QUR’AN


(Sekelumit Hikmah di Balik Pelaksanaan Ibadah Haji)

Iftitah Jafar
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Email
iftitah.jafar@uin-alauddin.ac.id.

Abstact
Pilgrimage becomes a heated issue in 2020. There are at least three reasons for this
proposition. The first reason is that due to Covid19, Muslims from all over the world
cannot perform pilgrimage this year except those who stay in Saudi Arabia. The
second reason is that pilgrimage has been an interesting subject of religious debate in
Indonesia since at the beginning of 2020. The third reason is that pilgrimage is an
international activity because Muslim throughout the world can involve in this yearly
ritual. This paper aims to reveal philosophical values of pilgrimage (ḥajj) in the
Qur’an. It is a qualitative descriptive research which conveys contextual thematic
approach. Through this method Qur’anic verses of ḥajj are collected, classified, and
analysed. The research result shows that ḥajj has high philosophical values. These
values lay on the economic, political, cultural and social aspects. The research also
shows that the secret and mistery of ḥajj can be experienced by pilgrim individually.
Abstrak
Haji menjadi isu panas di tahun 2020. Setidaknya ada tiga alasan. Alasan pertama adalah
karena Covid19, umat Islam dari seluruh dunia tidak dapat menunaikan ibadah haji tahun
ini kecuali mereka yang tinggal di Arab Saudi. Alasan kedua, ibadah haji menjadi topik
perdebatan agama yang menarik di Indonesia sejak awal tahun 2020. Alasan ketiga, ibadah
haji merupakan kegiatan internasional karena umat Islam di seluruh dunia bisa ikut serta
dalam ritual tahunan ini. Makalah ini bertujuan untuk mengungkap nilai filosofis ibadah
haji (ḥajj) dalam Al-Qur'an. Merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan
tematik kontekstual. Melalui metode ini, ayat-ayat Alquran dari ḥajj dikumpulkan,
diklasifikasikan, dan dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ḥajj memiliki nilai
filosofis yang tinggi. Nilai-nilai tersebut terletak pada aspek ekonomi, politik, budaya dan
sosial. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rahasia dan khayalan ḥajj dapat dialami
oleh jamaah secara individu.

Kata kunci: Ibadah haji, Al-Qur’an, Hikmah.

Pendahuluan ibadah tertentu, apalagi agama


samawi. Ibadah ini menarik bukan di
Ibadah merupakan salah satu kalangan intern umat suatu agama,
elemen agama yang paling penting. melainkan juga bagi komunitas agama
Semua agama dipastikan memiliki lain. Umat Islam, misalnya senantiasa

20 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

mempelajari, mengkaji dan meneliti Kesemarakan pelaksanaan ibadah haji


ibadah-ibadah Islam. Tujuannya ini memang membuat penganut
adalah agar diperoleh wawasan yang agama lain iri hati.
luas dalam memaknai dan
Setelah beberapa dekade debat
mempraktekkan sebuah ibadah. Bagi
keagamaan, khususnya antara Muslim
komunitas agama lain juga tertarik
dan Kristen, tema debatnya berbasis
untuk memahami ibadah-ibadah
kekristenan, memasuki 2020 tema
Islam, sebagai perbandingan, apalagi
keislaman juga sudah mulai ramai
dalam menghadapi debat antar agama.
diperdebatkan. Debat Kristen dalam
Hanya saja keterlibatan mereka dalam
banyak event debat banyak
mengkaji ibadah-ibadah Islam
melontarkan kritikan tajam terhadap
tujuannya bukan untuk melihat
konsep ibadah haji. Beberapa kritikan
kebenaran dan signifikansi melainkan
tajam yang sering diajukan yang dapat
untuk mencari sisi-sisi atau celah-
dilihat di You Tube adalah:
celah kelemahannya.
1. Umat Islam menyembah Ka‘bah
Salah satu ibadah penting dan
dan batu hitam (ḥajar al-aswad).
menarik dalam Islam adalah haji. Haji
2. Ibadah haji adalah tradisi
ini sejatinya ada juga dalam agama
keagamaan yang diwarisi dari
lain, terutama agama samawi. Ibadah
penyembah berhala sebelum Nabi
haji merupakan warisan dari Nabi
Muhammad saw.
Ibrahim as. sementara Nabi Ibrahim
3. Tuhan salah dalam memilih lokasi
as. diyakini sebagai bapak tiga agama
Ka‘bah karena berada pada
samawi. Namun kenyataannya jenis
kerendahan yang rentan banjir.
ibadah ini hanya ada dalam agama
4. Air zam-zam bukanlah air suci
Islam. Ibadah haji sudah tercerabut
yang mengandung berbagai
dari agama samawi lain, sebagaimana
berkah, melainkan hanya Air Pam
ibadah lain seperti puasa. Satu
penduduk Mekah.
informasi mencengangkan di kala Rita
5. Penguasa Mekah melanggengkan
Wahyu, ahli Bahasa Ibrani dalam salah
tradisi haji karena secara
satu ceramahnya, menyebutkan
ekonomis sangat menopang
bahwa Yesus Kristus pernah berhaji
kehidupan rakyatnya. Segelintir
pada usia 18 tahun.1 Salah satu ayat
kritikan ini tentunya menjadi
Alkitab yang menyebutkan haji adalah
tantangan bagi pengkaji dan
Keluaran 23: 17, “Syalosy regalim to-
pemerhati masalah ibadah haji.
hag liy ha-syanah” aratinya “Tiga kali
setahun haruslah engkau mengadakan Tulisan yang singkat ini
hag (haji) bagiku.” Hag adalah dipastikan tidak dimaksudkan sebagai
perjalanan jauh seseorang ke sebuah suatu upaya untuk memberikan
tempat istimewa untuk menunjukkan tanggapan kritis karena kajiannya
rasa hormat (kepada Sang Pencipta).2 tematis. Namun demikian, tulisan ini
Ibadah haji adalah ritual tahunan dapat meletakkan pemahaman
internasional karena dilaksanakan rasional, sebagai penelitian awal,
setiap tahun dan melibatkan umat untuk memberi fundasi dalam
Islam dari berbagai penjuru dunia. menyusun tanggapan balik atas

1 2
Rita Wahyu, Seminar on “The Lost Years of http://www.sarapanpagi.org/ibadah-haji-dan-
Jesus,” nubuwat-perubahan-kiblat-dalam-alkitab-
https://www.youtube.com/results?search_query= vt3501.html (diakses pada 25 Agustus 2020).
rita+wahyu+the+lost+years+of+jesus (diakses
pada25 Agustus 2020).

21 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

kritikan-kritikan tersebut. Agak 1. QS. al-Baqarah (20-21)


menarik karena beberapa kritikan َ َّ َ َۡ َۡۡ َ َ
tersebut justru dikonter langsung oleh ُ‫َبقَُُي َطفُُأبۡ َصَٰ َره ُۡمُُك َماُُأ َضا َُء‬ ‫يكادُُٱل‬
َ َ َ َ ۡ َ َ َ َ
ُ‫لهمُ َّمش ۡواُُفِيهُِِإَوذاُُأظل َُمُ َعل ۡيهِ ُۡمُقامواُُ َول ُۡو‬
Rabi-rabi Yahudi. Tulisan ini bertolak
dari pertanyaan bagaimana nilai-nilai
َّ َ َ َ َّ َ َ
َُ َّ ‫نُٱ‬ ُ ِ‫بُب ِ َس ۡمعِهِ ُۡمُ َوأبۡ َصَٰ ِره ُِۡمُإ‬
ُ َ ‫ّللَُل َه‬
filosofis atau hikmah di balik ritual
ibadah haji? Sesuai dengan judulnya, ُ‫ّلل‬ ُ ‫شا ُءُٱ‬
ۡ َ َ ۡ َ ُ َٰ َ َ
tulisan ini hanya akan ُُ‫ُيََٰٓأ ُّي َهاُٱُنلَّاسُُٱعبدوا‬٢٠‫ِير‬ ُ ‫َشءُُقد‬ ُ‫ك‬
ُِ ُ‫َع‬
ُ
mengungkapkan secuil hikmah atau
َ َّ ََ َ َّ
nilai filosofis dari ibadah haji. Makalah ُ‫ِينُمِنُُق ۡبلِك ُۡم‬ َُ ‫خلقك ُۡمُ َُوٱَل‬ ُ‫َر َّبكمُُٱَلِي‬
ini mengikuti alur pembahasan: َ َ َّ َ
٢١‫ون‬ ُ ‫ل َعلك ُۡمُت َّتق‬
1. Pendahuluan
2. Makna ibadah dalam Al-Qur’an Terjemahnya: “Wahai manusia!
3. Ibadah sebagai kewajiban
Sembahlah Tuhanmu yang telah
Manusia.
menciptakan kamu dan orang-
4. Secuil hikmah atau nilai filosofis
di balik pelaksanaan ibadah haji, orang yang sebelum kamu, agar
dan kamu bertakwa.”4
5. Penutup. Muḥammad ‘Abd al-Mun‘im al-
Makna Ibadah dalam Al-Qur’an Jamȃl menafsirkan kata ibadah
dalam ayat ini dengan tunduk
Kata “ibȃdah” dalam dengan berlebih-lebihan kepada
berbagai bentuknya terulang Allah dan merasakan keagungan-
sebanyak 124 kali dalam Al- Nya baik secara sembunyi maupun
Qur’an.3 Kata ibadah ini memiliki secara terang-terangan dengan
makna yang beragam, seperti hati dan anggota badan serta
diartikan dengan: menauhidkan, mengikhlaskannya dengan
tunduk, taat, mengabdi, mengakui keesaan-Nya, dimana
menyembah, merendahkan diri amal (‘ibȃdah) tidak akan diterima
dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya tanpa dengannya (ikhlȃsh).5 Al-
uraian ini akan dikutip beberapa Thabarȋ menafsirkan kata ibadah
ayat tentang ibadah yang dalam ayat ini dengan patuh serta
dianggap representatif sebagai merendahkan diri kepada Allah.6
sampel, disertai interpretasi para Sebagai tambahan, al-Qurthubȋ
mufassir, sekalipun ayat-ayat sendiri berpendapat bahwa ibadah
dimaksud akan diangkat kembali yang dimaksud dalam ayat ini
dalam pembahasan selanjutnya mengandung pengertian
(sub c). mengesakan-Nya, dan

3 5
Jumlah ini didasarkan pada Muḥammad Fu’ȃd Muḥammad ‘Abd al-Mun‘im al-Jamȃl, Tafsȋr al-
‘Abd al-Bȃqȋ, al-Mu‘jam al-Mufahras li al-Fȃzh al- Fȃrid li al-Qur’ȃn al-Karȋm, Juz II, (Cairo: Dȃr al-
Qur’ȃn al-Karȋm (Cairo: Dȃr al-Mathla‘ al-Sya‘bȋ, t. Kitȃb al-Jadȋd, 1970), h. 539-540.
6
th.), h. 441-445. Abȗ Ja‘far ibn Jarȋr al-Thabarȋ, Jȃmi‘ al-Bayȃn an
4
Terjemah ayat dalam keseluruhan pembahasan Ta’wȋl Ȃy al-Qur’ȃn, Juz XXVI (Cairo: Maktabah wa
dikutip dari Kementerian Agama RI., Al-Qur’anul Mathba‘ah Mushthafȃ ‘Isȃ al-Bȃb al-Halabȋ wa
Karim: Terjemah dan Tajwid (Jakarta: Yayasan Awlȃduh, t. th.), h. 160.
Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Qur’an,
2014).

22 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

mengerjakan segala syariat agama- dengannya termasuk semua


Nya.7 pekerjaan hati dan anggota badan.8
Wahbah al-Zuhayli memahami kata
Berdasarkan interpretasi
ibadah dalam ayat ini dengan
tersebut dapatlah dipahami bahwa
merendahkan diri kepada Allah,
ibadah yang dimaksudkan dalam
pasrah kepada-Nya baik secara
ayat ini adalah mengesakan
lahiriah maupun batiniah dengan
Ketuhanan Allah, taat dan tunduk
penuh keikhlasan.9 Syekh
kepada-Nya tanpa batas,
Muhammad ‘Abduh sebagaimana
merendahkan diri serta
dikutip Quraish Shihab, ibadah
melaksanakan segala syariatnya
dalam ayat ini mengimplikasikan
dengan hati dan seluruh anggota
ketaatan dan ketundukan yang
badan, baik secara sembunyi-
sempurna kepada Allah karena
sembunyi maupun secara terang-
adanya rasa keagungan dalam jiwa
terangan.
seseorang terhadap kekuasaan-
2. QS. al-Nisȃ’ (4): 36 Nya. Perlu ditekankan di sini
ۡ َ ۡ َ َ َ َّ ۡ bahwa ibadah yang dimaksudkan
ُ‫ۡشكواُُبِهِۦُشيُُا‬ ِ ‫لُ ت‬ ُ ‫ّللُو‬ ُ ‫۞ َُوٱعبدواُُٱ‬ dalam ayat ini bukan hanya ibadah
َ ۡ َٰ َ ‫نُإِ ۡح‬ َ ِ َٰ ‫َو ُبٱلۡ َو‬
ُِ ۡ‫ِلي‬
mahdhah melainkan mencakup
ُ‫ب‬َُٰ ‫سنُاُ َوبِذِيُٱلق ۡر‬ ِ segala macam aktivitas yang
َۡ َ ۡ ۡ
َٰ َ ‫مُ َُوُٱل َم‬ َ
َُٰ َ َٰ‫َُوٱۡلَت‬
dilakukan karena Allah Swt.10
ُ‫ي‬ ُ ِ‫ارُذ‬
ُِ ‫ِيُ ُوُٱۡل‬ ُِ ‫سك‬
َّ ‫بُ َُوُٱ‬ ۡ َ ۡ ‫بُ َُوٱ‬ َ ۡ
3. QS. Maryam (19): 44
ُ‫ِب‬
ُِ ‫لصاح‬ ُِ ‫ارُٱۡلن‬ ُِ ‫ۡل‬ َُٰ ‫ٱلق ۡر‬ َُ‫ن‬ َ ۡ َّ َّ َ َٰ َ ۡ َّ ۡ َ َ َ َ َٰٓ َ
َٰ
ُ ‫نُُٱلشيط‬ ُ ِ‫نُإ‬
ُ ‫لُتعب ُِدُٱلشيط‬ ُ ُ‫ت‬ ُِ ‫يأب‬
ُ‫ت‬
َ َ
ُ ۡ ‫يلُ َو َمُاُ َملك‬ ُِ ِ‫لسب‬ َّ ‫نُٱ‬ ُِ ۡ‫ۢنبُ َُوٱب‬ُِ ‫ۡل‬ َ ۡ ‫ُبٱ‬
ِ َ َ َ
َ َ َ َّ َّ ۡ َ ٤٤‫ص ُيا‬ َّ ‫نُل‬
ِ ‫ِلرِنَٰمۡحُع‬ ُ ‫َك‬
ُ‫ن‬ُ ‫ِبُ َمنَُك‬ ُ ُّ ‫لُُي‬ َُ ‫نُٱ‬
ُ ُ‫ّلل‬ ُ ِ‫أيۡ َمَٰنك ُمُإ‬
٣٦‫ورا‬ ً ‫ُمتَالُُفَخ‬ ۡ Terjemahnya: “Wahai bapakku,
janganlah kamu menyembah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
Terjemahnya: “Sembahlah Allah durhaka kepada Tuhan yang Maha
dan janganlah kamu Pemurah.”
mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. . . ” Syekh Ismȃ‘ȋl Ḥaqqȋ Terma “syaithȃn” berasal dari
mengemukakan pengertian ibadah derivasi “syathana” yang berarti
dalam ayat ini dengan pelajaran “dia telah menyimpang jauh dari
dari setiap perbuatan dan kebenaran, karena itu Al-Qur’an
meninggalkan larangan yang menganggap setiap tindakan
dibawa oleh Nabi Muhammad saw. secara inheren melawan
sesuai perintah Allah, yang kebenaran, akal dan moralitas

7 9
Abȗ ‘Abdillȃh al-Qurthubȋ, al-Jȃmi‘u li Aḥkȃm al- Wahbah al-Zuhaylȋ, al-Tafsȋr al-Munȋr fi al-
Qur’ȃn, Juz XXVII (Cairo: Dȃr al-Kutub al-‘Arabiyyah ‘Aqȋdah wa al-Syarȋ‘ah wa al-Manhaj, Juz V dan VI,
li al-Thaba‘ah wa al-Nasyr, 1967), h. 165. Terj. (Jakarta: Gema Insani, 2016), h. 85.
8 10
Al-Syaikh Ismȃ‘ȋl Ḥaqqȋ, Tafsȋr Rȗḥ al-Bayȃn, Juz II M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan,
(Cairo: Dȃr al-Fikr al-‘Arabȋ, t. th.), h. 2005. Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 2 (Jakarta:
Penerbit Lentera Hati, 2000), h. 415.

23 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

sebagai Setan, dan setiap tindakan mengesakan Aku. Di sisi lain al-
penyerahan diri secara sadar Thabarȋ memandang bahwa
kepada pengaruh setan sebagai sebagian mufassir menafsirkan
penyembah setan.11 Al-Marȃghȋ ayat ini dengan: dan tidaklah Aku
menafsirkan ayat ini dengan ciptakan Jin dan manusia
janganlah kamu mengikuti syaitan melainkan hanya untuk mematuhi
dalam menyembah berhala- Aku dalam beribadah.14
berhala ini, sesungguhnya dialah
Al-Qurthubȋ mengatakan
(syaitan) yang mengajak kamu
bahwa makna ibadah dalam ayat
untuk beribadah kepada mereka
tersebut adalah ketaatan,
dan selalu membisik-
pengabdian yang penuh bakti.
bisikkannya. Menurut Tafsȋr al-
12
Makna kata liya‘budȗni adalah agar
Muyassar, Kementrian Agama
mereka patuh, tunduk, dan
Saudi Arabia, ayat tersebut
menyembah kepada-Ku.15 Al-
dipahami dengan: wahai ayahku,
Naysȃbȗrȋ di kala menafsirkan ayat
aku khawatir jika engkau
ini mengatakan: sesungguhnya
menyembah berhala maka engkau
ibadah itu ialah mengenal
akan mendapat azab dar Allah Yang
(ma’rifat) Allah dan ikhlas kepada-
Maha Pengasih, sehingga engkau
Nya karena sesungguhnya ma‘rifat
menjadi pengikut Syetan dalam
itu juga merupakan tujuan hidup
memasuki neraka.13
yang jelas.16 Fakhr al-Dȋn al-Rȃzȋ
4. QS. al-Dzȃriyȃt (51): 56. sendiri melihat bahwa ibadah itu
َّ َ ۡ َ َّ ۡ َۡ َ ََ ialah mengagungkan perintah
ُ‫ل‬
ُ ِ ‫نسُإ‬
ُ ‫نُ ُوٱ ِۡل‬
ُ ‫ۡل‬
ِ ‫ٱ‬ُ ‫ت‬
ُ ‫ق‬ ‫وماُخل‬ Allah dan mengasihi atau
menyayangi makhluk-makhluk-
ُِ ‫ِۡلَ ۡعبد‬
٥٦‫ون‬ Nya. Berdasar pada pendapat para
mufassir tentang makna ibadah
Terjemahnya: “Dan aku tidak dalam ayat ini, dapatlah dipahami
menciptakan Jin dan manusia bahwa ibadah itu pada dasarnya
melainkan supaya mereka ialah mengesakan, mengenal
mengabdi kepada-Ku.” (ma‘rifat) Allah, taat, tunduk dan
patuh serta mengabdi dengan
Al-Marȃghȋ menafsirkan ayat berbakti kepada-Nya.17
tersebut dengan dan tidaklah Aku
ciptakan mereka melainkan hanya Agaknya dari beberapa ayat
untuk mengenal-Ku, karena dan penafsirannya yang telah
sewaktu diciptakan, mereka tidak dikemukakan akan memberikan
mengenal wujud-Ku dan tidak pula gambaran bahwa demikianlah

11 16
Muhammad Asad, The Message of the Qur’an Ḥusayn al-Qamȃ al-Naysȃbȗrȋ, Gharȃ’ib al-
(Gibraltar: Dar al-Andalus, 1980), h. 462. Qur’ȃn wa Raghȃ’ib al-Furqȃn, Juz XXVI, (Cet. I;
12
Al-Marȃghȋ, Tafsȋr, Juz XVI, h. 56. Cairo: Syirkah Maktabah wa Mathba‘ah
13
Kementrian Agama, Saudi Arabia, al-Tafsȋr al- Mushthafȃ Isȃ’ al-Bȃb wa al-Ḥalabȋ wa Awlȃduh,
Muyassar, https://tafsirweb.com/5090-quran- 1962), h. 14.
17
surat-maryam-ayat-44.html (25 Agustus 2020). Fakhr al-Dȋn al-Rȃzȋ, Tafsȋr al-Kabȋr, Juz XXVIII
14
Al-Marȃghȋ, Tafsȋr, Juz XXVI, h. 13. (Cet. II; Teheran: Dȃr al-Kutub al-Islȃmiyyah, t. th.),
15
al-Qurthubȋ, al-Jȃmi‘u, Juz XVII, h. 56. h. 233.

24 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

yang dikehendaki dengan makna Makna ibadah juga mencakup:


ibadah menurut Al-Qur’an. Namun merendahkan diri tanpa batas,
demikian, masih cukup banyak mengabdi kepada-Nya dengan
kata-kata ibadah dalam Al-Qur’an melaksanakan segala perintah dan
yang pengertiannya tidak terlepas menjauhi segala larangan-Nya,
dari makna yang telah bahkan melaksanakan segala
dikemukakan di atas. Kata-kata syariat agama-Nya dengan hati dan
ibadah yang lain, seperti: al-nusuk seluruh anggota badan. Baik
(QS. al-An‘ȃm (6): 162), dan al-du‘ȃ’ dilaksanakan secara sembunyi-
(QS. al-Furqȃn (25): 77), pada sembunyi maupun secara terang-
umumnya berarti mengabdi dan terangan, baik di kala sunyi
menyembah. maupun di waktu ramai, di kala
susah atau di saat senang, di kala
Kalau diperhatikan dengan
seorang diri dan dalam pergaulan
seksama makna ibadah yang
masyarakat.
dikedepankan oleh para mufassir,
tampak bahwa sebagian di antara Ibadah sebagai Kewajiban
mereka cenderung menafsirkan
Penelusuran cermat terhadap
kata ibadah dengan tauhid. Dengan
ayat-ayat Al-Qur’an mengenai
dasar inilah sehingga para ulama
posisi ibadah menunjukkan
tauhid menilai bahwa ibadah itu
banyaknya posisi dimaksud.
hanyalah tauhid; ‘Ikrimah,
Namun untuk keperluan tulisan ini,
misalnya, berpendapat bahwa
hanya akan dikemukakan satu
semua lafazh ibadah yang terdapat
diantaranya yaitu ibadah sebagai
dalam Al-Qur’an diartikan dengan
kewajiban manusia. Pembahasan
tauhid.
dimulai dengan bertolak dari
Apa yang dinyatakan oleh sebuah ayat yaitu QS. al-Hajj (22):
‘Ikrimah tidaklah dapat diterima 18, “Apakah kamu tiada
begitu saja karena setelah mengetahui, bahwa kepada Allah
diadakan penelitian dan analisis bersujud apa yang ada di langit, di
yang cermat, ditemukan berbagai bumi, matahari, bulan, bintang,
makna lain, seperti yang telah gunung, pohon-pohonan, binatang-
dikemukakan sebelumnya, dan binatang yang melata dan sebagian
ternyata tauhid itu hanyalah besar daripada manusia? dan
merupakan satu di antara sekian banyak di antara manusia yang
banyak makna ibadah. Di samping telah ditetapkan azab atasnya. Dan
itu, tauhid sendiri adalah satu barangsiapa yang dihinakan Allah,
bentuk ibadah di antara sekian maka tidak seorangpun yang dapat
banyak bentuk-bentuk ibadah. memuliakannya. Sesungguhnya
Allah berbuat apa yang Dia
Dari uraian tersebut dapatlah
kehendaki. Hamka menafsirkan
digarisbawahi bahwa makna
ayat ini sebagai berikut. Di dalam
ibadah dalam perspektif Al-Qur’an,
ayat ini dijelaskan pertalian antara
yaitu mengenal, mema‘rifati Allah,
manusia dan alam sekitarnya.
mengesakan ketuhanan-Nya, taat,
Manusia disuruh untuk
tunduk dan patuh kepada-Nya.

25 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

memerhatikan bahwa alam dalam QS. al-Baqarah (2): 21, “Hai


seluruhnya bersujud, dalam arti manusia, sembahlah Tuhanmu
semuanya tunduk pada peraturan yang telah menciptakanmu dan
yang telah ditetapkan Allah. Tidak orang-orang yang sebelummu, agar
ada satupun yang melanggar kamu bertakwa.” Penetapan
peraturan tersebut, tidak ada yang kewajiban beribadah ini
bertindak sendiri-sendiri didasarkan pada kata “u‘budȗ”
sekehendak hatinya. Hanya dalam bentuk perintah (fi‘l amr)
manusia saja yang kebanyakan yang berarti sembahlah atau
tidak menyadari dan tidak beribadahlah yang menurut kaidah
menginsyafi bahwa dia pun ushul fiqhi bahwa fil amr itu
sesungguhnya diikat oleh menunjukkan kewajiban. Kaidah
peraturan tersebut. dimaksud adalah al-ashlu fi al-amr
li al-wujȗb yakni makna dasar
Dengan berdasar pada uraian
perintah adalah wajib, (wajibnya
di atas tampak suatu hikmah
perbuatan yang diperintahkan). 18
mengapa kewajiban beribadah
perlu ditekankan meskipun sudah Muḥammad Jawwȃd
jelas bahwa ibadah itu merupakan Mughniyyah, pakar ushul fiqhi,
tujuan manusia diciptakan yaitu dalam karyanya Ushȗl al-Fiqh fȋ
agar manusia membandingkan Tsaubih al-Jadȋd menambahkan:
dirinya dengan makhluk lain yang Al-Qur’an sesungguhnya
semuanya taat dan tunduk kepada menggunakan dengan arti yang
Tuhan, Penciptanya. Dengan tidak tetap, tugas kami adalah
demikian manusia akan menyadari senantiasa meninjaunya dari segi
eksistensinya sebagai makhluk ushul fiqhi. Dengan cara ini kami
yang padanya diletakkan menemukan bahwasanya kalimat
kewajiban beribadah. Kalau semua amr itu apabila dalam keadaan
makhluk selain manusia beribadah, muthlaq, tanpa adanya karinah
mengapa manusia tidak mau maka sesuatu itu dipahami
melaksanakannya, padahal ia pun menurut keadaannya. Untuk hal ini
makhluk. kami berpendapat bahwa amr di
saat muthlaqnya (tanpa adanya
Manusia yang menyadari
kaitan dengan sesuatu),
semua ini tentu akan beribadah,
menunjukkan kewajiban. 19
karena memang seluruh hidupnya
dituntut mengisinya dengan Kata u‘budȗ dalam ayat
ibadah. Mengenai perintah tersebut adalah muthlaq karena
kewajiban beribadah bagi manusia tidak dikaitkan dengan sesuatu
berulang kali disebutkan dalam Al- atau tidak ada karinah yang
Qur’an di berbagai tempat yaitu membelokkan pengertian dari
terulang sebanyak 47 kali. Sebagai wajib ke sunat, mubah dan lain-
landasan utamanya termaktub lain. Justeru itu tidak diragukan lagi

18 19
A. Hanafie, Ushul Fiqhi (Cet. IV; Jakarta: Wijaya, Muḥammad Jawwȃd Mughniyah, Ushȗl Fiqhi fȋ
1965), h. 31. Tsaubih al-Jadȋd (Cet. I; Beirȗt: Dȃr al-‘imi li al-
Malȃyȋn, 1975), h. 45.

26 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

keduduka hokum wajibnya ibadah bahwa: tatkala Allah menyebutkan


bagi manusia. Adapun manusia ketinggian derajat kitab-Nya yang
yang dipanggil untuk mulia sementara manusia
melaksanakan kewajiban ibdah keadaannya terdiri atas tiga
tampak dalam pandangan sebagian golongan yaitu: orang-orang
mufassir masih diperselisihkan. mukmin yang memelihara syariat
Pertanyaan-pertanyaan yang dan hukum-hukum, orang kafir
mungkin timbul meliputi: apakah yang sungguh menolak syariat
manusia yang dimaksudkan dalam dengan terang-terangan. Selain
ayat berlaku umum yakni seluruh keompok ini adalah mereka yang
manusia tanpa kecuali, atau terletak di antara kedua golongan
berlaku khusus yaitu orang tersebut yang tenggelam dalam
mukmin saja, bagaimana dengan kemunafikan. Tidak terdapat
orang kafir, musyrik dan anak- kekhususan dengannya tiap-tiap
anak. golongan apakah berbahagia atau
celaka, beruntung atau merugi.22
Untuk lebih jelasnya
permasalahan ini akan Al-Zamakhsyarȋ mendekati
dikemukakan berbagai pendapat permasalahan tersebut dengan
mufassir sebagai berikut. Al- mengatakan bahwa jika anda
Marȃghȋ berpendapat bahwa orang berkata tidak tepat perintah
yang ditujukan kepadanya beribadah itu akan ditujukan
panggilan beribadah pada mulanya kepada orang-orang kafir secara
adalah orang-orang Arab dan keseluruhan atau khusus terhadap
yahudi di Madinah dan kafir Mekah saja. Adapun orang
sekitarnya.mereka itu beriman mukmin mereka mengabdi kepada
kepada Allah tetapi menyembah Tuhan mereka, maka bagaimana
selainnya apakah menyembahnya memerintah mereka yang
bersma Allah atau tanpa menentangnya, adapun orang kafir
menyembah Allah. Al-Qurthubȋ
20 tidaklah mengikrarkan
sendiri melihat bahwa panggilan kemimanannya maka bagaimana
tersebut berlaku umum untk mereka bisa menyembahnya?
semua manusia; kepada orang Maka saya menjawab yang
mukmin dimaksudkan supaya dikehendaki ibadah bagi orang
senantiasa tetap beribadah, mukmin adalah menambah,
terhadap orang kafir ialah melanjutkan dan tetap dalam
memulai ibadah (masuk Islam).21 ibadah mereka, adapun ibadah bagi
orang kafir maka menjadi
Al-Qȃsimȋ memandang bahwa
persyartan bagi mereka yaitu
manusia yang dikehendaki adalah
mengikrarkan keimanannya
meliputi: orang mukmin, orang
(masuk islam) sebagaimana
kafir dan orang munafik, seperti
terlihat dalam komentarnya

20 22
Al-Marȃghȋ, Tafsȋr, Juz I, h. 63. Jamȃl al-Dȋn al-Qȃsimȋ, Maḥȃsin al-Ta’wȋl, Juz II
21
Al-Qurthubȋ, al-Jȃmi‘, Juz II, h. 235. (Cairo: Dȃr Iḥyȃ’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1954), h.
68.

27 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

disyaratkan salat atas orang yang orang kafir untuk berusaha


diperintah itu.23 mengenal Tuhan, Penciptanya
kemudian mengikrarkan
Syeikh Thanthawȋ Jawharȋ
keyakinannya (masuk Islam) dan
berpendapat bahwa yang
mulai beribadah.
ditujukan kepadanya perintah
beribadah yaitu seluruh orang Bagi orang musyrik agar
mukallaf. Hal ini tentunya mengarahkan ketaatan dan
didasarkan pada pertimbangan pengabdiannya kepada Allah
bahwa orang yang dibebankan semata dan meninggalkan
kewajiban agama di pundaknya pengabdian kepada selain-Nya,
adalah orang yang sudah akil sedangkan bagi orang munafik
baligh. Adapun bagi anak-anak hendaknya menjauhkan diri dari
ibadah yang mereka lakukan baru sifat kemunafikan yang melekat
dalam tahap pendidikan atau padanya. Dengan demikian, pada
proses membiasakan diri sebagai akhirnya akan muncul insan-insan
persiapan menuju pelaksanaan yang tekun dan taat beribadah
ibada secara kontnyu. Akan tetapi seumur hidupnya yang nantinya
menjadi kewajiban orang tuanya dengan ibadah itu akan
mendidik anak-anak mereka untuk mengantarkan mereka ke tingkat
beribadah dengan menciptakan takwa kepada Allah Rabbul Alamin,
suasana yang kondusif untuk sebagai bekal mengarungi dunia
terlaksananya ibadah, misalnya yang fana ini menuju kehidupan
dengan memberikan dorongan dan yang kekal abadi.
contoh dalam pelaksanaannya,
Beribadah adalah kewajiban
menyiapkan perlengkapan ibadah
yang mutlak harus dikerjakan
yang diperlukan anak-anak
selama manusia mempertahankan
mereka. 24
kemanusiaannya. Tidak taat
Berdasar pada pandangan para kepada perintah-perintah Allah
mufassir tersebut dapatlah bahkan melanggarnya dengan
dipahami bahwa kewajiban mengerjakan hal-hal yang dilarang
beribadah itu ditujukan kepada akan menurunkan derajat manusia
seluruh manusia yang telah ke derajat binatang bahkan lebih
mencapai usia akil baligh, apakah rendah dari binatang, karena
dia mukmin, kafir, munafik atau semua binatang melata di bumi ini
musyrik. Hanya saja perlu bersujud ke hadirat Allah Swt., dan
ditambahkan bagi orang mukmin tidak ada yang bersujud kepada
dikehendaki agar senantiasa tekun selain-Nya.
beribadah, berusaha menambah
Kenyataan historis yang sulit untuk
dan meningkatkannya baik
dibantah bahwa, manusia banyak
kuantitas maupun kualitasnya,
yang lalai dari kewajibannya dan
secara berkelanjutan. Terhadap
berani menyembah selain Allah,

23 24
Al-Zamakhsyarȋ, al-Kasysyȃf, Juz I (Cairo: Syirkah Thanthawȋ Jawharȋ, Tafsir al-Jawahir, Juz I
Maktabah wa Mathba‘ah Mushthafȃ ‘Isȃ’ al-Bȃb (Cet. I; Cairo: Mathba‘ah Mushthafȃ al-Bȃb al-
wa al-Ḥalabȋ wa Awlȃduh, 1962), h. 14. Ḥalabȋ, t. th.), h.31.

28 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

sehingga Allah selalu Rasulullah bagaimana kalau saya


mengingatkan mereka. Untuk mengabarkannya kepada manusia,
itulah kepada setiap umat diutus Nabi menjawab: Janganlah
Rasul yang membawa perintah mengabarkannya sehingga mereka
kewajiban beribadah dan menjadi itu bertawakal.25
tugas para Rasul
Dengan dalil-dalil yang telah
menyampaikannya. Firman Allah
dikemukakan tidak diragukan lagi
dalam QS. al-Nahl (16): 36, “Dan
kewajiban ibadah bagi manusia,
sesungguhnya Kami telah
sebab itu bagi mereka yang tidak
mengutus Rasul pada tiap-tiap
melaksanakannya akan mendapat
umat (untuk menyerukan):
siksaan dan tentunya tidak akan
"Sembahlah Allah (saja), dan
mengecap nikmat keselamatan di
jauhilah Thȃghȗt. . . "
akhirat kelak.
Muhammad saw. sebagai Nabi
Dengan ibadah manusia
dan Rasul terakhir juga ditugaskan
menyatakan kerendahan dan
menyampaikan peringatan
kehinaannya di hadapan
mengenai kewajiban beribadah
kemahakuasaan Khaliknya, tetapi
melalui Al-Qur’an yang dibawanya.
di balik itu menunjukkan
Di samping itu beliau dilengkapi
ketinggian eksistensi manusia
dengan sabda atau hadisnya.
dalam pandangan makhluk
Sehubungan dengan kewajiban
lainnya. Tanpa ibadah, derajat
beribadah ini akan dikemukakan
manusia akan menurun ke derajat
hadits nabi yaitu: Dari Abȗ Isḥȃq
binatang bahkan lebih rendah dari
dari Amer ibn Maymȗn dan Mu‘ȃdz
binatang. Hal ini terjadi mengingat
ibn Jabal r.a. berkata: aku berada
tidak satupun binatang melata di
(duduk) di belakang Nabi Saw. di
atas bumi yang tidak bersujud dan
atas keledai yang diberi nama
taat kepada Allah padahal mereka
Ufair, lalu Nabi bersabda: hai
itu tidak berakal sedangkan
Mu‘ȃdz tahukah engkau hak Allah
manusia dilengkapi dengan akal
terhadap hamba-hamba-Nya dan
untuk membedakan baik buruknya
apa hak hamba terhadap Allah,
sesuatu dan mendapat bimbingan
maka aku menjawab Allah dan
Al-Qur’an sebagai petunjuk
rasul-Nya yang lebih mengetahui.
hidupnya.
Nabi bersabda bahwa sanya hak-
hak Allah terhadap hamba yaitu Dengan sifat dinamisnya,
supaya mereka beribadah kepada- manusia selalu menghendaki
Nya dan tidak mensyarikatkan-Nya kemajuan dan peningkatan dalam
dengan sesuatu, sedangkan hak segala aspek kehidupannya selaras
hamba terhadap Allah yaitu Allah dengan kemajuan zaman.
tidak akan menyiksa bagi siapa Karenanya sungguh tidak tepat
yang tidak mensyarikatkan dengan apabila manusia tidak pula
sesuatu. Mu‘ȃdz berkata hai meningkatkan dan

25
Imȃm Muslim, Ṣaḥȋḥ Muslim bi Syarh al-Kirmȃnȋ,
Juz XI (Cet. I; Cairo: al-Mathba‘ah al-Mishriyyah,
1934), h. 139-140.

29 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

menyempurnakan ibadahnya, mengetahui sejauh mana tingkatan


mengisi aktivitas hidupnya dengan ibadah yang telah dicapai dan
nilai-nilai kualitas ibadah, dan dengan sendirinya menuntut
dengan pernyataan ini mungkin perbaikan dan penyempurnaan di
timbul pertanyaan tentang masa yang akan datang.
bagaimana hakekat kualitas ibadah
Secuil Hikmah Ibadah Haji
itu.
Secara historis ibadah haji
Untuk menjawab pertanyaan
merupakan ritus-ritus Arab kuno
ini perlu kiranya dikemukakan
yang diambil alih dan diberi
tingkatan atau martabat ibadah
muatan spiritual.27 Ritus-ritus
sebagai berikut:
ibadah haji ini dikaitkan dengan
1. Beribadah dengan hanya Nabi Ibrahim as. Asosiasi Ibrahim
mengharapkan pahala dan dengan pemujaan Mekah (Meccan
menghindarkan siksaan Allah Cult) menyebabkan beberapa
serta berpaling dari sarjana Barat berpandangan
kesenangan dan keindahan bahwa haji dalam Islam sungguh
dunia karena sangat berasal dari lingkungan kultur
mengharapkan kehidupan di Yahudi di Semenanjung yang
akhirat yang lebih mulia dan menerapkan gagasan Yahudi
lebih kekal. Tingkatan ibadah tertentu dalam kebiasaan Arab.
inilah yang terendah. Dalam pandangan F. E Peters,
2. Beribadah dengan mencari ibadah haji, kenyataannya adalah
kemuliaan dengan jalan kebiasaan pra-Islam yang memiliki
berkhidmat dan melaksanakan ritual tersendiri. Nabi mengambil
perintah serta menundukkan apa yang dia temukan,
diri sebagai hamba Allah. Inilah menghilangkan beberapa elemen,
tingkat ibadah menengah. membentuk elemen lain dan
3. Beribadah dengan i’tkad mengintegrasikan apa-apa yang
bahwa Allah, Tuhan Yang Maha perlu ke dalam sebuah haji Islam
Mulia, dan dirinya sebagai yang baru dan spesifik.28
hamba yang hina yang tunduk Pandangan Peters ini agaknya lebih
kepada-Nya. Inilah tingkatan bijak dan cukup berhati-hati.
ibadah yang tertinggi, disebut Namun sangat disayangkan dengan
juga dengan ibadah yang terbitnya sebuah buku di Batam,
sempurna.26 2000 berjudul “Upacara Haji.” Di
dalam buku ini disebutkan bahwa
Penampilan kualitas ibadah ini
ibadah haji itu ritual berhala. Buku
dimaksudkan agar orang-orang
ini muncul di saat sebagian umat
yang beribadah senantiasa
mengadakan introspeksi untuk

26 28
K. H. Q. Shaleh et al, Ayat-ayat Hukum (Cet. I; F. E. Peters, Muhammad and the Origins of Islam
Bandung CV. Diponegoro, 1979), h. 36. (Albany: State University of New York Press, 1994),
27
Annemmari Schimmel, Islam: An Introduction h. 248.
(Albany: State University of New York Press, 1992),
h. 37.

30 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

Islam bersiap-siap menuju Mekah tertentu, seperti: Masjid al-Haram,


untuk menunaikan Ibadah Haji. tempat dimana Jemaah dilarang
berperang (QS. al-Baqarah (2):
Ibadah haji adalah rukun Islam
191), dan di dalamnya terdapat
yang kelima dipandang sebagai
Baytullah31 yang Allah perintahkan
kewajiban pribadi (personal
agar disucikan untuk orang-orang
obligation). Ia menjadi simbol
tawaf, orang beribadah, orang
pengabdian Islam yang dominan.29
ruku’ dan sujud (QS. al-Hajj (22):
Dasar pelaksanaan ibadah haji
26), maqam Ibrahim (QS. Ali Imran
antara lain disebutkan dalam
(3): 97), tempat Nabi Ibrahim as
Firman Allah, “Dan berserulah
dan putranya, Ismail membangun
kepada manusia untuk
Ka‘bah. Shafa’ dan Marwah, tempat
mengerjakan haji.” (QS. al-Hajj
mengerjakan Say bagi orang yang
(22); 27). Perintah ibadah haji ini
melaksanakan haji dan umrah (QS.
pertama sekali diterima Nabi
al-Baqarah (2); 158).32 Arafat dan
Ibrahim as. sekitar 3600 tahun
masy’aril haram, yakni Bukit Quzah
yang lalu, setelah beliau dan
di Muzdalifah, tempat Jemaah
putranya Ismail membangun
diperintahkan berzikir (QS. al-
kembali Ka‘bah. 30 Pelaksanaan
Baqarah (2): 198). Mina, tempat
ibadah haji ini terkait dengan
dimana jemaah boleh
tempat tertentu yakni asal agama
meninggalkannya dengan segera
Islam itu sendiri Mekah dan
atau menangguhkan atau
Madinah. secara spesifik Al-Qur’an
mengakhirkannya. (QS. al-Baqarah
menyebutkan tempat-tempat
(2): 203).33 Ibadah haji

29
Richard W. Bullet, Islam: the View from the Edge dalam Timbangan (Bandung: PT. al-Ma’arif, 1982),
(New York: Columbia University Press, 1994), h. h. 101.
32
174. Selengkapnya ayat ini: Sesungguhnya Shafȃ’ dan
30
Yaswirman, “Hajj” dalam M. Quraish Shihab Marwah adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka
(ed.), Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosa Kata, Barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau
Vol. I (Cet. I; Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 270. ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya
31
Baytullah adalah rumah yang mula-mula mengerjakan sa'i antara keduanya. Barangsiapa
dibangun untuk tempat beribadah manusia (QS. Ali yang mengerjakan suatu kebajikan dengan
Imran (3); 96), padanya terdapat tanda-tanda yang kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha
nyata di antaranyaMaqam Ibrahim (QS. Ali Imran Mensyukuri kebaikan lagi Maha mengetahui.
(3); 97). Ka‘bah ini sendiri orisinilnya adalah Syiar-syiar Allah (Sya’airillȃh) adalah tanda-tanda
sebuah kubus sederhana (simple cube) yang pada atau tempat beribadah kepada Allah. Tuhan
waktu itu juga rivalnya terdapat di Sana’a, Yaman, mengungkapkan dengan Perkataan “tidak ada
batu hitam (black stone) di Petra sementara Thaif dosa” (lȃ junȃha) sebab sebahagian sahabat
dan tempat-tempat lainnya mempunyai batu-batu merasa keberatan mengerjakannya sa'i di lokasi
yang berfungsi sebagai berhala. Dari waktu ke itu, karena merupakan bekas tempat berhala, dan
waktu bangunan ini dibangun kembali, diperbaiki, di masa jahiliyahpun tempat itu digunakan sebagai
diberi atap dan pintu, dan dibungkus dengan kulit tempat sa'i. Untuk menghilangkan rasa keberatan
binatang hasil kurban Jemaah haji. Lihat itu Allah menurunkan ayat ini. Allah mensyukuri
selengkapnya dalam Gerald de Graudy, The Rulers hamba-Nya (Syȃkir): memberi pahala terhadap
Of Mecca (New York: Dorset Press, 1991), h. 36. amal-amal hamba-Nya, mema'afkan kesalahannya,
Ka‘bah adalah rumah ibadah tertua di dunia menambah nikmat-Nya dan sebagainya.
33
asalnya didirikan oleh Adam as kemudian Selengkapnya ayat ini berbunyi: 203. Dan
diperbaharui oleh Ibrahim as. ia masih lebih tua berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam
dari tempat ibadah Jersusalem yang dibangun oleh beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang
Nabi Sulaiman as. Lihat Ahmad Syalabi, Islam ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua

31 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

dilaksanakan pada beberapa bulan benda ini berarti wajah seseorang


tertentu (QS. al-Baqarah (2) 197). akan semakin jelas.
Bulan-bulan dimaksud adalah:
Aturan-aturan yang terkait
Syawal, Zulqaidah, dan Zulhijjah.
dengan larangan, pelarangan dan
Aktivitas haji yang terekam dendanya dalam ibadah haji antara
dalam Al-Qur’an, antara lain: lain adalah tidak melakukan rafaz
melakukan thawaf (mengeluarkan perkataan yang
(circumambulation) dengan menimbulkan birahi atau
berjalan mengelilingi Ka‘bah bersetubuh), fusȗq (berbuat fasiq),
sebanyak tujuh kali, melakukan sa’i dan jidȃl (berbantah-bantahan),
dengan berlari kecil tujuh kali (QS. al-Baqarah (2): 197). Orang
antara Shafȃ’ dan Marwah. Wukuf yang akan menunaikan ibadah haji
di Arafah, mencukur rambut bagi diperintahkan untuk berbekal
jemaah laki-laki dan memotong dengan bekal takwa (QS. al-
rambut bagi jemah wanita (QS. al- Baqarah (2): 197), dalam
Baqarah (2): 196). Menyembelih pengertian memiliki pertahanan
binatang korban (QS. al-Baqarah yang cukup memadai agar dapat
(2): 196. Dalam thawaf, jemaah memelihara diri dari perbuatan
bergerak dan berjalan memutari hina atau meminta-minta selama
Ka‘bah berlawanan dengan arah dalam perjalanan haji. Dilarang
jarum jam. Arah gerakan ini memerangi orang kafir di Masjid al-
ternyata bagian dari sunnatullah, Haram kecuali kalau mereka
sesuai dengan gerak benda-benda menyerang orang Islam (QS. al-
angkasa yang berputar pada Baqarah (2): 191).34 Seorang
porosnya. Dalam thawaf sebagian jemaah yang mengerjakan umrah
jemaah mendekati, merapatkan sebelum haji di dalam bulan haji
diri, dan bahkan mencium hajar wajib menyembelih qurban. Kalau
aswad. Sebuah penelitian telah dia tidak menemukan binatang
dilakukan terhadap serpihan hajar qurban atau tidak mampu
aswad, hasilnya adalah benda ini membelinya maka wajib berpuasa
dapat merekam atau memotret tiga hari dalam masa haji atau tujuh
jemaah dalam jarak tertentu. hari setelah kembali ke negaranya
Dengan semakin mendekat ke (QS. al-Baqarah (20; 196). Kalau
seorang jemaah meninggalkan

hari, Maka tiada dosa baginya. dan Barangsiapa hari tasy'rȋq, mereka boleh juga meninggalkan
yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari Mina pada sore hari kedua.
34
dua hari itu), Maka tidak ada dosa pula baginya, Pada ayat-ayat berikutnya, khususnya 192 - 194
bagi orang yang bertakwa. dan bertakwalah memberi isyarat kalau musuh telah menghentikan
kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan serangannya maka tidak ada permusuham lagi,
dikumpulkan kepada-Nya. Maksud zikir di sini ialah dan perang yang dilakukan dimaksudkan untuk
membaca takbir, tasbih, tahmid, talbiah dan menghilangkan fitnah. Meskipun dalan Bulan
sebagainya. beberapa hari yang berbilang ialah Haram tidak diperbolehkan orang berperang, akan
tiga hari sesudah hari raya haji yaitu tanggal 11, tetapi kalau diserang maka dilakukan serangan
12, dan 13 bulan Zulhijjah. hari-hari itu dinamakan balik yang seimbang atas dasar hukum qisas.
hari-hari tasy'rȋq. Sebaiknya orang haji Bulan-bulan Haram (ḥurumȃt) yaitu: Zulqa’idah,
meninggalkan Mina pada sore hari terakhir dari Zulhijjah, Muḥarram, dan Rajab).

32 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

salah satu wajib haji atau concern keduniaan dan keegoan


melanggar hal-hal yang terlarang, untuk menyatu dengan Tuhan yang
maka dia didenda dengan akan berbekas dalam sisa-sisa
menyembelih binatang qurban (QS. hidup jemaah.35 Lebih dari itu, haji
al-Baarah (2): 196). adalah pengalaman menjadi
semakin dekat kepada Tuhan
Jemaah haji juga diperintahkan
sehingga jemaah haji merasakan
untuk banyak berzikir dengan
bahwa semua halangan antara dia
menyebut-nyebut nama Allah (QS.
dan Tuhannya telah dihilangkan
al-Baqarah (2): 198), dan
dan tidak ada lagi yang menjadi
memohon ampun kepada-Nya (QS.
penghalang antara dia dengan
al-Baqarah (20: 199). Setelah
Tuhan. Dia merasakan kehadiran
berzikir jemaah haji juga
Tuhan dalam kehidupannya.36
dianjurkan banyak berdoa. Doa
yang dianggap paling baik adalah: Menurut Akbar S. Ahmed,
“Ya Tuhan kami, berilah kami ritual Islam ini menekankan
kebaikan di dunia dan kebaikan di persatuan di antara komunitas
akhirat, dan peliharalah kami dari Muslim, ukhuwah islamiyah,
siksaan neraka.” (QS. al-Baqarah umma; filosofinya mengedepankan
(2): 201). Zikir ini tetap perdamaian dan keselamatan.37 Ini
diperintahkan setelah disebabkan perbedaan dalam hal
menyelesaikan ibadah haji (QS. al- klas, ras, dan gender, usia dan asa-
Baqarah (2): 200), khususnya muasal telah hilang, dan egoisme
dalam beberapa hari yang terbilang telah mencair dalam lautan
“ayyȃmin ma‘dȗdȃt” (QS. al- kemanusiaan. Sikap
Baqarah (2): 203). Zikir yang mementingkan diri sendiri
dimaksudkan di sini adalah (selfishness) menguap dengan
membaca takbir, tahmid, talbiyah mencontoh Nabi Ibrahim as. dalam
dan sebagainya, sedangkan kepasrahan dan penyerahan diri
beberapa hari yang terbilang ialah sepenuhnya kepada Tuhan. Dengan
tiga hari sesudah hari raya haji menemukan kembali cinta kepada
yaitu 11, 12, dan 13 Zulhijjah yang Tuhan jemaah haji dapat
disebut hari-hari tasyrȋq. membebaskan diri mereka dari
instink insani.38 Dalam
Ibadah haji mengandung
Ensiklopedia of Islam, khususnya
hikmah-hikmah dan tujuan-tujuan
dalam entry “ḥajj” disebutkan
tertentu. Haji antara lain
bahwa ibadah haji membantu
mengajarkan bahwa Tuhan
dalam menciptakan percampuran
Penyayang dan Adil kepada
para elit Muslim sedunia dan
manusia yang menaati-Nya. Tujuan
membentuk persahabatan.
spiritual adalah menghilangkan

35 37
Thomas W. Lippman, Understanding Islam: An Akbar S. Ahmed, Discovering Islam: Making
Introduction to Islamic World (New York: A Sense of Muslim History and Society (London and
Meridian Book, 1995), h. 22. New York: Routledge, 1988), h. 17.
36 38
Afzalur Rahman, Islam: Ideology and The Way of Robert D. Lee, Overcoming Tradition and
Life (Kuala Lumpur: A. S. Noordeen, t. th.), h. 145. Modernity: The Search for Islamic Authenticity
(Colorado: Westview Press, 1997), h. 135.

33 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

Singkatnya, solidaritas dan dengan kata-kata. Orang melihat


kesatuan kultur islami sebagian dirinya sebagai suatu anggota
besarnya dibentuk oleh ibadah dalam sebuah pergulatan besar
haji.39 dari seluruh dunia pada
kesempatan suci di tanah suci,
Haji memiliki manfaat
untuk bersama-sama dengan
ekonomi, sosial dan politik. Secara
segala kekhusyukan
ekonomi, haji bermanfaat bagi
mengagungkan Allah. Hal ini
pedagang perorangan dan
dinilainya menumbuhkan kesan
terhadap semua jemaah haji yang
dalam jiwa tentang agungnya
lain menyiapkan kebutuhan-
idealisme Islam yakni terbukanya
kebutuhan individu dan
kesempatan baik bersama-sama
kepentingan ekonomi di seluruh
masuk dalam kancah latihan
dunia Islam, merupakan
kerohanian yang dianugerahkan
pengalaman praktis terhadap
Allah swt. kepada alam
kesetaraan universalitas yang tidak
kemanusiaan.
terbandingkan. Secara sosial, haji
merupakan suatu pengalaman Menurutnya, dengan
praktis dalam mengenal dan menziarahi tempat kelahiran
berinteraksi antara jemaah dengan Islam, bekas-bekas perjuangan
berbagai latar belakang sosial dari Rasulullah saw. akan
seluruh dunia Islam. Secara politik, membangkitkan kesan dalam hati
semua Muslim berkumpul bersama sanubari atas pengorbanan beliau
pada satu pusat yaitu Mekah. dalam mengajak manusia yang
Mereka dapat mendiskusikan tersesat ke jalan Allah. Di samping
subjek mutakhir, dan dapat itu, yang lebih penting lagi ialah
memformulasi secara umum, pembuktian persatuan kaum
sebuah kebijakan yang harus muslimin. Ibadah haji itulah yang
diikuti semua wakil Islam di mempersatukan kekuatan umat
Perserikatan Bangsa-bangsa, dan Islam yang bercerai-berai dan
Dewan Keamanan.40 memberinya corak persaudaraan
dan semangat kerja sama.
Rahasia dan hikmah ibadah
Persatuan ini sejatinya dibawa
haji juga dapat diketahui melalui
pulang dan tetap diwujudkan
pengalaman seseorang. Lady
dalam kehidupan beragama,
Evelin Zainab Cabbold wanita
bermasyarakat dan bernegara.
terkemuka berkebangsaan Inggris,
sangat terkesan dengan ibadah haji Sehubungan dengan hal
dan itulah yang mendorongnya tersebut, Muḥammad Mushthafȃ
memilih Islam. Dia menilai bahwa Athȃ’ menulis: pada ibadah haji
ibadah haji suatu peribadatan yang kaum muslimin berkumpul pada
tidak bisa dijelaskan pengaruhnya suatu tempat, melaksanakan syiar

39 40
Michael N. Pearson, Pilgrimage to Mecca: The Disarikan dari Afȋf A. Tabbȃrah, The Spirit of
Indian Experience 1500-1800 (Princeton: Markus Islam: Doctrines and Teachings (The 3rd revised
Weener Publishers, 1995), h. 63. Edition; Beirȗt Dȃr El ‘Ilm li al-Malȃyȋn, 1993), h.
143-45.

34 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

agama. Mereka seluruhnya haji diwarisi dari Nabi Ibrahim as


melaksanakan suatu macam sebagai, sebagai ikon monoteisme
perbuatan pada suatu waktu maka tuduhan Ibadah Haji sebagai
dengan hati dan jiwa yang khusyu’. praktek paganisme, terbantahkan.
Mereka melupakan iri hati dan
Haji merupakan ibadah yang paling
silang sengketa pada masa silam,
banyak nilai filosofis atau
hanya semata mengingat Allah.
hikmahnya. Nilai filosofis ini dapat
Setelah pulang ke negaranya
dicermati dalam tiga hal: 1. Kitab
mereka menceritakan pengalaman
suci Al-Qur’an dan Hadits. Nilai
yang diperoleh di tanah suci.
filosofis ada yang disebutkan
Dengan bertemu dengan sesama
secara tekstual dalam ayat dan
saudara Muslim hatinya
hadits, dan ada yang dipahami dari
bertambah gembira. Imannya juga
hasil penafsiran. 2. Hasil penelitian.
bertambah teguh, sehingga tidak
Hikmah ibadah haji dengan segala
mudah digoyahkan oleh fitnah,
ornamennya sebagiannya sudah
bujukan dan rayuan yang dapat
terungkap melalui penelitian, baik
memalingkan dari Islam. Ada
teknik pelaksanaannya maupun
akhirnya dia mengajukan
tempat-tempat dan instrumen
pertanyaan: tidakkah ibadah yang
yang terkait dengan ibadah haji.
demikian itu merupakan media
Penelitian yang telah dilakukan
dakwah dalam membina kesatuan
misalnya Ka‘bah, Hajar Aswad, dan
umat.
Air Zam-zam. Kondisi Ka‘bah
Penutup dengan segala keistimewaannya
justru diketahui melalui
Ibadah dalam Islam sangat
pengamatan austronaut dan
istimewa secara skriptual dan
kosmonout di luar angkasa. 3.
praktis. Konsep ibadah Islam tegas
Pengalaman praktis individu
dan jelas karena berbasis kitab suci
Jemaah haji. Jemaah haji dari
dan praktek kehidupan Rasulullah
berbagai belahan dunia, secara
saw. Tegasnya konsep ibadah ini
individual biasanya menceritakan
karena bertolak dari konsep
pengalaman pribadi yang dialami
ketuhanan yang sangat tegas.
sewaktu menunaikan ibadah haji.
Ibadah haji sangat kuat posisinya
Pengalaman ini cenderung berbeda
karena dilandasi dengan ayat-ayat
antara seorang jemaah dengan
Al-Qur’an dan Hadits Nabi
jemaah lainnya, karena terkait
Muhammad saw. Selain itu
dengan tingkat keyakinan,
diperkuat dengan fakta historis,
keikhlasan, dan responnya dalam
seperti terlihat dalam
pelaksanaan ibadah haji.
pembangunan Ka‘bah, dimulai di
masa Nabi Adam as kemudian Daftar Pustaka
dibangun kembali di masa Nabi
1. Referensi Cetak
Ibrahim as. Perintah berhaji turun
setelah pembangunan Ka‘bah yang Ahmed, Akbar S. Discovring Islam:
dilakukan oleh Nabi Ibrahim as dan Making Sense of Muslim
putranya Ismail. Mengingat ibadah History and Society. London

35 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

and New York: Routledge, Lee, Robert D. Overcoming


1988. Tradition and Modernity: The
Search for Islamic Authenticity.
Asad, Muhammad. The Message of
Colorado: Westview Press,
the Qur’an. Gibraltar: Dar al-
1997.
Andalus, 1980.
Lippman, Thomas W.
Atha’. Muhammad Musthafa.
Understanding Islam: An
Da‘watu Tahrȋriyyah al-Kubrȃ’,
Introduction to Islamic World.
Terj. Asywadie Syukur. Cet. I;
New York: A Meridian Book,
Surabaya: P. T. Bina Ilmu, 1982.
1995.
al-Bȃqȋ. Muḥammad Fu’ȃd ‘Abd. al-
Mughniyah, Muḥammad Jawwȃd.
Mu‘jam al-Mufahras li al-Fȃzh
Ushȗl Fiqhi fȋ Tsaubih al-Jadȋd.
al-Qur’ȃn al-Karȋm. Cairo: Dȃr
Cet. I; Beirȗt: Dȃr al-‘imi li al-
al-Mathla‘ al-Sya‘bȋ, t. th.
Malȃyȋn, 1975.
Bullet, Richard W. Islam: the View
Muslim, Imȃm. Ṣaḥȋḥ Muslim bi
from the Edge. New York:
Syarh al-Kirmȃnȋ. Juz XI. Cet. I;
Columbia University Press,
Cairo: al-Mathba‘ah al-
1994.
Mishriyyah, 1934.
Graudy, Gerald de. The Rulers of
al-Naysȃbȗrȋ, Ḥusayn al-Qamȃ’.
Mecca. New York: Dorset Press,
Gharȃ’ib al-Qur’ȃn wa Raghȃ’ib
1991.
al-Furqȃn. Juz XXVI. Cet. I;
Hanafie, A. Ushul Fiqhi. Cet. IV; Cairo: Syirkah Maktabah wa
Jakarta: Wijaya, 1965. Mathba‘ah Mushthafȃ Isȃ’ al-
Bȃb al-Ḥalabȋ wa Awlȃduh,
Ḥaqqȋ, Al-Syaikh Ismȃ‘ȋl. Tafsȋr Rȗḥ
1962.
al-Bayȃn. Juz II. Cairo: Dȃr al-
Fikr al-‘Arabȋ, t. th. Pearson, Michael N. Pilgrimage to
Mecca: The Indian Experience
al-Jamȃl, Muḥammad ‘Abd al-
1500-1800. Princeton: Markus
Mun‘im. Tafsȋr al-Fȃrid li al-
Weener Publishers, 1995.
Qur’ȃn al-Karȋm, Juz II, Cairo:
Dȃr al-Kitȃb al-Jadȋd, 1970. Peters, F. E. Muhammad and the
Origins of Islam. Albany: State
Jawharȋ. Thanthawȋ. Tafsȋr al-
University of New York Press,
Jawȃhir. Juz I. Cet. I; Cairo:
1994.
Mathba‘ah Mushthafȃ al-Bȃb
al-Ḥalabȋ, t. th. al-Qȃsimȋ, Jamȃl al-Dȋn. Maḥȃsin al-
Ta’wȋl. Juz II. Cairo: Dȃr Iḥyȃ’
Kementerian Agama RI. Al-
al-Kutub al-‘Arabiyyah, 1954.
Qur’anul Karim: Terjemah dan
Tajwid. Jakarta: Yayasan al-Qurthubȋ, Abȗ ‘Abdillȃh. al-
Penyelenggara Jȃmi‘u li Aḥkȃm al-Qur’ȃn. Juz
Penerjemah/Penafsir Al- XXVII. Cairo: Dȃr al-Kutub al-
Qur’an, 2014. ‘Arabiyyah li al-Thaba‘ah wa
al-Nasyr, 1967.

36 | H a l a m a n
Jurnal Kajian Haji, Umrah dan Keislaman
Vol. 1, No. 1, Juli, 2020

Rabȋthah Ȃlam Islȃmȋ, Limȃdzȃ Kosa Kata. Vol. I. Cet. I; Jakarta:


Aslamnȃ? Terj. Bakhtiar Lentera Hati, 2007.
Affandy. Cet. Ke 4; Bandung: P.
Al-Zamakhsyarȋ. al-Kasysyȃf. Juz I.
T. al-Ma‘arif, 1983.
Cairo: Syirkah Maktabah wa
Rahman, Afzalur. Islam: Ideology Mathba‘ah Mushthafȃ ‘Isȃ’ al-
and The Way of Life. Kuala Bȃb wa al-Ḥalabȋ wa Awlȃduh,
Lumpur: A. S. Noordeen, t. th. 1962.
al-Rȃzȋ, Fakhr al-Dȋn. Tafsȋr al- al-Zuhaylȋ, Wahbah. al-Tafsȋr al-
Kabȋr. Juz XXVIII. Cet. II; Munȋr fi al-‘Aqȋdah wa al-
Teheran: Dȃr al-Kutub al- Syarȋ‘ah wa al-Manhaj. Juz V
Islȃmiyyah, t. th. dan VI, Terj. Jakarta: Gema
Insani, 2016.
Schimmel, Annemmari. Islam: An
Introduction. Albany: State 2. Referensi Online
University of New York Press,
Kementrian Agama, Saudi Arabia,
1992.
al-Tafsȋr al-Muyassar,
Shaleh, K. H. Q. Ayat-ayat Hukum. https://tafsirweb.com/5090-
Cet. I; Bandung CV. quran-surat-maryam-ayat-
Diponegoro, 1979. 44.html (25 Agustus 2020).
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al- Rita Wahyu, Seminar on “The Lost
Mishbah: Pesan, Kesan, dan Years of Jesus,”
Keserasian Al-Qur’an. Vol. 2. https://www.youtube.com/re
Jakarta: Penerbit Lentera Hati, sults?search_query=rita+wahy
2000. u+the+lost+years+of+jesus
(25 Agustus 2020).
Syalabi, Ahmad. Islam dalam
Timbangan. Bandung: PT. al- http://www.sarapanpagi.org/ibad
Ma’arif, 1982. ah-haji-dan-nubuwat-
perubahan-kiblat-dalam-
Tabbȃrah, Afȋf A. The Spirit of
alkitab-vt3501.html (25
Islam: Doctrines and
Agustus 2020).
Teachings. The 3rd revised
Edition: Beirȗt Dȃr El ‘Ilm li al-
Malȃyȋn, 1993.
al-Thabarȋ. Abȗ Ja‘far ibn Jarȋr.
Jȃmi‘ al-Bayȃn an Ta’wȋl Ȃy al-
Qur’ȃn. Juz XXVI. Cairo:
Maktabah wa Mathba‘ah
Mushthafȃ ‘Isȃ al-Bȃb al-Halabȋ
wa Awlȃduh, t. th.
Yaswirman, “Hajj” dalam M.
Quraish Shihab (ed.),
Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian

37 | H a l a m a n

Anda mungkin juga menyukai