PENDAHULUAN
satu wujud pencapaian sesuai Pasal 33 UUD 1945 yang menjelaskan bahwa pada
dasarnya bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dimiliki oleh desa. Namun saat itu dasar pelaksanaan dari pengakuan tersebut baru
tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, yang
Menteri Desa No. 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan,
1
dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut Permendesa No. 4
Desa;
pihak ketiga;
Pola ekonomi yang berlaku di Indonesia saat ini memiliki 3 pola ekonomi,
yaitu:
a) Persero
b) Perum
a) Persero
2
a) Persero
Bagan 1.
Pola kegiatan ekonomi yang berlaku di Indonesia saat ini
Negara
Indonesia
Memiliki Pola
Ekonomi
BUMN, Persero
Memiliki kegiatan
usaha: Perum
BUMD,
Persero
Memiliki kegiatan
usaha:
Perum
BUMDes, Persero
Memiliki kegiatan
usaha: Lembaga
Keuangan Mikro
(LKM)
kurangnya peraturan
mengenai status
hukumnya
3
Dengan adanya pola ekonomi yang ada di Indonesia tersebut tentunya
dalam aspek sumber daya alam maupun dalam hal kesejahteraan masyarakat desa.
Namun dalam hal tersebut dengan lahirnya BUMDes tersebut masih dianggap
hukum pendirian BUMDes yang sejatinya harus memiliki status badan hukum
guna kelancaran berjalannya kegiatan usaha dari BUMDes itu sendiri. Status
badan hukum dalam hal tersebut hanya dimiliki oleh kegiatan usahanya, yaitu
BUMDes itu sendiri tidak memiliki status badan hukum. Hal tersebut berbeda
mengatur bahwa badan usaha tersebut memiliki status badan hukum. Dengan
aspek sumber daya alam maupun dalam hal kesejahteraan masyarakat desa.
Namun dalam hal tersebut dengan lahirnya BUMDes tersebut masih dianggap
kelancaran berjalannya kegiatan usaha dari BUMDes itu sendiri. Status badan
hukum dalam hal tersebut hanya dimiliki oleh kegiatan usahanya, yaitu Persero
dan Lembaga Keuangan Mikro (selanjutnya disebut LKM). Namun BUMDes itu
sendiri tidak memiliki status badan hukum. Hal tersebut berbeda dengan BUMN
4
Berangkat dari sejarah mengenai BUMN yang telah ada sejak tahun 1960
yang dikenal dengan Perusahaan Negara ini tentunya memiliki peran yang cukup
mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama, yaitu tujuan yang bersifat ekonomi
dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN
diamanatkan dalam pasal 33 UUD NRI Tahun 1945, seyogyanya dikuasai oleh
BUMN.
karena didasarkan pada keinginan agar sistem perekonomian lebih kokoh dan bisa
1
Gunawan Nachrawi, Role of BUMN In Increasing People’s Welfare, Awang Long Law
Review, Vol. 1, No.1, 2018, hlm. 29.
2
Muchayat, Badan Usaha Milik Negara: Retrorika, Dinamika dan Realita (Menuju
BUMN yang Berdaya Saing), PT. Gagas Bisnis, Jakarta, 2010, hlm. 15.
5
Dalam tingkat daerah, adanya Badan Usaha Milik Daerah (selanjutnya
disebut BUMD) yang memiliki tugas dan kewajiban yang tidak berbeda dengan
BUMN di tingkat pusat tersebut. BUMD yang dapat mendirikan Persero dan
kewajibannya.
Berangkat dari sejarah BUMD yang berdiri sejak tahun 1962 ini yang
Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah. Dengan adanya upaya dari Pemerintah
diterbitkannya Peraturan Dalam Negeri No. 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum
Badan Usaha Milik Daerah. Istilah BUMD tersebut dikenal setelah diterbitkannya
Permendagri No. 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum BUMD yang kemudian
tujuannya adalah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah (PAD). Otonomi
daerah memberikan peranan yang besar bagi BUMD dalam menopang pendapatan
6
sebagai lembaga bisnis yang professional, mandiri dan dapat berkiprah
serta memenuhi tuntutan bisnis domestik dan global. 3
tujuannya adalah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah (PAD). Otonomi
daerah memberikan peranan yang besar bagi BUMD dalam menopang pendapatan
ekonomi, tidak anya sektor politik. Maka diperlukan landasan hukum yang
tangguh yang dapat menjadi pijakan atau pedoman agar BUMD berperan sebagai
lembaga bisnis yang professional, mandiri dan dapat berkiprah serta memenuhi
tersebut terlihat adanya peraturan yang masih minim. Tidak sama seperti BUMN
dan BUMD yang memiliki status badan hukum beserta dengan kegiatan usahanya
yaitu Persero dan Perum, BUMDes dalam hal tersebut tidak memiliki status badan
hukum. Dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
BUMN memiliki status badan hukum yaitu dalam Pasal 1 angka 9 yang
3
Anwar M. Arsyad, Prospek Ekonomi Indonesia dan Sumber Pembiayaan
Pembangunan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, hlm. 50.
4
Ibid.
5
Coristya Berlian Ramadana, dkk, Keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
sebagai Penguatan Ekonomi Desa, Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. I, No. 6, 2013, hlm.
1069.
7
menjelaskan bahwa “direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas
pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN
tersebut terlihat bahwa unsur dari suatu badan usaha memiliki perkumpulan serta
dapat melakukan perbuatan hukum yang mewakili badan usaha tersebut telah
terpenuhi. Hal tersebut tidak sama dengan halnya BUMDes. Sesuai dengan
perolehan status badan hukumnya baik dalam hal BUMDes dapat melakukan
perbuatan hukum tersebut. Status badan hukum tersebut dimiliki hanya dalam
kegiatan usahanya saja, yaitu Persero dan LKM. Dalam Pasal 213 ayat (1)
mengenai desa dapat mendirikan badan usaha milik desa. Dengan adanya
menjelaskan secara konkrit mengenai status badan usaha dari BUMDes tersebut.
Hal ini mengingat bahwa pentingnya suatu badan usaha memperoleh status badan
hukum yaitu dalam hal apabila suatu badan usaha tersebut memiliki status badan
hukum yang berupa badan hukum ini mempunyai wewenang untuk memiliki hak-
hak subjektif dan dapat melakukan perbuatan hukum. Badan hukum ditentukan
hukum juga dapat melakukan perbuatan hukum yang dapat dilakukan oleh
anggota yang ditunjuk oleh mereka yang bekerja sama membentuk badan hukum
8
tersebut.6 Karena bentuk badan hukum adalah sebagai badan atau lembaga, maka
pengurus-pengurusnya.
implikasi kepada kegiatan usaha dari BUMDes tersebut. Hal tersebut dapat kita
lihat dalam Pasal 139 PP No. 43 Tahun 2013 yang menjelaskan bahwa “kerugian
perseorangan yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Desa”. Hal tersebut
mengacu pada unsur badan hukum yang memiliki perkumpulan suatu orang,
namun dalam pasal tersebut terdapat unsur perseorangan serta tidak menjelaskan
Semua utang perkumpulan itu hanya dapat dilunasi dengan harta benda
perkumpulan”.
6
Sri Harini Dwiyatmi, Pengantar Hukum Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2006, hlm.
46.
9
1.3. Tujuan Penelitian
1. Dari segi teoritis adalah untuk memperjelas badan hukum BUMDes yang
hukumnya.
yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah- kaidah atau
1. Pendekatan
a) Pendekatan Perundang-undangan
7
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif, Banyumedia
Publishing, Malang, 2006, hlm. 45.
8
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, hlm. 60.
10
Dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi
b) Pendekatan Konseptual
2. Bahan Hukum11
Milik Negara
Daerah
Desa
9
Ibid., hlm.133.
10
Ibid., hlm. 136.
11
Ibid., hlm. 181.
11
6) Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang
BUMDes
a) Unit amatan
Desa
BUMDes
b) Unit Analisa
12