Anda di halaman 1dari 27

7

DESTILASI 8

1. Pengertian
Destilasi adalah pemisahan suatu zat/ komponen kimia dari
suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didih atau
perbedaan volalitas komponen dalam campuran melalui
perubahan fasa komponen dari cair menjadi gas dan cair
kembali

2. Dasar Pemisahan
Adanya perbedaan titik didih atau perbedaan volalitas di antara
komponen dalam campuran.
3. Prinsip Destilasi
Campuran berupa larutan didihkan menjadi fasa gas (uap)
pada temperatur sesuai dengan titik didih dari komponen yang
titik didihnya terendah, kemudian uap yang dihasilkan
dikondensasikan menjadi fasa cair kembali.
4. Jenis-jenis Distilasi 9

DESTILASI

Bertingkat/
Sederhana Fraksinasi/
Rektifikasi

Di Bawah
Pada Tekanan
Tekanan Uap
Atmosfir
Atmosfir (Vakum)
10
a) Destilasi sederhana
Distilasi dimana uap yang dihasilkan selama pendidihan
setelah berubah menjadi kondensat tidak ada yang kembali ke
campuran awal.

• Perubahan fasa komponen C-G-C

1) Destilasi Pada tekanan atmosfir


• Proses destilasi berlangsung pada tekanan 1 atm
• Cocok digunakan untuk memisahkan dua
komponen atau lebih yang:
➢ mempunyai perbedaan titik didih relatif besar.
➢ komponen stabil pada suhu didihnya
11
Untuk mencegah terjadinya superheating pada cairan
(berhubungan dengan tidak adanya sedikit gelembung udara dan
untuk mencegah terjadinya ledakan dapat dilakukan dengan
beberapa cara :

• Labu didih dipanaskan secara seragam, misalnya dengan


menggunakan mantel pemanas listrik atau lebih baik dengan
memasukkan labu didih dalam waterbath yang suhunya di
atas titik didih cairan yang didistilasi.

• Sebelum pemanasan dimulai, masukkan sumber gelembung


udara misalnya, porselin, teflon, potongan kawat platina.

• Cairan dalam labu didih diaduk (stirrer) secara mekanik.


Cara ini khusus jika terdapat suspensi material tidak larut
2) Destilasi di bawah tekanan atmosfir (vakum) 12

• Proses destilasi berlangsung pada tekanan kurang dari 1


(satu) atmosfir.
• Titik didih komponen menjadi lebih rendah
daripada titik didih normalnya
• Akibatnya distilasi dapat berlangsung pada suhu
lebih rendah daripada titik didih normalnya.
• Digunakan/menguntungkan digunakan untuk
memisahkan komponen yang:
➢ Titik didihnya tinggi
➢ Tidak stabil pada titik didih normalnya
13
3) Destilasi uap

• Pemanasan campuran yang dipisahkan menggunakan


uap panas (biasanya uap air).
• Penambahan uap ke dalam campuran memperbesar
atau menambah tekanan uap komponen sehingga
campuran mendidih pada suhu yang lebih rendah.
• Digunakan/menguntungkan digunakan untuk
memisahkan komponen yang:
➢ Titik didihnya tinggi
➢ Tidak stabil pada titik didih normalnya
b) Destilasi bertingkat 14

Destilasi dimana selama proses berlangsung terdapat


kondensat yang kembali ke campuran awal, sehingga
perubahan fasanya berlangsung secara berulang-ulang.
15
• Destillasi fraksinasi melibatkan dua siklus penguapan –
kondensasi atau lebih yang mempengaruhi pemisahan

• Proses perubahan fasa komponen terjadi secara


berulang : C-G-C-G-C-G-C- dst

• Proses ini terjadi pada alat yang disebut:


kolom fraksinasi

• Menguntungkan jika digunakan untuk


memisahkan komponen yang perbedaan titik
didihnya relatif kecil
5. Teori Dasar Destilasi 16

A. Kesetimbangan Fase – Sistem Satu Komponen


CAIR GAS (Penguapan dan Kondensasi)
Tekanan udara/atmosfir, Patm

Gas Tekanan uap, P

Cair

• Untuk suatu cairan, molekul-molekul dalam cairan


bergerak secara kontinu
• Sebagian kecil dari moleku-molekul tersebut mencapai
energi kinetik yang cukup untuk meninggalkan fasa
cairan
• Gerakan molekul-molekul gas/uap meninggalkan fasa
cair menghasilkan tekanan yang disebut tekanan uap
(P), yang melawan tekanan atmosfir/udara di atas cairan
• Besarnya tekanan uap bergantung pada jumlah 17

molekul gas/uap yang meninggalkan cairan, semakin


banyak molekul gas/uap semakin besar tekanan uap
• Jika diberikan energi dalam bentuk panas yang cukup
ke dalam cairan maka pada suatu saat tekanan uap
cairan menjadi sama dengan tekanan udara (di atas
cairan), pada saat tersebut cairan mulai mendidih

P < Patm P ≥ Patm

Temperatur ketika P = Patm disebut TITIK DIDIH


Atau titik didih adalah temperatur dimana tekanan
uap cairan sama dengan tekanan udara disekitar
cairan (tekanan udara luar)
18
Hubungan antara suhu dan volalitas dengan jumlah
molekul uap/gas dan titik didih

CAIRAN

Suhu Volalitas

Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Jumlah uap Jumlah uap Jumlah uap Jumlah uap


banyak sedikit banyak Sedikit

Tekanan uap Tekanan uap Tekanan uap Tekanan uap


besar kecil besar kecil

Titik didih Titik didih


rendah tinggi
19
B. Hubungan komposisi zat dalam campuran dengan
tekanan uap

• Dua cairan/pelarut A dan B yang masing-masing


mempunyai tekanan uap pelarut murni PoA dan PoB
dicampur maka akan dihasilkan tekanan uap larutan
campuran :

PT = PA + PB
PT = tekanan uap total (campuran)
PA & PB = tekanan uap parsial cairan A dan B

Menurut Raoult : P = PoX


Po = tekanan uap pelarut murni X = fraksi mol

PT = PoAXA + PoBXB
Kurva komposisi (fraksi mol) vs tekanan uap total (PT) 20

500 500
= Phep (=X)
P 400 PT 400
(torr) 300 PHek 300 = Phek (=Y)
200 200
PHep = PT (= X + Y)
100 100

0 0,5 1 Heptana
1 0,5 0 Heksana
Fraksi mol
Hubungan antara komposisi campuran dengan tekanan uap
campuran dapat dijelaskan dengan contoh campuran heksana
dengan tekanan uap pelarut murni 410 torr dan heptana dengan
tekanan uap pelarut murni 141 torr pada 50o C seseuai gambar
di atas.

Simpulan :
• Semakin besar fraksi mol cairan yang volalitasnya lebih rendah
semakin kecil tekanan uap total campuran, dan sebaliknya.
21
C. Hubungan komposisi dengan titik didih
Contoh : Campuran heksana + heptana
1400
1200
P 1000 90o C
80oC
(torr) 800 70o C 800
600 600
400 400
200 200

0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 Heptana


Fraksi mol

Simpulan :
• Semakin besar fraksi mol zat yang volalitasnya lebih endah
(sukar menguap) semakin besar titik didihnya
Atau
• Semakin besar fraksi mol zat yang volalitasnya lebih tinggi
(mudah menguap) semakin kecil titik didihnya.
22
D. Perubahan komposisi pada perubahan fasa pada
distilasi sederhana

Cair Gas Cair


X0A Y0A X1A X = fasa cair
X0B Y0B X1B Y = fasa gas/uap

Komposisi fasa uap :


PA PoAXA
Y0A = X1A = x 100 % = x 100 %
PT PT

PB PoBXB
Y0B = X1B = x 100 % = x 100 %
PT PT
23
Contoh :

Hitunglah komposisi uap atau cairan hasil kondensasi uap


pada titik didihnya (80o C) jika dalam kesetimbangan fase
tersebut cairan awal (sebelum diuapkan) mengandung
46 mol % heptana dengan tekanan uap cairan murni
419,6 torr dan 54 % heksana dengan tekanan uap cairan
murni 1050 torr.

• PoHek/PoHep disebut volalitas relatif heksana terhadap


heptana ()

• PoHek > PoHep = Volalitas heksana > volalitas heptana


Bandingkan komposisi XHek/XHep dengan YHek/YHep
Simpulan : 24

1. Jika suatu campuran mengandung dua jenis cairan yang


tekanan uap murninya (volalitasnya) berbeda mengalami
penguapan maka komposisi zat dalam fasa cair berbeda
dengan fasa uap/gas (terjadi pemisahan)
Misal jika dalam cairan campuran terdapat cairan A dengan PoA
dan cairan B dengan PoB dimana PoA > PoB maka
XA/XB tidak sama dengan YA/YB dimana :
• Fraksi mol Zat A lebih banyak berada di fasa uap
• Fraksi mol Zat B lebih banyak berada di fasa cair sisa dest

2. Di fasa uap/gas fraksi mol komponen yang lebih volatil


semakin meningkat, sedangkan fraksi mol komponen
yang kurang volatil semakin turun (terjadi pengkayaan
komponen yang lebih volatil). Hal yang sebaliknya terjadi di
fasa cair
25
E. Distilasi Fraksinasi

Pada distilasi fraksinasi proses perubahan fase dari


cair gas cair terjadi berulang yang berlangsung di
sepanjang kolom distilasi sehingga di sepanjang kolom
terdapat sejumlah kesetimbangan fasa cair–gas, dan
Pada setiap kesetimbangan menghasilkan pengkayaan
komponen yang lebih volatil. Tempat terjadinya
Kesetimbangan fasa cair – gas dinamakan pelat.

Kurva proses pengkayaan selama proses distilasi


YB.1 YB.0 Komponen Uap

To Gas
line Liquid
T1 line

T2

XB.3 XB.2 XB.1 XB.0 Komponen Cair


26

110 Vapor
line

Temperature °C
100 Liquid
line

90

80

Mole % Toluene 0 20 40 60 80 100


Mole % Benzene 100 80 60 40 20 0
Composition (mole%)

Uap panas yang berasal dari labu didih dikondensasi pada


permukaan dingin pertama melengkapi satu siklus
penguapan-kondensasi

Uap dari labu Misal : distilasi campuran toluena dengan benzena


didih dengan komposisi 80:20 dalam distilasi sederhana
27

110 Vapor
line

Temperature °C
100 Liquid
line

90

80

Mole % Toluene 0 20 40 60 80 100


Mole % Benzene 100 80 60 40 20 0
Composition (mole%)

Permukaan ini mulai dari kondensasi uap yang


komposisinya 55:45 toluene-benzene

Cairan benzena yang telah mengalami pengkayaan


mempunyai titik didih ~94 °C (lebih rendah daripada
Uap dari labu daripada uap yang masuk) dan mulai mendidih di
didih permukaan in yang lebih tinggi
28

110 Vapor
line

Temperature °C
100 Liquid
line

90

80

Mole % Toluene 0 20 40 60 80 100


Mole % Benzene 100 80 60 40 20 0
Composition (mole%)

Uap ini mengalami pengkayaan benzena lebih lanjut (30:70,


toluene:benzene) dan kondensasi pada permukaan dingin
berikutnya

Cairan benzena yang telah mengalami pengkayaan


Uap dari labu mempunyai titik didih ~ 86 °C (lebih rendah daripada daripada
didih uap yang masuk) dan mulai mendidih di permukaan in yang
lebih tinggi
29
Kolom Buble – Cap

No. YB.4
Pelat XB.4
Perubahan fasa gas cair gas V
4 T4 YB.3
XB.3 Perubahan fasa gas cair gas IV
3 T YB.2
3
XB.2
2 YB.1 Perubahan fasa gas cair gas III
T2
XB.1
1 T1 Perubahan fasa gas cair gas II

YB.0
Perubahan fasa cair gas I
0 XB.0
T0

T = temperatur
X = fraksi komponen fasa cair
Y = fraksi komponen fasa gas
• Cairan (XB.0) pada pelat No. 0 dididihkan pada titik 30
didihnya T0 sehingga sebagian besar berubah menjadi
uap (YB.0). Uap tersebut naik ke bagian kolom di
atasnya (pelat no. 1). Di pelat ini uap dikondensasi
berubah menjadi cairan (XB.1) yang komposisinya = YB.0
Di pelat ini komposisi cairan yang lebih volatil lebih
besar daripada di pelat no. 0 (di bawahnya) sehingga
titik didih cairan di pelat no 0>1 atau T0>T1.

• Cairan hasil kondensasi di pelat no. 1 mendidih pada


suhu T1 (T1<T0) dan sebagian berubah menjadi uap dan
masuk ke pelat di atasnya (pelat no. 2). Bagian cairan
yang tidak menguap turun kembali ke pelat no 0.

• Proses yang sama terjadi di pelat berikutnya.

• Semakin ke atas (no. Pelat semakin besar) semakin


besar komposisi cairan yang lebih volatil
(kemurniannya semakin tinggi).
31
Jumlah pelat teoritis (n) yang diperlukan untuk
pengkayaan/pemurnian campuran biner dari A dan B
yang awalnya mengandung konsentras XA.0 dan XB.0 untuk
mendapatkan kemurnian XA.f dapat dihitung dari
volalitas relatif,  dengan persamaan Fenske :

XA.f(1-XA.0)
log
XA.0(1-XA.f)
n+1=
log 

XA.0 = fraksi mol zat A mula-mula (di fasa cair)


XA.f = fraksi mol zat A hasil kondensasi uap
= kemurnian zat A pada hasil distilasi
 = volalitas relatif
32

• Jumlah pelat aktual dalam kolom disebut pelat teoritis

• Jika panjang kolom = l dan jumlah pelat teoritis = n


maka :

l
= HETP (H)
n

HETP = Height Equivalent to a Theoretical Plate


= tinggi pelat teoritis

• Nilai H menunjukkan efisiensi kolom, semakin kecil nilai


H semakin besar efisiensi kolom dan sebaliknya
33
Tugas :

1. Pada distilasi fraksinasi campuran yang mengandung zat A


dan B dengan volalitas relatif 2 menggunakan kolom yang
mempunyai 10 pelat teoritis. Jika konsentrasi A dalam cairan
awal 25 %, hitunglah kemurnian A pada hasil distilasi!

2. Hitunglah jumlah pelat teoritis pada kolom sepanjang 25 cm


yang mempunyai tinggi pelat teoritis 0,25 cm/pelat

3. Jelaskan hubungan antara jumlah pelat dan HETP dengan


efisiensi kolom atau kemurnian hasil distilasi !

Anda mungkin juga menyukai