Anda di halaman 1dari 24

Tugas

DIETETIK VETERINER

Metabolisme Energi, Protein, Lemak,


Vitamin dan Air pada Kucing

Disusun Oleh :
KELOMPOK I
Khaidir Kafil
Amelia Ramadhani Anshar
Aminul Rahman
Nurfaizah
Muh. Reza Basri
Ani Wulandari
Agus Harianda
Nurul Sulfi Andini
Marhayani
Umikalsum Yakub
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kehadirat Allah swt, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat, nikmat, dan hidayah-Nyalah sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan sebagaimana mestinya.

Solawat serta salam semoga tercurah atas junjungan Nabiullah Muhammad


saw. Nabi yang telah membawa umat manusia dari Zaman Jahiliyah ke zaman yang
penuh dengan peradaban.

Makalah“Metabolisme energi, protein, lemak, vitamin dan air pada kucing”


ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dietetik Veteriner.

Selanjutnya diucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah


mengarahkan selama proses perkuliahan sehingga penyusunan makalah ini bisa
berjalan dengan baik.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan


dan jauh dari kesan kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun. Semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat terutama bagi penyusun pribadi.

Makassar, 27 Maret 2015

Penyusun

Dietetik Veteriner Page 3


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i

Daftar Isi...................................................................................................................ii

Bab I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1.Latar Belakang ...........................................................................1


1.2.Rumusan Masalah........................................................................2
1.3.Tujuan...........................................................................................2
Bab II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

Bab III PENUTUP...................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11

Dietetik Veteriner Page 4


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakan merupakan hal yang sangat penting untuk tubuh berbagai jenis
hewan. pakan adalah segala sesuatu yang kita berikan kepada hewan untuk
dimakan. Nutrisi adalah apa yang terkandung dalam pakan tersebut. Kebutuhan
pakan dari tiap-tiap hewan berbeda-beda sesuai dengan jenis, umur, bobot
badan, keadaan lingkungan dan kondisi fisiologis hewan. Pakan harus
mengandung semua nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh hewan, namun tetap
dalam jumlah yang seimbang.

Hewan adalah organismw heterotrof yang memerlukan makanan untuk


bahan bakar, kerangka karbon, dan nutrien esensial. Nutrien yang dibutuhkan
oleh hewan antara lain energi, lemak, protein, vitamin, air dan unsur organik,
serta mineral. Hewan mendapatkan bahan bakar (energi kimia) yang memberi
energi bagi kerja sel-sel tubuhnya dari oksidasi molekul organik.

Makanan setiap hewan harus meliputi kelompok spesifik dari nutrisi


esensial: asam amino esensial, asam lemak esensial, vitamin dan mineral untuk
melengkapi “raw material” yang diperlukan dalam mensintesis berbagai
molekul organik agar hewan dapat hidup sustain. Nutrisi esensial merupakan
materi yang harus dimiliki hewan namun tidak bisa disintesis di dalam sel
tubuhnya. Nutrisi esensial berbeda untuk setiap hewan karena adanya
perbedaan kemampuan mensintesis molekul tertentu secara genetik melalui
seleksi alam. Misalnya, kucing dan anjing walaupun keduanya sama-sama
karnivora, keduanya memiliki sistem pencernaan yang berbeda sehingga
kebutuhan nutrisinya juga berbeda. Dalam makalah ini akan membahas
mengenai metabolisme energi, protein, lemak, vitamin dan air pada kucing.

Dietetik Veteriner Page 1


1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara
lain:

1. Bagaimanakan metabolisme energi pada kucing?


2. Bagaimanakah metabolisme protein (arginin, taurin, methionin, dan
cystine) pada kucing?
3. Bagaimanakah metabolisme lemak pada kucing?
4. Bagaimanakan metabolisme vitamin dan air pada kucing?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui dan memahami proses metabolisme energi pada kucing.


2. Untuk meengetahui dan memahami metabolisme protein (arginin, taurin,
methionin, dan cystine) pada kucing.
3. Untuk mengetahui dan memahami metabolisme lemak pada kucing.
4. Untuk mengetahui dan memahami metabolisme vitamin dan air pada
kucing.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dietetik Veteriner Page 2


Makanan terdapat dalam banyak bentuk, dari daging otot sampai dedaunan,
tapi semua makanan terdiri dari beberapa atau semua dari enam komponen dasar-
air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Komponen ini sering dibagi
ke dalam dua grup, memproduksi energi (protein, lemak, dan karbohidrat) dan
memproduksi komponen non-energi (air, vitamin, dan mineral).

II. 1 Metabolisme Energi

Nilai karbohidrat dalam makanan kucing sering diperdebatkan di kalangan


ahli gizi. Meskipun terjadi perdebatan , tetapi makanan kering komersial yang
beredar di pasaran mengandung antara 30% dan 70% karbohidrat. Namun, asupan
karbohidrat akan kurang dari 5% setelah melalui proses pencernaan di kucing kita.
Pernahkah kita perhatikan pola makan kucing-kucing liar di sekitar mereka, apa
saja yang mereka makan ? bahkan kucing-kucing tersebut mengasup hampir
setiap hari sumber Karbohidrat di makan mereka, dan tidak menutup
kemungkinan Sumber Karbohidrat itu merupakan makanan sehari-hari mereka.
Kucing memiliki kemampuan untuk mengkonsumsi sejumlah besar protein dan
kemudian mengubah protein menjadi energi selain otot. Mereka juga memiliki
kemampuan untuk mengubah banyak sumber karbohidrat ke dalam jenis energi
yang sama. Kemampuan untuk menggunakan kedua karbohidrat dan protein
sebagai sumber energi. Sementara kucing mirip dengan anjing dalam kemampuan
mereka untuk memanfaatkan beberapa karbohidrat, kucing membutuhkan tingkat
yang lebih tinggi protein dan lemak untuk tetap sehat. Menggunakan karbohidrat
sebagai sumber energi memiliki manfaat bagi produsen dan konsumen untuk
makanan kucing. Karbohidrat yang lebih murah dan lebih mudah tersedia sebagai
sumber energi daripada protein. Karbohidrat juga penting dalam pembentukan
makanan hewan kering. Bahan tepung yang berkarbohidrat digunakan untuk
menambah struktur, tekstur, dan bentuk makanan untuk menciptakan produk yang
stabil dan mudah untuk pemberian pakan pada kucing kita.

Sementara karbohidrat merupakan bagian penting dari makanan hewan


peliharaan, kandungan ini kadang-kadang dapat menyebabkan masalah kesehatan

Dietetik Veteriner Page 3


pada kucing termasuk obesitas dan pencernaan. Obesitas terjadi ketika kebutuhan
energi hewan terlampaui dan glukosa ekstra yang diciptakan oleh pencernaan
karbohidrat disimpan sebagai lemak. Sadarilah bahwa kelebihan karbohidrat,
lemak atau protein semua dapat menyebabkan obesitas, tetapi karbohidrat
seringkali merupakan sumber energi yang paling umum dan mudah dikonversi
menjadi glukosa. Tanda-tanda pencernaan yang buruk dapat berkisar dari ringan
sampai parah dan sering juga mengeluarkan gas yang berlebihan, kembung, dan
diare. Sebagai karbohidrat melewati saluran pencernaan, enzim seperti amilase,
laktase, maltase, sukrase dan disaccharidase dan terproses di saluran tersebut
kemudian merubah bentuk sesuai dengan kebutuhan akan enzim-enzim yang
dibutuhkan kucing. Hewan yang memiliki kekurangan dalam enzim ini tidak akan
dapat memadai memecah karbohidrat ini. Karbohidrat tercerna akan berfermentasi
dan menciptakan pertumbuhan bakteri yang berlebihan mengakibatkan produksi
gas dan air berlebih dan menimbulan gejala pencernaan. Pada beberapa hewan,
kurangnya enzim mungkin karena defisiensi yang sebenarnya, infeksi atau
peradangan pada saluran usus dapat mengakibatkan kerusakan pada enzim
tersebut. Intoleransi laktosa adalah bentuk umum dari pencernaan. Hewan muda
memiliki enzim laktase, yang memecah gula dalam susu yang disebut laktosa.
Seringkali, sebagai hewan yang sudah tua, mereka berhenti memproduksi laktase.
Ketika hewan yang mengkonsumsi produk susu, laktosa tidak dicerna dan gejala
pencernaan terjadi. Dan perlu disadari hewan memiliki toleransi yang berbeda
untuk jumlah karbohidrat yang dapat mereka cerna. Padahal kucing dapat
mentolerir tingkat karbohidrat yang ditemukan dalam sebagian besar makanan
kucing yang beredar dipasaran, ada beberapa kucing yang akan mengembangkan
pencernaan ketika diberi makan makanan ini. Jika kucing ini diberi makan diet
karbohidrat rendah, atau jika mereka diberi suplemen enzim pencernaan, mereka
biasanya dapat mentolerir karbohidrat yang masuk dalam tubuh kucing.

Dengan pengecualian air, energi merupakan komponen paling penting yang


harus dipertimbangkan dalam diet. Seperti juga semua hewan, hewan kesayangan
seperti anjing dan kucing juga memerlukan asupan energi makanan yang konstan
untuk bertahan hidup. Tanaman memperoleh energi dari radiasi matahari dan
mengubahnya menjadi energi yang mengandung nutrisi hewan mengkonsumsi

Dietetik Veteriner Page 4


tanaman dan menggunakannya secara langsung baik untuk energi atau untuk
mengubah nutrisi tanaman menjadi molekul lainnya yang juga mengandung
energi. Bentuk utama energi yang tersimpan dalam tanaman adalah karbohidrat,
bentuk utama energi yang tersimpan pada hewan adalah lemak (Case et al. 2011).

Energi diperlukan oleh tubuh untuk melakukan kerja metabolik, yang mana
termasuk memelihara dan mempersatukan jaringan tubuh, terlibat dalam kerja
fisik, dan regulasi temperature normal tubuh. Energi selalu menjadi kebutuhan
utama yang harus dipenuhi oleh diet hewan (Case et al. 2011).

Hewan mampu meregulasi energi yang mereka terima untuk secara akurat
memenuhi kebutuhan kalori harian mereka. Ketika perbolehkan akses bebas untuk
keseimbangan, palatabilitas diet, kebanyakan anjing dan kucing akan
mengkonsumsi cukup makanan untuk memenuhi, tapi tidak melebihi, kebutuhan
energi harian mereka (Case et al. 2011).

Walaupun semua anjing dan kucing memiliki kemampuan dengan baik


untuk regulasi energi yang mereka terima, ini kecenderungan alami yang dapat
dikesampingkan oleh faktor lingkungan.

Setelah kebutuhan energi minimum tercukupi, barulah tubuh mulai


meerlukan berbagai macam nutrisi dan mineral untuk menjaga kesehatan dan
regenerasi sel. Perhatikan diagram berikut untuk mengetahui proses metabolisme
makanan menjadi energi.

Makanan yang dimakan menghasilkan dua macam “sampah” yaitu feses


(kotoran) dan urin (kencing), sisanya adalah energi/makanan termetabolisme.
Energi inilah yang bisa dimanfaatkan oleh tubuh. Percuma protein tinggi dan
berbagai macam vitamin yang banyak dalam makanan, tetapi tidak bisa dicerna
dan dimetabolisme tubuh karena dibuang menjadi feses atau urin.

Dietetik Veteriner Page 5


Energi yang berhasil di metabolisme dipakai dulu untuk kebutuhan minimal
yang utama, yaitu:

- Berbagai proses pemeliharaan yang terdapat di tubuh dan pertumbuhan


(untuk anak kucing), dan
- Menjaga tubuh dalam suhu normal.
Sisa energi/surplus energi bisa di pakai untuk berbagai aktivitas lain seperti
bermain atau tidur. Anak kucing yang dalam masa pertumbuhan dan suka
bermain, memerlukan lebih banyak energi. Oleh karena itu makanan untuk anak
kucing (kitten) biasanya mengandung protein dan energi yang lebih banyak.
Pemilik kucing dan orang awam sulit sekali mengetahui semua hal di atas,
karena semuanya hanya bisa di ketahui dengan berbagai tes laboratorium. Kita
bisa sedikit mendapat petunjuk mengenai energi yang dicerna dengan
membandingkan jumlah/volume makanan yang dimakan dengan berapa banyak
feses yang dihasilkan. Bila feses banyak, hampir mendekati jumlah makanan yang
dimakan, berarti hanya sedikit makanan yang tercerna. Bila feses padat dan
jumlahnya jauh lebih sedikit dari makanan yang dimakan, berarti makanan/nutrisi
yang berhasil di cerna lebih banyak (WS Neno, 2015).

II. 2 Metabolisme Protein

Diet alami dari kucing di alam liar adalah daging-berdasarkan resimen


(misalnya rodensia, burung) yang mengandung sedikit CHO; sehingga kucing
secara metabolikal beradaptasi secara istimewa dengan menggunakan protein dan
lemak sebagai sumber energi. Perbedaan evolusioner dalam metabolisme energi
ini memaksa kucing untuk menggunakan protein untuk memelihara konsentrasi
gula darah bahkan ketika sumber protein dalam diet terbatas. Perbedaan
substansial dalam protein yang dibutuhkan antara kucing dan omnivora, seperti
anjing, menyajikan ilustrasi penting perbedaan metabolisme ini (Zoran, 2002).

Dietetik Veteriner Page 6


Fakta bahwa kucing memiliki semacam kebutuhan diet protein terbesar,
dibandingkan anjing, mengharuskan bahwa kucing harus memiliki kebutuhan
basal lebih tinggi terhadap nitrogen (protein) atau meningkatkan kebutuhan untuk
asam amino esensial. Dalam kasus kucing dewasa, peningkatan kebutuhan protein
diakibatkan oleh keduanya, biarpun kebutuhan untuk asam amino esensial pada
kitten sama dengan hewan muda pada spesies lainnya, sehingga kebutuhan basal
yang lebih tinggi terhadap nitrogen disarankan untuk memainkan peranan terbesar
pada kitten (Zoran, 2002).

Beberapa kemungkinan alasan yang ada untuk meningkatkan kebutuhan


terhadap protein, tapi fakta bahwa kucing bergantung pada protein untuk energi
sebaik struktur dan proses sintetik pada komponen mayor. Ketika diet makanan
rendah protein, kebanyakan omnivora menyimpan asam amino dengan reduksi
aktivitas aminotransferase dan enzim lain melalui katabolisme protein. Tanpa
menghiraukan apakah kucing memiliki makanan dengan jumlah diet yang rendah
atau tinggi protein, ada sedikit adaptasi dalam aktivitas dari aminotransferase atau
enzim siklus urea. Oksidasi protein tidak menurun pada diet pakan kucing dengan
jumlah protein sedang (diet rendah protein tidak dievaluasi). Namun, dokumen
penelitian bahwa kucing secara kontinu menggunakan protein (misalnya nitrogen
dispensabel dalam bentuk asam amino glukoneogenik) dari produksi energi dan
jalur metabolisme lainnya (misalnya siklus urea), bahkan dalam bentuk
tersedianya sedikit protein (Zoran, 2002).

Sebagai tambahan untuk meningkatkan kebutuhan untuk protein


dispensable, kucing juga memiliki kebutuhan untuk meningkatkan jumlah asam
amino spesifik dalam diet mereka: taurin, arginin, methionin, dan cystein. Asam
amino spesifik diperlukan oleh kucing yang sudah ditentukan pada dasarnya
bahwa diet alami mereka mengandung asam amino spesifik yang berlimpah ini
(Zoran, 2002).

- Taurin
Taurin merupakan asam amino β yang mengandung sulfur yang tidak

menyatu ke dalam protein atau di degradasi oleh jaringan mamalia;

Dietetik Veteriner Page 7


bagaimanapun, bahan ini esensial untuk penglihatan, fungsi otot jantung, dan
fungsi baik dari nervus, reproduksi, dan sistem imun (Kirk, 2000).
Taurin merupakan esensial pada kucing karena tidak dapat disintesis jumlah
adekuatnya dari precursor tertentu (dengan kata lain methionin atau cystine).
Enzim dibutuhkan untuk sintesis taurin (misalnya cystein dioxygenase dan cystein
sulfinic acid decarboxylase) hanya secara minimal aktif pada kucing.
Selanjutnya, kucing memiliki kehilangan taurin ke dalam empedu yang konstan
dan wajib, karena konjugasi asam empedu mereka hanya dengan taurine (Kirk,
2000). Kucing hanya dapat menggunakan taurin, dan tidak dapat menggunakan
asam glikokolat. Kekurangan taurin menyebabkan kebutaan dalam jang waktu 9
bulan (feline central retinal degeneration) dan gangguan pada jantung. Sumber-
sumber taurin adalah daging mentah (ikan, unggas, dan daging merah) dan taurin
kristal (Anonimous, 2009).
Diagnosis untuk defisiensi taurin pada kucing dikonfirmasi dengan
pengukuran konsentrasi taurin dalam darah. Konsentrasi taurin dalam darah
mencerminkan status jaringan taurin lebih baik dibandingkan konsentrasi taurin
dalam plasma, yang mana dipengaruhi oleh pelepasan dari taurin seluler
(utamanya dari platelet).
- Arginin
Arginin merupakan asam amino esensial pada anjing dan kucing; akan
tetapi, dibandingkan pada anjing, kucing tidak mampu untuk cukup mensintesis
jumlah ornithin atau citrulin untuk konversi arginin. Namun, asam amino ini harus
tersedia dalam diet mereka. Sebagai tambahan, kucing secara berkesinambungan
menggunakan arginin dalam jumlah yang besar dalam siklus urea, karena siklus
ini tidak diregulasi turun pada kucing selama periode ketika makanan tertahan
atau pada kucing mengkonsumsi diet rendah protein (Morris, 2002 dan Das,
1974). Kucing dan kitten memakan diet tanpa arginin memiliki gejala klinis
hiperammonemia (misalnya salivasi, abnormalitas neurologis, hyperesthesia,
emesis, tetany, dan koma) dalam hitungan jam, dan kondisi ini dan berkembang
menjadi kematian (Morris, 1979 dan Morris, 1978).
- Methionin dan Cystine
Kucing juga memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap methionin dan
cystein dalam diet mereka daripada kucing atau hewan omnivora (Kirk, 2000 dan
National Research Council, 1986). Walaupun ada banyak penjelasan untuk

Dietetik Veteriner Page 8


meningkatkan kebutuhan ini, alasan utama adalah bahwa methionin dan cystein
merupakan asam amino glukoneogenik pada kucing yang dikatabolisme menjadi
piruvate dan sesudah itu dioksidasi menjadi menyediakan energi. Pada anjing dan
hewan lainny, methionin dan cystein memiliki banyak kegunaan tapi utamanya
dikonversi menjadi taurin, homocystein, dan S-adenosyl-methionine dan
metabolitnya (misalnya glutathionin), yang mana penting sebagai antioksidan
untuk radikal bebas. Sebagai tambahan untuk jalur yang telah dijelaskan
sebelumnya, kebutuhan terhadap cystein tinggi pada kucing untuk memproduksi
rambut dan felinin, suatu asam amino yang mengandung sulfur yang ditemukan
dalam urin kucing. Konsentrasi tertinggi dari felinin ditemukan secara seksual
dalam kucing jantan (yang tidak steril) (Zoran, 2002).

a) Absorpsi dan Transportasi

Hasil akhir pencernaan protein terutama berupa asam amino dan ini
segera diabsorpsi dalam waktu lima belas menit setelah makan. Absorpsi
terutama terjadi dalam usus halus berupa empat sistem absorpsi aktif yang
membutuhkan energi. Asam amino yang diabsorpsi memasuki sirkulasi
darah melalui vena porta dan dibawa ke hati. Sebagian asam amino
digunakan oleh hati, dan sebagian lagi melalui sirkulasi darah di bawa ke
sel-sel jaringan. Kadang-kadang protein yang belum dicerna dapat
memasuki mukosa usus halus dan muncul dalam darah. Hal ini sering

Dietetik Veteriner Page 9


terjadi pada protein susu dan protein telur yang dapat menimbulkan gejala
alergi (immunological sensitive protein ).

Sebagian besar asam amino telah diabsorpsi pada saat asam amino
sampai di ujung usus halus. Hanya 1% protein yang dimakan ditemukan
dalam feses. Protein endogen yang berasal sekresi saluran cerna dan sel-sel
yang rusak juga dicerna dan diabsorpsi.

b) Katabolisme protein

Katabolisme protein (penguraian asam amino untuk energi)


berlangsung di hati. Jika sel telah mendapatkan protein yang mencukupi
kebutuhannya. Setiap asam amino tambahan akan dipakai sebagai energi
atau disimpan sebagai lemak.

1 Deaminasi Asam Amino

Deaminasi asam amino merupakan langkah pertama,


melibatkan pelepasan satu hidrogen dan satu gugus amino sehingga
membentuk amonia (NH3). Amonia yang bersifat racun akan masuk
ke peredaran darah dan dibawa ke hati. Hati akan mengubah
amonia menjadi ureum yang sifat racunnya lebih rendah, dan
mengembalikannya ke peredaran darah. Ureum dikeluarkan dari
tubuh melalui ginjal dan urine. Ureum diproduksi dari asam amino
bebas didalam tubuh yang tidak digunakan dan dari pemecahan
protein jaringan tubuh.

2 Osidasi asam amino terdeaminasi

Bagian asam amino nonitrogen yang tersisa disebut produk


asam keto yang teroksidasi menjadi energi melalui siklus asam
nitrat. Beberapa jenis asam keto dapat diubah menjadi glukosa
(glukoneogenesis) atau lemak (lipogenesis) dan disimpan didalam
tubuh.

Dietetik Veteriner Page 10


Karbohidrat dan lemak adalah “ cadangan protein “ dan
dipakai tubuh sebagai pengganti protein untuk energi. Sat
kelaparan, tubuh menggunakan karbohidrat dan lemak baru
kemudian memulai mengkatabolis protein

c) Anabolisme protein
 Sintesis protein

Sintesis protein dari asam amino berlangsung disebagian sel tubuh.


Asam amino bergabung dengan ikatan peptida pada rangkaian tertentu
yang ditentukan berdasarkan pengaturan gen.

Sintesis protein meliputi pembentukan rantai panjang asam amino


yang dinamakan rantai peptida. Ikatan kimia yang mengaitkan dua asam
amino satu sama lain dinamakan ikatan peptida. Ikatan ini terjadi karena
satu hidrogen (H) dari gugus amino suatu asam amino bersatu dengan
hidroksil (OH) dari gugus asam karboksil asam amino lain. Proses ini
menghasilkan satu molekul air, sedangkan CO dan NH yang tersisa akan
membentuk ikatan peptida . sebaliknya, ikatan peptida ini dapat dipecah
menjadi asam amino oleh asam atau enzim pencernaan dengan
penambahan satu molekul air, proses ini dinamakan hidrolisis.

 Transaminasi
Transaminasi yang berlangsung di hati, merupakan sintesis asam
amino nonesensial melalui pengubahan jenis asam amino menjadi jenis
lainnya. Proses ini melibatkan pemindahan satu gugus amino (NH 2) dari
sebuah asam amino menjadi satu asam keto sehingga terbentuk satu asam
amino dan satu asam keto baru.

III.3 Metabolisme Lemak

Kebutuhan diet lemak pada anjing dan kuding bergantung pada kebutuhan
hewan untuk energi (kalori) dan untuk asam lemak esensial (EFAs). Diet lemak
kontribusi lebi dari dua kali jumlah dari energi termetabolisme (ME) per unit berat
badan daripada protein atau karbohidrat dan juga nutrien dapat dicerna yang tinggi
(Case et al. 2011).

Dietetik Veteriner Page 11


Kucing memerlukan pakan yang rendah lemak, efisiensi pencernaan lemak
pada kucing sangat rendah. Lemak diperlukan kucing untuk menjaga kondisi kulit
dan bulu, sumber dari asam lemak esensial, sumber energi, penyekat dan
pelindung organ dalam tubuh. Asam arachidonik berguna untuk sistem imun
(kekebalan tubuh), jadi bila kekurangan akan menimbulkan gangguan imunitas
sehingga kucing rentan terhadap penyakit. Sumber dari vitamin yg larut dalam
lemak (A,D,E,K), menghasilkan aroma makanan yg menarik bagi kucing.

Kelebihan lemak dapat menyebabkan kegemukan dan kurang selera makan,


juga dapat menyebabkan kekurangan bahan gizi lainnya pada anjing atau masalah
jantung, pankreas, ataupun diare yang harus di solusikan dengan memberikan
makanan yang menggandung kadar lemak yang rendah. Selain itu, kelebihan
lemak dapat disebabkan karena penyerapan vitamin A,D,E, dan K yang
berpengaruh pada kesehatan kulit dan bulunya. Sedangkan defesiensi lemak dapat
menimbulkan rasa gatal akibat kulit yang kering dan bersisik, kekurangan tenaga
dan kerusakan sel.

Dalam diet karnivora, lemak secara khusus menyediakan sebagian besar


bahan bakar untuk energi, tapi hal ini juga penting untuk meningkatkan
palatabilitas dan penerimaan terhadap makanan. Diet berdasarkan daging, yang
mana juga mengandung lemak hewan, menyediakan asam amino esensial untuk
kucing, termasuk linoleic, linolenic, asam arakidonat, dan beberapa asam
eicosotrienoic. Kebanyakan spesies dapat mengkonversi asam linoleic menjadi
asam arakidonat, precursor utama untuk rangkaian prostaglandin 2, leukotrien,

dan tromboksan. Mereka juga dapat mengkonversi α -asam linolenic menjadi

asam eicosapentaenoic dan docosahexaenoic (Zoran, 2002). Serupa dengan


situasi untuk banyak nutrient lain, kucing tidak memiliki enzim mesin untuk
sintesis derivative dari asam arakidonat, kemungkinan karena produk akhir
berlimpah dalam diet alami kucing (misalnya konsumsi jaringa hewan) (Zoran,
2002).

III.4 Metabolisme Vitamin dan Air

- Vitamin

Dietetik Veteriner Page 12


Vitamin sangat besar pengaruhnya pada pertumbuhan anjing. Vitamin
golongan yang dapat larut dalam air dapat dikeluarkan melalui air seni bila
berlebih tetapi vitamin larut lemak (A,D,E,dan K) akan tertimbun dalam tubuh
dan berdampak pada pertumbuhan tulang yang abnormal dan pengerasan jaringan
lunak.

Vitamin A

Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan gangguan daya penglihatan,


keratinisasi (di epidermis dan mukosa kulit) serta kulit rentan mengalami infeksi.
Namun kelebihan vitamin A juga menimbulkan gejala yang hampir mirip dengan
kekurangan vitamin A,dan gejala lain yang timbul akibat kelebihan vitamin ini
antara lain: malaise, rasa tidak nyaman pada perut, nausea, muntah,
ikhterus,skeletal hiperostosis.Kucing membutuhkan vitaminA sebanyak 100 IU/
kg berat badan per hari. Jika tingkat melebihi 5000 IU / kg menjadi berbahaya
bagi kesehatan kucing. Efek racun tidak segera dan hewan harus diberi makan
pada dosis ini selama setidaknya sebulan sebelum toksisitas berkembang.

Kelebihan vitamin A pada kucing menyebabkan kelebihan vitamin A akan


menyebabkan kerusakan hati, sendi malaise, skeletal hiperostosis. Gejala yang
terakhir ini biasanya berkaitan dengan sistem lokomosi kucing. Kucing tidak bisa
menggerakan leher, mengalami paresis atau paralisis pada keempat kakinya.
Kelebihan vitamin A pada kucing biasanya terjadi pada kucing yang diberi pakan
hati (liver). Defisensi vitamin A dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan
keratinisasi kulit.

Vitamin B

Anjing yang kekurangan vitamin B kompleks akan mengalami kulit bersisik


dan alopecia. Seperti anjing, bila kucing kekurangan vitamin B kompleks akan
menyebabkan kucing mengalami kulit bersisik dan alopecia. Kekurangan vitamin
B1 dalam dimanifestasikan dengan hilangnya nafsu makan, lemah, refleks yang
kurang (lemas) dan hilangnya kontrol saraf. Defisisensi Tiamin (B1) terjadi karena

Dietetik Veteriner Page 13


pakan ikan mentah. Efek negatifnya : kelemahan saraf, membrana nicitans
(kelopak mata ketiga) melebar, malas makan, jalan sempoyongan.
Kucing memerlukan Niacin (vitamin B3), dapat disintesa dari asam amino
Tryptophan. Kekurangan niasin dapat menyebabkan sindrom yang disebut 'Black
tongue'. Ini merupakan korengan di bagian dalam mulut yang diakibatkan pola
makan yang tidak benar.
Kucing yang diberi diet tanpa Niacin akan mati dalam 20 hari. kekurangan
biotin menyebabkan kulit bersisik, bentukan sekret (lendir) kering di sekitar mata,
hidung dan mulut.
B5 adalah penting dalam mengubah karbohidrat dan protein menjadi energi
dan kekurangan dapat menyebabkan rambut rontok, diare, dan gangguan
lambung. Kekurangan vitamin B6 menyebabkan anemia, pertumbuhan yang
buruk, batu ginjal, gigi berlubang, lesi kulit, dan dalam kasus lanjut, kematian.
Kedua asam folat dan B12 yang diperlukan untuk produksi sumsum tulang dari
sel darah merah dan kekurangan satu atau keduanya menyebabkan anemia. Biotin
adalah penting untuk menjaga kesehatan kulit dan rambut.

Vitamin C

Defisiensi vitamin C pada anjing akan menyebabkan anjing terserang


scurvy. Tingkat ketegangan yang tinggi, penyakit kronis, dan mudah emosi, dapat
menyebabkan kadar vitamin C berkurang dengan cepat. Oleh karena itu, anjing
memerlukan tambahan vitamin C. Vitamin C aman dikonsumsi dalam jumlah
yang berlebih karena cepat larut dan mudah diserap tubuh.

Vitamin D

Defisiensi (kekurangan) vitamin D menyebabkan rakhitis (suatu kondisi di


mana tulang menjadi lemah dan menjadi rapuh), kelainan dalam perkembangan
skelet, ataksia (ketidakseimbangan) kurangnya nafsu makan dan akibatnya
penurunan berat badan. Meskipun kelebihan vitamin D dapat menyebabkan
kelebihan simpanan kalsium di otot jantung dan otot lainnya serta dalam jaringan
lunak, kondisi ini hampir tidak pernah terdengar pada kucing. Kebutuhan harian
vitamin D : 10 IU / kg berat badan.

Dietetik Veteriner Page 14


Vitamin E

Defisiensi vitamin E pada kucing menyebabkan sindrom yang dikenal


sebagai “Brown Sindrom usus” di mana gejala utama adalah ulserasi, perdarahan
dan degenerasi perut. Sindrom lain yang disebut Penyakit Kuning' terutama
mempengaruhi kucing yang tidak diberi pakan kecuali ikan, karena kandungan
Vitamin E pada ikan sangatlah sedikit. Sedangkan kucing membutuhkan 2-20 IU
vitamin E per hari.

Vitamin K

Vitamin K adalah agen pembekuan darah sehingga kekurangan vitamin K


akan menyebabkan perdarahan yang berlebihan. Karena vitamin K disintesis
dalam jumlah yang cukup di usus tidak ada persyaratan yang direkomendasikan
setiap hari. Ini juga berarti bahwa kekurangan vitamin K tidak mungkin kecuali
kucing tersebut telah menelan racun tikus.

- Air

Kebutuhan air dari kucing mencerminkan status awal mereka sebagai hewan
padang pasir dan perkembangan mereka sebagai karnivora keras yang
memperoleh sebagian besar kebutuhan air mereka dari konsumsi mangsa. Kucing
mempunyai respon sensitive yang kurang untuk haus dan dehidrasi daripada
anjing dan omnivore lainnya, dan mereka mengatur masukan air mereka untuk
kandungan bahan kering dari diet mereka daripada kandungan lembab (Anderson,
1982). Hal ini berarti bahwa kucing yang sedang memakan pakan kering komersil
akan menghabiskan kira-kira setengah jumlah air (dalam diet mereka dan melalui
minuman), dibandingkan dengan kucing yang sedang memakan pakan kalengan
(Kirk, 2000). Memakan makanan kaleng meningkatkan asupan air dan volume
urin; namun, hal ini akan menurunkan konsentrasi dari mineral pembentuk urolit
dalam urin. Pada kucing umur tua yang cenderung menghasilkan urin dengan
konsentrasi lebih rendah, meningkatkan jumlah konsumsi air menjadi bahkan
lebih penting untuk menghindari dehidrasi dan perkembangan dari azotemia

Dietetik Veteriner Page 15


prerenal. Bagaimanapun, memakan makanan kaleng atau makanan kering lembab
akan meningkatkan akumulasi dari karang gigi dan menyebabkan penyakit
periodontal (Zoran, 2002).

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.1.1. Metabolisme energi


Kucing memiliki kemampuan untuk mengkonsumsi sejumlah besar protein
dan kemudian mengubah protein menjadi energi selain otot. Mereka juga

Dietetik Veteriner Page 16


memiliki kemampuan untuk mengubah banyak sumber karbohidrat ke
dalam jenis energi yang sama. Kemampuan untuk menggunakan kedua
karbohidrat dan protein sebagai sumber energi.

3.1.2 Metabolisme protein


Diet alami dari kucing di alam liar adalah daging-berdasarkan resimen
(misalnya rodensia, burung) yang mengandung sedikit CHO; sehingga
kucing secara metabolikal beradaptasi secara istimewa dengan
menggunakan protein dan lemak sebagai sumber energi. Perbedaan
evolusioner dalam metabolisme energi ini memaksa kucing untuk
menggunakan protein untuk memelihara konsentrasi gula darah bahkan
ketika sumber protein dalam diet terbatas.

3.1.3 Metabolisme lemak

Kucing memerlukan pakan yang rendah lemak, efisiensi pencernaan lemak


pada kucing sangat rendah. Lemak diperlukan kucing untuk menjaga
kondisi kulit dan bulu, sumber dari asam lemak esensial, sumber energi,
penyekat dan pelindung organ dalam tubuh. Asam arachidonik berguna
untuk sistem imun (kekebalan tubuh), jadi bila kekurangan akan
menimbulkan gangguan imunitas sehingga kucing rentan terhadap
penyakit

3.1.4. Metabolisme vitamin dan air

Kucing mempunyai respon sensitive yang kurang untuk haus dan dehidrasi
daripada anjing dan omnivore lainnya, dan mereka mengatur masukan air
mereka untuk kandungan bahan kering dari diet mereka daripada
kandungan lembab (Anderson, 1982). Hal ini berarti bahwa kucing yang
sedang memakan pakan kering komersil akan menghabiskan kira-kira
setengah jumlah air (dalam diet mereka dan melalui minuman),
dibandingkan dengan kucing yang sedang memakan pakan kalengan (Kirk,
2000). Memakan makanan kaleng meningkatkan asupan air dan volume
urin; namun, hal ini akan menurunkan konsentrasi dari mineral pembentuk
urolit dalam urin. Pada kucing umur tua yang cenderung menghasilkan urin

Dietetik Veteriner Page 17


dengan konsentrasi lebih rendah, meningkatkan jumlah konsumsi air
menjadi bahkan lebih penting untuk menghindari dehidrasi dan
perkembangan dari azotemia prerenal

DAFTAR PUSTAKA

Anderson RS. Water Balance in The Dog and Cat. J Small Anim Pract
1982;23:588-598.

Anonimous. 2009. Seminar Pakan Kucing FKH UGM Yogya.


http://solocats.blogspot.com/2009/02/seminar-pakan-kucing-fkh-ugm-yogya.html.
Diakses pada tanggal 26 Maret 2015 pukul 20.30 WITA.

Dietetik Veteriner Page 18


Das TK, Waterlow JC. The Rate of Adaptation of The Urea Cycle Enzymes,
Aminotransferase, and Glutamic Dedhydrogenase to Changes in Dietary Protein.
Br J Nutr 1974;32:353-373.

Kirk, CA, Debraekeleer J, Armstrong PJ. Normal Cats. In: Hand MS,
Thatcher CD, Remillard RL, et al, eds. Small Animal Clinical Nutrition 4 th Ed.
Philadephia: WB Saunders Co, 2000;291-351.

Morris JG. Idiosyncratic Nutrient Requirements of Cats Appear to be Diet-


Induced Evolutionary Adaptations. Nutr Res Rev 2002;15:153-168.

Morris JG, Roger QR, Kim SW, et al. Dietary Requirement of Taurine of
Cats id Determined by Microbial Degradation of Taurine in The Gut. Adv Exp
Med Biol 1994;359:59-70.

Morris JG, Roger QR, Winterrowd DL, et al. The Utilization of Ornhitine
dan Citrulline by The Growing Kitten. J Nutr 1979:109:724-729.

Morris JG, Roger QR. Ammonia Intoxication in The Near Adult Cat as a
Result of a Dietary Deficiency of Arginine. Science 1978:199:431-432.

National Research Council. Nutrient Requirements of Cats. Washington,


DC: National Academy Press, 1989.

WS Neno. 2015. Pentingnya Energi dalam Makanan Kucing.


http://www.kucingkita.com/nutrisi-kucing/pentingnya-energi-makanan-kucing .
Diakses pada tanggal 26 Maret 2015 pukul 20.15 WITA.

Zoran Debra L. 2002. The Carnivore Connection to Nutrition in Cats.


JAVMA, Vol 221, No. 11.

Dietetik Veteriner Page 19


Dietetik Veteriner Page 20

Anda mungkin juga menyukai