Anda di halaman 1dari 126

BAB I

PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN PERSIAPAN

1.1 KETENTUAN UMUM


1.1.1. Umum
1) PEMILIK PROYEK adalah PROVINSI JAWA BARAT yang diwakili oleh DINAS PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN
2) PEMILIK PROYEK menetapkan dan menyetujui spesifikasi teknis/KAK.
3) Spesifikasi Teknis ini disusun oleh Konsultan Perencana Konstruksi PT. GUMILANG SAJATI selaku tim
atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh PEMILIK PROYEK yang bertugas membantu PEMILIK PROYEK
dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK.
4) Spesifikasi Teknis ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Dokumen Tender/Penunjukan
Langsung yang akan menjadi lampiran dari Kontrak.

1.1.2. Kegiatan
Kegiatan konstruksi fisik sebagaimana dimaksud Lampiran IV Permen PUPR 22/2018 titik B.8 terdiri atas:
1) Melakukan pemeriksaan dan penilaian dokumen untuk pelaksanaan konstruksi fisik, baik dari segi
kelengkapan maupun segi kebenarannya;
2) Menyusun program kerja yang meliputi jadwal waktu pelaksanaan, jadwal pengadaan bahan, jadwal
penggunaan tenaga kerja, dan jadwal penggunaan peralatan berat;
3) Melaksanakan persiapan di lapangan sesuai dengan pedoman pelaksanaan;
4) Menyusun gambar pelaksanaan (shop drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukannya
5) Melaksanakan pekerjaan konstruksi fisik di lapangan sesuai dengan dokumen pelaksanaan;
6) Melaksanakan pelaporan pelaksanaan konstruksi fisik, melalui rapat-rapat lapangan, laporan harian,
laporan mingguan, laporan bulanan, laporan kemajuan pekerjaan, laporan persoalan yang timbul atau
dihadapi, dan surat-menyurat;
7) Membuat gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan (as built drawings) yang selesai sebelum
serah terima pertama, setelah disetujui oleh penyedia jasa manajemen konstruksi atau penyedia jasa
pengawasan konstruksi dan diketahui oleh penyedia jasa perencanaan konstruksi;
8) Melaksanakan perbaikan kerusakan-kerusakan yang terjadi dimasa pemeliharaan konstruksi;

1.1.3. Keluaran/produk yang harus dihasilkan


1) Konstruksi fisik yang sesuai kuantitas/volume, kualitas, biaya dan ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan,
sehingga dicapai wujud akhir bangunan dan kelengkapannya yang sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan
dan kelancaran penyelesaian administrasi yang berhubungan dengan pekerjaan di lapangan serta
penyelesaian kelengkapan pembangunan.
2) Dokumen selama masa pelaksanaan konstruksi meliputi:
a. Metode Pelaksanaan Program Kerja, alokasi tenaga dan konsepsi pelaksanaan pekerjaan.
b. Shop Drawing pada setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
c. Laporan Harian berisikan keterangan tentang:
 Tenaga kerja;
 Bahan bangunan yang didatangkan, diterima atau tidak;
 Peralatan yang berhubungan dengan kebutuhan pekerjaan;

LA-1
 Kegiatan per-komponen pekerjaan yang diselenggarakan;
 Waktu yang dipergunakan untuk pelaksanaan;
 Kejadian-kejadian yang berakibat menghambat pelaksanaan.
d. Laporan mingguan, sebagai resume laporan harian (kemajuan pekerjaan, tenaga dan hari kerja).
e. Laporan Bulanan.
f. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk pembayaran termijn.
g. Surat Perintah Perubahan Pekerjaan dan Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah dan Kurang
(jika ada tambahan atau perubahan pekerjaan).
h. Berita Acara Penyerahan Pertama Pekerjaan.
i. Berita Acara Pernyataan Selesainya Pekerjaan.
j. Gambar-gambar sesuai dengan pelaksanaan (as built drawing).
k. Time schedulle/S curve untuk pelaksanaan pekerjaan.
l. Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan konstruksi fisik.
m. Foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap tahapan kemajuan pelaksanaan konstruksi fisik.
n. Hasil-hasil pengujian bahan/material.

1.1.4. Lingkup Pekerjaan


1) Pekerjaan Persiapan
2) Pekerjaan Lanskap
3) Pekerjaan Infrastruktur
4) Pekerjaan Dinding
5) Pekerjaan Penutup Dinding & Lantai
6) Pekerjaan Plafon
7) Pekerjaan Pengecatan
8) Pekerjaan Kusen
9) Pekerjaan Lanskap
10) Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
11) Pekerjaan lain-lain

1.2 PEKERJAAN PERSIAPAN


1.2.1. Umum
1) Pekerjaan meliputi penyediaan penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
2) Jenis pekerjanan pada tahap ini meliputi: pembersihan lapangan, pembuatan gudang peralatan, pembuatan
direksi keet, penyediaan air kerja, listrik kerja dan foto dokumentasi.

1.2.2. Administrasi / Dokumentasi / As Built Drawing


1) Umum
a. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat laporan harian mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan atau pekerjaan, baik teknis maupun administrasi.
b. Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor atau Pemborong harus memberikan data-data
yang diperlukan menurut data keadaan sebenarnya.

LA-2
c. Laporan-laporan tersebut di atas, harus diserahkan kepada pemilik pekerjaan untuk bahan
monitoring.
2) Persyaratan Bahan
a. ATK
b. Baterai
3) Persyaratan Peralatan
a. Kamera digital
b. Komputer atau laptop
c. Telepon dan handy talky
d. Printer A4 dan A3
4) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Dokumentasi dan hasil penggambaran kemajuan pekerjaan yang dibuat oleh juru ukur diserahkan
ke sekretaris.
b. Sekretaris menyusun laporan kemajuan pekerjaan.
c. Jenis laporan yang dibuat antara lain: Laporan Harian, Laporan Mingguan, Laporan Bulanan, As
Built Drawing, Album Foto.
d. Jenis dan jumlah laporan dibuat sesuai dengan jenis laporan kemajuan pekerjaan yang disyaratkan.
e. Waktu penyerahan laporan kemajuan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
f. Pengukuran bobot pekerjaan berdasarkan jenis dan jumlah laporan yang harus diserahkan kepada
pemilik pekerjaan dalam satuan Set.
g. Jenis dan jumlah laporan harus diserahkan sebelum tanggal jatuh tempo.
h. Jumlah dan jenis laporan yang diserahkan dan diterima pemilik pekerjaan dibayar dalam satuan Set.
i. Semua peralatan yang akan dipakai harus dalam kondisi baik dan dapat digunakan.

1.2.3. Pembuatan Pagar Pengaman Proyek


1) Persyaratan
Untuk keamanan lapangan kerja, bila dianggap perlu Direksi / Pemilik dapat memerintahkan kepada
Kontraktor atau Pemborong untuk memagari sekelilingnya sehingga aman. Biaya untuk keperluan ini akan
dimasukan didalam penawaran Pemborong. Pagar Proyek minimum 1,80 m dari permukaan tanah dengan
bahan dari seng gelombang BJLS 32 dicat, kolom setempat / tiang pagar dari kayu Dolken / kayu Borneo
ukuran 5/7, memenuhi persyaratan kekuatan dan/atau sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah
setempat.

1.2.4. Air Kerja


1) Persyaratan
a. Air untuk keperluan pekerjaan pasangan, pekerjaan beton dan pemadatan tanah/pasir harus bersih
dan tidak mengandung zat-zat kimia (garam-garam) yang dapat merusak hasil pekerjaan.
b. Apabila tidak mungkin atau tidak cukup air kerja yang didapat dari air minum setempat, maka Penyedia
Jasa harus dapat mengusahakan dari sumber lain yang memenuhi persyaratan di atas.
c. Khusus air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, garam-
garam dan bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat merusak mutu beton, baja
tulangan dan baja profil. Sebaiknya air yang dipergunakan/dipakai adalah air bersih yang dapat
diminum.

LA-3
1.2.5. Listrik Kerja
1) Persyaratan
Listrik untuk bekerja harus disediakan Penyedia Jasa dan diperoleh dari sambungan sementara PLN
setempat selama masa pembangunan. Penggunaan Diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya
diperkenankan untuk penggunaan sementara atas persetujuan Direksi Lapangan. Daya listrik juga
disediakan untuk suplai Kantor Direksi Lapangan.

1.2.6. Mobilitas dan Demobilisasi


1) Umum
a. Mendatangkan alat berat sesuai spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen lelang dengan
menggunakan alat angkutan darat, seperti diesel hummer, excavator, crawler crane, compressor, alat
las, genset, dan lain-lain.
2) Persyaratan Peralatan
a. Diesel Hummer
b. Excavator berkapasitas minimal 2 m³.
c. Crawler Crane kapsitas minimal 20 ton.
3) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Mobilisasi dan demobilisasi dilaksanakan segera setelah kontrak ditandatangani.
b. Pengukuran bobot pekerjaan berdasarkan kondisi alat pada saat sudah berada dilapangan hingga
dikembalikan pada saat pekerjaan selesai.
c. Bila dalam masa pekerjaan alat bermasalah, kontraktor harus mendatangkan peralatan yang tanpa
biaya tambahan.
d. Pembayaran dapat dilakukan dalam dua tahap, yaitu 50 % setelah alat berada di lapangan dan 50 %
setelah alat dikeluarkan dari lapangan.
e. Pengendalian Mutu
f. Semua peralatan yang didatangkan harus siap untuk bekerja.
g. Bila peralatan bermasalah pada saat masa pelaksanaan, harus segera mendatangkan alat yang baru.

1.2.7. Pengkuran dan Positioning


1) Umum
Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank dilaksanakan dengan maksud agar site bangunan benar-benar
sesuai dengan yang direncanakan.
2) Persyaratan Bahan dan Peralatan
a. Papan kayu bouwplank 2 x 20 cm.
b. Kayu terentang 5 x 7 cm.
c. Tali/benang.
d. Theodolite.
e. Waterpass.
f. Papan bouwplank diserut halus dan rata pada bagian atasnya.
g. Jarak maksimum balok tanam 1,5 m.
3) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Sebagai dasar peraturan tinggi lantai dasar 0,00 (titik duga) dipakai tinggi pada denah bangunan yang
akan dilaksanakan. Selanjutnya titik ditentukan secara Permanen dan oleh Kontraktor diberi tanda
jelas dengan noit beton yang kokoh dan baru boleh dibongkar setelah pekerjaan selesai untuk

LA-4
penyerahan pertama. Ukuran-ukuran tinggi ini diambil diatas ketinggian sumbu jalan dimuka
bangunan. Ukuran-ukuran pokok dan ukuran-ukuran detail tertera pada gambar Bestek dan Detail
Kontraktor hendaknya meneliti kembali ukuran- ukuran tersebut jika ada perbedaan dan ketidak
cocokan.
b. Pemasangan Patok-patok untuk menentukan situasi harus dilakukan bersama dan atas persetujuan
Direksi.
c. Penyedia Jasa harus sudah memulai pekerjaan dari garis-garis dasar patok-patok yang telah disetujui
oleh Direksi Lapangan serta bertanggung jawab penuh atas hasil pengukuran-pengukuran yang
dibuatnya.
d. Penyedia Jasa harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja termasuk para juru ukur
(surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan pengukuran dan pematokan untuk setiap pekerjaan
yang memerlukannya.
e. Pengukuran-pengukuran sudut siku, ketinggian peil, panjang lebar dapat menggunakan teropong,
waterpass, theodolit, prisma penyiku dan lain- lain. Pengukuran siku dengan benang secara prinsip
segitiga phitagoras hanya dibolehkan pada bagian-bagian yang kecil dan tidak penting saja.
f. Penyedia Jasa diwajibkan untuk memelihara patok-patok serta tugu-tugu hasil ukur utama tersebut
selama masa pembangunan berjalan.
g. Patok harus ditanam dalam tanah sampai kuat/tidak goyang, sehingga tidak mudah dicabut dan
menggunakan kayu ukuran 5x7 cm (ukuran paling kecil).
h. Jarak patok dari sisi galian pondasi minimum 30 cm sedang jarak patok yang satu dengan yang lain
minimum 2 m.
i. Papan bouwplank menggunakan kayu kelas III dengan ukuran 2 x 20 cm dan pada bidang sebelah
atas harus diserut sampai rata.
j. Penentuan ketinggian papan bouwplank dari tanah adalah 30 cm untuk seluruh bangunan atau
ditentukan lain atas persetujuan Direksi Lapangan.
k. Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Borneo dengan ukuran tebal 2 cm. dan lebar 20 cm,
lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
l. Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 dengan jarak satu sama lain adalah 1,50 m tertancap
di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah.
m. Papan bangunan dipasang sejarak 2,00 m dari as pondasi terluar atau sesuai dengan keadaan
setempat.
n. Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan antara satu dengan lainnya atau rata waterpass,
kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.
o. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor/Pemborong harus melaporkan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
4) Pengendalian Mutu
a. Kontraktor melapor/membicarakan dengan Direksi dan Pimpinan Kegiatan. Kontraktor harus
memperhatikan ukuran yang tertera pada gambar kontruksi beton harus disesuaikan dengan ukuran
jadi.
b. Ketidakcocokan yang mungkin ada di lapangan antara gambar dan kenyataan harus segera dilaporkan
kepada Direksi.
c. Kontraktor/Pemborong harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan
bangunan ini sampai tidak diperlukan lagi.

LA-5
1.2.8. Pekerjaan Persiapan Tanah
1) Pekerjaan persiapan tanah ini meliputi pembongkaran / pemindahan / pembersihan di area kerja dari benda
/ bekas bangunan / struktur bangunan yang tidak berguna lagi, yang dapat mengganggu terlaksananya
kelancaran kerja di tempat tersebut dan dibuang keluar proyek.
2) Pohon / semak / rerumputan yang tidak diperlukan lagi di area kerja harus disingkirkan berikut pokok dan
akar-akarnya. Sampah-sampah tanaman / kotoran-kotoran tanaman merupakan tanggung jawab Kontraktor
untuk pembersihannya.
3) Persiapan dan pembentukan tanah untuk pekerjaan struktur atau berkaitan dengan pekerjaan struktur
merujuk pada pasal yang mengatur pekerjaan tersebut pada bab persiapan tanah atau lahan untuk struktur.
4) Persipan dan pembentukan tanah untuk pekerjaan softscape diatur pada pasal berikutnya dalam bab ini.

1.2.9. Pembentukan Dan Penyelesaian Tanah

1) Pekerjaan ini meliputi pekerjaan galian, urugan tanah, perataan tanah. Tanah yang dipergunakan adalah
tanah subur / top soil yang bebas dari kotoran / akar- akar pohon.
2) Pembentukan dan penyelesaian tanah harus mengikuti bentuk rencana grading / kemiringan / kontur / peil
yang tertera dalam gambar rencana lanskap.
3) Pekerjaan penanaman memerlukan pengurugan tanah yang mengandung bahan organis.

1.2.10. Pembersihan Lahan

1) Lahan yang telah siap untuk pelaksanaan suatu pekerjaan ataupun yang telah selesai digarap harus
dibersihkan dari bekas tanah galian dan bahan bangunan.
2) Lahan yang dipersiapkan untuk pekerjaan penanaman harus benar-benar dibersihkan dari batu, kerikil,
adukan, kapur, dan berbagai material bekas bangunan, plastik dan bahan-bahan organis. Bahan-bahan
tersebut dibuang keluar dari lokasi proyek. Tanah untuk urugan, pelapisan tanah (top soil) adalah tanah
subur dan gembur.
3) Jenis tanaman yang ada pada lokasi pekerjaan dan tidak termasuk dalam rencana / rancangan tapak harus
disingkirkan dari lokasi pekerjaan dengan cara ditebang / dicabut / dipotong dan sebagainya.

1.2.11. Pengukuran Dan Pematokan Lokasi Tanam

Semua titik lokasi penanaman pohon harus diberi tanda dengan patok-patok yang diberi cat sesuai tanaman
yang tertera pada gambar rencana. Titik lokasi penanaman perdu terluar sebagai batas kelompok tanaman
yang sejenis harus diberi tanda untuk mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Pematokan harus
dilaksanakan dengan benar dan tepat pada saat pengukurannya.
Apabila terjadi ketidak sesuaian pada kondisi lapangan, agar dilaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk
menentukan lokasi patok yang disetujui.

LA-6
1.2.12. Pekerjaan Pada Tanah Subur

1) Lingkup Pekerjaan
A. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu yang
dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk memperoleh hasil yang baik.
B. Pekerjaan tanah subur ini dilakukan untuk semua area penanaman, termasuk area penanaman.
C. Khusus untuk penanaman perdu dilakukan pengerukan tanah sedalam 40 cm dari permukaan kanstin,
bak tanaman atau ketinggian muka lahan yang direncanakan. Area pengerukan kemudian diisi kembali
dengan campuran tanah subur dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 sampai 10 cm di bawah
permukaan kanstin, bak tanaman atau ketinggian muka lahan yang direncanakan (setelah tanah disiram
air).
D. Khusus untuk penanaman rumput, tanah ditambah pupuk kandang setebal 5 cm yang kemudian diaduk
dengan tanah urug yang ada.
E. Khusus untuk penanaman pohon, tanah digali dengan ukuran 1m x 1 m x 1m dan atau lebih kecil dari
itu dengan persetujuan Konsultan Pengawas. Tanah tersebut dicampur dengan pupuk kandang untuk
digunakan sebagai tanah subur / media tanam.
2) Persyaratan Bahan
A. Tanah yang digunakan harus terdiri dari tanah gembur, tidak berbatu atau tidak terdapat puing-puing
bekas bangunan, tidak ada sampah dan rumput/ tanaman liar.
B. Tanah yang digunakan harus bebas dari bibit hama, kutu maupun rayap.
C. Digunakan pupuk kandang yang bermutu baik yang telah melalui masa penimbunan selama minimum
6 bulan, sebagai campuran tanah gembur dengan perbandingan 2 : 1 (tanah : pupuk), atau campuran
tanah humus.
D. Air siraman digunakan air tawar yang tidak mengandung minyak, asam alkali dan bahan-bahan organis
lainnya.
E. Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dan atau Pemimpin Proyek dapat meminta kepada
Kontraktor, untuk memeriksakan air ke Laboratorium Pemeriksaan Bahan yang resmi dan sah atas biaya
Kontraktor.
F. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan di atas dengan
persetujuan Konsultan Pengawas dan atau Pemimpin Proyek
3) Syarat-syarat Pelaksanaan
A. Tanah dan pupuk kandang yang digunakan, harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan atau
Pemimpin Proyek.
B. Campuran tanah dan pupuk kandang harus merata, warna dan campurannya.
C. Lapisan tanah subur harus sama ketebalannya sesuai yang disyaratkan dalam detail gambar, diratakan
dan disiram air.
D. Tebal lapisan tanah subur / topsoil, termasuk dalam bak tanaman minimum 30 cm atau sesuai dengan

LA-7
gambar.
E. Pekerjaan selanjutnya dapat dikerjakan bilamana sudah mendapat persetujuan dari pihak Konsultan
Pengawas dan atau Pemimpin Proyek.

1.2.13. Peningkatan Aerasi Pada Tanah Liat

Keadaan fisik tanah tergolong baik apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman dan mampu sebagai
tempat aerasi dan lengas tanah, yang semuanya berkaitan dengan peran bahan organik. Peran bahan organik yang
paling besar terhadap sifat fisik tanah meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan peningkatan
ketahanan terhadap erosi.
Pada tanah yang bertekstur halus (lempungan), pada saat basah mempunyai kelekatan dan keliatan yang tinggi,
sehingga sukar diolah (tanah berat), dengan tambahan bahan organik dapat meringankan pengolahan tanah. Pada
tanah ini sering terjadi retak-retak yang berbahaya bagi perkembangan akar, maka dengan tambahan bahan organic
kemudahan retak akan berkurang. Pada tanah pasiran yang semula tidak lekat, tidak liat, pada saat basah, dan gembur
pada saat lembab dan kering, dengan tambahan bahan organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh,
sehingga mudah diolah.
Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk struktur agregat tanah, yang berperan sebagai
bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah. Bahkan bahan organik dapat mengubah
tanah yang semula tidak berstruktur (pejal) dapat membentuk struktur yang baik atau remah, dengan derajat struktur
yang sedang hingga kuat. Mekanisme pembentukan agregat tanah oleh adanya peran bahan organik ini dapat terjadi
dengan:
A. Penambahan bahan organik (pupuk kandang) yang dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah
baik jamur dan actinomycetes. Melalui pengikatan secara fisik butir-butir primer oleh miselia jamur dan
actinomycetes, maka akan terbentuk agregat walaupun tanpa adanya fraksi lempung;
B. Pengikatan secara kimia butir-butir lempung melalui ikatan antara bagian–bagian negative dalam
lempung dengan gugusan negatif (karboksil) senyawa organik berantai panjang dengan perantaraan
basa-basa Ca, Mg, Fe dan ikatan hidrogen;
C. Pori dalam tanah menentukan kandungan air dan udara dalam tanah serta menentukan perbandingan
tata udara dan tata air yang baik. Aerasi tanah sering terkait dengan pernafasan mikroorganisme dalam
tanah dan akar tanaman, karena aerasi terkait dengan O2 dalam tanah. Dengan demikian aerasi tanah
akan mempengaruhi populasi mikrobia dalam tanah.
Pembentukan pori ini dapat dilakukan dengan cara:
A. Penambahan bahan kasar (berpasir) pada tanah pejal, akan meningkatkan pori yang berukuran
menengah dan menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan
air.
B. Pemberian bahan organik (pupuk kandang) pada tanah halus lempungan, akan meningkatkan pori meso
dan menurunkan pori mikro. Dengan demikian akan meningkatkan pori yang dapat terisi udara dan
menurunkan pori yang terisi air, sehingga akan terjadi perbaikan aerasi untuk tanah lempung berat.
Pengaruh bahan organik terhadap peningkatan porositas tanah di samping berkaitan dengan aerasi
tanah, juga berkaitan dengan status kadar air dalam tanah dan dampaknya terhadap penurunan laju

LA-8
erosi tanah.
Hal ini dapat terjadi akibat dari perbaikan struktur tanah yaitu dengan semakin mantapnya agregat tanah,
sehingga menyebabkan ketahanan tanah terhadap pukulan air hujan meningkat. Di samping itu, dengan
meningkatnya kapasitas infiltrasi air akan berdampak pada aliran permukaan dapat diperkecil sehingga erosi
dapat berkurang.

1.2.14. Pengolahan Tanah / Peningkatan Ph Tanah

A. Untuk meningkatkan pH menjadi netral perlu ditambahkan kapur / Dolomot, jumlah kapur yang
dibutuhkan tergantung dari masing-masing tingkat keasaman area tersebut.
B. Untuk hasil yang terbaik dari proses pengkapuran memerlukan waktu dua minggu sebelum waktu
penanaman. Pengkapuran dilakukan dengan mencampurkan tanah subur, pupuk kandang matang dan
1 (satu) sendok makan Dolomit secara merata untuk setiap 1 lubang pohon.
C. Untuk penanaman yang sudah selesai, pemberian kapur dapat diberikan dengan mencampur kapur
dengan tanah pada permukaan (ditabur merata) dengan dosis 300 kg/1 ha.
D. Untuk tanaman semak/perdu dan rumput, ditebarkan menyeluruh dan merata pada permukaan tanah.
Setelah dilakukan penebaran kapur/Dolomit, harus dilakukan pencangkulan secara merata diseluruh
area, agar terjadi proses yang optimal.

1.2.15. Pemupukan

Setelah tanah diolah, dilanjutkan dengan pemupukan. Langkah-langkah pemupukan tanah adalah sebagai berikut.
A. Tebarkan pupuk organik (pupuk kandang atau pupuk hijau) sesuai dengan takaran.
B. Kemudian tanah diaduk-aduk sampai merata betul.
Perhatikan agar pupuk organik yang dipergunakan adalah yang sudah matang. Pada pupuk organik yang belum
matang, proses dekomposisi masih terjadi sehingga mengeluarkan panas yang berbahaya bagi tanaman. Golongan
tanaman penutup tanah akan sangat menderita karenanya. Umumnya tanaman penutup tanah tumbuh subur pada
tanah yang dilengkapi bahan organik (pupuk kandang, pupuk hijau, atau kompos). Bahan organik yang diberikan
sebanyak 2 – 4 kg untuk setiap 1 m2. Terlebih dahulu tanah dicangkul, dibersihkan dari batu-batuan dan tanaman liar
yang tidak dikehendaki. Kemudian tanah dihaluskan. Apabila tanahnya kurang subur, sebaiknya ditambahkan pupuk
pabrik pada saat mempersiapkan tanah ini, yaitu dengan pupuk TSP, Urea, dan KCl masing-masing sebanyak 10 gram
setiap 1 m2. atau NPK (15-15-15) sebanyak 30 gram setiap 1 m2.
Penggunaan pupuk pabrik sebenarnya tergantung kesuburan tanah. Tanah yang subur mungkin tidak perlu lagi
dipupuk, atau diberi tambahan sedikit saja agar tetap seimbang kesuburannya.

LA-9
BAB II
PEKERJAAN LANSKAP

2.1 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan pekerjaan softscape (penanaman vegetasi
perindang, semak perdu dan penutup tanah). Pekerjaan softscape ini mencakup pekerjaan persiapan,
penanaman, dan pemeliharaan hingga tanaman sepenuhnya hidup.
2.2 PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.2.1 Umum
Untuk menjamin mutu pekerjaan (seperti ketepatan ukuran, kerapian pelaksanaan pekerjaan), Kontraktor
harus menempatkan tenaga-tenaga yang berkualitas, berpengalaman dan memahami permasalahan teknis
sesuai dengan tugasnya dalam pekerjaan.
Tenaga-tenaga tersebut bila diperlukan, harus melakukan pengukuran, menetapkan titik-titik tetap pada
staking out, melakukan penelitian/pengujian material, menggambar, penyusunan laporan dan dokumentasi
pekerjaan.
2.2.2 Persiapan Umum
A. Kontraktor harus mempelajari gambar-gambar sebelum memulai pengukuran. Kontraktor dan
Konsultan Pengawas bersama-sama mengadakan penyesuaian dan koreksi terhadap kenyataan di
lapangan, terutama pada dimensi pekerjaan, lokasi pekerjaan serta persesuaian dan kesepakatan atas
hal tersebut di atas.
B. Kontraktor harus mempunyai informasi yang jelas tentang letak, lokasi, jenis pekerjaan, gambar dan
ukuran dari yang akan dikerjakan. Hasil pemeriksaan harus diukur dalam buku ukur standar. Buku
tersebut harus dijilid dan tidak berupa lembaran yang terlepas.
C. Kontraktor harus memeriksa letak patok koordinat dan station. Bila diperlukan, Kontraktor dapat
meletakkan pada lokasi yang benar (dipindahkan).
D. Pada tempat-tempat dimana terdapat lokasi pekerjaan, harus dibuat gambar-gambar kondisi asli (misal
profil melintang dari jalan yang asli).
2.2.3 Pengendalian Mutu Bahan
A. Saat Pengadaan
Kontraktor bertanggungjawab untuk melakukan pemeriksaan dari suatu material / barang yang
diperlukan dalam pekerjaan ini apakah memenuhi persyaratan mutu, atau melebihi dari yang disyaratkan.
B. Saat Pelaksanaan
1. Konsultan Pengawas berhak untuk menolak material, barang, pekerjaan yang tidak memenuhi
persyaratan minimum yang disyaratkan.
2. Kontraktor bertanggungjawab untuk menyampaikan bukti-bukti yang diperlukan baik bahan maupun
hasil pekerjaan atau kedua-duanya yang diminta oleh Konsultan Pengawas, atau disyaratkan dalam

LA-10
dokumen kontrak, bahwa bahan atau pekerjaan tersebut memenuhi atau melampaui persyaratan
standar yang diperlukan. Bukti tersebut harus dalam bentuk tertulis dalam bentuk copy laporan
hasil pengujian yang disahkan.
3. Untuk pengendalian mutu bahan dan pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menempatkan seorang
tenaga teknisi laboratorium yang berpengalaman serta mampu untuk melaksanakan pengujian,
penelitian serta membuat campuran tanah tanam bila hal tersebut diperlukan. Hasil pengujian,
pemeriksaan mutu lapangan dan rencana campuran harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas.
2.2.4 Pembersihan Lapangan
A. Umum
Kontraktor wajib menjaga kebersihan daerah pekerjaan dari material sisa, sampah, yang
disebabkan oleh pelaksana pekerjaan. Pada saat selesainya pekerjaan, Kontraktor wajib membongkar
material sisa, sampah perkakas, peralatan, dan material yang berlebih, serta membersihkan seluruh
permukaan jalan dan median yang tampak kotor. Sehingga meninggalkan pekerjaan dalam keadaan
bersih dan siap untuk dipakai.
B. Selama Pelaksanaan
Pembersihan harus dilaksanakan untuk menjamin lokasi pekerjaan dipelihara, bebas dari timbunan
material sisa, dan dan kotoran lainnya.
Selama pekerjaan, tempat umum dan tempat kerja harus selalu terjaga kebersihannya. Material
sisa dan sampah harus dibuang ke luar lokasi pekerjaan.
Kontraktor harus menyediakan drum penampung untuk mengumpulkan material sisa dan
sampah, kemudian dibuang dari lokasi pekerjaan. Material sisa, kotoran dan sampah harus dibuang
pada tempat penimbunan yang ditunjuk.
Barang-barang yang disimpan harus disusun secara teratur sehingga mudah untuk digunakan,
tidak mengganggu lalu lintas dan drainase serta menyediakan perlindungan yang memadai terhadap
barang tersebut.
Kontraktor wajib mengurug kembali seluruh lubang dan galian yang dibuat selama pekerjaan.
Kontraktor harus membuang dan membersihkan sampah dan material yang sudah tidak dibutuhkan
untuk pelaksanaan pekerjaan.
C. Akhir Pelaksanaan
Pada akhir pelaksanaan Kontraktor harus meninggalkan lokasi pekerjaan dalam keadaan bersih
dan siap untuk digunakan oleh Pemilik Proyek. Kontraktor harus mengembalikan ke keadaan semula
bangunan tempat kerja yang tidak ditetapkan untuk diubah.
Sebelum penyelesaian pekerjaan, jalan dan seluruh tempat yang telah digunakan sehubungan
dengan pekerjaan, harus dibersihkan dari sisa material dan sampah.
Tempat kerja harus ditinggalkan dalam keadaan yang rapi, bersih dengan kelandaian serta
ketinggian yang baik. Seluruh sisa perkakas dan material, sampah dan kotoran harus dibawa ke luar
dari tempat kerja.

LA-11
Kontraktor harus mempekerjakan pekerja yang berpengalaman untuk pembersihan akhir dan
untuk penyiapan penyerahan pekerjaan kepada Pemilik Proyek. Kontraktor wajib melakukan
pemeriksaan hasil pekerjaan dari kerusakan dan kotoran sebelum pembersihan akhir.
2.3 KANTOR LAPANGAN, GUDANG DAN NURSERY
2.3.1 Umum
Kontraktor wajib memelihara, membersihkan dan menjaga apangan sementara, gudang penyimpanan
material dan penyimpanan tanaman (Nursery) selama periode pelaksanaan pekerjaan.
2.3.2 Kantor Lapangan dan Gudang Penyimpanan Material
A. Pelaksanaan
Apabila kantor lapangan berada di dalam wilayah jalan, Kontraktor harus memperhatikan dan mentaati
peraturan lalu lintas yang berlaku serta melaporkan kepada Permimpin Proyek sebelum menetapkan
lokasi dan melaksanakan pemasangan instalasi / bangunan. Drainase pada komplek pusat kegiatan
tersebut harus berfungsi dengan baik. Kontraktor harus mengambil tindakan pengamanan yang
memadai untuk pencegahan kebakaran selama periode penanaman maupun periode pemeliharaan.
B. Persyaratan Bangunan
Kantor lapangan harus baik secara struktur, kedap terhadap cuaca, dengan lantai lebih tinggi dari
permukaan tanah. Luas dan dimensi bangunan mencukupi kebutuhan Kontraktor. Pada saat selesainya
pekerjaan, Kontraktor harus membongkar kantor lapangan / sementara dan gudang sehingga kondisi
lokasi kembali seperti semula
C. Perlengkapan dan Utilitas
Seluruh peralatan untuk masa konstruksi dan masa pemeliharaan disediakan oleh Kontraktor.
Kontraktor wajib menyediakan obat-obatan (P3K).
Atas biaya sendiri, Kontraktor harus melaksanakan pemasangan utilitas dan perlengkapan sesuai
kebutuhan Kontraktor.
D. Bila untuk suatu keadaan yang tidak terelakkan, dimana saluran air minum / pembuangan, aliran listrik
dan sebagainya yang sifatnya digunakan oleh umum menjadi terganggu oleh pekerjaan ini, maka
Kontraktor wajib mengusahakan suatu cara penyelesaian sehingga fasilitas-fasilitas umum tersebut
tetap berjalan lancar sebagaimana mestinya.
2.3.3 Nursery
A. Umum
1. Nursery adalah lokasi yang cukup luas berbentuk bidang yang aman. Area ini digunakan untuk
memelihara dan mempersiapkan tanaman sehingga tanaman siap dipindahkan ke tempat yang
benar. Fungsinya termasuk menyimpan semua peralatan, pupuk dan bahan pembantu pemeliharaan
yang berkaitan dengan kegiatan pertanaman, berbentuk bidang yang aman. Semua tanaman harus
diletakkan pada tempat yang teduh dengan keadaan tanah datar dan bersih.
2. Nursery dibangun oleh kontraktor dengan ukuran 1000m2 dengan persetujuan konsultan pengawas.
Nursery menggunakan konstruksi bambu dan dilengkapi dengan paranet, instalasi selang

LA-12
penyiraman pompa air, dan titik-tiktik keran. Pada nursery juga terdapat kantor dan gudang
kontraktor. Kantor dilengkapi dengan ruang kerja dan ruang rapat serta penginapan pekerja,
sedangkan gudang digunakan untuk penyimpanan peralatan kerja, peralatan
perlindungan/pengaturan lalu lintas dan material serta bahan lainnya sesuai dengan kebutuhannya
dan ketentuan dalam dokumen kontrak.
3. Peralatan dan bahan yang digunakan kontraktor diperiksa oleh konsultan pengawas, untuk
memastikan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan dalam kontrak. Bahan dan material berupa
pupuk, pestisida dan obat-obatan lainnya dalam keadaan kering dan bersih. Kekurangan peralatan,
bahan dan material harus dilengkapi agar tidak menghambat pelaksaan pekerjaan dilapangan.
4. Aplikasi Zat Perangsang Tumbuh (ZPT) seperti Rootane/Atonik dengan dosis 2-3 cc/liter dapat
diaplikasikan pada bola akar tanaman pada saat tanaman distok di nursery. Selama tanaman
disimpan di nursery tetap disiram rutin dan dirawat dengan baik.
5. Tanaman yang disimpan di nursery diperiksa spesifikasinya oleh Konsultan Pengawas. Pemeriksaan
meliputi tinggi tanaman, diameter batang, kondisi bola akar, percabangan dan daun serta dipastikan
tanaman dalam keadaan instant. Tanaman juga diperiksa jumlahnya dan selanjutnya diberi label
tanaman. Tanaman yang ditolak harus dikeluarkan dari nursery.
6. Tanaman di nursery disusun dengan rapi dikelompokkan per jenis tanaman dan dilengkapi dengan
ajir bambu utuh agar memudahkan dalam pemeriksaan, teratur dan nursery dalam kondisi bersih
(tidak berantakan).
7. Kontraktor harus mengantisipasi musim kemarau yang ekstrem dengan menggunakan alcosorb
dengan takaran 50-100 gram perpohon. Alcosorb ditanamkan pada area sekitar akar tanaman.
Kontraktor juga dapat memberikan mulsa dari irisan/cacahan pelepah batang pisang yang atau dapat
pula menggunakan tanaman apu-apu dari empang. Aplikasi mulsa lainnya juga dapat diberikan
apabila sudah mendapat persetujuan dari konsultan pengawas. Antisipasi musim kemarau yang
ekstrem juga dapat dilakukan dengan mengintensifkan atau menambah armada penyiraman.
8. Aplikasi Pupuk Kandang dengan takaran 5-10 kg per pohon dapat dilaksanakan pada musim
kemarau. Aplikasi pupuk kandang diharapkan dapat membantu penyerapan air dalam tanah serta
memperbaiki stuktur tanah. Pupuk kandang dari kotoran sapi dan atau ayam yang sudah matang
atau jenis pupuk kandang lainnya yang sudah mendapat persetujuan konsultan pengawas. Pupuk
kandang diaplikasikan pada awal penanaman dan pada masa perawatan, khususnya pada musim
kemarau.
9. Dalam rangka perbaikan struktur tanah, kontraktor dapat melakukan aplikasi EM4/BOKASHI dengan
dosis 3-10 cc/liter. Aplikasi ini ditujukan untuk memperbaiki struktur tanah dan menguntungkan bagi
tanaman. Aplikasi dapat dilaksanakan pada saat penanaman dan pada masa perawatan. Aplikasi
EM4/BOKASHI dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
10. Aplikasi pupuk NPK/PHONSKA 15-15-15 dapat diaplikasikan pada masa perawatan dengan takaran
50-100 gram perpohon. Pemupukan NPK dapat dilaksanakan pada sore hari dan dipendamkan ke
dalam tanah sekitar akar tanaman. Setelah pemupukan segera dilakukan penyiraman untuk
mengoptimalkan fungsi pupuk bagi tanaman.
11. Pemangkasan tunas air dilakukan khususnya pada pohon seperti Trembesi, Bungur, Tanjung dan

LA-13
Liang Liu agar daun mengumpul pada bagian tajuk tanaman dan tanaman terlihat ideal, estetik dan
proposional.
B. Lokasi
1. Terletak pada area yang cukup datar dan tidak dengan permukaan/ lapisan batuan.
2. Mudah dicapai dari jalan
3. Dekat dengan kantor proyek / tidak jauh dari Pos/ gerbang proyek
4. Terdapat / dekat dengan sumber air
Di area nursery harus disediakan cukup air untuk penyiraman. Sumber air dari sumur atau air sungai
yang mutunya memenuhi syarat. Semua tanaman yang berada di nursery harus disiram 2 (dua) kali
sehari pada pagi dan sore hari.
5. Seluruh area nursery harus bebas dari genangan air / banjir.
C. Persyaratan
1. Harus memiliki keteduhan dengan cara :
 Menggunakan pelindung paranet dengan kerapatan 50 %
 Tiang penyangga dari bambu diameter 8 – 10 cm, tinggi 3 m dari permukaan tanah, dipancang
tegak lurus ke dalam tanah, dengan perkuatan dibuat pada setiap sambungan
2. Luas cukup memadai
3. Maksimalisasi penggunaan material sehingga menghasilkan modul yang maksimal (misal :
memperhitungkan ukuran paranet, bambu yang ada di pasaran )
4. Harus mempunyai sirkulasi udara yang baik
D. Fasilitas Perlengkapan Utilitas
1. Sumur / sungai sebagai sumber air
Untuk menjaga ketersediaan air, maka di lokasi nursery harus disediakan bak penampung air
sebagai berikut :
 Bak penampung air terbuat dari bahan fiberglass dengan kapasitas 3000 - 5000 liter, dilengkapi
dengan pompa dan selang untuk penyiraman.
 Bak penampung air ditanam dalam tanah, agar memudahkan pengisian dan pengambilan air
saat penyiraman.
2. Generator sebagai sumber listrik
3. Rumah jaga
4. Penyimpanan pupuk & peralatan.
Untuk menunjang kegiatan pekerjaan, kontraktor harus menyediakan gudang / bedeng di area
nursery yang dapat digunakan untuk menyimpan alat-alat, pupuk dan lain-lain.
5. Petugas harus disediakan sebuah tempat peturasan yang memenuhi syarat kesehatan.
Kontraktor bertanggungjawab atas keamanan wilayah nursery selama proyek berlangsung dan masa
pemeliharaan.

LA-14
2.4 MOBILISASI DAN DEMOBILISASI
2.4.1 Umum
A. Pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi yang dimaksudkan dalam kontrak ini ialah pekerjaan mobilisasi
kantor, gudang, nursery dan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan ini. Pekerjaan mobilisasi ini
mencakup pula pekerjaan demobilisasi (pembongkaran/pemulangan/pengiriman kembali), bila kontrak
telah berakhir dan atau peralatan tidak diperlukan lagi
B. Ukuran, bentuk, kapasitas dan hasil produksi peralatan hendaknya disesuaikan dengan jenis, macam
dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dalam mengajukan penawaran dan atau dalam kontrak,
Kontraktor harus membuat rincian peralatan, yang akan dimobilisasi dan demobilisasi.
C. Kontraktor diperbolehkan untuk merubah, mengurangi atau memperbaiki susunan alat-alat,
perlengkapan dan instalasi-instalasi tersebut tanpa mempengaruhi biaya. Dengan syarat Konsultan
Pengawas tidak berkeberatan untuk setiap waktu dalam masa pelaksanaan tersebut.
D. Biaya mobilisasi dan demobilisasi tersebut harus termasuk biaya pembongkaran alat-alat,
perlengkapan, instalasi-instalasi itu sedemikian rupa sehingga bekas tempat alat-alat, perlengkapan
dan instalasi-instalasi tersebut kembali seperti semula.
2.4.2 Program Mobilisasi
A. Persiapan
Segera setelah surat perintah kerja diterbitkan oleh Pemberi Tugas, Kontraktor harus segera
membahas rencana pelaksanaan mobilisasi bersama Pemimpin Proyek dan Konsultan Pengawas.
Pembahasan ini mencakup semua hal dan rencana lengkap. Hasil pembahasan ini kemudian
dikoordinasikan dengan pekerjaan lain yang menyangkut pekerjaan struktur, mekanikal, elektrikal.
Terutama dalam melakukan pekerjaan pembentukan tanah dan penyelesaian tanah agar tidak terjadi
kesalahan, pembongkaran, pengrusakan yang tidak diinginkan terhadap pekerjaan yang lain yang telah
selesai dilaksanakan maupun yang sedang dilaksanakan.
Pada saat pembahasan, Kontraktor harus sudah mempersiapkan secara tertulis semua persiapan
untuk mobilisasi, serta pelaksanaan pekerjaan. Semua saran atau ketetapan hasil pembahasan tersebut,
harus diserahkan kembali dalam waktu 7 hari setelah tanggal pembahasan tersebut.
B. Rencana Mobilisasi
Rencana mobilisasi harus dilengkapi dengan :
- Lokasi pusat-pusat kegiatan seperti : kantor, tempat-tempat penyimpanan bahan, nursery disertai
denahnya.
- Rencana pengangkutan alat dari dan kemana, jadwal pengiriman serta tahapan menurut prioritasnya,
cara pengiriman dan sebagainya.
Perubahan yang terjadi, yang menyimpang dari hasil pembahasan, harus dilaporkan dan
mendapat persetujuan Pemimpin Proyek / Konsultan Pengawas.
C. Periode Mobilisasi

LA-15
Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan program mobilisasi kepada Pemimpin Proyek dan Konsultan
Pengawas untuk diketahui dan disetujui.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, semua peralatan yang diperlukan harus sudah berada di lapangan.
Peralatan harus dalam kondisi baik dan siap pakai.
2.5 PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA
Kontraktor harus mengusahakan, atas tanggungannya, langkah-langkah dan peralatan yang perlu untuk
melindungi pekerjaan dan bahan-bahan yang digunakan agar tidak rusak oleh cuaca.

LA-16
BAB III
PEKERJAAN PENANAMAN
3.1 UMUM
A. Pekerjaan-pekerjaan pada bagian ini termasuk, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut :
1. Penyediaan tanaman
2. Pembersihan lahan sebelum penanaman
3. Penyediaan media tanam
4. Penanaman
5. Pemangkasan dan perbaikan pada saat penanaman
6. Pembentukan/perapihan akhir pada grading
B. Setiap jenis pekerjaan yang diindikasikan dalam gambar akan disebutkan, meskipun ada yang tidak
disebut secara khusus dalam spesifikasi. Setiap pekerjaan yang tidak tertera pada gambar, tapi
biasanya menjadi bagian dari pekerjaan lanskap, dianggap bagian dari pekerjaan. Manajemen
konstruksi mempunyai hak membuat penyelesaian dan penggantian di lapangan agar pelaksanaan
konsep lanskap sesuai dengan kondisi lapangan
C. Penyediaan tanaman
Memperoleh, membeli dan membawa material tanaman ke tapak/ lokasi proyek. Semua material harus
disetujui Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan sebelum dipakai di tapak. Material tanaman diperoleh
dari supplier/ nursery terpercaya dengan kondisi tanah dan iklim mirip dengan tapak. Material tanaman
yang didatangkan ke lokasi penanaman tidak boleh dibiarkan tidak tertanam lebih dari 2 (dua) hari.
D. Penggantian  harus kesepakatan dalam sistem kerja
1. Jika tanaman yang diusulkan tidak dapat diperoleh, diberikan permintaan penggantian secara tertulis
kepada Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan 1 (satu) minggu setelah kontrak diserahkan.
Permintaan ini dapt berupa spesies yang sama dengan usulan penyesuaian harga kontrak.
2. Penggantian tanaman tidak diizinkan tanpa persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas/ Pengawas
Lapangan.
E. Pemilihan, pemberian tanda dan pemesanan material tanaman
1. Setelah SPK, berikan permintaan kepada Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan untuk pemeriksaaan
dan dokumentasi material tanaman yang telah dipesan dan dikirim.
2. Tanaman akan diperiksa oleh Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan, jika perlu, pengecekan
dilakukan pada tempat pengambilan/ pengumpulan. Tanaman yang dikirim harus sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan. Semua tanaman yang tidak sesuai akan ditolak.
3. 2 PENGOLAHAN LAHAN DAN GALIAN LUBANG
A. Pengolahan lahan untuk penanaman pohon dan semak terdiri dari penggalian lubang tanam, mengisi
kembali dengan tanah yang subur dan mencampur / mengaduk top soil dengan bahan organik sampai
rata adukannya.

LA-17
B. Perlu diperhatikan dalam membuat lubang tanaman adalah lapisan tanah top soil dan sub soil.
C. Ukuran lubang minimal harus lebih besar dari bola akar (root ball) masing-masing tanaman, untuk itu perlu
diketahui spesifikasi bola akar masing-masing tanaman.
D. Lubang tanaman dibiarkan selama 1 (satu) minggu, kemudian diisi kembali dengan top soil dan pupuk
kandang yang matang (terdekomposisi) dengan perbandingan 2 : 1.
3. 3 KRITERIA DAN KUALITAS TANAMAN
A. Tanaman yang akan ditanam harus berasal dari pembibitan (tampungan), dan atau dari pindahan lokasi
eksisting dengan kualitas yang baik dan dalam kondisi telah tumbuh.
B. Seluruh pohon dan tanaman yang diambil dari nursery / supplier tanaman perlu diadaptasikan
(aklimatisasi) dengan lingkungannya dengan cara menempatkan pada nursery di lapangan.
C. Tanaman yang akan ditanam harus sesuai ukuran dan spesies sesuai dengan yang tercantum dalam
spesifikasi. Sebelum ditanam, tanaman harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas yang akan memberi
persetujuan atau penolakan. Tanaman yang sudah sesuai dapat diberi labelnya.
D. Penggantian spesies / jenis tanaman tidak diijinkan terkecuali bila dapat dibuktikan bahwa spesies yang
diminta tersebut tidak tersedia di pasaran. Permohonan penggantian tanaman harus secara tertulis
kepada Pemimpin Proyek melalui Konsultan Pengawas.
E. Kriteria kualitas tanaman.
1. Tanaman Pohon
 Tanaman pohon yang akan ditanam adalah tanaman tampungan yang siap untuk ditanam
(instan trees)
 Tinggi tanaman  150 - 400 cm (lihat lampiran spesifikasi tanaman).
 Kondisi tanaman baik, daun tidak layu dan kering.
 Struktur perakaran baik, tidak terserang hama dan penyakit baik daun maupun akarnya
 Batang tanaman kuat dan tidak mudah patah
 Daun tidak mudah rontok
 Bunga yang berkembang dalam keadaan segar, tidak layu dan kering
2. Tanaman semak dan perdu
i. Tanaman Semak
 Tanaman semak adalah tanaman yang tidak mengandung zat kayu
 Tanaman semak yang akan ditanam adalah tanaman tampungan yang siap untuk ditanam
 Tinggi tanaman  30 – 75 cm
 Kondisi tanaman baik, daun tidak layu dan kering.
 Struktur perakaran baik, tidak terserang hama dan penyakit baik daun maupun akarnya

LA-18
 Mudah dalam pemeliharaan
ii. Tanaman perdu
Tanaman perdu adalah tanaman yang mengandung zat kayu, tetapi bukan pohon
 Tanaman perdu yang akan ditanam adalah tanaman tampungan yang siap untuk ditanam
 Tinggi tanaman  75 - 150 cm
 Kondisi tanaman baik, daun tidak layu dan kering.
 Struktur perakaran baik, tidak terserang hama dan penyakit baik daun maupun akarnya
 Batang tanaman kuat dan tidak mudah patah
 Daun tidak mudah rontok
 Bunga yang berkembang dalam keadaan segar , tidak layu dan kering
3. Tanaman Penutup Tanah.
i. Rumput
 Tanaman rumput yang ditanam adalah dalam bentuk lempeng.
 Daun dalam kondisi baik, tidak layu dan kering.
 Pada lempengan rumput tersebut tidak terdapat hama (rayap) atau penyakit.
 Mudah dalam pemeliharaan.
ii. Tanaman Penutup Tanah
 Ada beberapa jenis tanaman penutup tanah yang mempunyai ketinggian antara  10 –
30 cm.
 Tanaman penutup tanah yang akan ditanam adalah tanaman tampungan
 Kondisi tanaman baik, daun tidak layu dan kering.
 Struktur perakaran baik, tidak terserang hama dan penyakit baik daun maupun akarnya
 Mudah dalam pemeliharaan

3. 4 PENGADAAN BIBIT TANAMAN


A. Pada saat pengiriman tanaman harus benar-benar terlindung dan tertutup untuk mencegah kerusakan
tanaman selama pengiriman. Tanaman tidak boleh diikat dengan tali atau kawat yang dapat
mengakibatkan batang / cabangnya rusak dan patah. Untuk mencegah kerusakan perakarannya,
tanaman yang akan ditanam harus dalam polybag / pot.
B. Polybag adalah kantong plastik dengan bentuk khusus untuk membungkus akar dan ujung bagian bawah
tanaman beserta tanah yang melekat padanya. Tanaman yang dimaksudkan adalah pohon atau perdu
yang sedang dalam proses pemindahan untuk menuju penanaman akhir. Bahan plastik tersebut tidak
mudah hancur baik di atas atau di dalam tanah. Walaupun ketebalan bahan polybag dapat ditembus oleh
pertumbuhan akar pohon di dalam tanah, tetapi akar perdu tidak cukup kuat menembusnya. Polybag
memiliki ciri-ciri berupa kantong berlubang yang memungkinkan air berlebihan di dalamnya dapat keluar
sehingga akar tidak membusuk. Polybag memiliki berbagai ukuran. Ukuran polybag yang dipergunakan
dipilih sesuai dengan ukuran besarnya akar dan tanah yang dibutuhkannya. Saat penanaman tanaman di
lapangan maka polybag nya dibuka/dicopot.
C. Bibit tanaman sampai di tempat penampungan (nursery) senantiasa harus dalam keadaan sehat mulai
dari akar, batang dan daun. Pemilihan tanaman harus rata keadaannya baik tinggi tajuk maupun lebar
tajuk. Semua jenis tanaman yang akan dipilih harus sesuai dengan ukuran yang diberikan dalam daftar

LA-19
kuantitas.
D. Daftar Tanaman (terlampir)
Yang menjadi pedoman dalam penentuan jenis tanaman adalah nama latin atau botani dari tanaman tersebut.
E. Dalam nursery, pohon yang dinyatakan sehat/baik dan memenuhi syarat diberi keterangan tertulis yang
diikatkan secara longgar pada masing-masing batang tanaman. Keterangan menyebutkan jenis tanaman,
nomor urut dan tanggal masuk nursery. Keterangan berupa label dari kertas karton ukuran 5 x 10 cm.
Keterangan ditulis dengan jelas dibungkus plastik dan digantung menggunakan tali rapia. Label
menggunakan kertas tahan cuaca.
F. Untuk penyimpanan sementara, tanaman harus diletakkan pada tempat yang teduh sekitar lokasi
penanaman (dibuatkan bedeng/nursery). Permukaan nursery datar dan bersih. Tanaman yang datang
harus segera disiram dan dipelihara di bedeng/nursery selama minimal 14 hari sebelum dilakukan
penanaman di lokasi.
G. Semua tanaman yang masuk atau keluar nursery harus dicatat. Semua jenis tanaman yang akan ditanam
harus berasal dari bedeng/nursery dan telah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Pengiriman
tanaman dari nursery ke lokasi tanam dicatat sesuai labelnya. Label harus tetap tergantung sampai
berakhirnya masa pemeliharaan.
H. Di dalam nursery, pemeriksaan terhadap kondisi tanaman menyangkut pertumbuhan dan perkembangan
dilakukan setiap minggu sekali.
I. Tanaman yang mati atau yang tidak sesuai dengan spesifikasi harus dikeluarkan dari nursery selambat-
lambatnya 2 hari. Semua sampah harus dibawa keluar lokasi nursery sehingga terjaga kebersihannya.
J. Hasil pekerjaan pemeriksaan tanaman diamati dan dicatat untuk kemudian dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas.
3. 5 METODA PENANAMAN
3.5.1 Penanaman Pohon
A. Pohon yang ditanam adalah pohon dari hasil tampungan dan atau dari pemindahan lokasi lain eksisting
dalam kondisi hidup, baik dan segar.
B. Teknik pemindahan pohon terlampir.
C. Setelah pekerjaan galian lubang tanaman dan media tanam siap, penanaman dapat dilaksanakan dengan
teknis dan cara sebagai berikut :
1. Tanaman dimasukkan ke dalam lubang yang tersedia dengan kondisi tetap dalam pembungkus akar
(menggunakan karung goni). Bila pembungkus terbuat dari bahan lain agar pembungkus dibuka
terlebih dahulu.
2. Setelah ditanam, lubang diisi kembali sampai melebihi batas permukaan tanah, tetapi tidak melebihi
leher akar, kemudian dibentuk cekungan di sekelilingnya untuk menampung air agar tidak melimpah
keluar.
3. Segera dipancangkan penguat tanaman/steger dan diikat kuat. Untuk pohon besar digunakan
bambu utuh berdiameter 8 – 12 cm sebagai penguatnya. Cara pemasangan sesuai dengan gambar

LA-20
rencana detil penanaman.
D. Pedoman Lokasi Penanaman
1. Jalur bebas pandangan terhadap rambu-rambu, penerangan dan jalur kendaraan harus disediakan.
Pohon dengan percabangan yang rendah atau merunduk tidak boleh digunakan dekat area tersebut.
2. Apabila memungkinkan, pohon ditanam pada jarak terjauh dari kanstin/kerb, jalur kendaraan dan
pedestrian untuk mengurangi gangguan akar (mengacu pada Design Standard 5 Driveways –
Australia). Satu meter minimum jarak bebas (untuk kenyamanan kedalaman atau kondisi perakaran
yang baik untuk pohon yang lebih kecil), dan pengaman akar dapat digunakan untuk mengurangi
dampak sistim perakaran yang kuat.
3. Pemilihan spesies yang seksama sangat penting untuk mengurangi dampak akar-akar pohon pada
jalur sepeda. Pembebasan area, baik di atas ketinggian kepala dan di bawah tanah, diperlukan.
3.5.2 Penanaman Semak dan Perdu
Penanaman semak dan perdu harus benar-benar sesuai dengan pola desain/gambar detail serta sesuai
dengan ukuran dan jarak tanamnya. Tanaman harus dalam keadaan baik dan segar/sehat dan dari
tampungan. Perakaran harus tertanam penuh sebatas leher akar, yang tertimbun dalam tanah gembur yang
telah dicampur dengan pupuk organik. Setelah penyiraman, bila posisi tanaman berubah menjadi miring harus
ditegakkan atau diperbaiki kembali.
Sistem penanaman dapat dilihat pada gambar rencana detil penanaman.
3.5.3 Penanaman Rumput
Penanaman rumput dilakukan dengan sistem lempeng. Setelah penanaman, permukaan rumput
dipadatkan atau dipukul-pukul dengan potongan balok untuk merapikan permukaan. Pertemuan antara
lempeng ditabur dengan pasir secukupnya, setelah itu disiram. Penanaman tanaman harus memperhatikan
sistem perembesan dan pengaliran air dalam tanah.
3.5.4 Pemupukan
Setelah tanah diolah, dilanjutkan dengan pemupukan. Langkah-langkah
pemupukan tanah adalah sebagai berikut.
 Tebarkan pupuk organik (pupuk kandang atau pupuk hijau) sesuai dengan takaran.
 Kemudian tanah diaduk-aduk sampai merata betul.
Perhatikan agar pupuk organik yang dipergunakan adalah yang sudah matang. Pada pupuk organik
yang belum matang, proses dekomposisi masih terjadi sehingga mengeluarkan panas yang berbahaya bagi
tanaman. Golongan tanaman penutup tanah akan sangat menderita karenanya. Umumnya tanaman penutup
tanah tumbuh subur pada tanah yang dilengkapi bahan organic (pupuk kandang, pupuk hijau, atau kompos).
Bahan organik yang diberikan sebanyak 2 – 4 kg untuk setiap 1 m2. Terlebih dahulu tanah dicangkul,
dibersihkan dari batu-batuan dan tanaman liar yang tidak dikehendaki. Kemudian tanah dihaluskan. Apabila
tanahnya kurang subur, sebaiknya ditambahkan pupuk pabrik pada saat mempersiapkan tanah ini, yaitu
dengan pupuk TSP, Urea, dan KCl masing-masing sebanyak 10 gram setiap 1 m2. atau NPK (15-15-15)
sebanyak 30 gram setiap 1 m2.

LA-21
Penggunaan pupuk pabrik sebenarnya tergantung kesuburan tanah. Tanah yang subur mungkin tidak
perlu lagi dipupuk, atau diberi tambahan sedikit saja agar tetap seimbang kesuburannya.
3.5.5 Cara Penanaman
a. Sebelum dilakukan pembuatan lubang galian maka setiap titik lokasi tanam terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas.
b. Penggalian lubang tanam
Penggalian lubang tanam harus sesuai dengan ketentuan ukuran standar penanaman. Tanah hasil galian
harus dibuang keluar site dan tidak diperkenankan digunakan lagi sebagai media tanam.
c. Pengolahan tanah untuk penanaman pohon dan perdu.
1. Pengolahan tanah merupakan awal dari suatu rangkaian kegiatan penanaman. Dengan
menggunakan pengolahan tanah diharapkan tanaman akan mendapatkan tempat yang
menguntungkan untuk pertumbuhannya. Pengolahan tanah untuk penanaman pohon atau perdu,
berupa pembuatan lubang-lubang tanam. Pada permulaan tumbuh akar tanaman harus mendapat
ruang yang cukup untuk tumbuh.
2. Setelah pembuatan lubang tanam selesai, perlu dibiarkan selama kurang lebih 1 (satu) minggu untuk
mendapatkan aerasi.
d. Pengujian pH tanah
Setiap 10 buah lubang tanam yang saling berdekatan, diuji pH (keasaman) tanah sebuah dasar lubang
dengan menggunakan pH meter. Hasil pengujian pH dilaporkan kepada Konsultan Pengawas. Penanaman
diperkenankan bila pH 6,5 – 7,2. Bila pH < 6,5 harus diberikan Dolomit secukupnya untuk menaikkannya dan
sebaliknya bila pH > 7,2 diberikan pupuk sulfat organik untuk menurunkannya. Penanaman yang dilakukan
pada galian lubang tanam yang mengalami perbaikan pH harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
e. Pengisian media tanam
1. Lubang tanam harus diisi kembali dengan tanah subur / tanah organik / top soil yang dicampur
dengan pupuk kandang yang sudah matang (berumur 2 bulan) dan pasir dengan ukuran
perbandingan campuran top soil 0,04 m³ - 0,144 m³/pohon, pupuk kandang / kompos 10 kg, pasir =
0,004 m³ s/d 0,048 m³ /pohon.
2. Media tanam dicampur secara merata sesuai konsentrasi yang telah ditetapkan kemudian
dimasukkan ke masing-masing lubang tanam dengan volume cukup.
f. Pupuk yang dipakai adalah pupuk kandang yang mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Berasal dari kotoran hewan sapi, kerbau, atau kambing yang sudah mengalami pelapukan dimana
kotoran sudah menjadi tanah.
2. Tidak berbau kotoran dan lebih ringan dari tanah biasa.
3. Berwarna kehitam-hitaman, kecoklat-coklatan dan keabu-abuan.
g. Sebelum diisi dengan tanah, dasar lubang diberi Furadan/pembasmi rayap, dengan dosis pemakaian 20
gram/m² atau sesuai petunjuk yang ada pada kemasannya.

LA-22
h. Penanaman
a. Pada saat pengiriman menuju ke titik lokasi penanaman, tanaman harus benar-benar terlindung
untuk mencegah kerusakan tanaman. Tanaman tidak boleh diikat dengan tali atau kawat yang
dapat mengakibatkan batang / cabangnya rusak dan patah. Semua tanaman yang akan ditanam
harus masih dalam polybag / pot dan memiliki label.
b. Bibit tanaman yang ditanam harus dalam kondisi siap tanam, dalam arti komposisi baik dan sudah
mengalami masa penyesuaian (aklimatisasi).
c. Semua pohon dan perdu ditanam sebelum penanaman rumput. Penanaman pohon dapat
dilakukan bersama dengan polybagnya dan atau melepaskan polybagnya, sedangkan penanaman
perdu setelah polybagnya dilepas.
d. Penanaman dilakukan dengan baik dan benar sehingga tanaman setelah ditanam berada dalam
kondisi baik.
i. Setiap tanaman harus dipegang di atas dasar lubang kemudian tanah (campur pupuk) diisikan secara merata
pada lubang dan di sekitar akar-akar. Kemudian tanah dipadatkan sampai kepadatan yang diperlukan.
Setelah akar tanaman menyebar batang ditarik perlahan untuk memastikan tanah disekitarnya cukup padat
untuk menopang akarnya dan menghasilkan pertumbuhan yang sehat. Permukaan tanah urugan cukup 5 cm
dibawah permukaan tanah dipinggir lubang, agar air penyiraman tetap berada pada posisi lubang.
j. Kontraktor tidak diperkenankan melaksanakan penanaman apabila sarana untuk penyiraman belum
disiapkan.
3. 6 PENYIRAMAN SAAT PENANAMAN
A. Setelah tanaman selesai ditanam, harus disiram sampai benar-benar basah perakarannya, atau diperkirakan
minimum untuk setiap pohon membutuhkan air sebanyak 10 liter dan perdu sebanyak 3 liter.
B. Penyiraman tidak perlu dilakukan pada siang hari bersangkutan bila turun hujan lebat
C. Cara penyiraman dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan tanaman rusak.
D. Untuk penyiraman digunakan air tawar yang tidak mengandung minyak, asam alkali dan bahan-bahan organik
lainnya.
3. 7 STEGER / PENGUAT POHON-PERDU
A. Steger untuk pohon dan perdu harus disiapkan sebelum penanaman dimulai.
B. Bentuk dan ukuran sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas atau Gambar.
C. Posisi steger harus kokoh / kuat, sehingga fungsinya sebagai penguat, berguna bagi tanaman.
3. 8 PEMANGKASAN DAN PERBAIKAN SAAT PENANAMAN
Sebagai penyempurnaan dari pekerjaan penanaman ini, semua tanaman dapat dipangkas / diperbaiki dari
kerusakan-kerusakan akibat proses pemindahan tanaman / penanaman. Pemangkasan di sini harus dikerjakan
sedemikian rupa, sehingga tidak merubah bentuk dan sifat tanaman.

LA-23
BAB IV
PEKERJAAN PEMELIHARAAN

4.1 PERSYARATAN PEKERJAAN PEMELIHARAAN TANAMAN


A. Pemeliharaan tanaman pasca penanaman sangat diperlukan. Ikatan kontrak masa pemeliharaan ini
berlangsung selama enam bulan (180 hari) maksimum terhitung setelah pekerjaan fisik selesai 100%
ditanda tangani.
B. Selama masa itu Kontraktor diwajibkan secara teratur memelihara/ merawat tanaman. Semua
penggantian tanaman yang rusak / mati dengan tanaman yang baru adalah menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
C. Pemeliharaan tanaman disesuaikan dengan sifat dan jenis tanaman yang tertanam.
D. Perbaikan :
1. Apabila suatu pekerjaan sudah selesai dikerjakan dan hasilnya bertentangan dengan permintaan
Pemimpin Proyek dan bila dikehendaki oleh Pemberi Tugas, pekerjaan tersebut harus dibongkar
kembali dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor.
2. Kontraktor harus memperbaiki semua pekerjaan yang ditolak oleh Pemimpin Proyek karena tidak
sesuai dengan Dokumen Kontrak atau permintaan Pemimpin Proyek baik hal ini diketahui sebelum
Serah Terima Pertama ataupun sesudahnya, baik disengaja atau tidak. Kontraktor diharuskan
menanggung semua biaya yang ditimbulkan oleh perbaikan ini termasuk biaya tambahan pekerjaan
atas instruksi Pemimpin Proyek.
E. Pemeliharaan :
Pekerjaan pemeliharaan lansekap terbagi 2 ( dua ) yaitu :
1. Pemeliharaan di dalam masa pelaksanaan proyek yang menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya.
2. Pemeliharaan setelah pelaksanaan pekerjaan selesai, yaitu :
 Selama 3 ( tiga ) bulan setelah serah terima Fisik 100 % ditandatangani dan menjadi tanggung
jawab Kontraktor sesuai dengan Dokumen Kontrak.
 Pemeliharaan setelah PHO, yaitu 3 (tiga) bulan pemeliharaan
4.2 BAHAN / MATERIAL
A. Bahan dan peralatan yang dipergunakan dalam setiap jenis pekerjaan pemeliharaan ini harus benar-
benar baik, memenuhi persyaratan kerja yang dibutuhkan dan tidak merusak tanaman.
B. Pupuk maupun obat anti hama yang dipergunakan sesuai dengan Spesifikasi.
C. Penggantian tanaman harus sesuai jenis / bentuk / warna daun dan bunga dengan apa yang telah
ditentukan dalam spesifikasi dan tertanam.

LA-24
4.3 PENYIRAMAN
A. Jadwal penyiraman adalah sebagai berikut :
1. Penyiraman dilakukan dua (2) kali sehari secara teratur, terutama pada musim kemarau, bagi semua jenis
tanaman dan rumput yang baru ditanam dan semua tanaman dalam penampungan sementara. Penyiram
dilakukan sebelum pukul 09.00 (pukul 06.00 s/d 09.00) pada pagi hari dan sesudah pukul 16.00 (pukul 16.00
s/d 18.00) pada sore hari sampai tanaman tersebut tumbuh sehat dan kuat.
2. Semua jenis tanaman dan rumput yang sudah terlihat tumbuh baik dan kuat harus disiram satu kali sehari
pada sore hari setelah pukul 16.30.
3. Penyiraman dilakukan sampai cukup membasahi bawah permukaan tanah. Tanaman yang masih terlihat
cukup basah tanahnya pada sore hari, tak perlu disiram lagi.
4. Penyiraman yang berlebihan tidak diijinkan. Air harus dapat terserap baik oleh tanah di sekitar tanaman.
B. Penyiraman dilakukan dengan cara :
1. Penyiraman tersebut dapat dilakukan dengan cara menggunakan truk tangki air untuk lokasi yang mudah
dijangkau. Sedangkan untuk lokasi yang jauh dari jangkauan semprotan truk air, penyiraman dilakukan
secara manual. Selama operasional truk air harus dilengkapi dengan lampu rotator yang ditempatkan di
atas kap kendaraan serta dilengkapi rambu kerja yang cukup.
2. Penyiraman secara manual menggunakan:
a. Alat khusus untuk menyiram tanaman seperti emrat yang memiliki lubang banyak pada ujung
keluarnya air sehingga dapat menyebarkan air secara merata ke seluruh permukaan tanah yang
disiram.
b. Memakai slang air terbuat dari plastik yang dihubungkan dengan kran / sumber air yang terdekat.
Penyiraman dilakukan dengan cara memancarkan air menggunakan nozzle atau sprinkler.
c. Menggunakan sistem penyiraman yang sudah disiapkan selama waktu tertentu.
C. Penyiraman menggunakan air yang bebas dari segala pencemaran bahan kimia atau sejenisnya yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Jumlah kebutuhan air minimum untuk setiap kali penyiraman disesuaikan
dengan ukuran standar yang berlaku.
4.4 PENYIANGAN / PENDANGIRAN
Pekerjaan ini meliputi penggemburan tanah dan pembersihan tanaman / rumput liar / gulma di sekitar tempat
tumbuh tanaman. Penggemburan tanah harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak akar
tanaman. Untuk pembersihan tanaman liar harus dicabut sampai ke akarnya. Alat yang digunakan adalah alat
khusus untuk pendangiran yaitu garpu, sekop, kape dll. Pekerjaan ini dilakukan sebulan dua kali secara terus-
menerus, atau apabila media tanam telah ditumbuhi rumput. Kondisi media tanam tersebut harus selalu bersih
dan gembur.
4.5 PENGGANTIAN TANAMAN
A. Kontraktor wajib mengganti setiap tanaman yang rusak atau mati. Semua penggantian tanaman ini dengan
tanaman yang baru adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor sampai masa pemeliharaan yang ditentukan
berakhir.
B. Penggantian tanaman harus sesuai jenis / bentuk / warna daun dan bunga serta ukuran yang sama dengan

LA-25
apa yang telah ditentukan dan tertanam.
C. Penggantian tanaman dilaksanakan dengan sebaik mungkin jangan sampai merusak tanaman lain di
sekitarnya pada saat mencabut dan menanam yang baru.
D. Penggantian tanaman dilakukan pada sore hari antara pukul 15.00 – 18.00, atau pagi hari 08.00 – 10.00
dan sesudah dilakukan penanaman baru harus segera disiram.
4.6 PEMANGKASAN
A. Pemangkasan dilakukan apabila pertumbuhan tanaman sudah tidak teratur dan mengganggu
lingkungan / penglihatan pemakai jalan.
B. Pemangkasan dilaksanakan untuk membuang cabang/ranting liar atau untuk menjaga atau
memperbaiki bentuk pertumbuhan yang diinginkan. Cabang/ranting yang mati atau layu harus dibuang
dengan cara dipotong.
C. Semua pekerjaan pemangkasan harus dilakukan dengan gunting pangkas untuk memotong cabang dan
ranting dari arah bawah, membuat potongan miring menjauh (30 – 50) dari tunas yang berada pada
cabang/ranting yang tersisa jika memungkinkan, sehingga pertumbuhan baru dapat muncul dari tunas
tersebut. Tidak dibenarkan melakukan pemangkasan cabang/ranting tanpa menggunakan alat
pemotong yang cukup tajam.
D. Bekas pemotongan cabang/ranting yang permukaannya terbuka lebar harus ditutup dengan cat atau ter
(aspal) atau penutup luka untuk mencegah infeksi yang disebabkan jamur pembusuk kayu atau
serangga yang dapat membunuh tanaman. Pemangkasan dilakukan secara teratur pada masa
perawatan & pemeliharaan.
E. Pemangkasan pada tanaman hias untuk pemeliharaan bentuk dilakukan bilamana ketinggian komposisi
kelompok tanaman tidak lagi beraturan dan dipotong sesuai petunjuk ketinggian yang diminta dalam
gambar.
F. Pada tanaman rambat pemangkasan dilakukan untuk cabang yang tumbuh tidak teratur arahnya dan
yang menutupi tanaman-tanaman hias sekelilingnya.
4.7 PEMUPUKAN
4.7.1 Jenis Pupuk
A. Pupuk Buatan :
1. Pupuk N, misalnya : Za, Urea (ZA = Zwavelzure Ammonis)
 Penggunaannya :
- 25 gram ZA untuk setiap m2 luas tanah
- 14 gram Urea untuk setiap m2 luas tanah
 Kegunaannya :
- mempercepat pertumbuhan
- menyuburkan daun
 Digunakan pada lokasi :
- rumput, dengan ditaburkan merata sesuai dosis diatas
- kelompok tanaman hias, di seputar tanah-tanah gundukan (ditanam sedalam 10 cm)
ditimbun, disiram air secukupnya.

LA-26
2. Pupuk P, misalnya : DS, TSP (DS = Double super pospat)
 Penggunaannya :
- 12 gram DS untuk setiap m2 luas tanah
- 10 gram TSP untuk setiap m2 luas tanah
 Kegunaannya :
- merangsang pembentukan akar
- pembungaan dan pembuahan
 Digunakan pada lokasi :
- hamparan bunga, pada kelompok tanaman hias
3. Pupuk K, misalnya : Za
 Penggunaannya :
- 10 gram untuk setiap m2 luas tanah
 Kegunaannya :
- menambah daya tahan tanah terhadap beberapa penyakit
 Penggunaan pada lokasi :
- untuk tanaman keras
- Pemakaian adalah 5 kg/m2 dan atau 5 kg/pohon.
4. Pupuk NPK,
 Penggunaannya :
- 100 gram/pohon.
- 100 gram/m²
B. Pupuk Alami :
1. Pupuk Kandang terdiri dari :
Kotoran ayam, kambing, kuda, kelinci, sapi. Dengan catatan bahwa pupuk kandang tersebut sudah membusuk
menjadi tanah kompos (sudah matang).

4.7.2 Jadwal Pemupukan


Pemupukan tanaman pohon dijadwalkan setiap interval 3 bulan sekali dengan diselang penggunaannya yaitu
pupuk kandang, pupuk buatan.
Pemupukan tanaman pohon dijadwalkan setiap interval 2 minggu sekali dengan diselang penggunaannya
yaitu pupuk kandang, pupuk buatan.

Bulan Ke

1 . 2 . 3 4 . 5 . 6 7 . 8 . 9 10 . 11 . 12

PK PB PK PB

LA-27
Catatan : PK = pupuk kandang

PB = pupuk buatan

Pupuk buatan, NPK dengan komposisi khususnya untuk tanaman keras ditanam di sekeliling tanaman
kemudian disiram dengan air secukupnya agar supaya cepat meresap dalam tanah.
4.7.3 Cara pemberian pupuk
A. Pohon
1. Dibuat lubang mengelilingi pohon pada radius 50 – 100 cm dari batang pohon dengan lebar dan
kedalaman 10 – 20 cm, sekitar bola akar.
2. Pupuk dimasukan kedalam lubang, kemudian ditutup lagi
3. Banyaknya pupuk NPK tergantung besarnya pohon, lebih kurang 100 gram per pohon
4. Pupuk kandang yang dipakai harus yang sudah masak dan dicampur merata dengan tanah sekitar
perakaran tanaman.
5. Kemudian lubang tersebut ditutupi di atasnya kemudian disiram air secukupnya.
B. Perdu dan Semak
1. Tanah disekitar perdu dibersihkan dari rumput – rumput liar atau tanaman yang tidak diinginkan
2. Kemudian tanah digali dengan lebar dan kedalaman 10 cm pada ujung daun yang paling luar.
3. Pupuk NPK ditabur di atas tanah 100 gram/m² dan atau ditanamkan kedalam tanah 100 gram/pohon.
Setiap sesudah pemupukan diakhiri dengan penyiraman.
4. Pupuk kandang dicampur dengan tanah secara merata dengan takaran 5 kg/m² dan atau 5 kg/pohon.
C. Rumput
1. Pupuk dilarutkan / dicampurkan dengan air dengan perbandingan 1 sendok makan pupuk urea untuk
setiap 4 liter air.
2. Larutan tersebut disiramkan secara merata di atas permukaan rumput.
3. Aplikasi pupuk NPK dan atau pupuk kandang; ditebarkan diatasnya.
D. Pemupukan awal
1. Pemupukan awal dilakukan bila bibit tanaman yang ditanam telah tumbuh dengan baik lebih kurang 3
bulan setelah penanaman. Pada penanaman awal tanah sudah diberi pupuk kandang, maka pada
pemupukan ini hanya berupa pupuk (KCL, NPK atau Urea) sesuai kebutuhan tanaman. Dosis yang
diberikan sebanyak 100 gram/pohon atau 100 gram/m², sedangkan untuk perdu 100 gram/ pohon.
2. Pemupukan ini diberikan secara taburan, yang ditaburkan pada keliling pokok tanaman dengan jarak
40 cm dari pokok tanaman yang sebelumnya. Gali lubang dengan lebar dan dalam 10 cm, masukkan
pupuk ke dalamnya kemudian ditutup kembali

LA-28
3. NPK diberikan kepada pohon peneduh setelah melampaui masa tanam 3 (tiga) bulan. NPK diberikan
pada setiap tanaman sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan, untuk mendorong pembentukan
akar dan pembuahan. Pemupukan dilakukan dengan menanamkannya di dalam tanah
E. Pemupukan lanjutan
Pemupukan selanjutnya dipakai pupuk organik, sedangkan pemupukan dilakukan selang 3 bulan sekali
F. Pupuk daun/bunga
Pupuk daun/bunga dapat dilakukan untuk membantu merangsang percepatan tumbuh daun/bunga.
4.8 PEMBERANTASAN HAMA PENYAKIT
A. Pemberantasan hama penyakit dilakukan sebelum tanaman terserang penyakit
B. Bahan yang dipakai adalah pestisida yang memenuhi ketentuan dari Pemerintah Republik Indonesia.
Jumlah pemakaian harus sesuai rekomendasi pabrik pembuat.
C. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida dengan alat sprayer ke arah batang dan
semua percabangan dengan Supracide/ Diazinon / Curaccon/ Bayrusil 250 EC, Sevin, Malathion atau
Indovin dengan dosis 2 cc/liter air atau sesuai dengan petunjuk yang ada pada kemasan.
D. Untuk mencegah jamur dan sejenisnya digunakan fungiosida (Dithane M-45, Antracol) yang dicampur
dengan air dengan dosis 3 gram/liter yang disemprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang jamur
dan sejenisnya. Penyemprotan dilakukan sebulan sekali dengan menggunakan fungisida yang berbeda-
beda. Alat yang digunakan : sprayer, masker dan sarung tangan
E. Untuk memberantas binatang pengerek batang, digunakan BHC dan untuk memberantas siput darat
digunakan Metadex yang disebarkan di sekitar pohon.
F. Penyemprotan hama dan jamur dilakukan secara bergantian. Untuk penyemprotan dari jenis obat yang
berbeda jangan dilakukan sekaligus tetapi berselang 2 minggu.
G. Kutu-kutu bunga / buah, kumbang diberantas dengan Fosforeno atau matador, dengan dosis 1 – 2 cc/liter
air segar, disemprotkan dengan sprayer bertekanan.
H. Penyemprotan hama penyakit dilakukan pada semua jenis tanaman dan dilakukan menurut kebutuhan
dan faktor eksternal dan tiap-tiap jenis tanaman yang ada. Penyemprotan jangan dilakukan pada waktu
matahari bersinar dengan terik karena dapat menimbulkan terbakarnya daun. Usahakan agar
penyemprotan merata pada seluruh bagian tanaman.
4.9 PENYULAMAN
Penyulaman adalah penggantian tanaman mati. Tanaman yang mati atau rusak harus diganti dengan tanaman yang
sama jenis dan ukurannya sesuai dengan persyaratan yang diminta.
Kerusakan / kematian pada tanaman sebagai akibat dari kelalaian / ketidak cermatan Kontraktor dalam melaksanakan
Pekerjaan Pemeliharaan merupakan tanggung jawab Kontraktor dan harus secepatnya diganti yaitu
selambat-lambatnya 4 (empat) hari kerja terhitung sejak tanaman tersebut dinyatakan rusak / mati oleh
Konsultan Pengawas lapangan.

LA-29
LAMPIRAN

Lampiran 1.
Detail Penanaman - Pohon

LA-1
Lampiran 2.
Detail Penanaman – Semak dan Rumput

LA-2
5.1 Pemindahan Pohon Besar dengan teknik Puteran
Teknik puteran adalah teknik pemindahan bibit lengkap dengan media tanahnya dari bedengan persemaian
ke lokasi Tempat Penampungan Sementara (Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.272/Menhut-V/2004).
Cara pertama yakni akar tanpa tanah, akar yang telanjang tersebut harus dibungkus dengan karung, koran
atau jerami yang sebelumnya telah direndam dalam air. Akar perlu dihindarkan dari sengatan cahaya matahari.
Apabila waktu pengangkutan dan jarak waktu antara penggalian dan penanaman lebih dari satu hari, maka cara ini
hanya dapat dianjurkan dilakukan pada musim hujan. Selama pengangkutan bahan penutup harus selalu basah
dengan jalan menyemprot atau menyiramnya selama dalam perjalanan.
Cara yang kedua yaitu mendapatkan tanaman beserta tanahnya atau yang lebih dikenal dengan cara bola
tanah (puteran). Nama ini diberikan karena bentuk tanah yang menyertai akar hampir menyerupai bola. Walaupun
demikian pada kenyataannya bentuknya tidak selalu bulat, kadang-kadang berupa silinder. Ukuran bola tanah
hendaknya menurut proporsi ukuran pohon. Biasanya diameter bola tanah 8-10 kali lebih besar daripada diameter
batang pohon.
Untuk Pohon besar tingginya 26 m - 47 m dan diameter batangnya 1,27 m dan beratnya 52 ton langkah yang
harus di lakukan pada saat melakukan pemindahan adalah :
1. Pertama akar diputar dengan membuat bongkahan tanah yang besarnya seukuran daerah minimal perakaran
tapi cukup besar untuk tidak mengganggu pertumbuhan pohon itu sendiri. Dengan menggunakan 2 buah
buldozzer, yang satu mendorong dan lainnya mengangkatnya,
2. kemudian akar berikut tanahnya digali.
3. Bulatan tanah itu kemudian dibungkus dengan menggunakan plastik atau karung yang kuat
4. Bungkusan itu kemudian diikat dengan menggunakan rantai besi yang kuat. Rantai besi ini dipergunakan untuk
mengangkat tanaman berikut tanahnya dan dinaikan keatas truk atau trailer untuk dipindahkan ketempat yang
telah ditentukan .
5. Lubang harus disiapkan sebelum tanaman dipindahkan ketempat yang baru.
6. Ukuran lubang hendaklah lebih besar daripada ukuran daerah perakaran yang hendak ditanam, biasanya satu
Setengah atau dua kali dari ukuran bulatan daerah perakaran pohon yang akan ditanam. Jika daerah perakaran
mempunyai diameter 1.5 m dan 0.75 m dalamnya, maka diameter ukuran lubang sekitar 2.5 m dan dalamnya
1.5 m.
7. Pada tanah kurang subur lubang tanam ini harus betul–betul diperhatikan. Satu atau dua minggu sebelum tanam,
lubang ini diisi dengan pupuk kandang atau kompos yang diperkaya dengan pupuk buatan, insektisida butiran
yang persisten perlu diberikan jika daerah tanam tersebut merupakan sarang rayap.
8. Bila tanah masam maka perlu dilakukan pengapuran 3-4 minggu sebelum penanaman jika tanaman yang
ditanam membutuhkan kisaran pH normal. Saluran drainase perlu dibuatkan khususnya pada tanah yang
kandungan liat dan humusnya tinggi. Selain itu akar harus pula cukup mendapatkan udara untuk pernafasannya,
jadi pada saat penimbunan tanah jangan terlalu dipadatkan agar tanah masih tetap berpori dan gembur.
Tahap–tahap dalam pembuatan bibit puteran adalah sebagai berikut :
A. Penyiapan puteran
Penyiapan puteran tidak dilakukan dalam jangka waktu yang pendek. Penyiapan puteran harus dilakukan 5 bulan
sampai 1 tahun sebelum pohon tersebut dipindah tanamkan. Pada bulan pertama bagian akar yang di luar puteran
digali dan akarnya dipotong dan dibuang keluar. Batu dan kerikil juga diangkat dan dibuang, lubang kemudian diurug
kembali dengan tanah. Pada bulan ketiga perlakuan seperti itu dilakukan lagi namun pada bulan ketiga ini

LA-3
pemotongan akar lebih mendekat ke arah pohon, yaitu tepat pada ukuran puteran yang akan kita bentuk. Pada bulan
kelima pohon siap diangkat dan dipindahkan ke tempat lain.
Semakin besar tinggi dan lebar tajuk, maka waktu yang diperlukan untuk perlakuan tersebut semakin lama, bias
sampai satu tahun. Perlakuan tersebut diatas dimaksudkan untuk merangsang terbentuknya sistem perakaran yang
kompak di dalam puteran. Sehingga pada saat pemindahan nanti tidak terjadi guncangan (shock) hebat, akibat
akarnya banyak berkurang.
B. Penanaman Kembali
Jika puteran yang dipindahkan sangat besar dan terlalu berat untuk dipindahkan dengan tenaga manusia, maka pohon
dapat dipindahkan dengan menggunakan crane. Kedalaman akar harus sama dengan kedalamannya semula. Pohon
harus diletakan di tengah-tengah lubang dengan arah yang tegak. Jika pengangkatan puteran dengan menggunakan
plat besi di bagian bawah puteran, maka puteran diturunkan terlebih dahulu pada lokasi di luar posisi yang diinginkan
yang ada beberapa pohon yang lurus. Pohon ini berguna untuk mempermudah memindahkan puteran untuk diletakan
pada lokasi yang diinginkan. Tali pengikat yang terbuat dari kawat atau plat dibuka dan dibuang ke luar lubang,
sedangkan tali serta karung goni pembungkus puteran yang dapat hancur dapat dibiarkan saja tetap melilit dan
membungkusnya . Vermeer tree spade (Sumber : http://www.big-john.com)
C. Penyiraman Segera setelah selesai pohon ditanam, pohon harus diberi air.
Pada musim kemarau pemberian air harus dilakukan pada pagi dan sore hari atau apabila tanah terlihat sangat kering,
sedang pada musim penghujan hanya diberikan jika tidak 13 ada hujan dalam beberapa hari. Penyiraman dianggap
cukup apabila tanah sudah terlihat lembab sampai basah.
D. Pemupukan
Dalam pemupukan yang harus diperhatikan dalam peletakan pupuk adalah sebagai berikut:
1. Meletakan pupuk tidak terlalu dekat ke pohon. Tempat pupuk diletakan di sekeliling pohon sebaiknya
antara ¾ sampai sama dengan jari-jari lebar tajuk.
2. Tidak terlalu dangkal. Karena jika terlalu dangkal maka yang akan memanfaatkan pupuk tersebut hanya
rerumputan yang perakarannya berkeliaran di sekitar permukaan tanah dan pupuk tersebut akan
menguap.
3. Tidak terlalu dalam. Peletakan pupuk yang terlalu dalam melebihi batas perakaran dari tanaman, tetap
saja berakibat pada tidak termanfaatkannya pupuk tersebut.
E. Penyanggaan Tanaman yang baru ditanam perlu dilakukan penyanggaan sampai tanaman tersebut mampu
menahan bebanya sendiri dengan akar-akarnya. Untuk pohon yang kecil dapat digunakan ajir yang terbuat
dari kayu atau bambu satu batang. Tetapi apabila pohon tersebut besar dapat dipergunakan kayu atau
bambu dua buah yang ditancapkan ke dalam tanah sebagai penjepit pohon.
F. Pembalutan Pohon yang kecil perlu dibungkus dengan bahan yang lembut untuk melindungi dari sengatan
matahari, serangan penggerek batang, cakar dan gigitan binatang. Pembalutan dimulai dari permukaan
tanah sampai ke cabang utama yang besar. Pembalutan dilakukan sedemikian rupa untuk menghasilkan
pembalutan yang menyeluruh. Balutan dibiarkan satu sampai dua tahun sampai pohon tersebut dianggap
kuat .
G. Pemangkasan Pohon besar yang ditanam dengan sebagian besar akarnya dipotong harus dilakukan
pemangkasan. Pemangkasan dapat dilakukan pada saat pohon tersebut digali di tempat asalnya atau dapat
pula ditempatnya yang baru. Pemangkasan di tempat asal dapat mengurangi berat tanaman pada saat
pencabutan dan 14 pengangkutan. Jika pohon terlalu lebat, daunnya dapat dikurangi sampai 75 % .

LA-4
H. Pemberian hormon NAA (Naphthalein-acetic-acid) yang dicampur dengan Thiamine-mononitrate dijual
dengan nama Vitamin B1 yang dapat dipergunakan untuk mengurangi guncangan (shock) akibat penanaman.
Pemberian larutan ini dapat dilakukan tiap minggu atau dua minggu sekali selama beberapa bulan sampai
tanaman itu dapat hidup mandiri .
I. Pada bibit puteran, pertumbuhan dapat dilihat dengan tumbuhnya tunas/pucuk baru. Bersamaan dengan
tumbuhnya tunas itu juga dapat dilihat munculnya akar-akar baru. Dimana terdapat dua pola pertumbuhan
yaitu determinate (pada daun) dan indeterminate (pada akar).

Pemilihan jenis tanaman perlu didasarkan kondisi lingkungan alam dan buatan yang terdapat pada daerah tersebut sebelum
bibit ditanam. Hal ini dimaksudkan agar :
A. Tanaman dapat tumbuh dengan baik. Mengingat setiap jenis tanaman hanya dapat tumbuh dengan baik, jika
keadaan iklim dan tanah setempat sesuai dengan kebutuhan tanaman.
B. Tanaman yang dipilih harus toleran terhadap kendala alami setempat, misalnya terhadap genangan air,
kekeringan, intrusi air garam dan lain-lain.
C. Tanaman terpilih harus toleran terhadap kendala antropogenik setempat, misalnya terhadap pencemar air,
tanah dan udara.
D. Tanaman harus dapat berfungsi dalam mengelola masalah lingkungan setempat, misalnya: genangan air,
kebisingan dan lain-lain.
E. Tanaman juga diusahakan dapat ikut berpartisipasi dalam masalah lingkungan global, misalnya dalam
mengatasi efek rumah kaca.
F. Tanaman juga sebaiknya dapat berfungsi sebagai habitat untuk pelestarian flora dan fauna. Untuk mencapai
maksud tersebut, data tentang keadaan lokasi harus sudah diketahui serta data tentang tanaman terpilih
yang hendak ditanam.

5.2 Pemindahan Pohon Sedang dengan teknik Puteran


Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
A. Pemotongan batang pohon.
Pada bibit yang dipotong batang utamanya yaitu pada ketinggian + 4 m dari permukaan tanah. Karena bibit memiliki
ketinggian diatas 5 m, maka pemotongan dilakukan dengan menggunakan tangga, Pemotong dilakukan
dengan menggunakan gergaji. Batang dipotong dengan sudut pemotongan + 45˚

LA-5
Gambar 1 : Tahapan pemotongan batang utama. a) memotong dengan bersandar pada pohon lain; b) memotong
pohon yang lurus; c) memotong pohon yang miring; d) sudut pemotongan Setelah penandaan dan pelabelan
selesai, dilakukan pemotongan batang dan pemangkasan daun

B. Pembersihan daun dimana pemangkasan dilakukan dengan membersihkan seluruh daun yang ada dan
disisakan 2-3 helai pada ujung cabang dan ranting. Karena bibit yang tinggi, tangga tetap digunakan pada
kegiatan ini. Alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah gunting stek dan gunting biasa.

Gambar 2 : Teknik pemangkasan daun. a) pembersihan daun menggunakan tangga; b) pembersihan daun dengan
gunting stek; c) daun matoa sebelum dibersihkan; d) daun matoa setelah dibersihkan

LA-6
C. Penggalian di sekitar bibit / pohon yang akan di pindahkan
D. Setelah dilakukan pembongkaran sementara bibit didiamkan selama 1 minggu sebelum dilakukan
pembongkaran secara keseluruhan.
E. Galian yang telah dibuat sebelumnya kembali dibongkar
F. Apabila tanah urugan menjadi keras, maka digunakan garpu untuk membongkar

Gambar 3 : Pembongkaran tanah

G. Alat yang digunakan untuk mengangkat tanah adalah cangkul.


H. Penggalian dan pengangkatan tanah dilakukan sampai bola tanah terlihat seperti keadaan semula (sebelum
dilakukan pengurugan).

Gambar 4 : Pengangkatan tanah

LA-7
I. Setelah sampai pada kedalaman tertentu penggalian dihentikan yaitu pada kedalaman + 70 cm dari
permukaan tanah. Diperkirakan bagian akar yang tetap menempel pada bibit pohon adalah sekitar 50 cm
dari permukaan tanah.
J. Dengan menggunakan golok, tanah yang masih menempel pada bibit dirapihkan, hingga diameter tanah
memiliki ukuran 8-10 kali besar diameter bibit.

Gambar 5 : Bola tanah sebelum dilakukan pembungkusan

K. Pembungkusan bibit puteran bagian samping dilakukan terlebih dahulu, dengan tujuan agar pada saat
dilakukan pemotongan akar utama tanah yang menempel pada akar tidak hancur dan tetap kompak.
L. Pembungkusan dilakukan dengan menggunakan karung dan tali plastik sebagai penguat bungkusan.
Penggunaan karung sebagai alat pembungkus dimaksudkan agar pada saat dilakukan penyiraman atau
pada saat hujan turun air dapat meresap masuk ke dalam akar meski telah dilakukan pembungkusan. Selain
itu, dipilih karung sebagai media pembungkus adalah karena selain kuat, karung juga mudah didapat.

LA-8
Gambar 6 : Cara pembungkusan bagian samping

M. Pemotongan akar utama dengan mengunakan tombak (linggis yang berujung pipih) dan golok. Meski telah
dilakukan pembungkusan sebagian, harus tetap diperhatikan pada saat dilakukan pemotongan haruslah
dengan sangat hati-hati jangan sampai tanah yang menempel pada bibit pohon hancur. Pemotongan diawali
dengan menusukan tombak ke arah akar utama dengan posisi pohon agak dimiringkan sedikit tetapi tetap
ditahan. Diperlukan dua orang untuk melakukan pemotongan ini. Dimana satu orang memegang dan
menahan pohon dalam keadaan sedikit miring sedang yang lainnya memotong akar.
Apabila akar sudah terlihat dan memotong dengan menggunakan tombak mengalami kesulitan, maka digunakan
golok untuk menyelesaikan pemotongaan akar tersebut .

Gambar 7 : Bibit Pohon yang telah dibungkus bagian sampingnya

N. Bibit yang telah dipotong akarnya, kemudian diangkat dari lubang dengan hati-hati kemudian dalam keadaan
tetap berdiri atau tertidur bibit kembali dibungkus dengan karung hingga bagian akar beserta tanah yang
masih menempel terbungkus karung.
O. Yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pembungkusan adalah diusahakan agar bola tanah yang
masih menempel jangan sampai rusak dan apabila bola tanah yang menempel pada akar dirasakan kurang,
maka perlu dilakukan penambahan tanah. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan bentuk bola yang
ada dan bibit mendapatkan media yang cukup untuk tumbuh dan berkembang.

LA-9
Gambar 8 : Pembungkusan puteran

P. Bola tanah yang sudah dibungkus dan diikat terlebih dahulu diperiksa ikatannya agar saat dipindahkan bola
tanah tidak berubah atau hancur. Karena apabila hal tersebut terjadi, maka dapat menyebabkan kematian
pada bibit .

Gambar 9 : Bibit Puteran yang siap dipindahkan

Q. Setelah selesai melakukan pembungkusan, bibit puteran dipindahkan dan disimpan dengan posisi berdiri,
hal ini dimaksudkan agar tunas baru yang tumbuh tetap normal seperti pada keadaan alaminya.

LA-10
Gambar 10 : Cara penyimpanan bibit dengan cara disandarkan

Gambar 11 : Cara penyimpanan bibit puteran.


a) tampak bawah
b) tampak atas dimana batang diikat pada pohon lain agar tidak roboh

Selain menjadi penyangga, pohon dengan diameter lebih besar yang terdapat di lokasi penampungan berfungsi juga
sebagai naungan, agar evapotranspirasi bibit tidak terlalu tinggi akibat adanya penyinaran langsung. Terlalu
banyak sinar berpengaruh buruk kepada klorofil. Dengan demikian diharapkan bibit dapat bertahan selama
proses aklimatisasi dan tumbuh dengan baik saat ditanam kembali di lokasi yang telah ditentukan.

R. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari, kecuali apabila turun hujan tidak dilakukan penyiraman.
Penyiraman dianggap cukup apabila tanah yang berada didalam karung sudah cukup lembab serta untuk
lebih mempertahankan kadar air dalam bola tanah yang sudah dibungkus sebaiknya dilakukan pengurugan
pada bola tanah (+ 50 %)

LA-11
BAB V
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN INFRASTRUKTUR

5.1 PEKERJAAN TANAH


5.1.1 Pekerjaan Galian
1) Uraian
a. Pekerjaan ini terdiri dari penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu
ataupun bahan-bahan lainnya dari jalan kendaraan dan sekitarnya yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan kontrak yang diterima.
b. Pekerjaan ini biasanya diperlukan untuk pembuatan jalan air dan selokan-selokan, pembuatan parit atau
pondasi pipa, gorong-gorong, saluran-saluran atau bangunan-bangunan lainnya, untuk pembuangan
bahan-bahan yang tidak cocok dan tanah bagian atas, untuk pekerjaan stabilisasi dan pembuangan
tanah longsoran, untuk galian bahan konstruksi atau pun pembuangan bahan-bahan buangan dan pada
umumnya pembentukan kembali daerah jalan, sesuai dengan spesifikasi ini dan dalam pemenuhan yang
sangat bertanggung jawab terhadap garis batas, kelandaian dan potongan melintang yang ditunjukkan
pada gambar rencana atau seperti diperintahkan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
c. Terkecuali untuk tujuan pembayaran, persyaratan bab ini berlaku untuk semua pekerjaan galian yang
dilaksanakan dalam hubungan dengan kontrak, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dalam
Bab-bab lain, dan semua galian di klasifikasikan dalam satu atau dua kategori.
2) Definisi
a. Semua penggalian dianggap sebagai galian biasa. Galian biasa dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
galian biasa untuk material timbunan dan galian biasa sebagai bahan bangunan.
b. Galian biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian batu dan masih
dapat dilakukan dengan penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15
ton dan tenaga kuda netto maksimum 180 PK (tenaga kuda)
 Galian biasa untuk material timbunan
Bahan galian yang memenuhi persyaratan yang akan digunakan sebagai material timbunan harus
bebas dari bahan-bahan organik dalam jumlah yang merusak, seperti daun, rumput, akar dan
kotoran.
 Galian biasa sebagai bahan konstruksi
Bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan atau material galian
dianggap sehingga tidak diperlukan dalam konstruksi bila Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis
menentukan demikian.
3) Standar Rujukan
AASHTO Division 200 Earthwork Section 203 Excavation and Embankment.
4) Toleransi Ukuran
Kelandaian, garis batas dan formasi akhir setelah penggalian tidak boleh berbeda dari yang ditentukan lebih
besar 2 cm pada setiap titik,sedangkan untuk galian perkerasan tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang
disyaratkan. Pekerjaan yang tidak memenuhi toleransi ini harus diperbaiki sehingga diterima Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis. Permukaan galian tanah maupun batu yang tidak sesuai dan terbuka terhadap
aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air
yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.
5) Pemeriksaan di Lapangan

LA-12
a. Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar di bawah Bab ini, ketinggian dan garis batasnya harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, sebelum Kontraktor memulai pekerjaan.
b. Sesudah masing-masing penggalian untuk lapis tanah dasar, formasi atau pondasi dipadatkan,
kontraktor harus memberitahukan hal tersebut kepada Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, dan
tidak ada bahan alas dasar atau bahan lainnya akan dipasang sampai Konsultan Pengawas dan Direksi
Teknis telah menyetujui kedalaman penggalian dan kualitas serta kekerasan bahan pondasi.
6) Penjadwalan Pekerjaan
a. Pembuatan parit atau penggalian lainnya memotong jalan kendaraan harus dilaksanakan dengan
menggunakan pelaksanaan setengah lebar atau secara lain diadakan perlindungan sehingga jalan
tersebut dijaga tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap waktu.
b. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis gambar rincian semua
bangunan sementara yang diusulkan untuk digunakan, seperti penyangga, penguatan, cofferdam
(bangunan sementara), dinding pemutus aliran rembesan (cut off) dan bangunan-bangunan untuk
pembelokan sementara aliran sungai serta harus mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan
Direksi Teknis sesuai dengan gambar-gambar, sebelum melakukan pekerjaan galian yang dimaksudkan
menjadi perlindungan dengan bangunan-bangunan yang diusulkan tersebut.
7) Penggunaan dan Pembuangan Bahan-bahan Galian
a. Semua bahan-bahan yang cocok yang digali didalam batas-batas dan lingkup kerja proyek, dimana
mungkin akan digunakan dengan cara yang paling efektif, untuk pembuatan formasi pematang atau
untuk urugan kembali.
b. Bahan-bahan galian yang berisikan tanah-tanah sangat organis, gambut, berisikan akar-akar atau
barang-barang tumbuhan yang banyak, dan juga tanah yang mudah mengembang, yang menurut
pendapat Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis akan menghalangi pemadatan bahan lapisan di
atasnya atau dapat menimbulkan suatu penurunan yang tidak dikehendaki atau kehancuran, akan
diklasifikasikan sebagai tidak cocok digunakan sebagai urugan dalam pekerjaan.
c. Setiap bahan yang melebihi kebutuhan untuk timbunan, atau setiap bahan yang disetujui Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis menjadi bahan yang tidak cocok untuk urugan, harus dibuang dan
diratakan dalam lapisan-lapisan tipis oleh Kontraktor diluar Jalan seperti yang diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
d. Kontraktor akan bertanggung jawab untuk semua penyelenggaraan dan biaya-biaya bagi pembuangan
bahan-bahan lebihan atau bahan tidak cocok, termasuk pengangkutannya dan mendapatkan izin dari
pemilik atau penyewa lahan dimana buangan tersebut dilakukan.
8) Pengamanan Pekerjaan Galian
a. Selama pekerjaan penggalian, kemiringan galian yang stabil yang mampu menyangga bangunan-
bangunan, struktur atau mesin-mesin disekitarnya harus dijaga pada seluruh waktu, serta harus
dipasang penyangga dan penguat yang memadai bila permukaan galian yang tidak ditahan dengan cara
lain dapat menjadi tidak stabil. Bila diperlukan, kontraktor harus menopang struktur-struktur disekitarnya
yang mungkin menjadi tidak stabil atau menjadi berbahaya oleh pekerjaan galian.
b. Alat-alat berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau maksud-maksud sejenisnya, tidak diizinkan
berdiri atau beroperasi lebih dekat dari 1,5 meter dari ujung parit terbuka atau galian pondasi, terkecuali
pipa-pipa atau struktur telah selesai dipasang dan ditutup dengan paling sedikit 60 cm urugan
dipadatkan.
c. Bendungan sementara, dinding pemotong aliran rembesan atau sarana-sarana lain yang mengeluarkan
air dari galian, harus didisain secara baik dan cukup kuat untuk menjamin tidak terjadinya roboh
mendadak, dimungkinkan mampu mengalirkan secara cepat bahaya banjir pada struktur.
d. Semua galian terbuka harus dipasang rintangan yang memadai untuk menghindari tenaga kerja atau
lain-lainnya jatuh dengan tidak sengaja ke dalam galian dan setiap galian terbuka di dalam daerah badan

LA-13
jalan atau bahu jalan, sebagai tambahan harus diberi marka pada malam hari dengan drum dicat putih
(atau semacamnya) dengan lampu merah, sehingga diterima Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
e. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mengadakan perlindungan bagi setiap pipa bawah tanah
yang berfungsi, kabel-kabel, konduit atau struktur di bawah permukaan lain yang dapat dipengaruhi dan
harus bertanggung jawab untuk biaya perbaikan setiap kerusakan yang disebabkan oleh operasinya.
9) Perbaikan Penggalian yang Tidak Diterima
Pekerjaan galian yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang diberikan harus diperbaiki oleh Kontraktor sebagai
berikut :
a. Bahan-bahan yang tersisa (karena penggalian yang tidak efisien) harus dibuang dengan galian
berikutnya.
b. Daerah yang telah terlanjur digali, atau daerah dimana telah bercerai berai atau berjatuhan, harus diurug
kembali dengan urugan terpilih atau bahan pondasi bawah/pondasi atas yang mana yang dapat
diterapkan, sehingga diterima Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.

Pelaksanaan Pekerjaan
1) Prosedur Umum
a. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan sekecil mungkin terjadi gangguan terhadap bahan-bahan
di bawah dan di luar batas galian yang ditentukan sebelumnya.
b. Bila bahan tersebut yang nampak keluar di atas garis formasi atau tanah dasar atau permukaan pondasi
adalah lepas-lepas atau lunak atau secara lain tidak cocok dalam pendapat Konsultan Pengawas dan
Direksi Teknis, bahan itu secara keseluruhan harus dipadatkan atau dibuang seluruhnya dan diganti
dengan urugan yang cocok, seperti diperintahkan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
c. Dimana batu, lapisan keras atau bahan tidak dapat dihancurkan lainnya ditemukan berada di atas garis
formasi untuk saluran yang dilapisi, atau penggalian permukaan untuk perkerasan dan bahu jalan, atau
di atas bagian dasar parit pipa atau galian pondasi struktur, bagian tersebut harus digali terus sedalam
20 cm sampai satu permukaan yang merata dan halus. Tidak ada runcingan-runcingan batu akan
ditinggalkan menonjol dari permukaan yang nampak keluar dan semua bahan-bahan yang lepas-lepas
harus dibuang. Profil galian yang telah ditetapkan harus dikembalikan dengan pengurugan kembali dan
dipadatkan dengan bahan pilihan yang disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
d. Setiap bahan muatan diatas harus disingkirkan dari tebing yang tidak stabil sebelum penggalian dan
talud tebing halus dipotong menurut sudut rencana talud. Untuk tebing yang tinggi harus dibuatkan
barometer pada setiap ketinggian tebing 5,0 m yang sesuai dengan gambar standar.
e. Untuk perlindungan tebing terhadap erosi, akan dibuatkan saluran cut off (penutup aliran rembesan) dan
saluran pada kaki tebing sebagaimana ditunjukan pada Gambar Rencana atau sebagaimana
diperintahkan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis di lapangan. Daerah-daerah yang baru
selesai digali, secepatnya harus dilindungi juga dengan penyediaan lempengan rumput atau tanaman-
tanaman lain yang disetujui.
f. Sejauh mungkin dan seperti diperintahkan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, Kontraktor
harus menjaga galian tersebut bebas air dan harus melengkapi dengan pompa-pompa, peralatan dan
tenaga kerja, serta membuat tempat air mengumpul, saluran sementara atau tanggul sementara
seperlunya untuk mengeluarkan atau membuang air dari daerah-daerah disekitar galian.
2) Penggalian untuk Bahan Urugan
a. Lubang-lubang bahan galian, apakah berada dalam kawasan Proyek atau dimana saja, harus digali
sesuai dengan ketentuan-ketentuan Spesifikasi ini.
b. Persetujuan untuk membuka satu daerah galian baru, atau meng-operasikan daerah galian yang ada,
harus diperoleh dari Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis secara tertulis sebelum suatu operasi
galian dimulai.

LA-14
c. Lubang-lubang harus dilarang atau dibatasi dimana lubang-lubang tersebut mengganggu drainase asli
atau drainase yang didisain.
d. Di sisi daerah yang miring, lubang-lubang galian bahan diatas sisi jalan yang lebih tinggi, harus dibuat
landai dan dibuat mengalirkan air untuk membawa semua air permukaan ke saluran tepi dan ke gorong-
gorong di dekatnya tanpa terjadi genangan.
e. Ujung dari satu lubang galian bahan tidak boleh lebih dekat dari 2 meter dari kaki satu tanggul atau 10
meter dari bagian puncak satu galian.
f. Semua lubang galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh Kontraktor harus ditinggalkan
dalam kondisi yang rapih dan teratur dengan sisi dan talud yang stabil setelah pekerjaan selesai.
3) Pembongkaran Bangunan Sementara
a. Kecuali diperintahkan lain oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, semua struktur sementara
seperti tanggul sementara atau penyangga penguat, harus dibongkar oleh Kontraktor setelah selesainya
struktur permanen atau pekerjaan lain untuk mana galian itu telah dilaksanakan.
b. Bahan-bahan yang dikumpulkan dari bangunan-bangunan sementara tersebut tetap menjadi milik
kontraktor atau mungkin jika disetujui dianggap cocok oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis,
disatukan ke dalam pekerjaan permanen dan dibayar dibawah item pembayaran yang relevan
dimasukkan ke dalam Daftar Penawaran.
c. Setiap bahan galian yang dapat diizinkan sementara dipasang di dalam satu jalan air, harus dibuang
dalam satu cara sehingga tidak merusak jalan air. Semua permukaan akhir urugan yang nampak keluar
harus cukup halus dan seragam, dan mempunyai kemiringan yang cukup menjamin limpasan bebas air
permukaan.

5.1.2 Pekerjaan Urugan


Umum
1) Uraian
a. Pekerjaan ini terdiri dari mendapatkan, mengangkut, penempatan dan memadatkan tanah atas bahan
berbutir yang disetujui untuk pembangunan pematang, pengurugan kembali parit-parit atau galian
disekeliling pipa atau struktur serta pengurugan sampai kepada garis batas, kemiringan dan ketinggian
penampang melintang yang ditentukan atau disetujui.
b. Pekerjaan tersebut tidak termasuk pemasangan bahan filter pilihan sebagai alas dasar untuk pipa atau
saluran beton, atau sebagai bahan drainase porous yang disediakan untuk drainase di bawah
permukaan. Bahan-bahan ini dimasukkan dalam Spesifikasi-spesifikasi ini.
2) Definisi
a. Urugan yang dicakup oleh persyaratan-persyaratan bab ini di bawah satu atau Dua kategori.
a) Urugan biasa
Material yang sesuai yang akan dipergunakan dalam spesifikasi ini mencakup semua material
yang dalam klasifikasi test ASTM D 2487 dikenal sebagai GW, GP, GM, GC, SW, SP atau SM.
G gravel
S sand
M silt
C clay
O organic
P poorly graded (uniform particle sizes)
W well-graded (diversified particle sizes)
H high plasticity
L low plasticity

LA-15
Material yang tidak sesuai adalah material yang menurut ASTM D2487 dikenal sebagai SC, ML,
OL, MH, OH dan PT.
Dalam hal tertentu, atas petunjuk dari Pemberi Tugas, material (inorganik) yang diklasifikasikan
sebagai SC, ML, CL, MH dan CH dapat digunakan pada daerah timbunan yang tidak penting,
seperti penimbuan kembali borrow pits atau timbunan diluar areal perkerasan/rencana
perkerasan dan struktur.
b) Urugan pilihan
Material pilihan yang akan dipergunakan dalam bab ini mencakup material yang termasuk dalam
klasifikasi GW, GP dan GM.
c) Urugan pilihan digunakan untuk kondisi tanah lunak seperti rawa-rawa, tanah payau, atau tanah
yang selalu terendam air dimana diperlukan satu tanah urugan dengan plastisitas rendah
(bahan berbutir), dan juga dimana stabilisasi tanggul, talud yang terjal atau tanah dasar harus
ditimbun sampai ketinggian dan pemadatan yang tertentu. Urugan pilihan dari bahan sirtu
dengan persyaratan t  1.8 ton/m3 dan sudut geser  20 .
d) Urugan yang diperlukan untuk tujuan umum seperti diuraikan diatas dan tidak termasuk urugan
pilihan, harus dipakai sebagai urugan biasa.
3) Persyaratan Pemadatan untuk Urugan
a. Kecuali untuk areal dimana akan dibuat konstruksi perkerasan, semua lapisan timbunan yang berada
pada elevasi 1 m sampai dengan 3 m di bawah permukaan subgrade harus dipadatkan sekurang
kurangnya 90% terhadap Maximum Dry Density (MDD) pada Optimum Moisture Content.
b. Semua timbunan dibawah struktur jalan sampai kedalaman 500 mm harus dipadatkan sampai mencapai
100% MDD pada OMC.
c. Pada daerah airstrip untuk lapisan teratas setebal 150 mm harus dipakai material timbunan tertentu yang
sudah disetujui Pemberi Tugas.
4) Toleransi Ukuran
a. Semua timbunan yang lebih dari 30 cm dibawah permukaan tanah dasar harus dipadatkan sampai 95
% MDD pada OMC.
b. Ketinggian dan kemiringan akhir pematang tanah dasar dan bahu jalan, setelah pemadatan tidak boleh
ada dua sentimeter lebih tinggi atau 2 cm lebih rendah dari yang ditentukan atau disetujui.
c. Semua permukaan akhir urugan yang nampak keluar harus cukup halus dan seragam, dan mempunyai
kemiringan yang cukup menjamin limpasan bebas alr permukaan.
d. Permukaan akhir talud pematang tidak boleh berbeda dari garis profil yang ditentukan lebih dari 10 cm.
e. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan
dengan tebal padat kurang dari 10 cm.
5) Contoh-contoh
a. Kontraktor halus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis hal-hal berikut ini paling
sedikit 14 hari sebelum mulai digunakannya setiap bahan sebagai urugan :
 Dua contoh bahan dengan berat masing-masing 50 kg, salah satu dari bahan tersebut akan
diterima oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis sebagai acuan selama jangka waktu
kontrak.
 Satu pernyataan mengenai asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan sebagai bahan
urugan pilihan, bersama-sama dengan hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa bahan
tersebut memenuhi Spesifikasi.
6) Penjadwalan Pekerjaan
a. Bagian baru pematang landasan atau rekonstruksi harus dibangun setengah lebar, kecuali disediakan
satu pengalihan sehingga jalan tersebut dijaga terbuka untuk lalu lintas pada setiap waktu.

LA-16
b. Urugan tidak boleh dipasang, dihampar atau dipadatkan selama hujan atau dibawah kondisi basah dan
pemadatan tidak dapat dikontrol.
7) Perbaikan Urugan yang Tidak Diterima atau tidak stabil
a. Urugan terakhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang ditentukan atau disetujui atau dengan
toleransi permukaan yang ditentukan dalam tabel 2.3.2, harus diperbaiki dengan membuat terurai
permukaan tersebut, dan membuang atau menambah bahan-bahan yang diperlukan diikuti dengan
pembentukan dan pemadatan kembali.
b. Urugan yang terlalu basah untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kandungan kelembutan seperti
yang ditentukan dan diperintahkan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, harus diperbaiki
dengan menggaruk bahan tersebut sampai kedalaman minimal 15 cm atau seperti penebaran urugan,
masing-masing lapisan harus dipadatkan menyeluruh dengan peralatan pemadatan yang cocok dan
memadai yang disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis sampai kepada persyaratan-
persyaratan kepadatan berikut :
 Lapisan-lapisan yang lebih dari 30 cm dibawah permukaan tanah dasar harus dipadatkan
sampai 95% kepadatan kering standar maksimum yang ditetapkan sesuai AASHTO T99. Untuk
tanah-tanah yang berisi lebih dari 10% bahan-bahan yang tertahan diatas saringan 19 mm,
maka kepadatan kering maksimum yang didapat harus disesuaikan untuk bahan-bahan
oversize (kelewat besar) tersebut seperti diperintahkan oleh Konsultan Pengawas dan Direksi
Teknis.
 Lapisan-lapisan di dalam 30 cm atau kurang, dibawah permukaan tanah dasar, harus
dipadatkan sampai 100% kepadatan kering standar maksimum yang ditetapkan sesuai
AASHTO T99.

0,3 = 100% OMC

0,3 – 0,7 m  95% OMC

1 – 3 m  90% OMC

 Tergantung kepada jenis pelaksanaan dan persyaratan khusus Konsultan Pengawas dan
Direksi Teknis, pengujian-pengujian kepadatan di lapangan dengan methoda kerucut pasir
harus dilakukan di atas masing-masing lapisan urugan yang telah didapatkan, sesuai dengan
AASHTO T191 (PB. 0103-76) dan jika hasil sesuatu pengujian menunjukan bahwa
kepadatannya kurang dari kepadatan yang diminta, Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan
tersebut sesuai dengan kedalaman penuh lapisan dan dilokasi yang ditunjukkan oleh Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis, yang tidak boleh berjarak lebih dari 200 m.
c. Pemadatan urugan tanah harus dilakukan hanya bila kadar air bahan tersebut berada didalam batas 3%
kurang dari kadar air optimum sampai 1% lebih dari kadar air optimum. Kadar air optimum akan
ditetapkan sebagai kadar air dimana kepadatan kering maksimum dicapai bila tanah tersebut dipadatkan
sesuai dengan AASHTO T99.
d. Urugan timbunan harus dipadatkan dimulai pada ujung paling luar serta masuk ketengah dalam satu
cara dimana masing-masing bagian menerima desakan pemadatan yang sama.

LA-17
e. Jika bahan urugan harus ditempatkan di atas kedua sisi sebuah pipa atau saluran beton atau struktur,
pelaksanaannya harus sedemikian sehingga urugan tersebut dibentuk sampai ketinggian yang hampir
sama di atas kedua sisi struktur.
f. Terkecuali disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, urugan disekitar ujung satu box culvert
tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang atau kepala box culvert sampai
bangunan atas dipasang.
g. Urugan ditempat-tempat yang sulit dicapai oleh peralatan pemadatan harus ditempatkan dalam lapisan-
lapisan horisontal dengan bahan-bahan lepas ketebalan tidak melebihi 20 cm dan dipadatkan
menyeluruh menggunakan mesin pemadat yang disetujui. Harus diberikan perhatian khusus untuk
menjamin tercapainya pemadatan yang diterima di bawah dan di samping pipa-pipa, untuk mencegah
rongga-rongga dan untuk menjamin pipa-pipa tersebut mendapat dukungan sepenuhnya.

Pengendalian Mutu
1) Test Laboratorium
Test untuk kondisi kualitas bahan urugan harus dilaksanakan kedua-duanya untuk sumber pengadaan dan test
ditempat seperti diperintahkan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, untuk dapat memenuhi persyaratan-
persyaratan Spesifikasi ini. Test Laboratorium berikut ini dijadikan rujukan (referensi).

Tabel 2.3.1 Test Laboratorium Bahan Urugan


` Judul Singkat
ASTM D 421 Dry preparation dari sample tanah
ASTM D 422 Particle size analysis
ASTM D 427 Shrinkage factors
ASTM D 854 Specific Gravity tanah
ASTM D1556 In-situ density, sand cone
ASTM D1557 Moisture-Density relation (metoda D)
ASTM D1883 Bearing Ratio of laboratory compacted
ASTM D2167 In-situ density, rubber balloon
ASTM D2217 Wet preparation dari sample tanah
ASTM D2487 Classification of soils
ASTM D4318 Liquid Limit, Plastic Limit and Plasticity of soils
Sumber : ASTM

2) Pengendalian Lapangan
Test Pengendalian Lapangan berikut ini harus dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan Spesifikasi.
Kontraktor harus menyediakan semua bantuan yang diperlukan dalam bentuk tenaga kerja, pengangkutan dan
pengujian.

Tabel 2.3.2. Persyaratan Pengendalian Lapangan

LA-18
Test Pengendalian Prosedur
a. Pengujian kepadatan urugan padat di  Untuk menentukan hubungan kepadatan dan
lapangan (Test Kerucut Pasir) kadar air pemasangan.
(AASHTO T 191)  Harus dilaksanakan setiap layer/lapis 20 cm
(SNI 03-1976-1990) dan untuk setiap 1000 m3 bahan timbunan
sampai kedalaman penuh.
 Urugan ditempatkan dalam lapisan di bawah
formasi konstruksi, harus diuji setiap 200 m.
 Untuk urugan kembali di sekeliling struktur
atau di dalam parit gorong-gorong, paling
sedikit satu test untuk setiap bagian urugan
kembali selesai dipasang.

b. Penentuan CBR Lapangan Urugan Padat  Dengan menggunakan alat CBR lapangan, di
lokasi yang diminta oleh Konsultan
Pengawas dan Teknis dan dilakukan setiap
1000 m2.

c. Pengujian Permukaan (Surface Test)  Permukaan harus diuji untuk kerataan serta
ketepatan kemiringan Jika perlu bagian yang
kurang rata maupun kemiringan atau
ketinggian kurang tepat maka tanahnya
harus dibuang, ditimbun kembali, dipadatkan
lagi, sampai diperoleh kerataan, kemiringan
dan ketinggian yang diperlukan.
 Permukaan yang sudah selesai tidak boleh
selisih lebih dari 12 mm jika ditest dengan
tongkat lurus panjang 3 meter yang
dilaksanakan sejajar tegak lurus dengan
garis tengah.

Sumber : AASHTO

3) Percobaan Pemadatan
a. Sebelum pekerjaan pemadatan tanah dilakukan, Kontraktor harus melaksanakan percobaan pemadatan
dengan setiap material yang akan dipakai untuk timbunan baik itu material dari luar maupun dari hasil
ekskavasi. Kontraktor harus menyerahkan metoda kerja pemadatan kepada Pemberi Tugas untuk
mendapatkan persetujuan tentang cara kerja yang akan dilaksanakan.
b. Percobaan pemadatan merupakan suatu demonstrasi pekerjaan oleh Kontraktor untuk mendapatkan
persetujuan dari Pemberi Tugas tentang metoda yang diusulkan. Bilamana dalam demonstrasi tersebut

LA-19
kualitas yang dipersyaratkan tidak dapat dicapai, Pemberi Tugas berhak memerintahkan Kontraktor
untuk mengulanginya. Pekerjaan percobaan ini tidak dibayar.
c. Percobaan pemadatan termasuk tes laboratorium dan tes lapangan sesuai yang disyaratkan. Kontraktor
harus menyampaikan semua hasil tes kepada Pemberi Tugas.
d. Prosedur percobaan meliputi areal percobaan dengan luas tidak kurang dari 30 meter x 15 meter pada
lokasi yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas, dengan ketebalan yang sama tetapi dengan kadar air
yang berbeda dengan :
 Sekurang kurangnya 10 lintasan dengan pneumatic tyred dengan berat yang akan ditentukan
kemudian oleh Pemberi Tugas pada saat percobaan.
 Sekurang kurangnya 10 lintasan menggunakan peralatan lain sesuai petunjuk Pemberi Tugas.
 Metoda lain yang diusulkan Kontraktor untuk dapat mencapai persyaratan.
e. Dengan cara tersebut pemadatan maksimum yang dapat dicapai dengan kadar air dan peralatan
tertentu. Untuk keperluan ini mungkin subgrade perlu dijenuhkan dengan air selama beberapa jam
sebelum pekerjan percobaan pemadatan dilaksanakan.
f. Menindak lanjuti pemadatan percobaan, Kontraktor harus menyampaikan kepada Pemberi Tugas usulan
metoda pemadatan untuk setiap jenis material yang akan dipakai dalam pekerjaan. Usulan Kontraktor
harus mencakup juga jumlah dan tipe peralatan, berat dan tekanan roda bila dipakai pneumatic tired
roller, cara memperoleh kadar air yang diperlukan, jumlah lintasan dan tebal hamparan sebelum
dipadatkan.
g. Bila Pemberi Tugas berpendapat bahwa hasil pemadatan percobaan telah sesuai dengan yang
dipersyaratkan, maka Pemberi Tugas akan memberikan persetujuan terhadap metoda yang diusulkan
Kontraktor. Bila Pemberi Tugas tidak menyetujui usulan Kontraktor maka Kontraktor harus menyerahkan
secara tertulis amandemen usulan untuk pemadatan dan bila diperlukan mengadakan percobaan ulang.
h. Selanjutnya dalam pelaksanaan pekerjaan pemadatan Kontraktor harus tetap mengikuti prosedur yang
telah disetujui oleh Pemberi Tugas untuk setiap material yang akan dipadatkan dan hasil pemadatan
harus memenuhi persyaratan.
i. Meskipun metoda dan rencana Kontraktor telah disetujui Pemberi Tugas, Kontraktor harus bertanggung
jawab penuh terhadap pekerjaan tanah sesuai dengan gambar dan persyaratan yang telah ditentukan.

5.1.3 Pekerjaan Penyiapan Subgrade (Pembentukan Kemiringan dan Pemadatan)


Umum
1) Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari menyiapkan tanah dasar yang langsung terletak di bawah konstruksi landasan, dalam
keadaan siap menerima struktur perkerasan atau bahu landasan. Tanah dasar tersebut meluas sampai lebar
penuh dasar konstruksi seperti ditunjukkan pada gambar, dan dapat dibentuk di atas timbunan biasa, timbunan
pilihan, galian batu atau diatas bahan filter porous.
2) Toleransi Ukuran
a. Kemiringan dan ketinggian akhir setelah pemadatan, tidak boleh berbeda satu sentimeter lebih tinggi
atau lebih rendah dari pada yang ditetapkan atau diatur di lapangan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan Direksi Teknis.
b. Permukaan akhir tanah dasar akan dibuat miring melintang jalan seperti yang ditetapkan atau
ditunjukkan pada gambar dan dibuat cukup rata serta seragam untuk menjamin limpasan air permukaan
yang bebas.
3) Penjadwalan Pekerjaan
a. Semua pekerjaan drainase tepi jalan disebelah tanah dasar harus diselesaikan dan dapat berfungsi
sampai satu tingkat yang dapat menyediakan drainase yang efektif bagi limpasan air permukaan dari
tanah dasar selama hujan ataupun sebagian hasil banjir dari daerah sekitarnya.

LA-20
b. Gorong-gorong, pipa porous dan bangunan-bangunan kecil lainnya yang diletakkan di bawah tanah
dasar harus diselesaikan sepenuhnya dengan urugan padat, sebelum penyiapan tanah dasar dimulai.
4) Pengendalian Lalu Lintas
a. Pengendalian lalu lintas harus dilakukan oleh kontraktor sesuai dengan persyaratan umum kontrak, dan
sampai disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap semua konsekwensi lalu lintas yang dizinkan lewat di atas
tanah dasar, selama pelaksanaan pekerjaan dan Kontraktor harus melarang lalu lintas tersebut bilamana
mungkin dengan menyediakan satu jalan pengalihan atau pembangunan setengah lebar.
5) Perbaikan Penyiapan Tanah Dasar yang Tidak Diterima
a. Persyaratan yang ditetapkan dalam Sub Bab "Galian", dan Sub Bab"Urugan", harus diterapkan untuk
semua penyiapan tanah dasar dimana relevan (berkaitan).
b. Kontraktor akan memperbaiki atas biaya kontraktor sampai disetujui Konsultan Pengawas dan Direksi
Teknis, setiap alur bebas roda, gundukan dan kerusakan-kerusakan lain yang diakibatkan oleh lalu lintas
atau tenaga kerja kontraktor atas tanah dasar yang sudah selesai.
c. Kontraktor akan memperbaiki sebagaimana diperintahkan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis,
setiap kemerosotan tanah dasar disebabkan oleh kekeringan dan retak-retak, atau dari kebanjiran
ataupun kasus alami lainnya. Pekerjaan tersebut akan dimasukkan untuk pembayaran di bawah bab ini,
terkecuali Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis menganggap kerusakan-kerusakan tersebut
disebabkan oleh kelalaian kontraktor.

Bahan-bahan
Bahan tanah dasar dan kualitasnya harus sesuai dengan persyaratan yang berkaitan untuk timbunan biasa,
timbunan pilihan atau galian tanah dasar yang ada. Bahan-bahan yang digunakan dalam masing-masing
keadaan harus seperti diperintahkan Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis, dan harus dipasang seperti yang
ditetapkan pada Sub Bab sebelumnya.

Pelaksanaan Pekerjaan
1) Penyiapan Lapangan
a. Penggalian dan pengurugan untuk tanah dasar harus seperti yang ditetapkan pada Sub Bab sebelumnya
dalam spesifikasi ini.
b. Kontraktor harus menyediakan dan menggunakan mal logam dan mistar logam untuk memeriksa
punggung atau kemiringan melintang. Bilamana diminta oleh Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis
ketinggian lapangan harus diperiksa dengan alat survai ketinggian.
2) Pemadatan Tanah Dasar
a. Pemadatan lapisan tanah di bawah permukaan tanah dasar harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan spesifikasi yang diberikan pada Sub Bab sebelumnya.
b. Adapun spesifikasi-spesifikasi tersebut antara lain:
 Lapisan-lapisan yang lebih dari 50 cm di bawah permukaan tanah dasar harus dipadatkan sampai
95% kepadatan kering maksimum yang ditetapkan sesuai dengan AASHTO T99.
 Lapisan-lapisan yang berada pada 50 cm atau kurang, dan sampai permukaan tanah dasar harus
dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum.

Pengendalian Mutu
Pengujian-pengujian kualitas untuk kepadatan di lapangan dan daya dukung harus dilakukan untuk setiap 1000
m2 luasan sesuai dengan persyaratan spesifikasi sebelumnya. CBR minimum untuk tanah dasar sesuai gambar
rencana yang disesuaikan dengan lokasi sepanjang lapisan subgrade yaitu minimal 3% (untuk jalan pedestrian),
4% (untuk jalur jalan kendaraan) .Bilamana hal ini tidak dapat dicapai, perlu dipasang bahan perbaikan tanah

LA-21
dasar bawah atau bahan timbunan pilihan sampai ketebalan yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas dan
Direksi Teknis.

5.2 PEKERJAAN JALAN BETON


Lingkup Pekerjaan adalah Pembangunan Jalan Cor Beton Bertulang yang meliputi :
a. Pek. Sewa Barak Kerja
b. Pembuatan Papan Nama Proyek
c. Warning Sign (Rambu-Rambu K3)
5.2.1 Pekerjaan Tanah
a. Pek. Galian (untuk item ini, tergantung lokasi pekerjaan)
b. Pek. Urugan Tanah Kembali (untuk item ini, tergantung lokasi pekerjaan)

5.2.2 Pekerjaan Beton


a. Pek. Membersihkan Lokasi
b. Pek. Plastik Hitam
c. Pek. Bekisting
d. Pek. Beton Mutu ( K-175 )
e. Pek. Pembesian Wiremesh BKU M6 Uk. 2.1 x 5.4 (untuk item ini, tergantung lokasi pekerjaan)
f. Pek. Lantai Kerja (untuk item ini, tergantung lokasi pekerjaan)
g. Pek. Gorong - Gorong dia.30 cm (untuk item ini, tergantung lokasi pekerjaan).

5.2.3 Mobilisasi
Mobilisasi sebagaimana ditentukan dalam hal ini akan meliputi pekerjaan persiapan yang diperlukan
untuk pengorganisasian dan pengelolaan pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mencakup
Demobilisasi setelah penyelesaian pelaksanaan pekerjaan.
Mobilisasi peralatan berat dari dan menuju ke lapangan pekerjaan harus dilaksanakan pada waktu
lalu lintas sepi, dan truk-truk angkutan harus dilengkapi dengan terpal, serta mobilisasi peralatan dan
personil dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.
Mobilisasi harus mulai dilaksanakan selambat-lambatnya dalam waktu 30 ( tiga puluh ) hari kerja sejak
diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja ( SPMK )

5.2.4 Pelaksanaan Pekerjaan


Untuk menjamin kualitas, ukuran-ukuran dan penampilan pekerjaan yang benar, Kontraktor harus
menyediakan Staf Teknis berpengalaman di lapangan. Staf Teknis tersebut harus mengatur pekerjaan di lapangan
dan keterampilan kerja, mengendalikan mengatur tenaga kerja kontraktor dan memelihara catatan-catatan
serta dokumentasi proyek.

5.2.5 Pemeriksaan Lapangan


Sebelum pengaturan lapangan dan pengukuran, Kontraktor harus mempelajari gambar gambar kontrak
bersama-sama dengan Direksi Teknis.
Pada Lokasi pekerjaan perkerasan dimana suatu pekerjaan peralatan satu profil memanjang, sepanjang
sumbu jalan harus diukur serta penampang melintang diambil pada interval tertentu untuk menentukan
kelandaian dan kemiringan melintang.

LA-22
5.2.6 Bahan-Bahan dan Penyimpanan
1. Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Memenuhi standar spesifikasi yang dapat dipakai.


b. Untuk kekuatan, ukuran, buatan, type dan kualitas harus seperti yang ditentukan pada gambar
rencana atau spesifikasi lain yang dikeluarkan dan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi
Teknis.
c. Bahan tanah, pasir dan agregat lainnya harus diperoleh dari suatu sumber yang disetujui.
2. Penyerahan
a. Kontraktor harus menyediakan kepada Direksi Teknis contoh-contoh bahan untuk mendapatkan
persetujuan. Contoh tersebut harus disertai informasi mengenai sumber lokasi dan setiap
klasifikasi lain yang diperlukan oleh Direksi Teknis untuk memenuhi persyaratan spesifikasi.
b. Kontraktor harus menyelenggarakan, menempatkan, memperoleh dan memproses bahan-bahan
alam yang sesuai dengan spesifikasi.
3. Sumber Bahan-Bahan
a. Sumber-sumber tidak boleh dipilih dalam sumber alam dilindungi, hutan lindung atau dalam
daerah yang mudah terjadi longsor.
b. Kontraktor akan menentukan berapa banyak peralatan dan pekerjaan yang diperlukan untuk bahan-
bahan tersebut memenuhi spesifikasi ini. Dan Direksi Teknis akan menolak atau menerima bahan-
bahan dari sumber- sumber bahan atas dasar persyaratan kualitas.
4. Persetujuan

a. Pemesanan bahan-bahan akan diberikan jika Direksi Teknis telah memberikan


persetujuan untuk penggunaannya.
b. Jika kualitas bahan tersebut tidak sesuai dengan kualitas yang telah disetujui Direksi maka Direksi
dapat menolak bahan tersebut dan minta diganti.
5.2.7 Penyimpanan Bahan
1. Bahan-bahan harus disimpan sedemikian rupa sehingga bahan-bahan tersebut tidak rusak dan
kualitasnya terlindungi. Tempat penyimpanan bahan-bahan harus bersih dan bebas dari sampah dan
air.
2. Material harus ditumpuk dalam satu cara yang disetujui, tinggi tumpukan maksimal adalah
5 M.
3. Penempatan tumpukan material dan peralatan harus ditempat yang aman dan tidak boleh
menimbulkan kemacetan lalu lintas dan membendung lintasan air.
4. Penyimpanan Semen
a. Perlu diberikan perhatian pada waktu pengangkutan semen ketempat pekerjaan supaya semen
tidak basah atau kantong semen rusak.
b. Di lapangan semen tersebut harus disimpan di gudang dengan penumpukan yang rapi dan
sistematis, menurut jatuh temponya penyimpanan semen untuk konstruksi beton tidak boleh lebih
dari 3 bulan. Direksi Teknis secara teratur akan memeriksa semen yg disimpan di lapangan dan
tidak akan diiizinkan setiap semen digunakan bila didapati kondisi semen yang mengeras.

5.2.8 Spesifikasi Teknis

Pekerjaan ini terdiri dari Jenis- jenis pekerjaan yang telah ditetapkan dalam berita acara penjelasan
pekerjaan. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan gambar pada rencana pekerjaan ini,
semua syarat-syarat, ketentuan-ketentuan dan cara-cara yang disebut dalam rencana pekerjaan tersebut

LA-23
dan penjelasan- penjelasan tambahan seperti tercatat dalam petunjuk tertulis dari pengguna Anggaran / Direksi
selama pekerjaan berlangsung. Pekerjaan harus diserahkan oleh Kontraktor kepada Pengguna Anggaran / Direksi
Teknis dalam keadaan selesai 100 %. Semua kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut dan untuk melaksanakan yang tepat, baik dan lengkap meskipun alat-alat dan bahan- bahan atau
untuk pekerjaan yang tidak disebutkan atau dinyatakan dalam peraturan dan rencana pekerjaan atau
gambar-gambar adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Lokasi pekerjaan yang perlu dikerjakan, diserahkan kepada Kontraktor oleh Pengguna Anggaran/ direksi
dalam keadaan bebas.Kontraktor harus mengembalikan dalam keadaan selesai semua kegiatan yang meskipun
tidak termasuk pekerjaan ini tetapi rusak atau berubah karena pekerjaan ini.
a. Kontraktor harus membuat Papan Merk Proyek dan menyediakan / menyewa untuk Kantor Direksi Keet
di lapangan seluas 3 x 4 M2 dengan tiang kayu dinding papan klas II susun sirih dan atap seng Bjls.
10, lantai beton tumbuk, pekerjaan telah selesai, bangunan tersebut milik pemborong kecuali bila ada
ketentuan lain.
b. Semua keperluan untuk ruang Direksi dan pengawas lapangan, meja kursi dan alat-alat tulis antara lain
: Papan tulis, kertas tulis (kertas gambar) dan sebagainya yang dibutuhkan pelaksana kegiatan/direksi di
lapangan harus disediakan oleh Kontraktor.
c. Kontraktor harus menyediakan buku harian di kantor direksi lapangan, dimana segala kegiatan kerja
kontraktor dicatat dan dilaporkan oleh Kontraktor dalam buku harian tersebut.
d. Buku harian setiap hari ditanda tangani oleh Kontraktor dan disetujui oleh Direksi.

5.2.9 Pengaman Lalu Lintas

Bila diperlukan sebelum dimulai selama berlangsung pekerjaan, Kontraktor diwajibkan


untuk memasang tanda-tanda untuk pengamanan lalu lintas dan ketentuan sebagai berikut :

a. Semua papan dan tanda perhatian, harus dibuat clan papan yang cukup tebal 2-3 cm dengan dasar
putih dan tulisan "HATI-HATI ADA PEKERJAAN……….” dengan warna hitam, ukuran papan 1,5 cm dan
lebar 40 cm.
b. Pada malam hari di tempat pekerjaan yang berbahaya bagi lalu lintas harus dipasang lampu merah
yang cukup menurut petunjuk Direksi.
c. Pada alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan pada malam hari harus diberi lampu
seperti tersebut di atas.
Penempatan Lalu Lintas harus ada izin dahulu dari Polisi Lalu Lintas setempat Penempatan alat-alat
dan bahan-bahan bangunan harus diusahakan sedapat mungkin tidak menganggu lalu lintas dan apabila
terpaksa, bahan bangunan tersebut diangkut dari tepi jalan selambat-lambatnya dalam waktu 1 x 24 jam
sesudah penuruanannya.

LA-24
Setiap kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian kontraktor untuk pengamanan seperti

tersebut diatas, sepenuhnya adalah tanggung jawab Kontraktor.

5.2.10 Pengaman Lalu Lintas


1. Sebelum dimulai pekerjaan, Kontraktor diwajibkan menyesuaikan ukuran-ukuran yang terdapat dalam
gambar dan rencana kerja dan segera memberi tahukan kepada Direksi setiap terjadi perbedaan yang
terjadi.
2. Semua kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan yang diakibatkan karena kelalaian Kontraktor serta
perbedaan-perbedaan dalam ukuran tersebut diatas adalah tanggung jawab Kontraktor.
3. Pada awal pelaksanaan pekerjaan tahap pertama berlangsung, pemborong telah menyiapkan bangunan
sementara yang berfungsi sebagai kantor proyek dan atau los kerja yang dipergunakan sebagai operasional
kantor dan tempat menyimpan barang/ material peralatan maupun dapat digunakan sebagai los kerja
bagi tempat tinggal sementara tenaga kerja.

5.2.11 Pek. Beton Bertulang Mutu FC = 24.90 MPA (K-300)


A. Pembersihan Lokasi

Sebelum pekerjaan dimulai, loaksi pekerjaan harus bersih dari pohon-pohon, rumput dan sampah serta
permukaan tanah dasar tidak bergelombang sehingga tidak mengganggu atau menghambat untuk pekerjaan
berikutnya.

B. Pemasangan Bekisting
Untuk pekerjaan bekisting dipergunakan kualitas kayu yang baik, tidak berubah bentuk, digunakan
kayu/papan kelas III, tebal papan bekisting minimal 2 cm.
Pemasangan bekisting harus rapi/lurus, untuk kayu penyangga bekisting harus dipasang jarak < 1 m dan
dipaku antara penyangga dengan papan, agar pada saat dilakukan pengecoran papan bekisting tidak
melendut.
Sambungan papan bekisting harus dilakukan dengan baik dengan menyambung ujung papan pertama
dengan ujung papan berikutnya (jangan saling tindih) agar setelah pelepasan bekisting hasil cor beton
tetap lurus/rapi.
C. Pekerjaan Platik Hitam
Plastik hitam dipasanag setelah pemasangan bekisting siap, pemasangan plastik hitam dikerjakan harus rapi
dan hindari terjadi kebocoran agar air semen tidak keluar.

D. Pekerjaan Pemasangan Wiremash

1. Besi beton (Wiremesh) harus berkwalitas baik dan betul - betul bulat serta diameternya sesuai dengan
gambar (Bestek).
2. Pemotongan dan pembengkokan dari besi beton dalam keadaan dingin dan dibentuk sesuai dengan

LA-25
gambar konstruksi. Tidak dibenarkan untuk meluruskan kembali dari besi beton yang telah dibengkokkan
tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Pemasangan besi beton harus seteliti mungkin sesuai dimensi yang dalam gambar konstruksi, diikat
kuat dengan kawat beton dan dengan kait-kait, dapat tegak lurus dengan dudukan deking (beton tahu)
dan disetujui oleh Pengawas. Sambungan besi beton hanya boleh dilakukan pada daerah / tempat
tertentu dan disambung dengan las atau cara lain yang sudah mendapat persetujuan Pengawas.
5.2.12 Pengecoran
Bahan – Bahan

A. Semen
- Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah type Semen Portland yang memenuhi
AASHTO M 85 kecuali type IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diijinkan lain oleh Direksi Pekerjaan,
campuran yang mengandung gelembung udara tidak boleh digunakan
- Terkecuali diijinkan oleh Direksi Pekerjaan, hanya satu produk merek yang dapat digunakan
didalam proyek.
B. Air
- Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan, atau pemakaian lainnya harus bersih dan
bebas dari benda yang menggangggu seperti minyak, garam, asam, basa, gula, atau organis
lainnya. Air akan diuji sesuai dengan dan harus memenuhi kriteria dari AASHTO T 26. Air yang
diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Bila timbul keragu-raguan atas mutu air
dan pengujian air seperti diatas dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian
kuat tekan mortar semen + pasir dengan memakai air tersebut dan dengan memakai air
suling. Air dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan
28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling pada umum yang sama.
C. Agregat Halus
a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu dan harus
bersih dari bahan organic, Lumpur, zat-zat alkali adan tidak mengandung lebih dari 150% substansi-
substansi yang merusak beton.
b. Pasir yang digunakan harus berbutir kasar, sedangkan ukuran kerikil mengikuti persyaratan dalam
PBI (Peraturan Beton Indonesia).
c. Pasir laut tidak diperkenankan digunakan dan pasir harus terdiri dari partikel- partikel yang tajam dan
keras serta mempunyai gradasi seperti tabel berikut :
Saringan Ukuran Persentase Saringan

3/8” 9,50 mm 100

No. 4 4,76 mm 91 – 100

No. 8 2,38 mm 80 – 100

LA-26
No. 16 1,19 mm 50 – 85

No. 30 0,19 mm 25 – 65

No. 50 0,297 mm 10 – 30

No. 100 0,149 mm 5 – 10

No. 200 0,074 mm 0–5

D. Agregat Kasar (kerikil atau batu pecah)

Agregat yang digunakan adalah agregat alami atau buatan yang memenui syarat menurut PBI 1971
(NI-2). pasal 3.3, 3.4 dan 3.5 atau SNI’ atau Peraturan Beton 1989. Agregat harus memenuhi syarat :

a. Tidak mengandung bahan yang dapat merusak beton dan ketahanan tulang terhadap karat. pasir
laut tidak dapat digunakan
b. Bersih dari kotoran yang dapat menghalangi ikatan dengan semen, jika agregat yang datang ternyata
kotor, maka sebelum dipakai harus dicuci terlebih dahulu.
c. Jika pasir dan krikil yang akan dipakai ternyata terlalu kering, maka sebelum digunakan harus
dibasahi dengan siraman air sehingga mencapai kondisi SSD (saturated surface dry)
d. Agregat dapat dipakai agregat alami atau buatan berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batudengan spesifikasi sesuai menurut ASTM C– 33 dan mempunyai ukuran terbesar
2,5cm.
e. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang kasar, keras tidak berpori dan berbentuk kubus, bila ada
butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20% dari Value dan tidak boleh mengalami
pembubukan sehingga melabihi 50,5 kehilangan berat menurut tes mesin los angeles.
f. Bahan harus bersih dari zat-zat organic, zat- zat reaktif alkali atau substansi yang merusak beton
dan ketahanan tulangan terhadap karat.

LA-27
Hal yang perlu diperhatikan sebelum pengecoran :

1. Pekerjaan terlebih dahulu harus dibersihkan dari kotoran / sampah dan badan jalan harus
dibentuk sesuai dengan keterangan dalam gambar kerja.
2. Pembersihan lokasi harus rapi dan tidak bergelombang.

3. Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam
sebelum memulai pekerjaan pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bila
operasi telah ditunda untuk lebih 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi dan pekerjaan,
macam pekerjaan, kelas beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
4. Tidak bertentangan dengan pengeluaran suatu persetujuan untuk memulai, tidak ada

beton yang boleh dicor bila Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi
pencampuran dan pengecoran beton secara keseluruhan.

E. Baja Tulangan (Wiremesh)

a. Baja tulangan yang dgunakan harus memenuhi persyaratan PBI NI – 2 . 1991 dengan tegangan
leleh karakteristik = 2400 kg/cm2 atau baja U24 untuk tulangan Ø ≤ 12 mm, fy = 400 Mpa
(ulir/deform) untuk tulangan Ø > 12 mm, tidak berkarat, tidak mengelupas.
b. Pemeriksaan terhadap mutu baja tulangan dilakukan dengan pengujian kuat tarik di laboratorium,
atas tanggungan biaya pelaksanaan.Toleransi diameter baja tulangan maksimum 0,4 mm untuk
baja Ø ≤ 12 mm, dan 0,6 mm untuk baja Ø > 12 mm.
c. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan pembengkokan harus sesuai dengan persyaratan
dalam PBI NI – 2 1971.
d. Ukuran baja disesuaikan dengan gambar rencana dan untuk penggantian ukuran hanya
diperkenankan atas persetujuan tertulis dari konsultan pengawas. Segala biaya yang diakibatkan
oleh penggantian tulangan sejauh bukan kesalahan gambar adalah tanggungan dari pelaksana.
e. Semua baja tulangan harus disimpan yang bebas lembab dipisahkan sesuai diameter serta
asal pembelian. Semua baja tulangan harus dilindungiterhadap segala macam kotoran dan lemak
serta sejauh mungkin dilindungi terhadap karatan.
f. Pemberi tugas dan pengawas akan melakukan pengujuan test tarik putus dan bending untuk
setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya pelaksanaan.
g. Pemeliharaan Setelah Pengecoran Jalan (dengan Karpet Curing Geotextil Non Woven)
Setelah pekerjaan pengecoran jalan, untuk mencegah hilangnya air semen pada beton saat
mengeras maka segera diselimuti Geotextil Non Woven sehingga mutu beton yang
direncanakan bisa tercapai dari sisi kualitas dan waktu serta secara berkala disiram dengan air
agar kualtas beton tetap tejaga.

LA-28
5.3 PEKERJAAN PAVING BLOCK
1) Umum
a. Pengertian
Paving blck atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatu komposisi bahan bangunan
yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat dengan
atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tersebut.
Sedangkan menurut SK SNI T-04-1990-F, paving block adalah segmen-segmen kecil yang terbuat dari
beton dengan bentuk segi empat atau segi banyak yang dipasang sedemikian rupa sehingga saling
mengunci
Paving block juga merupakan suatu jenis produk material bangunan untuk system perkerasan jalur
kendaraan, plaza, pejalan kaki bersifat fleksibel yang terbuat dari campuran beton dengan kekuatan
dan ukuran tertentu. Yang mana produk tersebut telah memenuhi Standar Spesifikasi Produk secara
Internasional, yakni memenuhi faktor :
 Flexual Strength, yakni pengujian untuk penentuan kuat lentur dari setiap unit.
 Compressive Strength, yakni pengujian untuk menentukan kuat tekan dari setiap unit.
 Abrasion Resistence, yakni nilai koefisien dari hasil pengujian ketahanan aus permukaan dari setiap
unit.
b. Mutu dan Standard :
 Mempunyai bentuk yang sempurna
 Tidak retak-retak dan cacat
 Bagian sudut dan rusuknya tidak mudah dirapihkan dengan kekuatan tangan.
c. Bentuk dan Ukuran :
 Berdasarkan bentuknya paving block dapat dibedakan menjadi dua yaitu bentuk segi empat dan
segi banyak.
 Ketebalan 6 cm, 8 cm dan 10 cm
 Warna umumnya abu-abu atau sesuai dengan pesanan konsumen.
 Toleransi ukuran yang disyaratkan adalah ± 2 mm untuk ukuran lebar bidang dan ± 3 mm untuk
tebalnya serta kehilangan berat bila diuji dengan natrium sulfat maksimum 1%

2) Material
 Agregat .
Penggunaan agregat halus ataupun kasar, baik material alami yang non crushed ataupun crushed harus
dapat memenuhi unsur-unsur yang ada dalam standar spesifikasi ASTM – C 33.
 Semen.
Penggunaan semen sebagai binder material harus memenuhi unsur persyaratan ASTM – C 150.
 Pigmen.
Penggunaan pigmen sebagai pewarna beton harus memenuhi unsur persyaratan ASTM – 979.

a. Spesifikasi Typikal
Toleransi dimensi adalah +/- 2 mm untuk panjang dan +/- 3 mm untuk tebal.
b. Penempatan ( storage ) dan identifikasi produk.
Penempatan Paving block di lapangan, harus dengan mudah dapat diidentifikasi sesuai dengan kode
produksi. Identifikasi produk meliputi Tanggal, Bulan, dan Tahun produksi serta asal mesin produksi.
Pemisahan setiap tanggal produksi yang berbeda harus dilakukan, sehingga tidak tercampur antara
satu periode dengan periode produksi yang lain.
c. Sampling
Pengambilan sample untuk kepentingan pengujian di laboratorium dilakukan secara random dari setiap
lot produksi, 1 buah sample diambil dari setiap 1000 buah Paving block. Dengan jumlah sample total
adalah 10 buah dengan alokasi penggunaan adalah :
 Tes Kuat Tekan ( Compressive Strength : 5 buah
 Tes Kuat Lentur ( Flexural Strength ) : 3 buah
 Tes Abrasi ( Abrasion Strength ) : 2 buah
d. Verifikasi
Dalam hal pengendalian mutu internal, maka produsen block dapat melakukan tes internal secara
reguler dan mendata hasil tes dari setiap produk untuk digunakan sebagai bahan referensi mutu jika
suatu saat diperlukan atau diminta oleh pelanggan.
Independent Test juga dapat dilakukan berdasarkan permohonan dari Owner / Direksi pada instansi
laboratorium independent yang ditunjuk dengan tetap mengacu kepada standard yang sama.
e. Pemasangan Geotextile
1. Membersihkan lokasi dari benda tajam yang dapat menghambat proses tanah dasar.
2. Ganti tanah dasar yang lunak dengan tanah urug pilihan. Hal ini disesuaikan dengan perencanaan
3. Padatkan tanah dasr dengan alat pemadat yang memadai.
4. Penggelaran dan Penyambungan
- Geotextile harus digelar secara melintang.
- Digelar tanpa gelombang atau kerutan. Pada lahan yang luas pemasangan dapat (melintang
atau memanjang)
- Geotextile dapat dipotong terlebih dahulu ditempat yang memungkinkan. Hal ini bertujuan untuk
lokasi yang sulit untuk dilakukan pemotongan dan penyambungan.
5. Penyambungan
 Penyambungan dilakukan secara overlapping atau dengan cara dijahit (Sewn)
 Jarak overlap 30-100 cm.
 Penjahitan dengan menggunakan mesin jahit portable atau menggunakan genset.
 Penjahitan dilapangan memerlukan 3-4 pekerja. Panel yang belum dijahit disiapkan di gudang
6. Lapisan
 Batas kandungan air ( Moisture Content ) pasir alas adalah 6% - 8% dan maximum 1% untuk
pasir pengisi ( Joint Filler ). Pasir harus terbebas dari kandungan garam yang akan
menyebabkan terjadinya efek efflorescence.
 Lapisan Sub grade atau lapisan tanah dasar harus diratakan atau dipotong sedemikian rupa
sehingga mempunyai profil dengan kemiringan sama dengan yang dibutuhkan untuk kemiringan
drainage (Water run off ) yaitu minimal sebesar 1,5 %. Sub grade harus dipadatkan dengan
kepadatan relatif minimal 90% MDD (Modified max. Dry Density) sebelum ekerjaan Sub base
dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan.
 Pekerjaan lapisan Sub base disesuaikan dengan gambar dan spesifikasi teknis yang dibutuhkan.
Profil lapisan permukaan dari Sub base juga harus mempunyai kemiringan minimal 2% dua arah
melintang ke kiri dan ke kanan.
 Kansteen, gutter, manhole atau sejenisnya harus sudah terpasang sebelum pemasangan Paving
block, demikian juga untuk instalasi di bawah Paving block seperti drainage/saluran, juga harus
sudah dilaksanakan sebelum pemasangan Paving block.
 Peralatan yang dibutuhkan adalah :
- Mesin plat compactor ( Stamper ) dengan luas permukaan plat antara 0.35 – 0.50 m2 dan
mempunyai gaya sentrifugal sebesar 16 sampai 20 kN dengan frekuensi getaran berkisar 75
sampai 100 Hz.
- Alat pemotong Paving block ( cutter ).
- Kayu yang diserut rata sebagai jidar untuk leveling screeding pasir alas.
- Benang.
- Alat handling berupa lori terbuat dari besi ( seperti lori beras ) yang dibentuk menyiku untuk
memudahlan pemindahan Paving block.
- Pin stick ( linggis ) yang bagian ujung bawahnya dibuat runcing melebar sebagai alat naating.

3) Pemasangan
1. Pasir alas seperti yang dipersyaratkan, segera digelar di atas lapisan base, kemudian diratakan dengan
jidar kayu sehingga mencapai kerataan seragam dan mengikuti kemiringan yang sudah dibentuk
sebelumnya pada lapisan base.
2. Penggelaran pasir alas tidak melebihi jarak 1 meter di depan Paving block terpasang dengan tebal
screeding max. 50 mm dan min. 25 mm. Pasir tidak boleh terganggu dengan getaran apapun sampai
dengan pemasangan block dilakukan.
3. Pemasangan Paving block harus dimulai dari satu titik / garis ( starting point ) di atas lapisan pasir
alas ( laying course ).
4. Tentukan kemiringan dengan menggunakan benang yang ditarik tegang dan diarahkan melintang
sebagai pedoman garis A dan memanjang sebagai garis B, kemudian buat pasangan kepala masing –
masing di ujung benang tersebut.
5. Pemasangan Paving block harus segera dilakukan menyusul setelah penggelaran pasir alas. Hindari
terjadinya kontak langsung antara block dengan membuat jarak celah / naat dengan spasi 2 – 3 mm
untuk pengisian joint filler.
6. Memasang Paving block harus maju, kemudian si pekerja mengambil posisi di atas block yang sudah
terpasang.
7. Jika tidak disebutkan dalam spesifikasi teknis, maka profil melintang permukaan Paving block minimal
mencapai 2% dan maksimal 4%, dengan toleransi cross fall 10 mm untuk setiap jarak 3 meter garis
lurus dan 20 mm untuk jarak 10 meter garis lurus. Pembedaan maksimum kerataan pasangan antar
block tidak boleh melebihi 3 mm.
8. Pengisian joint filler segera dilakukan menyusul pemasangan Paving block dan dilanjutkan dengan
pemadatan.
9. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat plate compactor yang mempunyai plate area 0,35
sampai 0,50 m2 dengan gaya sentrifugal sebesar 16 – 20 kN dan getaran dengan frekuensi 75 – 100
Hz. Pemadatan hendaknya dilakukan secara simultan bersamaan dengan pemasangan Paving block
dengan minimal akhir pemadatan adalah 1 meter di belakang akhir pasangan. Pemasangan Paving
block tanpa disertai pemadatan akan mengakibatkan resiko tinggi, yakni akan memudahkan terjadinya
deformasi dan pergeseran garis joint akibat adanya pengaruh lintasan troli ( alat handling ) di lapangan.
10. Pemadatan biasanya dilakukan sebanyak 2 putaran. Putaran pertama ditujukan untuk memadatkan
pasir alas dengan penurunan 5 – 25 mm ( tergantung pasir yang dipakai ). Pemadatan putaran kedua,
disertai dengan menyapu pasir pengisi celah / naat block, dan masing – masing putaran dilakukan
paling sedikit 2 lintasan.
5.4 PEKERJAAN SALURAN
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
1) Pengertian
Adalah bekerjanya sistim saluran (pembuangan air) di area lokasi yang ditunjukkan keseluruhan maupun
bagian-bagiannya seperti yang tertera pada gambar-gambar maupun yang dispesifikasikan. Termasuk
dalam pekerjaan ini adalah pengadaan barang-barang / material,penyediaan tenaga kerja, pembuatan
saluran saluran dan pengujiannya.
2) Keterangan-keterangan yang tidak diterangkan dalam spesifikasi maupun gambar tetapi perlu untuk
pelaksanaan dari pekerjaan saluran saluran secara keseluruhan harus juga dimasukkan ke dalam
pekerjaan ini.
3) Secara garis besar, pekerjaan ini meliputi :
 Pembuatan saluran gorong-gorong, saluran terbuka dan saluran tertutup sesuai dengan gambar
rencana dan spesifikasi teknis.
 Pembuatan konstruksi pelengkap lainnya, antara lain penutup saluran, plat beton penutup gorong-
gorong, bak kontrol atau konstruksi lainnya sesuai dengan gambar rencana.
4) Segala sesuatu mengenai lingkup pekerjaan ini yang masih kurang jelas, Kontraktor dapat menanyakan
lebih lanjut kepada Konsultan Pengawas, Perencana atau pihak lain yang ditunjuk untuk ini.
5) Apabila sampai terjadi kelalaian dan kekurangan, Kontraktor harus bertanggung jawab atas kerugian-
kerugian yang mungkin terjadi.

Persyaratan Bahan
1) Semua ketentuan material yang harus disediakan oleh Kontraktor didasarkan atas Standar Normalisasi
Indonesia (SNI) dan Pemeliharaan Umum Bahan-Bahan (PUBB).
2) Kontraktor atas biaya sendiri wajib mengirimkan contoh-contoh material yang akan digunakan untuk
pembuatan saluran saluran kepada Konsultan Pengawas.
3) Untuk pekerjaan pemipaan dan peralatan lain yang termasuk didalam
4) Lingkup pekerjaan ini, Kontraktor wajib menyerahkan brosur beton precast, buis beton, pipa / peralatan lain
yang akan digunakan.
5) Apabila ternyata terdapat material yang dinyatakan tidak bisa diterima / digunakan, maka Kontraktor wajib
untuk mengeluarkannya dari Proyek dalam waktu tidak lebih dari 1 (satu) hari.

a. Peraturan-Peraturan / Persyaratan.
Tata cara pelaksanaan dan petunjuk lainnya yang berhubungan dengan peraturan-peraturan
pembangunan yang sah berlaku di Indonesia selama pelaksanaan pekerjaan ini harus betul-betul
ditaati, kecuali bila dibatalkan oleh uraian dan syarat-syarat ini. Peraturan-peraturan yang termaksud
antara lain :
 Pemeriksaan Umum untuk Pemeriksaan Bahan-Bahan Bangunan (PUBBI) tahun 1982.
 Peraturan Beton Indonesia (PBI-NI2 / 1971 ).
 Peraturan Perburuhan Indonesia.

b. Semen Portland.
 Semen yang dipakai adalah semen Portland type satu, sesuai SNI 03-2847-2002
 Merek semen yang akan dipakai harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas.Untuk
mendapat persetujuan, kontraktor harus dapat menunjukan sertifikat tentang semen yang
diusulkan untuk dipakai. Sertifikat ini bisa diproleh dari pabrik semen yang bersangkutan atau dari
laboratorium yang mempunyai kewenangan.
 Pengawas berhak menolak semen yang dikirim ke Proyek, jika atas dasar pemeriksaan tidak
memenuhi persyaratan.
 Penyimpanan Semen harus memenuhi syarat:
 Terlindung dari pengaruh iklim dan kelembaban;
 Semen harus disimpan sedemikian rupa, sehingga semen yang datang/diproduksi lebih dulu
terpakai lebih awal.
 Semen yang mempunyai gejala membatu /terkontaminasi bahan yang dapat merusak tidak boleh
digunakan.
 Pemakaian semen lebih dari satu merek tidak diijinkan, kecuali ada alasan khusus dan mendapat
persetujuan tertulis Pengawas

c. Pasir / agregat
 Semen yang dipakai adalah semen Portland type satu, sesuai SNI 03-2847-2002
 Agregat kasar dapat berasal langsung dari alam(agregat alam), atau agregat yang berasal dari
batu pecah.
 Ukuran maximum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:
- Seperlima(1/5) jarak terkecil sisi-sisi cetakan;
- Sepertiga (1/3) ketebalan pelat lantai .
 Penyimpanan agregat kasar dan halus harus terpisah agar memudahkan tugas Pengawasan,tidak
terintrusi bahan yang dapat merusak/mengganggu.
 Barang yang telah terkontaminasi bahan yang merusak tidak dapat digunakan

d. Air
 Air pencampur beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang dapat beton, seperti: oli,
asam, alkali, garam, bahan organik
 Kecuali air yang berasal dari PDAM, maka sebelum dipakai harus diuji kelayakannya, seperti yang
ditentukan dalam SNI 03-2847-2002 PASAL 5.4

e. Baja tulangan
 Semua baja tulangan yang dipakai harus baru,bebas dari karat
 Semua tulangan dari jenis baja ulir (BJTD) dan polos harus
 memenuhi ketentuan SNI 03-2487-2002 pasal 5.5.
 Baja ulir dipakai untuk seluruh elemen struktur, dengan mutu
 fy = 400 MPa
 Baja polos dipakai hanya untuk elemen non structural dengan mutu
 fy = 240 MPa
 Sambungan las baja tulangan tulangan tidak diijinkan,kecuali ada pertimbangan khusus dan harus
mendapat persetujuan tertulis Pengawas

f. Mutu Saluran U Ditch/Gorong2 dan tutupnya


 Mutu Beton K350
 Permukaan beton expose
 Tulangan besi ulir Ø6 U50
 Penutup beton dilengkapi dengan inlet drain
 Semua U ditch type Heavy

Persyaratan Pelaksanaan
1) Profil saluran terbuka dan saluran tertutup yang akan dibuat harus benar-benar sesuai dengan yang
tercantum dalam gambar kerja, baik ukuran maupun konstruksinya.
2) Selama tidak ditentukan lain, persyaratan-persyaratan yang menyangkut kelancaran mengalirnya buangan
air hujan harus benar-benar diperhatikan, baik menyangkut pengaturan elevasi dasar saluran, kedalaman
saluran, kemiringan-kemiringan, maupun menyangkut pembelokan saluran dan penempatan bak kontrol,
harus mengikuti ketentuan yang tercantum dalam gambar kerja.
3) Persyaratan kemiringan untuk saluran saluran minimum 0,5%.

a. Ukuran
Semua ukuran yang tertunjuk pada gambar saluran saluran merupakan
ukuran jadi / penyelesaian / finishing, kecuali jika terdapat ketentuanketentuan lain, maka ukuran pada
gambar tersebut harus ditambah 1 cm.

b. Ukuran-Ukuran Pokok.
Ukuran-ukuran pokok dan pembagian-pembagiannya seluruhnya telah
ditunjukkan didalam gambar perencanaan.
Tinggi peil pada setiap unit pekerjaan yang memerlukan bouwplank
ditentukan terhadap tinggi peil setempat atas persetujuan Konsultan
Pengawas.

c. Pembersihan Tempat Pekerjaan.


Sebelum memulai setiap pekerjaan, Kontraktor harus membersihkan tempat pekerjaan dari segala
macam benda dan rintangan yang ada sehingga siap untuk melakukan penggalian.

d. Pekerjaan Tanah.
1. Pekerjaan Galian Tanah.
Pekerjaan galian tanah diperlukan untuk menanam pondasi dan menanam bagian-bagian dari
konstruksi saluran saluran yang berada di bawah permukaan.
Semua galian harus dilaksanakan menurut persyaratan mengenai panjang, dalam, serongan,
belokan galian, sesuai dengan gambar rencana.
2. Pemasangan Geotextile
 Membersihkan lokasi dari benda tajam yang dapat menghambat proses tanah dasar.
 Ganti tanah dasar yang lunak dengan tanah urug pilihan. Hal ini disesuaikan dengan
perencanaan
 Padatkan tanah dasar dengan alat pemadat yang memadai.
2.1. Penggelaran dan Penyambungan
 Geotextile harus digelar secara melintang.
 Digelar tanpa gelombang atau kerutan. Pada lahan yang luas pemasangan dapat
(melintang atau memanjang)
 Geotextile dapat dipotong terlebih dahulu ditempat yang memungkinkan. Hal ini bertujuan
untuk lokasi yang sulit untuk dilakukan pemotongan dan penyambungan.
2.2 Penyambungan
 Penyambungan dilakukan secara overlapping atau dengancara dijahit (Sewn)
 Jarak overlap 30-100 cm.
 Penjahitan dengan menggunakan mesin jahit portable atau menggunakan genset.
 Penjahitan dilapangan memerlukan 3-4 pekerja. Panel yang belum dijahit disiapkan di
gudang
c. Pekerjaan Urugan.
Pengurugan lubang bekas galian dilakukan setelah semua yang diperlukan selesai
terpasang. Bahan urugan yang boleh dipakai adalah bahan urugan yang didatangkan dari
luar proyek.
Tanah bekas galian pada lokasi setempat boleh digunakan kembali
sepanjang memenuhi persyaratan bahan urugan.
Urugan yang boleh digunakan adalah tanah lempung (clay) berwarna
merah / coklat atau pasir bercampur kerikil yang bersih.
Bahan urugan tidak boleh bercampur dengan sampah, rumput, akar pohon dan bahan-bahan
organis lainnya.
e. Plesteran
Pekerjaan plesteran dilaksanakan setelah pekerjaan pasangan batu selesai dan atau sedang
berlangsung dimana telah memasuki pertengahan atau akhir dari pekerjaan pasangan batu.
Cara Pelaksanannya :
Material dan alat disiapkan di lokasi pekerjaan.
● Material yang dipakai adalah : pasir, semen, dan air. Pasir
dibersihkan dari semua kotoran, air yang dipakai adalah air dari
sumber air tanah.
● Pekerja mempersiapkan spesi dengan perbandingan 1 semen : 3
pasir
● Pasir dimasukkan ke dalam concrete mixer terlbih dahulu kemudian
semen dengan perbandingan di atas dan diaduk sampai pasir dan
semen bercampur. Setelah terasa sudah tercampur baru diberi air
bersih secukupnya sesuai dengan kebutuhan spesi dengan posisi
concrete mixer masih mengaduk. Setelah spesi sudah matang /
campuran semen, pasir dan air merata, adukan spesi dituang ke
kotak tempat spesi.
● Spesi di bawa ke tempat pasang plesteran di mana tukang batu dan
pekerja sudah siap ditempat.
● Sebelum pelsteran dipasang terlebih dahulu semua permukaan yang
akan diplester dibersihkan. Apabila bidang yang akan diplester
terlalu kering maka terlebih dahulu permukaan dibasahi
menggunakan air bersih untuk mendapatklan ikatan yang kuat antara
spesi lama dengan spesi baru.
● Pekerjaan plesteran dikerjakan 1 (satu) lapis sampai jumlah
ketebalan 1.5 cm dan dihaluskan dengan air semen atau sesuai
dengan spektek dan petunjuk dari direksi.
● Untuk menghindari retak – retak rambut pada permukaan plesteran
yang sudah selesai karena pengerasan, maka permukaan plesteran
yang sudah selesai harus dibasahi dengan air selama 7 (tujuh) hari
berturut – turut atau sesuai dengan spektek dan petunjuk dari direksi.
● Plesteran dibentuk sesuai dengan gambar kerja atau sesuai petunjuk
direksi pekerjaan dan dirapikan sehingga terlihat bagus

f. Genangan Air.
Kontraktor harus menjaga agar seluruh galian tidak digenangi air yang timbul akibat hujan dan lain-lain
sebab, dengan jalan memompa, menimba, menyalurkan ke parit-parit atau lainnya dengan biaya yang
dianggap sudah termasuk di dalam kontrak.

g. Perataan Akhir.
Daerah yang diurug atau digali yang tercantum dalam gambar haurs diratakan kembali sehingga sama
halusnya seperti kondisi semula, sesuai dengan gambar rencana.

h. Variasi Kedalaman Badan Saluran.


Variasi (perubahan) kedalaman atau ketebalan badan saluran dapat diterima, atau diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas jika ternyata keadaan pada suatu lokasi pekerjaan berbeda dengan keadaan yang
diharapkan semula.
Perubahan kedalaman atau ketebalan badan saluran tidak akan diijinkan tanpa ijin tertulis dari
Konsultan Pengawas.

i. Pasangan Untuk Bak Kontrol.


Pembuatan Bak Kontrol memakai campuran beton sesuai gambar dengan mutu beton K250.
Dalam pembuatan Bak Kontrol harus diperhatikan arah aliran air buangan, penempatan lubang masuk
(inlet) dan lubang keluar (outlet) harus menjamin kelancaran aliran air buangan, sehingga tidak terjadi
luapan air.
Penempatan lubang masuk dan keluar juga harus memudahkan pemeliharaan saluran, terutama bila
terjadi penyumbatan pada saluran tertutup.

j. Pengujian.
Pengujian harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas.
Pengujian dilakukan dengan cara melakukan penggelontoran air, terutama pada daerah saluran
tertutup di bawah parkir dan jalan masuk, sampai dapat dipastikan / dijamin tidak terjadi penyumbatan-
penyumbatan.
Apabila terjadi penyumbatan, Kontraktor harus secepatnya mengadakan perbaikan, seluruh biaya
perbaikan menjadi tanggungan Kontraktor.

k. Penanganan sebelum pemasangan Uditch


Tujuan dari prosedur ini adalah untuk memberikan penjelasan bagaimana cara packing, penumpukan,
pengangkatan, dan pemuatan Produk Pracetak Saluran Terbuka U (STU/ U-Ditch), serta
Pemasangannya yang tepat untuk menghindari kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi.
Prosedur ini merupakan petunjuk penanganan bagi pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam
pemasangan dan pengiriman
1. Packing
Untuk Produk STU tidak diperlukan packing seperti halnya pada pipa, karena bentuk STU yang
cukup sederhana, akan tetapi dalam pemuatan, penumpukan, dan pemasangannya hendaknya
dilakukan sesuai dengan petunjuk untuk menghindari kerusakan akibat penanganan yang tidak
benar.

2. Pengangkatan(Loading/Unloading)
Seperti halnya pipa maka untuk loading / unloading dapat menggunakan beberapa alat seperti:
 Forklift
 Crane
 Back Hoe
Pengangkatan STU dengan menggunakan alat forklift, dengan cara memasukkan kedua garpu
forklift kedalam STU, posisi STU telungkup, hindarkan mengangkat hanya dengan 1 garpu forklift
karena akan tidak seimbang.
Pengangkatan STU dengan menggunakan Crane / Backhoe, maka diperlukan tali sling, yang mana
diikatkan pada besi lifting hook yang telah disediakan dipabrik. Hindari cara pengangkatan yang
dapat menyebabkan gompal pada beton.
Membalik posisi STU, dari posisi telungkup menjadi terbuka ke atas. Dilakukan dengan peralatan
tambahan berupa pin yang dilengkapi dengan lubang untuk pengikat seling (lihat Gambar 2).
Peralatan tersebut dapat diminta dari pabrik. Hendaknya penempatan STU di lapangan, STU masih
dalam keadaan telungkup.

3. Penumpukan / Pemuatan
Penumpukan STU di lapangan maksimum adalah 3 lapis atau setinggi jangkauan alat handling,
mana yang terlebih dulu membatasi. Cara stacking STU adalah dengan cara menyusun secara
berjejeran dan posisinya telungkup. (posisi Male dan Female End sebaiknya diatur agar arahnya
sama dalam 1 lapis).
Agar posisinya rata dan untuk menghindari kerusakan, sebaiknya antara lapis pertama-kedua-dan
seterusnya diberi balok kayu. Posisi kaki-kaki STU antara lapis di atas dan dibawah hendaknya
dibuat sejajar.

4. Pemuatan di truck Untuk produk berupa STU


Pemuatan dilakukan dengan cara meletakkan STU secara melintang terhadap panjang bak truck
dan posisi STU adalah telungkup. STU dapat disusun dalam 2 baris (kiri&kanan) ; dan juga dapat
ditumpuk dalam beberapa lapis / sab.
Antara STU yang di atas dan yang di bawah diikat dengan menggunakan tambang plastik/manila
yang dikaitkan dengan angkur yang tersedia pada bak truck. Untuk baris paling belakang pengikatan
dibuat rangkap 4 / 5 sedangkan didepannya dibuat rangkap 2/3. Untuk menghindari putusnya tali
karena gesekan beton maka diberi alas kardus.

Metode Pemasangan
1) Pekerjaan Persiapan
a. Survey Lapangan
Untuk menentukan peil dan pematokan dilapangan sebagai pedoman dalam pemasangan. Hal ini
dilakukan bersama untuk diketahui pengawas lapangan agar tidak terjadi kesalahan penentuan as
saluran. Kelengkapan yang diperlukan:
1. Data perencanaan
2. Alat Ukur terkalibrasi (Theodolit, Bak ukur dll)
3. Ketentuan jarak sebagai referensi (Pedoman lapangan).
4. Radius tikungan.
5. Patok-patok penandaan.

b. Pembersihan Lahan
Dilaksanakan sepanjang jalur pemasangan & lokasi yang sekiranya akan dijadikan lokasi penumpukan
sementara dari produk precast yang dikirim kelapangan.

2) Pekerjaan Tanah
a. Penggalian tanah dilakukan secara bertahap, dan disesuaikan dengan kemampuan panjang
pemasangan saluran perhari. Hal ini penting guna menghindari kerusakan tanah dasar alian apabila
turun hujan.
b. Kedalaman galian dan lebar galian disesuaikan dengan kebutuhan
(Dalamnya galian = dasar saluran + tebal saluran + tebal dinding)
Catatan:
Apabila galian terlalu dalam, penimbunan kembali boleh dilakukan hingga kedalaman yang diinginkan
dengan ketentuan dipadatkan secara bertahap lapis demi lapis (15 Cm)
c. Tanah dasar galian dipadatkan dengan stamper hingga mencapai kestabilan yang cukup.
d. Sisa tanah galian akan diratakan diatas kavling ( Tanpa pemadatan) dengan ketebalan tertentu (min.
10 Cm), Bedding berupa sirtu dan lantai kerja diratakan diatas dasar galian dan dipadatkan.

3) Pekerjaan Pemasangan
a. Pemasangan Bowplank pada galian untuk pengecekan kelurusan maupun elevasi dengan jarak
maksimum 20 m untuk menghindari lendutan benang acuan. Sebaiknya dengan 2 benang dimana yang
satu pada as saluran sedang lainnya pada sisi luar precast untuk kelurusan pamasangan saluran.
b. Pemasangan saluran precast segera dilaksanakan apabila seluruh proses diatas telah dikerjakan.
Dengan bantuan peralatan (untuk mengangkat dan penyetelkan dapat digunakan Crane atau Excavator
dengan tetap mengacu prosedur Handling), satu persatu precast saluran dipasang mengikuti jalur
galian yang dibuat dan sebaiknya dari arah hilir ke hulu.
c. Pengurugan kembali lapis demi lapis ( 15 s/d 20 Cm perlapis ) dengan pemadatan dapat dikerjakan
dengan Stamper atau lainnya dengan material yang sesuai persyaratannya hingga ke finishing surface.
BAB VI
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL, ELEKTRIKAL, DAN
PLUMBING

.1 PENDAHULUAN
6.1.1 Lingkup Pekerjaan
1) Sistem yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah:
a. Instalasi sistem plumbing
b. Persampahan
c. Instalasi sistem listrik arus kuat
d. Instalasi sistem listrik arus lemah
e. Saluran luar bangunan
f. penyambungan daya listrik dan air bersih untuk keperluan operasional

2) Dan semua yang ada di dalam gambar, spesifikasi teknis, Bill of Quantity dan berita acara rapat penjelasan
atau klarifikasi termasuk dalam lingkup pekerjaan.
3) Semua kegiatan baik dari persiapan pemasangan, pengadaan, pemasangan, perizinan, perbaikan,
perawatan sehingga semua sistem yang tertera di atas dapat berjalan sempurna termasuk dalam lingkup
pekerjaan.
4) Peralatan bantu ataupun kelengkapan yang tidak tertulis dan / atau tidak tergambar tetapi harus dipasang
untuk menjamin sistem dapat berjalan sempurna termasuk dalam lingkup pekerjaan Lingkup pekerjaan
dapat berubah jika dikatakan lain saat penjelasan tender, klarifikasi dan negosiasi

.2 PERSYARATAN UMUM
6.2.1 Peraturan dan Standar Acuan
Pemasangan instalasi ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan-peraturan sebagai berikut:
1) Regulasi
a. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2022 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no 29 tahun 2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.05/MEN/1982.
d. Peraturan Pemda Setempat
e. Peraturan Kapolda Metro Jaya No 2 Tahun 2005.
f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 52 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran
Lembaga Penyiaran Berlangganan
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no.29/PRT/M/2006 : tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung.
h. Undang-Undang no. 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
i. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no.12/PRT/M/2009 : tentang Pemanfaatan Air Hujan.
j. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MEN.KES/PER/IX/1990 : tentang Syarat- syarat Dan
Pengawasan Kualitas Air
k. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.112 tahun 2003 tentang : Baku Mutu Air Limbah
Domestik
2) Standard Nasional Indonesia
a. SNI 0225:2011
Persyaratan Umum Instalasi Listrik
b. SNI 6197:2011
Konversi Energi pada Sistem Pencahayaan
c. SNI 04-7018-2004
Sistem Pasokan Daya Listrik Darurat dan Siaga
d. SNI 04-7019-2004
Sistem Pasokan Daya Listrik Darurat menggunakan Energi Tersimpan (SPDDT)
e. SNI 8153-2015
Sistem Plambing pada Bangunan Gedung.

3) Petunjuk Perencanaan
Petunjuk perencanaan dari Pihak Yayasan & Panitia Pembangunan
4) Petunjuk Instansi
Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti PLN, Departemen Kesehatan
dan lain-lain.
5) Pekerjaan instalasi ini harus dilaksanakan oleh:
a. Perusahaan yang memiliki surat izin instalasi dari instansi yang berwenang dan telah
berpengalaman dengan proyek yang setara.
b. Harus mempunyai SIKA golongan C yang masih berlaku.
c. Disetujui oleh Pemberi Tugas / MK (Management Konstruksi) dan perencana.

.3 Gambar-Gambar
1) Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu kesatuan yang saling
melengkapi dan sama mengikatnya. Jika terdapat perbedaan antara gambar dan persyaratan teknik, dan
tidak ada klarifikasi pada dokumen setelahnya, maka yang berlaku adalah pada ketentuan pada
persyaratan teknis.
2) Sebelum mengajukan penawaran, pemborong wajib menghitung dan mempelajari kembali gambar yang
diserahkan pada saat aanwijzing sehingga tidak ada alasan meminta kerja tambah dikarenakan perbedaan
gambar, spesifikasi dan BQ.
3) Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari peralatan, sedangkan pemasangan
harus dikerjakan dengan memperlihatkan kondisi dari bangunan yang ada dan mempertimbangkan juga
kemudahan service / maintenance jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
4) Gambar-gambar Arsitek dan Struktur dan Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan
pekerjaan ini.
5) Sebelum pekerjaan dimulai, Pemborong harus mengajukan gambar kerja dan detail kepada Pemberi Tugas
/ MK untuk dapat diperiksa dan disetujui terlebih dahulu. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut
Pemborong dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi ini.
6) Pemborong instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang (as-built drawing) yang disertai
dengan operating dan maintenance instruction serta harus diserahkan kepada MK sebelum penyerahan
pertama dalam rangkap 5 terdiri dari 1 (satu) kalkir dan 3 (tiga) blue print, dijilid serta dilengkapi dengan
daftar isi dan data notasi beserta 3 (tiga) set copy CD.
7) Pemborong wajib mengajukan as-built drawing untuk peralatan atau instalasi yang sudah terpasang
perbagian pekerjaan, kompilasi gambar as-built drawing dilakukan setelah semua sistem instalasi sudah
terpasang dengan lengkap dan benar. Kompilasi gambar tersebut sebagai dasar acuan untuk pembuatan
final as-built drawing.
8) Pada setiap gambar "as-built", harus tercantum:
a. Judul gambar.
b. Nomor gambar dan jumlah lembar gambar.
c. Tanggal dan nomor revisi gambar
d. Nomor lembar gambar.
e. Nama pemilik.
f. Nama konsultan perencana.
g. Nama konsultan pengawas.
h. Nama kontraktor.

6.3.1 Koordinasi
1) Pemborong instalasi ini wajib bekerja sama dengan Pemborong instalasi lainnya, agar seluruh pekerjaan
dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
2) Koordinasi yang baik wajib ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi kemajuan instalasi yang lain.
3) Apabila pelaksanaan instalasi ini menghalangi instalasi yang lain, maka semua akibatnya menjadi tanggung
jawab Pemborong.

6.3.2 Persiapan dan Pelaksanaan


1) Menjadi keharusan bagi setiap peserta pelelangan untuk melakukan peninjauan ke lapangan dan
mengetahui keadaan lapangan serta bangunan-bangunan yang akan dibangun.
2) Perlu pula diperhatikan oleh peserta lelang, sejauh mana keadaan serta instalasi dan lain-lain dari setiap
bangunan dan tapak yang dalam hal ini mempunyai hubungan atau memberi akibat kepada material dan
sistem yang akan ditawarkan atau akan dipasang di dalam paket pekerjaan.
3) Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah menerima SPK dan sebelum memulai pekerjaan,
Kontraktor harus menyerahkan daftar peralatan dan bahan secara bertahap yang akan digunakan pada
Proyek ini untuk disetujui oleh MK / Konsultan Perencana. MK / Pengawas tidak bertanggung jawab atas
contoh bahan yang akan dipakai dan semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan
contoh / dokumen ini.
4) Bila dalam pelaksanaan terdapat bahan / material yang tidak atau belum mendapat persetujuan MK /
Pengawas, maka MK / Pengawas berhak menyuruh bongkar untuk diganti dengan material / bahan yang
sesuai dan sudah mendapat persetujuan.
5) Selama memungkinkan, semua peralatan / material tetap dalam packaging asli tanpa dibuka dari pabrik.
Jika tidak memungkinkan harus dibungkus dengan bahan penutup yang dapat menjaga dari kerusakan.
Peralatan / material tersebut harus diangkat, dibawa, diturunkan dan disimpan dengan baik untuk menjaga
agar terhindar dari kerusakan.
6) Penyimpanan peralatan / material harus ditempat yang bersih, kering dan terlindungi dari kerusakan. Jika
peralatan / material rusak, tidak boleh langsung dipasang, harus dilakukan tahapan secepatnya untuk
mendapatkan penggantian atau perbaikan. Semua perbaikan harus mendapatkan review dan persetujuan
dari Pemberi Tugas / MK.
7) Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Pemborong harus menyerahkan gambar kerja /
shop drawing dan detailnya kepada Pemberi Tugas dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui.
8) Kontraktor harus mengajukan shop drawing lebih awal dalam kaitannya dengan pekerjaan Arsitektur seperti
kebutuhan lokasi pipa dengan dinding, lantai dan plafond.
9) Gambar kerja yang dibuat oleh kontraktor khusus harus berupa dan mencakup hal sebagai berikut:
a Gambar sistem, tercantum jumlah kebutuhan utilitas, tipe perlengkapan, alat Bantu yang diperlukan.
b Lokasi dan dimensi peralatan utama terhadap ruang dan instalasi M&E yang ada.
c Elevasi pipa-pipa, peralatan utama, jalur kabel
d Gambar detail dan potongan yang dianggap perlu.
10) Dengan mengajukan gambar-gambar kerja dengan acuan tersebut diatas, Kontraktor harus sudah
mempelajari material ataupun peralatan yang akan digunakan, keadaan lapangan, gambar-gambar
Struktur, Arsitek maupun gambar-gambar instalasi lainnya.
11) Gambar pelaksanaan / shop drawing yang digunakan di lokasi proyek mutlak harus yang sudah disetujui
oleh Pemberi Tugas / MK.
12) Pemborong harus mengadakan pemeriksaan ulang atas segala ukuran dan kapasitas peralatan yang akan
dipasang. Apabila ada sesuatu yang diragukan, Pemborong harus segera menghubungi Pemberi Tugas.
Pengambilan ukuran dan atau pemilihan kapasitas peralatan yang salah akan menjadi tanggung jawab
Pemborong.
13) Untuk persetujuan bahan dan peralatan, Kontraktor Khusus harus melengkapi dengan seleksi data dan
menyerahkan dalam rangkap 3 (tiga). Kontraktor harus menunjukkan dalam brosur unit yang dipilih dengan
memberikan tanda. Data-data pemilikan meliputi:
a Manufacturer Data
Meliputi brosur-brosur, spesifikasi dan informasi-informasi yang tercetak jelas, cukup detail sehubungan
dengan pemenuhan spesifikasi.
b Performance Data
Data-data kemampuan dari unit yang terbaca dari suatu tabel atau curva yang meliputi informasi yang
diperlukan dalam menyeleksi peralatan-peralatan lain yang ada kaitannya dengan unit tersebut.
c Quality Asurance
Suatu pembuktian dari Pabrik atau Supplier setempat terhadap kualitas dari unit berupa produk dari unit
ini sudah diproduksi beberapa tahun, telah terpasang dibeberapa lokasi dan telah beroperasi dalam
jangka waktu tertentu dengan baik.
d Sertifikat dari pabrik pembuat yang menyertakan:
 Factory test certificate untuk peralatan yang ditawarkan.
 Sertificate of origin dari negara asal untuk peralatan dan bahan yang ditawarkan.
14) Kontraktor wajib melakukan perbaikan atau penggantian kerusakan yang disebabkan karena pemotongan
dan pengeboran lantai, dinding dan ceiling yang diperlukan untuk pemasangan instalasi. Perbaiki semua
kerusakan pada gedung, pemipaan, peralatan atau finishing dengan material yang sesuai dengan aslinya,
dan pasang sesuai dengan spesifikasi.
15) Proses pelubang core-drill melalui slab harus dengan alat yang sesuai untuk keperluan ini. Semua opening,
sleeve dan lubang di slab antar lantai dan partisi harus ditutup kembali dengan concrete dan waterproof
bila diperlukan.
16) Semua panel listrik, jalur kabel, dll harus di cek terlebih dahulu sebelum mengaktifkan peralatan.
17) Menyediakan lampu penerangan dan sistem distribusi listrik sementara dengan ukuran yang cukup untuk
peralatan yang ada termasuk ukuran kabel feeder yang cukup untuk mengatasi penurunan tegangan. Panel
dilengkapi dengan meter untuk pembayaran kepihak lain jika diperlukan.
18) Pemborong dalam melaksanakan pekerjaannya harus berkoordinasi secara baik dengan pemborong lain
yang terkait untuk mencapai hasil pekerjaan yang sempurna bagi semua pihak. Jika terjadi resiko ketidak
sempurnaan pekerjaan, bongkar pasang pekerjaan, penggalian material, pembobokan, dan sebagainya
yang disebabkan oleh kurangnya koordinasi, maka resiko tersebut merupakan tanggung jawab pihak yang
kurang berkoordinasi.
19) Jika penanggung jawab di antara para pemborong yang terkait tersebut tidak dicapai kesepakatan, maka
Pemberi Tugas / MK dengan pertimbangannya sendiri dapat menetapkan penanggung jawabnya.
Penyelesaian atau perbaikan atas resiko tersebut harus dilaksanakan secepat mungkin dengan waktu yang
disetujui oleh Pemberi Tugas / MK yang mana dalam hal ini Pemberi Tugas berhak menunjuk pihak lain
yang melaksanakannya dengan biaya yang ditanggung oleh penanggung jawab yang telah ditetapkan.
20) Pemborong wajb membuat as-built drawing setiap kali suatu bagian pekerjaan selesai dipasang, kemudian
secara bertahap disusun terintegrasi, sehinga pada akhir pekerjaan dicapai as-built drawing keseluruhan
yang lengkap, terintegrasi dan benar. Bagian-bagian asbuilt drawing yang dibuat tersebut harus diserahkan
kepada Pemberi Tugas / MK setiap bulan, atau waktu lain yang ditentukan kemudian berdasarkan
kemajuan pekerjaan, dalam keadaan sudah diperiksa dan benar. Jika terjadi keterlambatan atau kelalaian
dalam menyerahkan as built drawing tersebut, maka pemborong dapat dikenakan denda kelalaian, dan
atau penundaan pembayaran pekerjaan.

6.3.3 Instalasi
1) Umum
Semua peralatan dan alat bantu harus dipasang sesuai dengan cara-cara pemasangan yang secara teknis
praktis, baik dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan petunjuk dan instruksi pada brosur atau
publikasi yang dikeluarkan pabrik dari peralatan ataupun alat-alat bantu tersebut.
2) Landasan Peralatan
a Semua landasan untuk peralatan ukurannya sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian peralatan
maupun motor yang berada diluar landasan.
b Konstruksi dan perhitungan kekuatan landasan peralatan dilakukan oleh perencana atau pelaksana
struktur.
c Untuk inertia block, seluruh panjang / lebar dari sisi-sisi sudut diperkuat dengan besi siku dan concrete
block-nya sendiri harus memakai reinforcement bar.
d Diperlukan earthquake bumper untuk mencegah terjadinya gerakan yang berlebihan pada saat
peralatan dihidupkan, dimatikan ataupun saat gempa (khusus bagi landasan / inertia block yang
menggunakan vibration isolator).
3) Platforms
Untuk peralatan seperti fan atau sejenis yang menggantung dan duduk pada suatu platform, maka platform
harus diperkuat dengan suatu frame besi siku yang dilas atau dibautkan, atau dikeling ke frame sehingga
cukup kuat, kaku dan tidak bergetar dalam operasinya.
4) Penetrasi plat lantai dan atap
Semua bagian instalasi yang menembus atap seperti duct, pipa, venting harus dilengkapi dengan pinggiran
beton (curb) sekeliling bagian-bagian instalasi tersebut sehingga konstruksinya betul-betul kedap air.
5) Pencapaian Peralatan
Semua peralatan ataupun peralatan bantu dalam prinsip pemasangannya harus mudah untuk bisa diamati,
diservice dan mudah dicapai dalam perbaikan, termasuk juga accessories pipa dan duct seperti valve, trap,
clean out, damper, filter, venting. Untuk itu Kontraktor dalam pemasangannya wajib memperhatikan posisi
yang terbaik dari peralatan dan accessories tersebut, sehingga tujuan yang dimaksud tercapai.
6) Disamping itu Kontraktor juga harus mengusulkan kepada Direksi (bila belum ditunjukkan pada gambar)
pintu-pintu service (access panel), untuk setiap peralatan dan accessories yang berada dalam shaft atau
ceiling yang memerlukannya, beserta ukuran dan lokasi yang tepat.
7) Bila dalam gambar rencana sudah ditunjukkan ada access panel yang diperlukan, maka penggeseran untuk
posisi yang tepat dari access panel tersebut sehubungan dengan letak peralatan / accessories dan
kaitannya dengan Arsitek / Interior perlu dibicarakan dengan Direksi untuk disetujui.
8) Perlindungan Peralatan dan Bahan
Menjadi tanggung jawab dan keharusan bagi Kontraktor untuk melindungi peralatanperalatan, bahan-
bahan baik yang sudah atau belum terpasang bila diperkirakan bisa rusak, cacat atau mengganggu situasi
sekitarnya ataupun oleh alam (hujan, debu, pasir, lembab) ataupun oleh bahan-bahan kimia sekitarnya.
Sebelum penyerahan, instalasi seperti peralatanperalatan, material bantu, dll, dibersihkan atau ditest dan
di-adjust kembali untuk membuktikan bahwa peralatan dan bahan beroperasi dengan baik. Peralatan dan
bahan yang rusak atau cacat karena tidak dilakukan perlindungan yang benar adalah merupakan bagian
instalasi yang tidak bisa diterima (serah terima belum 100%).
9) Pengecatan
Semua bagian-bagian pekerjaan yang menyangkut carbon steel yang tidak digalvanis harus dicat dasar
dan cat finish. Sebelum pengecatan dilakukan, bagian-bagian harus bebas dari grease, minyak dan segala
kotoran yang melekat. Urut-urutan pengecatan adalah cat dasar anti karat & cat finish terdiri atas 2 lapis
cat copolymer. Untuk peralatan-peralatan yang cat pabriknya rusak / cacat dalam pengangkutan,
penyimpanan dan lain sebagainya, maka harus dicat kembali sesuai aslinya atau warna yang ditentukan
Direksi.
10) Anti Karat
Semua peralatan bantu instalasi, yang berasal dari besi dan sebelumnya tidak diperlakukan untuk anti karat
(semacam penggantung, dudukan, landasan, flens dan lain sebagainya) harus dicat dengan cat anti karat,
yaitu zinchromate dan selanjutnya cat finish dengan warna dan jenis cat yang ditentukan Direksi. Semua
baut, mur dan washer haruslah zinc electroplated.
11) Vibration isolation harus dari jenis yang tahan karat. Bila vibration isolator berada di udara terbuka (kena
hujan) maka harus tahan karat dan selanjutnya dilapis PVC coat dan bituminus paint.
12) Landasan penyangga peralatan (steel bases), seluruhnya harus bersih dari bebas las-lasan, dicat dasar
dengan zinchromate dan cat akhir (finish) 2 lapis.
13) Sleeve, Peralatan Yang Tertanam di Dinding
a Peralatan bantu, sleeve dan lain-lain yang diperlukan tertanam / menembus concrete atau tembok harus
dipasang dan dilengkapi sesuai detail pemasangan. Untuk itu, ukuran, posisi yang disiapkan untuk
keperluan tersebut harus dikonsultasikan dengan Direksi dan disertai gambar detail.
b Semua pipa tembus dinding harus menggunakan sleeve dengan clereance 3/4" jika pipa berisolasi,
clereance tetap dibutuhkan 3/4" antara isolasi dan sleeve menembus atap harus diperpanjang ± 200
mm diatas atap lantai. Setelah pemasangan pipa atau duct clereance harus diisi dengan fibre glass dan
diseal dengan coulking compound.
14) Penomoran / Nama Peralatan dan Accessories
a Semua peralatan terpasang dan accessories-nya harus diberi code nama peralatan dan nomor, sesuai
seperti yang dicantumkan pada daftar peralatan atau data sheet atau sebagai tercantum pada gambar
rencana.
b Bila ada peralatan atau accessories yang belum mempunyai kode nama dan nomor, Kontraktor wajib
mengusulkan kepada Direksi dan semua ini sudah harus tercantum dalam as-built drawing.
15) Perlindungan Kebakaran
Semua instalasi yang secara peraturan atau ketentuan mengharuskan diperlukan peralatan tambahan yang
mencegah perambahan api, disebabkan adanya saluran pipa yang menembus dinding tahan api 2 jam dan
untuk celah-celah antara pipa atau duct dengan dinding atau lantai harus menggunakan material yang
sesuai untuk tujuan tersebut.

6.3.4 Material dan Bahan


1) Pemborong wajib mengajukan penawaran untuk seluruh lingkup pekerjaan dengan mempergunakan
semua bahan dan peralatan yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
2) Semua peralatan dan bahan maupun komponennya harus baru dan merupakan produk yang masih beredar
dan diproduksi secara teratur sesuai dengan brosur yang dipublikasikan dan sesuai dengan spesifikasi
teknis dan gambar rencana. Seusai gambar sistem yang ada merupakan gambar panduan saja, maka
semua peralatan utama dan perlengkapan yang ditawarkan harus mempunyai spesifikasi yang jelas,
sehingga dapat diketahui merk, tipe dan data teknis lain yang diperlukan dari pabrik pembuat
3) Perbedaan penawaran Pemborong dengan ketentuan ini merupakan tanggung jawab Pemborong
sepenuhnya untuk mengadakan penyelesaian kembali tanpa adanya tuntutan tambahan biaya
pelaksanaan.
4) Pemborong wajib membuat dan menyarankan papan contoh bahan dan peralatan yang digunakan.
5) Semua bahan dan peralatan yang dikirim ke lapangan dan akan dipergunakan untuk pelaksanaan harus
merupakan bahan dan peralatan yang baru dan belum pernah dipergunakan.
6) Pemborong wajib memberitahukan rencana pengiriman bahan dan peralatan agar supaya dapat dilakukan
pemeriksaan oleh Direksi Pengawas pada waktunya. Bahan dan peralatan yang ditolak oleh Direksi
Pengawas harus segera dikeluarkan dari lokasi lapangan kerja dalam waktu yang tidak lebih dari 24 jam
sejak pengiriman dilakukan.
7) Semua finishing peralatan harus sudah dilakukan sebelum barang datang di site dan sebelum digantung.
Pengecatan / finishing akhir setelah digantung hanya untuk merapikan pada bagian-bagian yang di las. Hal
ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa tidak ada peralatan yang terlewat pengecatannya/ finishingnya
karena tertutup ducting / terhalang pipa lain dan lain sebagainya.
8) Apabila pemborong mendapatkan kesulitan dalam mendapatkan bahan dan peralatan yang sesuai dengan
ketentuan dalam Surat Perjanjian Kerja, maka Pemborong wajib mengajukan permohonan secara tertulis
kepada Direksi Pengawas, Perencana pekerjaan yang bersangkutan dan Pemberi Tugas dengan disertai
semua data-data yang diperlukan. Apabila permohonan tersebut ditolak, maka resiko menjadi tanggung
jawab Pemborong sepenuhnya.
9) Pemborong wajib memberikan lampiran data teknis dari bahan dan peralatan yang diajukan di dalam
penawaran secara terperinci. Tanpa adanya data tersebut, maka pemborong wajib memenuhi semua
permintaan dari Direksi Pengawas, Perencana pekerjaan yang bersangkutan dan Pemberi Tugas selama
permintaan tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan ini.
10) Syarat-syarat Dasar
a Semua bahan atau peralatan harus baru dalam arti bukan barang bekas atau hasil perbaikan.
b Material atau peralatan harus mempunyai kapasitas atau rating yang cukup.
c Harus sesuai dengan spesifikasi / persyaratan.
d Kapasitas yang tercantum dalam gambar atau spesifikasi adalah minimum.
e Pemborong boleh memilih kapasitas yang lebih besar dari yang diminta dengan syarat.
f Tidak menyebabkan sistem menjadi lebih sulit.
g Tidak menyebabkan pertambahan bahan.
h Tidak meminta pertambahan ruang.
i Tidak menyebabkan adanya tambahan biaya.
j Tidak menurunkan mutu.
11) Syarat-syarat Fisik
a Semua bahan atau peralatan dari kualifikasi atau tipe yang sama, diminta merek atau dibuat oleh pabrik
yang sama.
b Dalam setiap hal, suatu bagian atau suku-suku dari peralatan yang jumlahnya jelas ditentukan, maka
jumlah tersebut harus tetap lengkap setiap kali peralatan tersebut diperlukan, sehingga merupakan unit
yang lengkap.
c Apabila suatu bahan atau peralatan disebutkan pabrik pembuatnya atau mereknya, hal ini dimaksud
untuk mengikat mutu, tipe perencanaan dan karakterisitik.

6.3.5 Testing dan Commissioning


1) Pemborong instalasi ini harus melakukan semua testing dan commissioning untuk mengetahui dan
membuktikan apakah keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi semua
persyaratan yang diminta.
2) Testing dan commissioning harus benar-benar dilakukan secara lengkap sesuai dengan metode dan
prosedur yang benar, disaksikan oleh Pemberi Tugas / MK disaksikan dan disetujui oleh Konsultan
Perencana.
3) Sebelum melakukan testing dan commissioning, pemborong wajb menyusun dan menyerahkan metode
dan prosedur testing dan commissioning yang sudah benar dan disetujui oleh Konsultan Perencana dan
Pemberi Tugas / MK. Pemborong dalam rangka melakukan testing dan commissioning wajib berkoordinasi
dengan pemborong dan pihak lain yang terkait Semua kerusakan dan kerugian yang diakibatkan oleh
kegiatan testing dan commissioning merupakan tanggung jawab pemborong.
4) Semua bahan dan perlengkapannya termasuk bahan bakar, tenaga listrik dan air yang diperlukan serta
tenaga kerja untuk mengadakan testing tersebut merupakan tanggung jawab Pemborong.
5) Pemberi Tugas berhak meminta pemborong untuk melakukan pengujian terhadap material / peralatan yang
diragukan kesesuaian / keasliannya ke badan independen, tanpa ada biaya tambahan.
6) Pemborong berkewajiban mengajukan skedul / jadwal testing & commissioning, sesuai dengan item
pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan dan Pemberi Tugas / MK, sebelum dilaksanakan dilapangan.
7) Bila pada keadaan tertentu sehingga pengujian dan commissioning secara keseluruhan sistem tidak
mungkin dilaksanakan secara serempak, maka pada kesempatan pertama berikutnya Pemborong wajib
mengulang pekerjaan tersebut diatas.
8) Bila ada bagian pekerjaan yang telah diuji dan dicommissioning secara terpisah, maka pada saat tahap
akhir penyelesaian pekerjaan Pemborong wajb membuktikan bahwa bagian pekerjaan tersebut dapat
berfungsi dengan baik secara terus menerus, dimana hal ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi
dalam kontrak. Didalam jadwal pelaksanaan secara keseluruhan bila ada bagian pekerjaan yang telah
diserah terimakan dan Pemberi Tugas / MK yang ditunjuk memandang perlu untuk dilaksanakan pengujian
dan commissioning ulang maka Pemborong wajib melaksanakannya.
9) Untuk hal ini Pemborong wajib menaruh perhatian yang cukup sehingga pelaksanaan Pengujian dan
commissioning bagian pekerjaan tersebut tidak mengganggu dan membahayakan aktivitas Pemberi Tugas
bila bekerja pada lokasi tersebut.
10) Bilamana pengujan sistem gagal, sedangkan peralatan dan perlengkapannya yang terpasang telah
berfungsi, maka Pemborong wajib segera memeriksa apakah bagian yang tidak berfungsi tersebut
merupakan kesalahan Sub Pemborong Pemasok peralatan sehingga pengujian ulang dapat segera
dilaksanakan.
11) Semua peralatan test yang digunakan harus sudah dikalibrasi dengan masa berlaku sesuai kontrak.
Kalibrasi peralatan harus dilakukan oleh badan resmi yang ditunjuk oleh pemerintah.

6.3.6 Serah Terima Pertama


1) Serah terima pekerjaan pertama kali dapat dilakukan setelah pekerjaan selesai 100%, setelah dilakukan
testing dan commissioning, dokumen-dokumen yang benar dan lengkap telah diserahkan.
2) Dokumen-dokumen teknis yang harus diserahkan terlebih dahulu adalah meliputi:
a Pemborong telah menyerahkan semua Surat Izin Pemakaian dari Instansi Pemerintah yang berwenang,
misalnya Instansi Keselamatan Kerja dan lain-lain, hingga instalasi yang telah terpasang dapat dipakai
tanpa menyalahi peraturan instansi yang bersangkutan.
b As-built drawing yang benar, lengkap dan terintegrasi.
c Berita acara testing dan commissioning yang ditandatangani bersama oleh Pemborong, MK / Pemberi
Tugas dan Konsultan Perencana.
d Operating, instruction, technical dan maintenance manual.
e Surat keaslian barang dari Pabrikan dengan menyebutkan serial number yang sesuai dan dapat
diverifikasi kebenarannya.
f Sertifkat country of origin dari pabrikan (khusus untuk peralatan utama).
g Sertifikat bahwa barang belum pernah dipakai (baru) dan teknologi terbaru serta tahun pembuatan
maksimal 1 (satu) tahun sebelum peralatan tersebut atau barang tersebut dipasang (khusus untuk
peralatan utama).
h Berita acara kesesuaian dengan spesifkasi yang ditandatangani oleh perencana.
i Pemberi tugas / MK dan kontraktor yang bersangkutan
j Warranty asli dari pabrikan sesuai dengan ketentuan oleh pemberi tugas.
k Sebanyak rangkap 3 termasuk 1 (satu) set asli beserta 3 set copy diserahkan kepada Pemberi Tugas /
MK.
6.3.7 Masa Pemeliharaan
1) Peralatan dan instalasi yang termasuk dalam lingkup tugas pekerjaan ini harus digaransi minimum selama
satu tahun terhitung sejak saat penyerahan pertama. Jika proyek telah dihuni atau sistem yang terpasang
sudah digunakan pada beberapa tahap atas permintaan Pemberi Tugas / MK maka garansi setiap sistem
atau peralatan akan dimulai sejak setiap sistem atau peralatan tersebut telah terpasang dengan operasi
yang memuaskan dan disetujui secara tertulis dari Pemberi Tugas / MK.
2) Penggunaan peralatan untuk sementara dan testing tidak merupakan awal dari masa garansi.
3) Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah selama satu tahun terhitung sejak saat penyerahan pertama.
4) Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini diwajibkan mengatasi segala kerusakan yang akan
terjadi tanpa adanya tambahan biaya. Pemborong wajib melaksanakan perawatan rutin minimum satu kali
dalam satu bulan terhadap peralatan dan instalasi yang termasuk dalam lingkup tugasnya, termasuk
penyetelan-penyetelan, pemeriksaan-pemeriksaan, perbaikan-perbaikan, penggantian-penggantian
material untuk memastikan seluruh sistem dari pekerjaan ini bekerja sempurna dengan pemakaian daya
dan energi yang paling efisien.
5) Pemborong harus membuat catatan-catatan tentang penyetelan dan kondisi peralatan dan instalasi dan
disampaikan secara baik dan teratur kepada Pemberi Tugas.
6) Perawatan yang dimaksud harus bersifat preventif maintenance dan pemborong wajib melaporkan kepada
pemberi tugas mengenai hal-hal yang perlu diantisipasi untuk mencegah terjadinya permasalahan seluruh
akibat yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan pekerjaan seperti kebocoran, hubung singkat listrik,
beban listrik berlebih (overload), tekanan berlebih, tekanan kurang, kebanjiran dan Iain-Iain merupakan
tanggung jawab pemborong pekerjaan ini. Dalam hal ini diperlukan tindakan perawatan maka pemborong
harus menghadirkan teknisi yang menguasai dan terampil pada bidangnya beserta peralatan yang
memadai dan setidaknya material yang diperlukan untuk tindakan pertama dalam waktu paling lambat 4
(empat) jam sejak diberitahukan oleh pemberi tugas atau pihak yang ditugaskan untuk itu.
7) Selama masa pemeliharaan ini, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan masih merupakan
tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.
8) Selama masa pemeliharaan ini, apabila Pemborong instalasi ini tidak melaksanakan tugas perawatan /
perbaikan / penggantian / penyetelan / lain-lain yang diperlukan, maka Pemberi Tugas berhak menyerahkan
pekerjaan tersebut kepada pihak lain atas biaya Pemborong instalasi ini.
9) Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini harus melatih petugas-petugas yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas sehingga dapat mengenai sistem instalasi dan dapat melaksanakan pemeliharaannya.
10) Setiap kegiatan dalam masa pemeliharaan ini harus dibuatkan berita acaranya.

6.3.8 Serah Terima Kedua


Serah terima kedua atau terakhir kali dapat dilakukan setelah seluruh pekerjaan dalam masa pemeliharaan
dilaksanakan dengan baik dengan melampirkan bukti-bukti pelaksanaan pekerjaan yang sah dan dapat
diterima oleh Pemberi Tugas. Jika serah terima kedua belum dapat dilaksanakan karena adanya pekerjaan
atau kewajiban pemborong yang belum terlaksana, maka masa pemeliharaan tetap berlaku sampai dengan
dilakukannya serah terima kedua.

6.3.9 Laporan – Laporan


1) Laporan Harian
Pemborong wajib membuat laporan harian dan laporan mingguan yang memberikan gambaran mengenai:
a Kegiatan fisik.
b Catatan dan perintah Pemberi Tugas.
c Jumlah material masuk / ditolak.
d Jumlah tenaga kerja.
e Keadaan cuaca.
f Pekerjaan tambah / kurang.
2) Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan setelah ditanda tangani oleh Project
Manager harus diserahkan kepada Pemberi Tugas / MK untuk diketahui / disetujui.
3) Laporan Pengetesan
Pemborong instalasi ini harus menyerahkan kepada Pemberi Tugas / MK laporan tertulis mengenai hal-hal
sebagai berikut:
a Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi.
b Foto-foto hasil pengetesan termasuk tanggal pengetesan.
c Hasil pengetesan peralatan
d Hasil pengetesan kabel dan lain-lainnya.
4) Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus disaksikan oleh pihak Pemberi Tugas
/ MK, disaksikan dan disetujui oleh Konsultan Perencana.

6.3.10 Penanggung Jawab Pelaksanaan


1) Pemborong instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan
berpengalaman yang harus selalu berada di lapangan, yang bertindak sebagai wakil dari Pemborong dan
mempunyai kemampuan untuk memberikan keputusan teknis dan yang bertanggung jawab penuh dalam
menerima segala instruksi yang akan diberikan oleh pihak Pemberi Tugas / MK.

2) Penanggung jawab tersebut juga harus berada ditempat pekerjaan pada saat diperlukan / dikehendaki oleh
pihak Pemberi Tugas / MK.

6.3.11 Penambahan / Pengurangan / Perubahan Instalasi


1) Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan dengan kondisi lapangan, harus
mendapat persetujuan tertulis dahulu dari pihak Pemberi Tugas / MK.
2) Pemborong instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar perubahan yang ada kepada pihak Pemberi
Tugas / MK dalam rangkap 3 (tiga).
3) Perubahan material dan lain-lainnya, harus diajukan oleh Pemborong kepada Pemberi Tugas / MK secara
tertulis dan pekerjaan tambah / kurang / perubahan yang ada harus disetujui oleh MK secara tertulis.

6.3.12 Perizinan
Pengurusan izin-izin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh biaya yang
diperlukannya menjadi tanggung jawab Pemborong atau disesuaikan dengan kontrak kerja.

6.3.13 Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran


1) Pembobokan tembok, lantai dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam pelaksanaan instalasi ini serta
mengembalikannya ke kondisi semula, menjadi lingkup pekerjaan instalasi ini.
2) Pembobokan / pengelasan / pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada persetujuan dari pihak MK
secara tertulis.

6.3.14 Pemeriksaan Rutin dan Khusus


1) Pemeriksaan rutin harus dilaksanakan oleh Pemborong instalasi secara periodik dan tidak kurang dari tiap
dua minggu.
2) Pemeriksaan khusus harus dilaksanakan oleh Pemborong instalasi ini, apabila ada permintaan dari pihak
Pemberi Tugas dan atau bila ada gangguan dalam instalasi ini.
3) Pemberi Tugas atau pihak lain yang ditugaskan dapat melakukan audit proyek dan untuk itu pemborong
harus memberi izin dan keleluasaan memberikan informasi dan dokumen, bersedia melakukan pengetesan
dan pengukuran termasuk peralatan yang diperlukan, membantu pemeriksaan, dan sebagainya untuk
kelancaran proses audit Pemborong berkewajiban segera memperbaiki cacat-cacat (defects),
penyimpangan-penyimpangan, pengerjaan yang buruk, melakukan penyetelan, penyesuaian-penyesuaian
atas temuan audit sesuai lingkup tugas dan ketentuan yang berlaku.

6.3.15 Rapat Lapangan


Wakil Pemborong harus selalu hadir dalam setiap rapat proyek yang diatur oleh Pemberi Tugas / MK.

6.3.16 Jadwal Rencana Kerja


1) Pemborong wajib memberikan jadwal rencana kerja. Penghitungan waktu kerja adalah berdasar tanggal
kalender bukan berdasar hari kerja. Jadwal rencana kerja dihitung dari diumumkannya keputusan
pemenang tender dan surat penunjukan.
2) Jadwal Rencana Kerja yang meliputi:
a. Jadwal waktu pelaksanaan, dalam bentuk Barchart / Kurva S, yang memuat sekurang-kurangnya:
 Uraian jenis pekerjaan selengkapnya.
 Volume pekerjaan.
 Nilai bobot (dalam %) tiap bagian pekerjaan terhadap seluruh pekerjaan, yang angkanya diperoleh
dengan membagi harga masing-masing jenis pekerjaan terhadap harga biaya langsung.
b. Jadwal pengadaan dan pemasangan peralatan terkait.
c. Jadwal pengadaan dan pemasangan instalasi listrik dan mekanikal terkait.
d. Jadwal pemakaian tenaga kerja.
3) Jadwal harus diserahkan oleh Kontraktor Khusus kepada Pemilik / wakilnya selambat-lambatnya sebelum
pekerjaan fisik dimulai. Setelah jadwal disetujui Pemilik / wakilnya. Kontraktor khusus wajib memberikan
copy jadwal yang telah disetujui kepada Pemilik / wakilnya dalam rangkap 2 (dua).
4) Dalam pelaksanaan kemajuan pekerjaan yang belum sesuai dengan Rencana Kerja, maka Pemilik /
wakilnya akan memberi saran / petunjuk secara tertulis untuk mempercepat pelaksanaannya.
5) Apabila terjadi penyimpangan (baik mengenai lokasi jenis pekerjaan, kualitas dan kuantitas maupun jadwal)
terhadap rencana dan gambar, maka segera pada saat diketahui adanya penyimpangan, Pemilik / wakilnya
memberi teguran / peringatan.
a. Teguran / peringatan tersebut pada butir di atas oleh Pemilik / wakilnya diberikan kepada Kontraktor
Khusus dengan lisan dan tertulis secara bertahap:
b. Teguran lisan, segera pada saat diketahui adanya penyimpangan.
c. Teguran I
Dikeluarkan 1 (satu) hari setelah teguran lisan menyebutkan dengan jelas lokasi, jenis pekerjaan,
kualitas & kuantitas maupun jadwal yang dianggap tidak sesuai dengan Rencana Kerja, Syarat
Administrasi, Spesifikasi Teknis dan Gambar Kerja.
d. Teguran II
Dikeluarkan bila Kontraktor Khusus ternyata tidak melaksanakan isi Surat Teguran I.
e. Peringatan I
Dikeluarkan selambat-lambatnya dalam waktu 3 hari kerja setelah surat teguran II disampaikan,
Kontraktor tetap tidak melaksanakan isi teguran tersebut.
f. Peringatan II
Selambat-lambatnya setelah 3 (tiga) hari kerja Kontraktor masih belum melaksanakan isi dari Surat
Peringatan I, maka dikeluarkan surat Peringatan II yang merupakan Surat Peringatan Terakhir.
g. Setelah Kontraktor Khusus menerima surat-surat Teguran I, Teguran II, Peringatan I dan Peringatan II,
Kontraktor wajib melaksanakan isi surat-surat tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja.
h. Surat-surat teguran dan / atau peringatan yang telah dikeluarkan tidak dapat dicabut kembali.
i. Bila batas waktu yang ditetapkan dalam Surat Peringatan II diabaikan maka Kontraktor Khusus akan
dikenakan sangsi Denda kelalaian oleh Pemilik / wakilnya.
6.3.17 Perbedaan Interpretasi
1) Pemborong wajib menerima dan melaksanakan penambahan atau pengurangan pekerjaan sesuai dengan
perintah tertulis dari Direksi Pengawas
2) Pekerjaan tambah atau kurang akan dinilai sesuai dengan harga satuan atau sesuai dengan hasil negosiasi
penawaran tender.
3) Apabila ternyata dengan adanya pekerjaan tambah dapat mengakibatkan terjadinya penambahan waktu
pelaksanaan, maka pemborong wajib menyampaikan secara tertulis untuk mendapat persetujuan daru
Direksi Pengawas dan Pemberi Tugas.

6.3.18 Pembuatan Foto Dokumentasi Proyek


1) Dimaksudkan disini adalah foto-foto berwarna yang menjelaskan kemajuan pekerjaan pada tiap tahapan
pekerjaan, detail-detail bagian pekerjaan yang akan ditutup serta bagian-bagian lainnya atas permintaan
PIHAK PERTAMA.
2) Foto-foto dibuat oleh PIHAK KEDUA dan diserahkan kepada PIHAK PERTAMA sebanyak 2 (dua) set setiap
jangka waktu 4 minggu.
6.3.19 Penggunaan Air dan Listrik Kerja
1) Kebutuhan air kerja dan listrik kerja yang diperlukan dalam pekerjaan instalasi ini harus disediakan sendiri
oleh Kontraktor, kecuali ditentukan lain. Yang dimaksud air kerja dan listrik kerja adalah air yang bersih
untuk pengetesan pipa atau keperluan sanitary sementara dan listrik untuk keperluan pengelasan dan
penerangan daerah kerja.
2) Secara prinsip untuk running test serta pengujian sistem terkait yang memerlukan air dan listrik dari semua
peralatan instalasi yang menjadi tanggung jawab kontraktor khusus disediakan oleh Kontraktor sendiri,
kecuali ditentukan lain. Bila dari pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya memerlukan bahan lain untuk
pengujian, maka kontraktor khusus wajib menyediakan atas biaya sendiri. Kecuali bila saat pengetesan
dilakukan, air dan listrik dari Pemilik sudah tersedia dan dapat digunakan atas seizin Pemilik dengan
diperhitungkan biaya pemakaiannya (m3 / jam atau kWH-nya).

6.3.20 Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan


1) Pemborong wajib mengumpulkan sampah dan membuangnya setiap hari pada tempat yang ditunjuk oleh
pengelola / Owner. Sampah domestik dan biologi harus dimasukkan ke dalam kantong plastik terpisah yang
terikat rapih.
2) Semua pekerjaan harus mengenakan kartu pengenal, kartu ini harus dipakai setiap kali masuk dan selama
pekerja di areal proyek. Jika pekerja tidak menggunakan badge, maka pihak security berhak untuk menegur
dan mengeluarkan pekerja tersebut dari area proyek.
3) Semua pekerjaan harus dilakukan dengan mentaati prosedur kerja yang aman, menggunakan alat
pelindung diri (APD) saat bekerja / di area kerja, tidak melakukan tindakan membahayakan yang dapat
mengakibatkan kecelakaan, dan mentaati persyaratan K3 lainnya.
4) Semua kerugian, kehilangan dan tuntutan yang ditimbulkan akibat pelaksanaan kerja yang tidak sesuai
dengan persyaratan K3 menjadi tanggung jawab pemborong.

6.3.21 Alat Komunikasi Lapangan


Pemborong wajib menyediakan alat komunikasi, minimal berupa HT (handy talky) dengan jumlah yang
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan untuk mempercepat dan mempermudah komunikasi di
lapangan.

6.4 SPESIFIKASI TEKNIS INSTALASI ELEKTRIKAL


6.4.1 Lingkup Pekerjaan
Secara garis besar lingkup pekerjaan listrik adalah seperti yang tertera spesifikasi ini dan sesuai yang
tertera didalam gambar-gambar perencanaan dan dokumen tambahan seperti yang tertera didalam berita
acara.
1) Menyediakan dan memasang Transformator, PUTR dan Panel-panel distibusi, peralatan, penerangan dan
lainnya sesuai yang tertuang dalam gambar desain lengkap dengan nama-nama panel berupa tulisan yang
jelas dari bahan yang tahan lama. Pemasangan panel dilakukan diatas pondasi / dudukan dengan ukuran
yang sesuai dengan ukuran dan berat panel.
a. Menyediakan dan memasang semua feeder listrik.
1. Dari outgoing PUTM eksisting ke sisi primary Trafo
2. Dari sisi sekunder Trafo ke incoming PUTR
3. Dari outgoing PUTR ke Panel-panel distribusi (sesuai yang tertuang dalam gambar)
4. Dari outgoing PUTR eksisting ke panel distribusi gedung di lingkungan
5. Semua feeder lain yang tertuang pada gambar
6. Semua kabel-kabel kontrol untuk kontaktor
b. Menyediakan dan memasang rak kabel lengkap dengan hanger untuk semua jalur kabel feeder dan
kabel instalasi.
c. Menyediakan dan memasang:
1. Semua armature lampu penerangan
2. Armature lampu penerangan tanda evakuasi (exit).
3. Armature lampu penerangan fascade.
4. Semua stop kontak dan saklar.
5. Semua Jalur kabel di dalam dinding yang berupa pipa conduit PVC high impact.
6. Instalasi penangkal petir dengan kabel pentanahan dan titik pentanahan
7. Instalasi pentanahan lengkap dengan kabel pentanahan dan titik pentanahan.
d. Membantu Owner dan menyiapkan dokumen teknis dan administrasi dalam pengurusan permintaan
daya listrik dan proses penyambungan daya listrik
e. Membuat gambar kerja dan menyerahkan gambar revisi.
f. Melakukan pengetesan.
g. Menyerahkan surat pernyataan jaminan instalasi listrik.
h. Melaksanakan pemeliharaan dan jaminan peralatan utama.
i. Melaksanakan pemeliharaan selama 12 bulan & memberikan jaminan peralatan selama 1 tahun sejak
seluruh sistem yang terpasang di dalam bangunan berfungsi dengan baik
. Memasang instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan bekerja sama vendor terpilih.

6.4.2 Uraian Singkat Sistem


1) Sumber daya listrik bersumber dari PLN dan sumber daya listrik cadangan dari Diesel Generator Set.
Sistem tegangan distribusi daya listrik 400 volt - 3 fasa - 50 Hz atau 230 volt - 1 fasa - 50 Hz.
2) Sumber daya listrik cadangan menggunakan Diesel Genset. Daya cadangan diperuntukkan untuk
kebutuhan peralatan utama dan pencahayaan. Beban peralatan AC tidak dibackup oleh Diesel Genset
3) Fasilitas instalasi listrik tersebut digunakan untuk:
a. Penerangan dalam bangunan.
b. Stop kontak biasa dan tenaga.
c. Pompa air bersih, pompa kebakaran, dan lain-lain.
d. Peralatan elektronik.
e. Ventilasi mekanik.
f. Peralatan-peralatan lain sesuai gambar rencana.
4) Semua instalasi penerangan dan stop kontak menggunakan sistem 3 core dimana core yang ketiga
merupakan jaringan pentanahan disatukan ke panel listrik.
5) Semua panel listrik harus diberi pentanahan dengan kawat BC atau core ke 5 dari feeder yang digunakan.
6) Semua pipa dari bahan metal yang terpasang dalam tanah harus diberi pelindung anti karat.
7) Semua pipa instalasi di luar beton bertulang dan yang tidak tertanam dalam tanah harus diberi marker
dengan warna yang akan ditentukan kemudian pada ujung-ujung pipa atau kabel dan setiap jarak 10 meter.
8) Semua pipa instalasi diluar beton bertulang dan yang tidak tertanam dalam tanah harus diberi marker
dengan warna yang akan ditentukan kemudian pada ujung-ujung pipa atau kabel dan setiap jarak 10 meter.
9) Proyek dilengkapi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang berfungsi dengan sistem OnGrid dimana
daya yang dihasilkan disalurkan untuk pembebanan penerangan.

6.4.3 Spesifikasi Teknis Bahan dan Peralatan


1) Panel Utama Tegangan Menengah (existing)
Pembuat panel harus terlebih dahulu meneliti, mengambarkan ulang desain panel dan mendapat
persetujuan (approval) terhadap desain cubicle, penyusunan/penggunaan komponen, dan wiring peralatan
utama dan sistem kontrol sebelum pabrikasi dilakukan. Kabel power dan kontrol yang digunakan tersusun
secara rapi diikat dengan kuat dalam tray kabel yang terpisah. Panel Utama Tegangan Menengah serta
semua peralatan yang terbuat dari logam harus di beri pertanahan dengan tahanan tanah tidak boleh lebih
besar dari 2 Ohm.
Kabel kontrol diberi label & penomoran sehingga memudahkan saat proses pemeliharaan.
a. Kompartment / Cubicle
1. Jenis : Metal Enclosed
2. Pemasangan : Indoor / dalam ruangan Free standing pada
plat lantai dengan Raised floor dan plat
3. Material : Plat baja ketebalan minimum 2 mm (diluar
finishing)
4. Konstruksi : Sesuai standard pembuatan panel
5. Finishing : Dilapisi zat anti karat Cat bakar / powder
coating Warna standard RAL 7032 (atau
sesuai standar pabrik)
6. Lubang kabel power : Bawah (incoming & outgoing)
7. Lubang kabel control : Atas dan bawah
8. Pemasangan Assesoris : Sisi depan
9. Akses operasi & maintenance : Depan
10. Indeks Proteksi : Minimum 31
11. Desain keselamatan : Proteksi untuk ledakan internal pada 4 sisi
Depan, Belakang, Kanan, Kiri
12. Standard : IEC
13. Accesories : Busbar tembaga untuk pentanahan
(menyatu untuk semua cubicle)
Label nama panel Kunci pintu (standard
panel TM) termasuk interlock pintu dan
operasional.

b. Switch Gear / Pemutus Tegangan


1. Jenis
: LBS SF6 (Outgoing) & CB (Incoming)
2. Tipe
: Fixed Type
3. Jumlah pole :3
4. Tegangan maksimum : 24 kV
5. Tegangan kerja : 20 kV
6. Frekuensi : 50 Hz
7. Arus hubung singkat : 16 kA dalam 3 second
8. Kapasitas : 630 A
9. Standard : IEC, DIN

c. HV Fuse
1. Tipe
: Fixed Type
2. Jumlah Pole : 1
3. Tegangan maksimum : 24 kV
4. Tegangan Kerja : 20 kV
5. Arus hubung singkat : 16 kA
6. Kapasitas : Sesuai kebutuhan
7. Fungsi : Proteksi Potensial Transformer Proteksi Panel
Outgoing (pemasangan dengan LBS)
8. Standard : IEC, DIN

d. Current Transformer
1. Tegangan maksimum : 24 kV
2. Tegangan Kerja : 20 kV
3. Insulation Class : F (155 degC)
4. Arus hubung singkat : 16 kA
5. Lilitan primary : Single
6. Lilitan sekunder : Double
7. Step pengukuran :5A
8. Pemasangan : Pada tiap fasa (R, S, T)
9. Akurasi Pengukuran : Class 1 (maksimum)
10. Level Proteksi : 15 x (minimum)
11. Standar : IEC, DIN

e. Busbar
1. Tegangan maksimum : 24 kV
2. Tegangan kerja : 20 kV i
3. Jumlah busbar : Single busbar (3baris)
4. Arus hubung singkat : 16 kA
Kapasitas : 630 A
5. Frekuensi : 50 Hz
6. Tegangan Impulse : 125 kV (maksimum)
7. Material : Tembaga Kemurnian min 99,99%
8. Standard : IEC, DIN

f. Accesories Panel
1. Saklar pentanahan : Interlock pintu panel & switch gear
2. Proteksi petir : Surge Arrester / Lightning Arrester pemasangan
pada setiap fasa Ketahanan 20 kA
3. Indikator : Indikator tegangan Ground Fault Indikator
(pemasangan lihat gambar desain)
4. Kontrol : Kontaktor untuk kendali on/off Port komunikasi
(modbus)
5. LV Commpartment : Bila diperlukan
6. Standard : IEC

2) Transformator
Besar kapasitas dan lokasi pemasangan disesuaikan dengan gambar desain. Semua kabel kontrol disusun
secara rapi dalam rak kabel tegangan rendah. Kabel pentanahan menggunakan kabel berinti tembaga.
Dilampiri Sertifikat asal usul barang dan hasil pengujian pabrikasi. Merk transfomator yang ditawarkan
harus memiliki keagenan di Indonesia dengan surat penunjukkan dari pabrik serta disetujui oleh LMK dan
atau PLN.
Transformator serta semua peralatans yang terbuat dari logam harus ditanahkan dengan nilai pentanahan
tidak boleh lebih besar dari 2 Ohm. Semua bahan dan material transformator dan perlengkapannya harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemberi Tugas baik sebelum dibeli, dipesan, masuk site atau
ketika pemasangan.
Spesifikasi
a. Jenis : Hermiticaly Sealed Oil Immersed
b. Tipe Pemasangan : Indoor (plat lantai dengan pondasi)
c. Jumlah Fasa : 3 (Tiga)
d. Jumlah Kutub Sisi MV : 3 (Tiga)
e. Jumlah Kutub Sisi LV : 4 (Empat)
f. Frekuensi : 50 Hz
g. Lilitan Utama & Sekunder : Aluminium
h. Tegangan primary : 20.000 volt
i. Tegangan sekunder : 400 volt
j. Insulation Class : A (105°C)
k. Pendinginan : ONAN (Oil Natural Air Natural)
l. Jenis pendingin : Mineral Oil
m. Vektor Group : Dyn 5 (atau sesuai vector group lokal)
n. Kapasitas : Lihat gambar perencanaan
o. Impedansi : Sesuai standard tiap kapasitas
p. Tapping Tegangan : Off Load tapping ± 2 x 2,5 %
 Posisi Selector Switch
 SW 1 : 21.000
 SW 2 : 20.500
 SW 3 : 20.000
 SW 4 : 19.500
 SW 5 : 19.000

q. Proteksi : DGPT2 / RIS (Tekanan & Temperatur) Bushing


r. Tegangan Menengah : Elastimol 200 A (straight)
s. Tegangan Rendah : Ceramic
t. Tingkat kebisingan : Max 70 db dalam jarak radius 1 meter
u. Finishing : Dilapisi zat anti karat sebelum dicat Cat bakar
tahan temperature tinggi
 Proses Pabrikasi : Transformer harus menjalani proses vacuum
sebelum diisi cairan pendingin
 Menjalani proses pengetesan menyeluruh sebelum dilakukan pengiriman (hasil pengetesan harus
dilampirkan)

v. Assesoris :
 Koneksi pentanahan (body, netral sisi tegangan menengah)
 Indikator Suhu, Tekanan, Alarm (DGPT2 / RIS)
 Roda Transforme
 Label nama
 Pedoman pemasangan dan perawatan
 Product Data sheet
 Material Safety Data Sheet

3) Panel Listrik
Pembuat panel harus terlebih dahulu membaca dan meneliti gambar perencanaan panel, cubicle,
pengaturan dan penyusuan komponen serta wiring peralatan utama dan kontrol serta melakukan
penggambaran ulang dan meminta persetujuan dari Pemberi Tugas dan Perencana sebelum proses
pabrikasi dilakukan. Kabel power incoming dan outgoing menggunakan sepatu kabel dengan sisi koneksi
ke busbar panel / breaker dari bahan tembaga. Pemilihan komponen yang berkaitan dengan kapasitas arus
hubung singkat harus memperhatikan sistem cascading dan diskriminansi. Kabel power dan kontrol di
dalam panel disusun secara rapi diikat dengan kuat.
Pemasangan panel pada dinding harus diperhitungkan ukuran dan berat panel, bila panel terlalu besar atau
berat, pemasangan panel pada dinding perlu diberi perkuatan atau diubah pemasangannya menjadi free
standing. Pemilihan instrument pengukuran yang terpasang pada pintu panel harus disesuaikan dengan
ukuran panel sehingga pemasangan rapi (tidak memenuhi pintu panel) dan dapat dibaca dengan jelas.
Panel-panel dengan jumlah outgoing yang sedikit, dipasang secara wall mounted dengan jalur kabel keluar
dari atas panel di dalam dinding. Semua peralatan / komponen minimal harus sesuai dan memenuhi
Standard Nasional Indonesia (SNI).
a. Kompartemen / Cubicle
1. Panel Utama Tegangan Rendah
 Pemasangan : Indoor / dalam ruangan Free standing pada lantai
dengan pondasi / support
 Material : Plat baja ketebalan minimum 2 mm (diluar
finishing)
 Konstruksi : Sesuai standard pembuat panel dilengkapi
perkuatan pada rangka panel
 Finishing : Dilapisi zat anti karat Cat bakar / powder coating
Warna standard RAL 7032 (atau sesuai standard
pabrik)
 Lubang kabel : Bawah
 Pemasangan metering : Pada pintu (sisi depan) Pada ketinggian normal
(mudah dibaca dan dioperasikan)
 Akses Maintenance : Depan
 IP : Minimum 3X
 Form : Minimum 2A
 Dimensi : Harus mencakup semua peralatan Memiliki area
sirkulasi udara yang cukup
 Ambient Temperatur : maks 35°C (saat panel kondisi tertutup)
 Accessories
a. Busbar/terminal pentanahan (termasuk bounding box ke pintu)
b. Label nama panel
c. Gagang pintu lengkap dengan Kunci
d. Fan, Louvre, filter debu (khusus cubicle capasitor bank)
e. UPS untuk motor penggerak tuas (1kVA)

2. Panel Distribusi
 Pemasangan : Indoor / dalam ruangan Free Standing (pada plat
lantai dengan pondasi) Wall Mounted (pada
dinding dibaut kedinding) Outdoor Free Standing
(di atas tanah dengan pondasi)
 Material : Plat baja ketebalan Free standing: 2 mm Wall
mounted: 1,5 mm
 Konstruksi : Sesuai standard pembuatan panel
 Finishing : Dilapisi zat anti karat Cat bakar / powder coating
Warna standard RAL 7032 Warna merah untuk panel pemadam
kebakaran
 Lubang kabel : Atas / Bawah
 Pemasangan metering : Pada pintu (sisi depan) Pada ketinggian normal
(mudah dibaca & dioperasikan)
 Akses maintenance : Depan
 IP : Minimum 2X (indoor) Minimum 54 (outdoor)
 Form : Minimum 2A
 Dimensi : Harus mencakup semua peralatan Memiliki area
sirkulasi udara
 Ambient Temperatur : maks 35°C (saat panel kondisi tertutup)
 Assesoris : Busbar/terminal pentanahan (bounding box ke
pintu) Label nama panel Handel pintu lengkap dengan Kunci
 Standard : LMK

b. Busbar
 Tegangan maksimum : 1000 volt
 Tegangan kerja : 380 / 400 volt
 Frekuensi : 50 Hz
 Jumlah Busbar : Single busbar (4 baris R,S,T,N) Busbar
pentanahan (1 baris)
 Arus hubung singkat : Sesuai kapasitas
 Warna busbar : Sesuai standard Fasa: Merah, Hitam, Kuning
Netral : Biru
 Kapasitas : 1,25 x Arus Nominal (netral 100%)
 Dimensi : Persegi panjang (maksimal 100x10 mm perbaris)
Memiliki kapasitas yang sama (untuk sepanjang panel) Lekukan
Busbar ≥ 90º
 Proteksi : Dilapisi bahan isolasi / pelindung
 Material : Tembaga (Cu) Kemurnian/konduktifitas
Min 99.9%
 Standard : IEC, DIN

c. Switch Gear / Pemutus Tegangan


1. Air Circuit Breaker (ACB)
 Tipe : Fixed Type
 Jumlah pole : 3 / 4 (Lihat Gambar Perencanaan)
 Tegangan kerja : 400 volt
 Frekuensi : 50 Hz
 Kapasitas : Lihat Gambar Perencanaan
 Arus hubung singkat : Lihat Gambar Perencanaan
 Relay Proteksi : Under Voltage Release
Over Voltage Relay
Earth Fault Relay
Over Current Relay
Short Circuit Relay
Phase Failure Relay / Unbalance
 Standard :EC
 Aksesoris
- Trip unit
- Motor penggerak tuas (sesuai kebutuhan)
- Closing & Open release (sesuai kebutuhan)
- Shunt Trip release 24 Vdc (sesuai kebutuhan)
- Auxiliary Contact (status on / off)
- Push Button (on & off)
- Selector Switch Auto-Off-Manual (sesuai kebutuhan)
- Pilot lamp
- Emergency push button (sesuai kebutuhan)

2. Molded Case Circuit Breaker (MCCB)


 Tipe : Fixed Type
 Jumlah pole :3
 Tegangan kerja : 400 volt
 Frekuensi : 50 Hz
 Trip Unit : Fixed (Lihat Gambar Perencanaan)
 Kapasitas : Lihat Gambar Perencanaan
 Arus hubung singkat : Lihat Gambar Perencanaan
 Standard : IEC
 Aksesoris :
- Motor penggerak tuas (sesuai kebutuhan)
- Closing & Open release (sesuai kebutuhan)
- Shunt Trip release 24 Vdc (sesuai kebutuhan)
- Auxiliary Contact (status on / off)
3. Miniature Circuit Breaker (MCB)
 Tipe : Fixed Type
 Jumlah pole : 1 / 3 (Lihat Gambar Perencanaan)
 Tegangan kerja : 220 / 400 volt
 Frekuensi : 50 Hz
 Trip Unit : Kurva C (untuk beban penerangan & setara)
Kurva D (untuk beban motor)
 Kapasitas : Lihat Gambar Perencanaan
 Arus hubung singkat : Lihat Gambar Perencanaan
 Standard : IEC
 Aksesoris : Auxiliary Contact (status on / off)

4. Magnetic Contactor (MC)


 Tipe : Fixed Type
 Jumlah pole : 1 / 2 / 3 / 4 (Lihat Gambar Perencanaan)
 Tegangan coil : 220 volt
 Frekuensi : 50 Hz
 Fungsi kerja : Normally Open / Close
(Lihat Gambar Perencanaan)
 Kapasitas : Lihat Gambar Perencanaan
 Standard : IEC
 Aksesoris : Minimal 2 anak kontak, NO (Normally Open) &
NC (Normally Close)
d. Capacitor Bank
 Kapasitas (pada tegangan kerja) : Lihat Gambar Perencanaan
 Tipe : Dry Type
 Pengaman utama : MCCB 3P
 Casing Material : Metal Sheet
 Kapasitas pengaman utama : Lihat Gambar Perencanaan
 Tegangan maksimal : 525 volt
 Tegangan kerja : 400 volt
 Rugi-rugi : Maksimal 0,5 W/kVAR
 Ketahanan Over voltage :1,1 x Un (menerus)
 Ketahanan Over Current :1,5 x In
 Material koneksi : Tembaga (Cu)
 IP : 4X
 Proteksi internal : Discharge resistor / fuse
 Standard : IEC
 Aksesoris :
- Fan
- Intake & Exhaust Louver
- Filter Debu
- Pengukur Temperatur

e. Capasitor Automatic Regulator


 Jumlah step (Programmable) : Lihat Gambar Perencanaan
 Sirkulasi : Repetisi 1-1
 Rasio step : Lihat Gambar Perencanaan
 Display : Digital
 Frekuensi : 50 Hz
 Step switching : Magnetic (coil) contactor3 pole
(desain khusus untuk capasitor bank)
(tegangan kerja 220 Vac)
(dilengkapi pengaman MCB/ MCCB)
 Aksesoris : Metering (kVAR, Frekuensi)
 Port Komunikasi :
- Alarm & Indicator
- Selector Switch (Auto-Manual-Off)
- Temperature Sensor
- Auto Termination Regulator
- Pilot Lamp
- Push Button

f. Metering
 Volt meter Analog : Penunjuk skala rotary iron (pemasangan pada
pintu)
Normal Scale 90°
Maksimum 600 V
Akurasi: Class 2
 Ammeter Analog : Penunjuk skala rotary iron (pemasangan pada
pintu)
Normal Scale 90°
Maksimum sesuai kebutuhan Akurasi: Class 2
 Cos Phi Meter : Penunjuk skala rotary iron (pemasangan pada
pintu)
Normal Scale 90°
Skala 0,6 i – 0,6 c Akurasi: Class 2
 Current Transformer : Akurasi Class 1 (maksimum)
Kapasitas sesuai kebutuhan (Lihat Gambar Perencanaan)
 Power meter Digital : - Ammeter
- Voltmeter
- Frekuensi Meter
- Power Factor Meter
- KWH, KW, KVA meter
- Dilengkapi port komunikasi (modbus)
 Proteksi metering : MCB / Fuse (dengan rumah fuse)
 Pilot Lamp
- Tipe : L.E.D
- Tegangan input : 220 Vac
- Warna : Merah = Fasa R
Kuning = Fasa S
Hijau = Fasa T
- Proteksi : Fuse (denga rumah fuse)

g. Voltage Selector Switch


 Tipe : 7 Posisi
- L1 – L2
- L2 – L3
- L3 – L1
- L1 – N
- L2 – N
- L3 – N
- Off
 Kapasitas : Minimum 10 A

h. Auto Manual Selector Switch


 Tipe : 3 Posis
Auto – Off – Manual
 Kapasitas : Minimum 10 A
 Indikator : 2 Pilot lamp (L.E.D)
- (sesuai kebutuhan)
- Pemasangan searah posisi penunjuk

4) Kabel
Pemilihan tipe dan ukuran kabel disesuaikan dengan gambar perencanaan. Pemasangan dan penarikan
kabel harus memperhatikan standard instalasi umum dan memperhatikan radius tekukan. Penyusunan
kabel dalam rak kabel sebisa mungkin secara rata mendatar 1 baris atau secara tersusun tiap tiga kabel
(trefoil). Penyusunan kabel secara trefoil harus di lakukan pada 3 kabel inti tunggal untuk setiap fasa dari
jalur sumber yang sama. Penyusunan kabel dalam rak kabel yang memiliki space rak kabel yang kurang
dapat disusun secara rata mendatar maksimal 2 baris, atau harus ditambahkan rak kabel baru jika sudah
melebihi dari 2 baris tumpukan. Susunan untuk penghantar inti tunggal harus diatur dengan interposisi pada
jarak tiap 15m untuk mengurangi pengaruh induksi elektromagnetik. Semua desain jalur (support / gland
plate) kabel / busbar harus diperhitungkan efek looping arus akibat induksi kabel / busbar. Pemasangan
kabel dalam rak kabel harus diikat dengan kuat dengan menggunakan pengikat kabel / cable ties.
a. Kabel Tegangan Menengah
 Tegangan maksimum : 24 kV
 Tegangan kerja : 20 kV
 Penghantar : Aluminium
 Jumlah inti : 1 (satu) / 3 (tiga)
 Isolasi : XLPE
 Tipe : NA2XSY
 Frekuensi : 50 Hz
 Standard : IEC / SPLN

b. Kabel Power / Instalasi


 Kelas Tegangan : 500 V dan 600 / 1000 V
 Penghantar : Tembaga
 Isolasi : PVC (Cu)
 Jenis : NYY, NYM, NYA
 Jumlah inti : Sesuai gambar
 Frekuensi : 50 Hz
 Standard : LMK

c. Kabel Tahan Api


 Kelas Tegangan : 500 V dan 600 / 1000 V
 Penghantar : Tembaga
 Isolasi : Special XLPE
 Fire Resistance Cable
 Jumlah inti : Sesuai gambar v. Frekuensi : 50 Hz
 Standard : IEC
Tahan Api min 3 jam pada 950°C Low Smoke emisson, Non-toxic

d. Kabel Pentanahan
 Penghantar : Tembaga
 Isolasi : NYA
 Standard : LMK

e. Kabel Kontrol
 Penghantar : Tembaga
 Isolasi : PVC (NYA / NYM)
 Standard : LMK

5) Jalur Kabel
Jenis dan jalur pemasangan rak kabel disesuaikan dengan gambar perencanaan. Bila kondisi di lapangan
tidak memungkinkan untuk melakukan pemasangan sesuai gambar perencanaan, dapat digeser atau
dipindah sehingga rak kabel dapat dipasang dengan baik dengan tetap memperhatikan standar
pemasangan dan radius minimum tekukan kabel. Pemasangan support dilakukan dengan jarak antar
support maksimum 1 meter. Persilangan dan penyusunan rak kabel secara vertikal harus diberi jarak
minimum 5 cm. Pemasangan rak kabel secara vertical harus diberi perkuatan yang cukup kuat ke dinding
/ lantai / peralatan untuk menahan rak kabel. Panel dengan jumlah outgoing yang sedikit (contoh: Panel
unit) dipasang secara wall mounted dengan jalur kabel keluar dari atas panel di dalam dinding.
Pemasangan rak kabel secara vertical pada area umum / diluar area ruang panel harus menggunakan
cover rak kabel. Semua jalur kabel yang terbuat dari metal harus disambungkan ke jalur pentanahan,
termasuk sambungan jalur kabel. Setiap instalasi kabel di dalam dinding harus menggunakan pipa conduit
untuk mempermudah insatalsi dan pemeliharaan. Penyambungan kabel harus dilakukan di dalam kotak
penyambungan dan menggunakan terminal atau last dop yang sesuai dengan ukuran kabel. Tidak diizinkan
membelokkan dan menyambung pipa conduit dengan cara pemanasan atau dengan cara yang tidak wajar.

a. Tangga Kabel (Cable Ladder)


 Pemasangan : Horisontal & Vertikal
 Material : Steel sheet
Ketebalan minimum 2 mm
 Finishing : Hotdip Galvanized
 Ukuran : Lihat Gambar Perencanaan
 Tipe Ladder : Straight, Tee, Elbow, Cros, Reduce
(Lihat Gambar Perencanaan)
 Assesoris : Jointing / sambungan ladder
 Cover (untuk area outdoor) Terminal grounding
 Penggunaan : Jalur kabel Feeder/ utama

b. Kabel Tray (Cable Tray)


 Pemasangan : Horisontal & Vertikal
 Material : Steel sheet perforated
Ketebalan minimum 2 mm
 Finishing : Hotdip Galvanized
 Ukuran : Lihat Gambar Perencanaan
 Tipe : Straight, Tee, Elbow, Cross, Reduce
(Lihat Gambar Prencanaan)
 Assesoris : Jointing / sambungan ladder
 Cover (untuk area outdoor) Terminal grounding
 Penggunaan : Jalur kabel instalasi

c. Kabel Sangkar (Cable Cage)


 Pemasangan : Horisontal & Vertikal
 Material : Stell rood
 Finishing : Hotdip Galvanized
 Ukuran : Lihat Gambar Perencanaan
 Tipe : Straight, Tee, Elbow, Cross, Reduce
(Lihat Gambar Prencanaan)
 Assesoris : Jointing / sambungan ladder
Cover (untuk area outdoor) Terminal grounding
 Penggunaan : Jalur kabel instalasi

d. Pipa Conduit dan Conduit Flexible


 Pemasangan : Dalam dinding / rak kabel
 Material : High impact PVC
 Diameter : minimum Ø 20 mm
 Proteksi : fire retardant dan self extinguish
 Assesoris : Sambungan pipa conduit
 Standard : LMK

e. Tee Doos (kotak penyambungan)


 Pemasangan : Dalam dinding / rak kabel
 Material : High impact PVC
Ketebalan minimum 1 mm
 Dimensi : Kedalaman minimum 30 mm
 Bentuk : Kotak / Lingkaran
Memiliki ujung sambungan / plug untuk conduit (jumlah ujung
sesuai kebutuhan) Memiliki lubang pemasangan fitting ke dinding
 Proteksi : fire retardant dan self extinguish
 Assesoris : Cover dengan baut
 Standard : LMK
6) Stop Kontak & Saklar
Tipe dan pemasangan socket outlet dan saklar disesuaikan dengan lokasi pemasangan. Socket outlet tipe
dinding (wall mounted) dipasang pada ketinggian minimum 30 cm dari lantai dan minimum 20 cm dari
dinding / partisi ruangan. Saklar tipe dinding (wall mounted) dipasang pada ketinggian maksimum 150 cm
atau disesuaikan dengan design interion, dan dapat dijangkau tangan dengan mudah.
Posisi pemasangan saklar di samping pintu disesuaikan dengan bukaan pintu sehingga mempermudah
penyalaan lampu saat memasuki ruangan. Semua kabel yang masuk / keluar dari socket outlet dan saklar
dalam dinding harus dipasang di dalan pipa conduit. Cover socket outlet dan saklar dipasang sedemikian
rupa sehingga rapi (sejajar dengan lantai/tidak miring). Pemasangan cover dilakukan setelah ruangan
selesai difinishing / di cat atau dilindungi dengan cover/penutup sementara untuk mengcegah cover saklar
dan socket outlet terkena cat / menjadi kotor. Inbow doos harus bersih dari debu dan sisa bongkaran dinding
sebelum di koneksi ke socket outlet / saklar.

a. Stop Kontak Dinding


 Pemasangan : In Bow / dalam dinding
 Tipe : Schuko
 Jumlah pole : 2 pole + 1 pentanahan
 Material terminal : Tembaga / Kuningan
 Koneksi kabel : Terminal skrup / Jepit
 Base Plate : Kotak / persegi
Bahan metal Dilengkapi pengait ke inbow doos
 Inbow Doos : Terpasang dalam dinding
Bahan metal
Kedalaman minimum 35 mm
Dilengkapi jalur keluar kabel
 Kapasitas : 10 A, 250 Vac, 50 Hz
 Cover / Model : PVC warna putih
(disesuaikan dengan design interior)

b. Saklar Tunggal
 Pemasangan : In Bow / dalam dinding
 Posisi tuas ke bawah : On Posisi tuas ke atas: Off
 Tipe : Indoor 1 gang (saklar engkel)
 Jumlah pole : 1 incoming, 1 outgoing
 Jumlah tuas : 1 (satu)
 Material terminal : Tembaga / Kuningan
 Koneksi kabel : Terminal skrup / Jepit
 Base Plate : Kotak / persegi
Bahan metal
Dilegkapi pengait ke inbow doos
 Inbow Doos : Terpasang dalam dinding
Bahan metal
Kedalaman minimum 35 mm
Dilengkapi jalur keluar kabel
 Kapasitas : 10 A, 250 Vac, 50 Hz
 Cover / Model : PVC warna putih
(disesuaikan dengan design interior)

c. Saklar Ganda
 Pemasangan : In Bow / dalam dinding
 Posisi tuas ke bawah : On Posisi tuas ke atas: Off
 Tipe : Indoor 2 gang
 Jumlah pole : 2 incoming, 2 outgoing
 Jumlah tuas : 2 (dua)
 Material terminal : Tembaga / Kuningan
 Koneksi kabel : Terminal skrup / Jepit
 Base Plate : Kotak / persegi Bahan metal
Dilegkapi pengait ke inbow doos
 Inbow Doos : Terpasang dalam dinding
Bahan metal
Kedalaman minimum 35 mm
Dilengkapi jalur keluar kabel
 Kapasitas : 10 A, 250 Vac, 50 Hz
 Cover / Model : PVC warna putih (atau sesuai permintaan)

d. Sensor Gerak
 Teknologi deteksi : PIR & Ultrasonic
 Sudut deteksi : 360 deg
 Cakupan area : 8m utk PIR, 10x16m utk Ultrasonic
 Tegangan kerja : 230 VAC, 50Hz
 Instalasi : pada langit-langit

e. Sensor Cahaya
 Teknologi deteksi : Lux
 Batasan : 300 lux (sesuai GBCI)
 Tegangan kerja : 230 VAC, 50Hz
 Instalasi : pada langit – langit

f. Stop Kontak Industrial 3 Phase


 Pemasangan : Surfaced mounted
 Tipe : Industrial 5 pin
 Jumlah pole : 4 pole + 1 pole pentanahan
 Material terminal : Tembaga
 Koneksi kabel : Terminal skrup
 Base Plate : Kotak / persegi
Bahan PVC dilengkapi pengait outbow doos
 Inbow Doos : Terpasang pada dinding / kolom
 Kapasitas : 16 A, 400 Vac, 50 Hz
 Cover / Model : PVC Warna merah dilengkapi tutup mekanis
 IP : 44
 Standard : DIN
7) Penangkal Petir
a. Air Terminal
 Jenis : Electrostatic non radioactive
 Prinsip kerja : Early Streamer Emission (ESE)
 Ketahanan : 120 kA (minimum)
 Waktu trigger ∆T : 60 μs (minimum)
 Material : Stainless steel
 IP : min 54
 Standard : NFC 17-102

b. Kabel Penghantar
 Type : N2XSY
 Material : Tembaga (Cu)
 Diameter : 70 mm2 (minimum)
 Isolasi : XLPE
 Tegangan : 24 kV (minimum)
 Standard : IEC 60502 / SPLN 43-5
 Accessories : Skun kabel pada sisi pentanahan

c. Tiang
Menggunakan pipa metal ketebalan medium A dengan ukuran diameter sesuai gambar desain atau
sesuai dengan desain standard. Tipe tiang teleskopik dengan penyambungan tiap segmen
menggunakan reduced press dan dilas. Tinggi minimum 5 meter dari titik tertinggi (disesuaikan dengan
gambar desain dan lokasi pemasangan). Dilengkapi dengan pijakan kaki dengan ukuran, jarak dan
beban standard untuk orang dewasa. Dipasang secara kuat pada pondasi dibaut pada atap. Finishing
dengan galvanized.

d. Titik Pentanahan
 Pentanahan : Batang solid
 Konduktor : Tembaga kemurnian 99,9%
 Material : Tahan korosi
 Diameter : Minimum 5/8"
 Isolasi : Tanpa isolasi
 Bak kontrol : Cor semen
P x L x D: 500 x 500 x 400 mm
 Pipa sparing : PVC diameter 2" minimum
 Tutup bak kontrol : Plat baja / cast iron
Lengkap dengan lubang tuas pembuka
Pemasangan rata dengan tanah
 Pentanahan : Maksimum 2 ohm
Tanpa bantuan bahan konduktif / kondisi tanah
normal
 Standard : PUIL 2011
e. Jika nilai pentanahan tidak tercapai dapat dilakukan pemasangan batangan pentanahan secara pararel
atau dengan menggunakan konduktor bentuk plat yang dikombinasikan dengan semen bahan
konduktif. Perubahan dan / atau penambahan material harus sepengetahuan dan mendapat
persetujuan dari pemberi tugas.
8) Pentanahan
Semua sistem dan instalasi pentanahan harus mengacu pada PUIL 2011. Sistem pentanahan
menggunakan sistem Pembumian Pengaman (PP) / (TT). Kabel pentanahan menggunakan kabel berinti
tembaga. Penyambungan kabel pentanahan harus menggunakan terminal strip (Grounding Terminal Strip).
Jika nilai pentanahan tidak tercapai dapat dilakukan pemasangan batangan pentanahan secara pararel
atau dengan menggunakan konduktor bentuk plat. Titik netral transformer sisi tegangan rendah dan
tegangan tinggi ditanahkan secara terpisah.
Pentanahan netral sistem tegangan menengah dihubungkan secara langsung ke titik pentanahan tanpa
menggunakan resistor grounding atau transformer grounding.
a. Batang Pentanahan
 Tipe Pentanahan : Batang Tembaga Solid
(kemurnian tembaga 99,9 %)
Luas penampang minimum 5/8'
 Bak kontrol : Cor semen
Ukuran 400 x 400 x 400 mm Tutup plat baja / cor
semen
 Nilai hambatan : 2 ohm (kondisi tanah normal)

b. Kabel Pentanahan Peralatan


 Konduktor : Tembaga (Cu)
 Isolasi : Tanpa isolasi / Bare Cooper
 Luas penampang : Raiser Pentanahan min 70 mm²
 Penyambungan : Cadweld

c. Kabel Pentanahan Netral


 Konduktor : Tembaga (Cu)
 Isolasi : PVC / NYA
 Luas penampang : Minimum 70 mm²

9) Fire Stop
a. Fire Stop dipasang pada setiap lubang / celah dinding di area utility dan shaft.
b. Tipe disesuaikan dengan jenis penetrai (lihat gambar)
c. Material dari mineral
d. Kemampuan menahan api temperature 750ºC Minimum 3 jam atau sesuai TKA dari arsitek
e. Pemasangan pada setiap lubang di area ME
f. Fungsi untuk mencegah menjalarnya api antar ruang

10) Pembangkit Listrik Tenaga Surya


a. Panel Surya
 Jenis : Polychrystalline
 IP : min IP65
 Efisiensi : min 15%
 Ketahanan tekanan : min 2.000 Pa
 Tegangan Nominal Optimum : min 30 Volt (DC)
 Tegangan Sistem Maksimum : 1000 Volt (AC)
 Garansi : min 10 tahun
 Defisiensi sistem : 10% dalam 10 tahun, 20% dalam 20 tahun

b. Inverter
 Material : Powder coated Aluminum
 Temperatur operasional : max 40degC
 IP : min IP65
 Safety Class : Class 1 with PE
 Konektor : Tipe Tahan Air
 DC Input : sesuai kapasitas Panel Surya
 AC Output : 3Ph 400V; 50Hz; PF >0,99
 Interface : LCD Display
 Memory Record : 365 hari Real Time Clock, 30 event
 Koneksi Port : RS485

c. Combiner PLN – Solar Panel


Berfungsi mengatur distribusi dan pembagian daya dari Inverter menuju panel – panel beban
 Model : Dual Input Combiner
 Pengaturan : Koneksi Port RS485
 Software : lisensi diberikan unlimited kepada Klien

6.4.4 Spesifikasi Instalasi Penerangan


Pemilihan tipe penerangan di sesuaikan dengan gambar desain. Armature dan semua komponen harus
didesain untuk mudah dipasang dan dirawat. Pemasangan armature dilakukan secara kuat sehingga tahan
terhadap getaran. Kawat penggantung / penarik untuk semua armature yang terpasang in-bow dalam
plafond harus menggunakan kawat yang cukup kuat bukan merupakan kawat hasil penyambungan.
Armature harus dibuat dari material yang tahan terhadap karat. Pengkabelan dalam armature harus
menggunakan kabel utuh bukan hasil sambungan, tahan terhadap panas yang dihasilkan komponen dalam
armature dan memiliki kapasitas hantar arus yang mencukupi. Pengkabelan disusun secara rapi dan diikat
kuat sehingga tidak bersentuhan dengan komponen yang menghasilkan panas (misal: ballast). Setiap
Armature memiliki koneksi kabel pentanahan yang khusus disediakan dan dilengkapi dengan terminal.
Pengikat kabel harus menggunakan tali atau kawat yang tahan terhadap panas yang dihasilkan komponen
dalam armature dan tidak menimbulkan goresan / cacat pada kabel. Koneksi kabel power (dari luar
armature) dengan kabel rangkaian lampu menggunakan terminal skrup dan terdapat dalam armature
lampu. Jalur keluar masuk kabel disesuaikan dengan posisi pemasangan armature. Semua jenis bentuk
lampu yang terdapat dalam gambar harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari pihak Pemberi Tugas
sebelum pengadaan dan pemasangan. (detail spesifikasi terlampir)

1) Downlight
 Installation : Inbow (recesses mounted)
 Material armature : Die cast aluminum
width min 0,7 mm (exclude finishing)
 Finishing : Powder Coating (white color)
Zinc coated pre-paint
 Reflector : Included in bulb
 Dimension : MaxØ 330x218 (design drawing)
 IP : 20
 Bulb : LED -10W

 LED Driver : Built-in, THD < 20%, 220 – 240 VAC


 Power factor min : 0.95
 Color rendering : 3000 K
 Mirror Louver LED Installation : Inbow (recesses mounted)
 Material armature : Steel sheet
width min 0,7 mm (exclude finishing)
 Finishing : Powder Coating (white color)
Zinc coated pre-paint
 Reflector : mirror optic / M8
 IP : 20
 Bulb : 2 x 10W / LED T8
X 18W / LED T8
 LED Driver : Built-in, THD < 20%, 220 – 240 VAC
 Power factor min : 0.95
 Color rendering : 4000 K
 CRI : 80

2) Lampu Taman
 Installation : Standing
 Material armature : Die cast aluminum
width min 0,7 mm (exclude finishing)
 Finishing : Powder Coating (white color)
Zinc coated pre-paint
 Dimension : MaxØ 330 (design drawing)
 Pole : TBC by Landscape
 IP : 65 (outdoor usage)
 Bulb : PSU 3W
 LED Driver : Built-in, THD < 20%, 220 – 240 VAC
 Power factor min : 0.95
 Color rendering : 3000 K
 Accessories : equipped with baseplate mounting
Anti-corrosion paint for pole
equipped with solar cell

3) Uplight
 Installation : Floor mounted (casted)
 Material armature : Aluminium, stainless steel case
width min 0,5 mm (exclude finishing)
 Finishing : Powder Coating (white color)
Zinc coated pre-paint
 Reflector : Included in bulb
 IP : 65 (outdoor usage)
 Bulb : LED GU-5.3 8W
LED GU-5.3 12w
 LED Driver : Built-in, THD < 20%, 220 – 240 VAC
 Power factor min : 0.95
 Color rendering : 3000 K
 Accessories : casted / bolted, mole frame, cord

4) Lampu Penerangan Jalan Umum


 Installation : Standing
 Material armature : Die cast aluminum
width min 0,7 mm (exclude finishing)
 Finishing : Powder Coating (white color)
Zinc coated pre-paint
 Reflector : Aluminium reflector + glass bowl cover
 Pole : TBC by Landscape
Height min 9m
 IP : 66 (outdoor usage)
 Bulb : LED 60W
 LED Driver : Built-in, THD < 20%, 220 – 240 VAC
 Power factor min : 0.95
 Color rendering : 3000 K
 Accessories : equipped with baseplate mounting
Fuse box installation at 1m height
Anti-corrosion paint for pole
equipped with solar cell

6.4.5 Pemasangan Peralatan


1) Pada daerah langit-langit tanpa plafond, instalasi terpasang dalam cor-coran pelat beton pelindung pipa
lengkap fitting-fittingnya.
2) Pada daerah langit-langit dengan plafond, instalasi terpasang diklem ke plat beton atau diklem ke hanger
besi plat untuk 1 dan 2 jalur kabel saja.
3) Semua instalasi feeder dalam bangunan tidak menggunakan pipa pelindung.
4) Dalam shaft riser instalasi feeder terpasang dan diklem ke rak kabel shaft riser setiap jarak 150 tanpa pipa.
5) Feeder dan instalasi lampu taman terpasang minimal 60 cm di bawah permukaan tanah dengan memakai
pelindung pipa galvanis.
6) Penyambungan dalam doos-doos percabangan memakai pelindung las dop / terminal puntir kemudian doos
tersebut ditutup.
7) Semua instalasi di plafond, dilangit-langit dan di shaft harus diberi marker setiap jarak 10 m dengan warna
yang akan ditentukan kemudian.
8) Ramset atau fischerplug harus terpasang ke pelat beton dengan kokoh.
9) Pemasangan angkur harus dikerjakan sebelum pengecoran dan diikat ke besi beton. Dapat juga dilakukan
dengan tembakan ramset atau fisherplug.
10) Setiap belokan kabel terutama feeder yang besar harus diperhatikan radiusnya, minimal R = 20 D, dimana
D adalah diameter kabel.
11) Tidak diperkenankan melakukan penyadapan atau penyambungan ditengah jalan kecuali pada tempat
panyambungan.
12) Terminal kabel harus selalu mengunakan sepatu kabel yang disesuaikan dengan jenis dan ukuran
kabelnya.

6.4.6 Pengujian Instalasi dan Peralatan


Semua pelaksanaan instalasi dan peralatan harus diuji, sehingga diperoleh yang baik dan bekerja
sempurna sesuai persyaratan, spesifikasi dan persyaratan dari pabrik pembuat material. Bila di perlukan,
bahan-bahan instalasi dan peralatan dapat diminta oleh Pemberi Tugas untuk diuji ke Laboratorium, biaya
ditanggung oleh Pemborong.
1) Tahap-tahap Pengujian
a. Semua pelaksanaan instalasi yang akan tertutup harus diuji sebelum dan sesudah bagian tersebut
tertutup sehingga di peroleh baik menurut PLN, Spesifikasi dan pabrik.
b. Setiap satu lantai yang telah terpasang instalasinya harus dilakukan pengujian untuk panel, lampu,
kabel & tahanan isolasi.
c. Semua panel listrik sebelum dipasang dan sesudah dipasang harus diuji tegangan dan tahanan isolasi
dalam kondisi baik. Juga harus diuji sistem kerjanya sesuai spesifikasi yang diisyaratkan.
d. Semua armature lampu harus diuji dalam keadaan menyala sempurna.
e. Semua penyambungan harus diperiksa tersambung dengan benar dan tidak terjadi kesalahan sambung
atau polaritas.
f. Tahanan tanah harus diuji memenuhi persyaratan yang dispesifikasikan. (maks 2 ohm).
2) Pengujian Transformator
a. Pengujian tranformator sebelum diberi daya
1. Harus menyertakan sertifikat / hasil uji untuk insulation breakdown test, HV test, Vector group test,
Voltage ballancing test
2. Dalam hal trafo tersimpan cukup lama harus diuji nilai tegangan dan isolasinya apakah masih
memenuhi persyaratan.
3. Periksa pentanahan trafo, terpasang dengan baik dan ukur tahanan tanahnya.
4. Periksa pengaman HV dalam kalibrasi yang betul.
5. Periksa sambungan-sambungan dalam keadaan benar dan terpasang kuat.
6. Sebelum sisi sekunder dihubungkan periksa tegangan sekunder tanpa beban.
7. Periksa keadaan minyak trafo.
b. Energizing Test
1. Energizing test dilakukan pada pengaman dengan mengkalibrasi menurut standard pabrik.
2. Selama energizing test semua sambungan-sambungan pada sisi sekunder harus terbuka.
3) Pengujian Panel Kubikel Tegangan Menengah.
a. Sebelum diberi aliran listrik periksa semua peralatan panel dalam keadaan lengkap dan semua
sambungan benar dan terpasang secara mantap.
b. Bersihkan bagian dalam panel dan periksa agar barang-barang yang tidak diperlukan disingkirkan.
c. Periksa dan test semua isolasi.
4) Pengujian Kabel Feeder
a. Semua kabel feeder harus ditest tegangan dan tahanan isolasi yang memenuhi persyaratan PLN/LMK.
b. Tahanan tanah harus diuji, sehingga tahanan tanah lebih kecil dari 2ohm diukur dalam keadaan tanah
kering.
c. Semua pengujian harus disaksikan oleh Owner dan dibuat laporan tertulis. SPESIFIKASI TEKNIS
INSTALASI FIRE ALARM
6.5 SPESIFIKASI PERPIPAAN
6.5.1 Lingkup Pekerjaan
1) Perpipaan
2) Sambungan.
3) Katup.
4) Strainer.
5) Penggantung dan penumpu.
6) Sleeve / Sparing.
7) Lubang pembersihan.
8) Bak kontrol.
9) Blok beton.
10) Galian.
11) Pengecatan.
12) Pengakhiran.
13) Pengujian.
14) Peralatan bantu.
a. Spesifikasi dan gambar menunjukkan diameter luar minimal dari pipa dan letak serta arah dari masing-
masing sistem pipa.
b. Seluruh pekerjaan, terlihat pada gambar dan atau spesifikasi dipasang terintegrasi dengan kondisi
bangunan dan menghindari gangguan dengan bagian lainnya.
c. Bahan pipa maupun perlengkapan harus terlindung dari kotoran, air, karat dan tekanan mekanis
sebelum, selama dan sesudah pamasangan.
d. husus pipa dan perlengkapan dari bahan plastik, selain disebut diatas harus juga terlindung dari cahaya
matahari.
e. Semua barang yang akan dipergunakan harus dari agen tunggal / pabrik pembuat, dengan
menunjukkan surat resmi keagenan.

6.5.2 Spesifikasi Bahan Perpipaan


1) Tipe dan jenis perpipaan berdasar fungsi pemakaian:
Tekanan Spesifikasi
Pemakaian Kerja Bahan Uji Pipa Isolasi
Air dingin distribusi (≤ Ø 50 mm ) 5 10 15 PP-10 IA

Air limbah saniter (pembuangan) Gr 10 10 PV-10 IA


Air limbah saniter dipompakan 1 10 15 PV-10 IA
Pipa limbah tertanam Gr 10 10 PP-G/CIP IA
Air hujan Gr 10 10 PV-10 IA

Sprinkler 10 30 15 B-30 IA
Sprinkler drain gr 20 10 B-30 IA
B = Pipa diisolasi Gr = Gravitasi
2) Spesifikasi PV-10
- Tekanan Standard : 10 Bar
- Material : PVC class AW
- Fitting : PVC hub and spigot fitting class AW
- Joint : Socket solvent cement joint
- Penggunaan : Air Limbah Gravitasi
Air Limbah yang dipompakan Air Hujan
3) Spesifikasi PP-G
- Tekanan Standard : 5 Bar
- Material : Polypropylene sanitary type
- Fitting : Hub and spigot Polypropylene Sanitary type
- Joint : Hub and Spigot Rubber Ring Joint
- Penggunaan : Air limbah dapur
4) Spesifikasi PV-5
- Tekanan Standard : 5 Bar
- Material : PVC class D
- Fitting : PVC hub fitting class D
- Joint : Socket solvent cement joint
- Penggunaan : Venting
5) Spesifikasi PP-10
- Tekanan Standard : 10 Bar
- Material : Polypropylene
- Fitting : Heating element socket welding
- Joint : Heat fusion joint
- Penggunaan : Air Bersih (≤ Ø 50 mm)
6) Spesifikasi GI.M
- Tekanan Standard : 10 Bar
- Material : Galvanized Iron Pipe Sch 20 (Medium Class)
- Fitting : Flange / welding
- Joint : Screwed end / Welding
- Penggunaan : Air Bersih (> Ø 50 mm)
7) Spesifikasi PP-20
- Tekanan Standard : 20 Bar
- Material : Polypropylene
- Fitting : Heating element socket welding
- Joint : Heat fusion joint
- Penggunaan : Air Panas
8) Jenis Valve yang dipergunakan berdasar fungsi dan ukuran pipa :

Fungsi Ukuran Joint Tipe


≤ 40 mm Screwed Ball, Gate, Diaphargm
Katup penutup > 50 mm Flanged Gate
≤ 40 mm screwed Globe, Diaphargm
Katup pengatur > 50 mm Flanged Globe
≤ 40 mm screwed Swing check, Globe check
Non return valve > 50 mm Flanged double swing check, disk check
Strainer Flanged "Y" type, "Bucket" type
Pressure reducer Flanged Die and flow type
Water Hammer Flanged

6.5.3 Persyaratan Pemasangan


1) Umum
a. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin kebersihan, kerapihan,
ketinggian yang benar, serta memperkecil banyaknya penyilangan.
b. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak kurang dari 50 mm diantara pipa-
pipa atau dengan bangunan dan peralatan.
c. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti sebelum dipasang, membersihkan
semua kotoran, benda-benda tajam / runcing serta penghalang lainnya.
d. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang diperlukan, antara lain katup
penutup, pengatur, katup balik dan sebagainya sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan
pada gambar.
e. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus dilengkapi dengan union atau
flange.
f. Sambungan lengkung, reducer dan sambungan-sambungan cabang pada pekerjaan perpipaan harus
mempergunakan fitting buatan pabrik.
g. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah titik buangan. Drains dan vents
harus disediakan guna mempermudah pengisian maupun pengurasan.
h. Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk pemeliharaan dan penggantian.
Pegangan katup (valve handle) tidak boleh menukik.
i. Sambungan-sambungan flexible harus dipasang sedemikian rupa & angkur pipa secukupnya harus
disediakan guna mencegah tegangan pada pipa atau alat-alat yang dihubungkan oleh gaya yang
bekerja kearah memanjang.
j. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah pompa dengan proporsi
yang tepat pada bagian-bagian penyempitan. Katup-katup dan fittings pada pemipaan demikian harus
ukuran jalur penuh.
k. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, pipe sleeves harus disediakan dimana pipa-pipa
menembus dinding-dinding, lantai, balok kolom atau langit-langit. Dimana pipa-pipa melalui dinding
tahan api, ruang-ruang kosong diantara sleeves & pipa-pipa harus dipakal dengan bahan rock-wool.
l. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka dalam pekerjaan perpipaan yang
tersisa pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan menggunakan caps atau plugs untuk
mencegah masuknya benda- benda lain.
m. Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta pemadatan.
n. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.
2) Penggantung dan Penunjang Pipa
a. Perpipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger, brackets atau sadel dengan tepat dan
sempurna agar memungkinkan gerakan-gerakan pemuaian atau peregangan pada jarak yang cukup,
khusus penunjang pipa (support) diarea terbuka menggunakan pedestal.
b. Penunjang atau penggantung tambahan harus disediakan pada pipa berikut ini :
- Perubahan-perubahan arah
- Titik percabangan
- Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang sejenis.
c. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut :
Keterangan Jarak Tumpuan
Pipa besi cor lurus / utuh Satu titiik setiap batang pipa

Pipa Tegak
Pipa besi cor 2 (dua) sambungan Satu titik, salah satu batang pipa
Pipa besi cor 3 (tiga) sambungan Satu titik, barang ditengah
Pipa baja Satu titik atau lebih setiap lantai
Pipa timah hitam / PVC / tembaga 1,2 m atau lebih dekat
Pipa besi cor lurus / utuh Satu titik setiap batang pipa
Pipa besi cor sambungan Satu titik setiap sambungan
Pipa Mendatar

Pipa baja, diameter < 20 mm 1.0 m atau kurang


Pipa baja, diameter 25 - 40 mm 2.0 m atau kurang
Pipa baja, diameter 50 - 80 mm 3.0 m atau kurang
Pipa baja, diameter 90 - 150 mm 4.0 m atau kurang
Pipa baja, diameter 200 mm 5.0 m atau kurang
Gantungan ganda 1 (satu) ukuran lebih kecil dari tabel diatas penunjang pipa lebih dihitung dengan
faktor dari keamanan dan kekuatan puncak. Bentuk gantungan antara lain:
 Split ring type
 Clevis type
d. Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar zinchromat sebelum dipasang, dan
dicat (finishing coating) sesuai peruntukan pipa.
e. Khusus untuk semua gantungan dan penumpu di ruang pompa dan STP harus menggunakan hot
dip galvanized.
3) Pemasangan Katup-katup
Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar, spesifikasi dan untuk bagian-bagian
berikut ini :
a. Sambungan masuk dan keluar peralatan
b. Sambungan kesaluran pembuangan pada titik-titik rendah.
c. Di ruang mesin :
Ukuran Pipa Ukuran Katup
Sampai 75 mm 20 mm
100 mm s/d 200 mm 200 mm 40 mm
atau lebih besar 50 mm
d. Di Area lain ukuran katup 20 mm.
e. Ventilasi udara otomatis.
f. Katup kontrol aliran keatas dan kebawah.
g. Katup pengurang tekanan (pressure reducing valves) untuk aliran keatas dan kebawah.
h. Katup by-pass.
4) Pemasangan Strainer
Strainer harus disediakan sesuai gambar, spesifikasi dan untuk alat-alat berikut ini :
a. Katup-katup pengontrol.
b. Pipa hisap pompa.
5) Pemasangan Katup-katup Pelepasan Tekanan
Katup-katup pelepasan tekanan harus disediakan ditempat-tempat yang mungkin timbul kelebihan
tekanan.
6) Pemasangan Katup-katup Pengaman
Katup-katup pengaman harus disediakan di tempat-tempat yang dekat dengan sumber tekanan.
7) Pemasangan Venting Udara Otomatis
Venting udara otomatis harus disediakan ditempat-tempat tertinggi dan kantong udara.
8) Pemasangan Sambungan Flexible
Sambungan flexible harus disediakan untuk menghilangkan getaran dari sumber getaran.
9) Pemasangan Pengukur Tekanan
Pengukur tekanan harus disediakan ditempatkan yang perlu untuk mengukur, antara lain :
a. Titik tertinggi dan terjauh dari sumber tekanan.
b. Katup-katup pengontrol.
c. Setiap pompa.
d. Setiap bejana tekan.
10) Sambungan Ulir
a. Penyambungan antara pipa dan fitting mempergunakan sambungan ulir berlaku untuk ukuran
sampai dengan 40 mm.
b. Kedalaman ulir pada pipa harus dibuat sehingga fitting dapat masuk pada pipa dengan diputar
tangan sebanyak 3 ulir.
c. Semua sambungan ulir harus menggunakan perapat henep dan zinkwite dengan campuran minyak.
d. Semua pemotongan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau roda.
e. Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter dengan reamer.
f. Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
11) Sambungan Las
a. Sistem sambungan las hanya berlaku untuk saluran bukan air minum.
b. Sambungan las ini berlaku antara pipa baja dan fitting las.
c. Kawat las atau elektrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang dilas.
d. Sebelum pekerjaan las dimulai Pemborong harus mengajukan kepada Direksi contoh hasil las
untuk mendapat persetujuan tertulis.
e. Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja sesudah mempunyai surat izin
tertulis dari Direksi.
f. Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus untuk itu.
g. Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang berkondisi baik menurut penilaian
Direksi.
12) Sleeves
a. Sleeves untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus konstruksi
beton.
b. Sleeves harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan kelonggaran diluar pipa ataupun
isolasi.
c. Sleeves untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja. Untuk yang mempunyai kedap air
harus digunakan sayap.
d. Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang mempunyai lapisan kedap air
(water proofing) harus dari jenis "flushing sleeves".
e. Rongga antara pipa dan sleeve harus dibuat kedap air dengan rubber sealed atau "caulk".
13) Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan, pemipaan disetiap service harus
dibersihkan dengan seksama, menggunakan cara-cara / metoda-metoda yang disetujui sampai semua
benda-benda asing disingkirkan.

6.5.4 Pengecatan
1) Umum
Barang-barang yang harus dicat adalah sebagai berikut :
a. Pipa service.
b. Support pipa dan peralatan konstruksi besi.
c. Flens.
d. Peralatan yang belum dicat dari pabrik.
e. Peralatan yang catnya harus diperbarui.

2) Persyaratan Pengecatan
Pengecatan harus dilakukan seperti berikut :
Lokasi Pengecatan Pengecatan
Pipa & peralatan dalam Zinchromate primer 2 lapis dan cat akhir 2
plafond Pipa & peralatan lapis
expose Zinchromate primer 2 lapis dan cat akhir 2
Pipa dalam tanah lapis 2 lapis flincote atau denso tape

3) Kode Warna Pengecatan


Jenis Pipa Warna
Pipa air bersih (supply) biru
Pipa hydrant merah
Pipa drain & waste coklat
Pipa hanger & support coklat
Panah pengarah aliran putih
Bahan bakar kuning
6.5.5 Label Katup (Valve Tag)
1) Tags untuk katup harus disediakan ditempat-tempat penting guna operasi dan pemeliharaan.
2) Fungsi-fungsi seperti "normally open" atau "normally close" harus ditunjukkan ditags katup.
3) Tags untuk katup harus terbuat dari plat metal dan diikat dengan rantai atau kawat.

6.5.6 Pengujian
1) Jika tidak dinyatakan lain, semua pemipaan harus diuji dengan tekanan air dibawah tekanan tidak kurang
dari tekanan kerja ditambah 50% atau 10 kg/cm2 dan tidak lebih tinggi lagi dalam jangka waktu 4 jam.
2) Kebocoran-kebocoran harus diperbaiki dan pekerjaan pemipaan harus diuji kembali.
3) Peralatan-peralatan yang rusak akibat uji tekanan harus dilepas (diputus) dari hubungan-hubungannya
selama uji tekanan berlangsung.

6.6 SISTEM AIR BERSIH


6.6.1 Lingkup Pekerjaan
Uraian singkat lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut :
1) Tangki air bawah(Ground Water Tank)
2) Pompa-pompa pemindah.
3) Filtrasi
4) Perpipaan.
5) Perkabelan.
6) Panel listrik.
7) Peralatan instrument dan kontrol.
8) Penyambungan ke semua peralatan penunjang.
9) Penyambungan ke semua peralatan pemakai.
6.6.2 Spesifikasi Tangki Persediaan Air Bersih (Cwt)
Spesifikasi Catatan
Kapasitas 25 m³ Lihat gambar Kapasitas effektif
perencanaan
Dimensi Lihat Gambar perencanaan Perhatikan slope aliran
Material Dinding Beton By kontraktor Sipil
Fiinishing Keramik / Epoxy By kontraktor Arsitek
Kelengkapan Katup Pelampung
Electrode Tube
Electrode c/w holder
Pipa Pengisian
Pipa Hisap
Pit Hisap (suction pit)
Pipa & Pit Penguras
Pipa Overflow
Man hole &Tangga service
Water stop

6.6.3 Spesifikasi Tangki Air Bersih Atas (Roof Tank)

Spesifikasi Catatan
Kapasitas 4 m³ Kapasitas effektif
Lihat gambar perencanaan Terbagi menjadi 2 kompartment
Dimensi Lihat Gambar perencanaan Perhatikan slope aliran
Material FRP/GRP Modul 1 x 1 m / 50 x 50 cm
Ketebalan Minimum 6 mm
Support Pipa Galvanized
Kelengkapan Katup Pelampung
Electrode Tube
Electrode c/w holder
Pipa Pengisian
Pipa Hisap
Pit Hisap (suction pit)
Pipa & Pit Penguras By Structure
Pipa Overflow
Man hole &Tangga service
Pondasi Roof Tank
6.6.4 Spesifikasi Pompa Transfer

Spesifikasi Catatan
Jumlah 2 (dua) pompa 1 paket pompa Transfer
Tipe Centrifugal End
Suction
Shaft seal Mechanical
Kapasitas 110 l/m, head 45 meter 1 Duty – 1 Stand by

Putaran 1450 rpm


Efficiency Minimum 50%
Motor Sangkar Tupai
Input Tegangan 380 Vac – 3 phase
Daya Motor
Starter motor Star - Delta Minimum
System kerja Otomatis - Bergantian WLC dengan electrode di Roof tank & CWT
Pipa Suction
Pipa Discharge
Casing Cast iron
Base frame Cast iron / Baja
Dimensi
Berat
Kelengkapan Panel Kontrol c/w WLC Terkoneksi ke electrode di Roof
tank Terkoneksi ke electrode di
Pemipaan & Katup CWT Lihat Gambar perencanaan
Flexible Joint
Base Frame pompa
Cara kerja
1) Apabila muka air ditangki atas turun ke batas "Low" maka pompa akan on sampai muka air naik ke batas
"Hign".
2) Pompa tidak bisa bekerja apabila muka air ditangki bawah berada diambang batas "Lower Low" dan
akan bekerja lagi apabila air terisi kembali sampai batas "Low".

6.7 SPESIFIKASI POMPA DORONG

Spesifikasi Catatan
Jumlah 2 (Dua) pompa 1 paket pompa Booster
Tipe Vertical Multistage
Shaft seal Mechanical
Kapasitas 2x100 LPM, head Alternate & Pararel with VSD
15 meter
Putaran 2900 rpm
Efficiency Minimum 50%
Motor Sangkar Tupai
Input Tegangan 380 Vac – 3 phase
Daya Motor
Starter Motor Inverter / VSD Setiap motor pompa
Constant Pressure
System kerja Otomatis - Bergantian Sensor Tekanan/Pressure Switch
Panel Kontrol Tipe Outdoor Atau disesuaikan di lapangan
Pressure Vassel 50 L
Pipa Suction
Pipa Discharge
Casing Cast iron
Base frame Cast iron / Baja
Dimensi
Berat
Kelengkapan Panel Kontrol Terkoneksi ke Electrode di Roof
tank
Pemipaan & Katup Terkoneksi ke Sensor tekan
Flexible Joint Lihat Gambar perencanaan
Pressure Gauge
Pressure Switch
Flow switch
Base Frame pompa
1) Cara kerja
2) Pompa booster harus variable speed constant pressure.
3) Booster pump harus mampu memasok kebutuhan air kepada pemakai setiap variasi laju aliran pada setiap
saat secara otomatis.
4) Peralatan kendali, untuk laju aliran menggunakan Variable Speed Constant Pressure dan Pressure Vessel.

6.8 SISTEM AIR LIMBAH DAN AIR HUJAN


6.8.1 Lingkup Pekerjaan
Uraian singkat lingkup pekerjaan dalam sistem air limbah disini antara lain adalah sebagai berikut :
1) Perpipaan.
2) Penyambungan dengan peralatan plambing.
3) Grease separator.
4) Pompa air limbah.
5) Pompa air bekas.
6) Floor drain dan Roof drain
7) Sumur Resapan
8) Clean out.

6.8.2 Spesifikasi Bak Penampung (By Structure)

Spesifikasi Catatan
Kapasitas Lihat gambar perencanaan
Dimensi Lihat Gambar
Material Dinding Beton By kontraktor Sipil
Fiinishing Plester - Aci
Kelengkapan Man Hole
Sparing pipa inlet
Sparing pipa outlet
Sparing pipa venting
Sparing pipa kabel power

1) Bak sewage harus dibuat dari konstruksi beton bertulang, badan rapat air sedangkan tutup harus rapat
udara.
2) Setiap bagian bak harus dapat dipompa, dasar bak harus miring 1:10 kearah pompa sedangkan semua
ujung sudut dibuat 135°

6.8.3 Spesifikasi Pompa Air Kotor (Sewage Pump)

Spesifikasi Catatan
Jumlah Lihat gambar perencanaan Minmimum 2 ( duty – stand by)
Tipe Summersible Centrifugal
Shaft seal Double Mechanical
Kapasitas Lihat gambar perencanaan
Tekanan Lihat gambar perencanaan
Putaran 1450 rpm
Efficiency Minimum 50%
Motor Sangkar Tupai - Vertikal Water tight, IP68
Input Tegangan Disesuaikan dengan kapasitas
Daya Motor pompa
Starter Motor DOL
System kerja Otomatis - Bergantian Switch Pelampung/Float switch
Panel Kontrol Tipe indoor Atau disesuaikan di lapangan
Kontrol kerja Bergantian – Bersamaan
Pipa Suction -
Pipa Discharge Menyesuaikan kapasitas
Casing Stainless stell
Base frame -
Dimensi
Berat
Kelengkapan Guide
Rel
Rantai
Quick Discharge
Connector Cutter
Grease lubricated bearing
Internal oil cooler

Cara kerja
1) Start dan stop diatur secara otomatis oleh float level
2) Pompa dapat bekerja secara bergantian dan bersamaan.
3) Apabila beban aliran kecil, maka satu pompa bekerja secara bergantian.
4) Apabila beban aliran besar, maka pompa bekerja bersamaan.
6.8.4 Outlet Drain, Water Trap & Clean Out
1) Yang termasuk dalam lingkup pengadaan Outlet Drain dan Clean Out hanya yang ada di area service dan
yang tidak tergambar di desain perencanaan arsitektural
2) Tipe Clean Out yang digunakan disesuaikan dengan gambar desain

Spesifikasi Catatan
Floor Drain
Dimensi Lihat gambar perencanaan
Material Chromium plated bronze
Kelengkapan PVC Neck
Water Trap Minimum 50 mm
Cover & Grating
Roof Drain
Dimensi Lihat gambar perencanaan
Material Cast iron
Kelengkapan PVC Neck
Water Cut Off
Dome Grating Type
Canopy Drain
Dimensi Lihat gambar perencanaan
Material Cast iron
Kelengkapan PVC Neck
Water Cut Off
Flat Grating
Floor Clean Out
Dimensi Lihat gambar perencanaan
Material Stainless Stell
Kelengkapan PVC Neck
Baut pengunci
Ceiling Clean Out
Dimensi Lihat gambar perencanaan
Material PVC
Kelengkapan PVC Neck
PVC Removable Cover

6.8.5 PRODUCT

No Peralatan Tipe Merek Catatan


1 Kepala Sprinkler Viking, Tyco
2 Flexible Dropper Daejin, Easyflex, Panew
3
4 Safety valve Singer, Watts, Danfoss-Socla
5 Pressure Gauge Nagano, VPG, Wise
6 Pipa Black Steel Spindo, Bakrie, KS
7 Head Sprinkler
8 Fitting Screw Malleable Iron TSP, Galunggung, Hunting Dog
9 Fitting Las Black steel ML, Riser, Benkan, Ricon
10 Rigid Coupling/Groove Fivalco, Conex
11 Gate Valve Flange ANSI Cast Fivalco, Conex ULFM PN
Iron 20 300 Psi
12 Gate Valve Bronze Fivalco, Conex ULFM PN
20
13 Check Valve Flange ANSI Cast Fivalco, Conex ULFM PN
Iron 20 300 Psi
14 Check Valve Bronze Fivalco, Conex ULFM PN
20
15 Butterfly Valve Fivalco, Conex
16 Flexible Joint Tozen, Toyo, Armflex, Muraflex
17 Flow meter Flange ANSI Cast Gerand atau setara
Iron
18 Tangki Air Panel GRP Alfatank, LargerTank

ELEKTRIKAL
1 PANEL UTAMA LVMDP (Low Voltage Main
Distribution Panel)
2 'SDP (Sub Distribution Panel) indoor
3 'SDP (Sub Distribution Panel) outdoor
4 'PP (Panel Penghubung), setara MCB Box
5 ' Kabel Feeder dan Distribusi,
( NYFGBY 4 x 16 mm, MDP Ke SDP-01
Lanskap)
6 ' Kabel Feeder dan Distribusi,
(NYFGBY 4 x 16 mm, MDP Ke SDP-01
bangunan)
7 ' Kabel Feeder dan Distribusi,
(NYFGBY 3 x 4 mm, SDP-08 ke MCB Box)
8 'Supporting (Kabel Duct uk 50 mm, termasuk
fishser dan skrup)
9 'Supporting (Pipa conduit 20 mm, termasuk
klem, fishser dan skrup)
10 Kabel Tegangan Menengah KMI, Jembo
11 Kabel Tegangan Rendah KMI, Jembo
12 Kabel Tahan Api First Cable, Betaflame, Pyrotec, Helikabel, Fujikura,
14 Komponen Penerangan (bulb) Philips, Osram,
15 Armatur Penerangan Artolite, Philips
16 Stop kontak & Saklar Legrand, Schneider

Product Plumbing
No Peralatan Tipe Merek Catatan
1 Pompa Transfer Centrifugal End Wilo, Lowara, Saer
Suction
2 Pompa Booster Vertical Multistage Wilo, Lowara, Saer Paket
Booster
3 Pompa Air Bekas Summersible Wilo, Lowara, Saer
4 Pompa Air Kotor Summersible Wilo, Lowara, Saer w/ Cutter
5 Meter Air Class B Barindo, Amico
6 Katup Pelampung Non Modulating Singer, Watts
7 Katup Hisap Silent Seat Mizu, Socla
8 Gate Valve PN 10 Weflo, Mico, Modentic
9 Check Valve PN 10 Weflo, Mico, Modentic
10 Y' Strainer PN 10 Weflo, Mico, Modentic
11 Flexible Joint PN 10 Alfran, Mura flex, Tozen
12 Butterfly Valve PN 10 Weflo, Mico, Modentic
13 Pipa PPR PN 10 SD, Torro, Eurapipe, Wavin
14 Fitting PipaPPR PN 10 SD, Torro, Eurapipe, Wavin
15 Pipa PVC Class AW Rucika, Vinilon, Pralon
16 Fitting Pipa PVC Class AW Rucika, Vinilon, Pralon
17 Pipa GIP Class Medium Spindo, Bakrie, Suitomo
18 Fitting Pipa GIP Screw / Welded Galunggung, TSP, G “Brand, Ricon,
Riser
26 Manhole Cast Iron Manhole Kharisma, PAM Global, Prima
BAB VII
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR

7.1 PEKERJAAN DINDING


7.1.1 Umum
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemasangan dinding bata merah tebal ½ bata, pemasangan plesteran,
pemasangan plesteran trasram, pemasangan acian, dan pemasangan partisi toilet.

7.1.2 Pekerjaan Pemasangan Dinging Bata Merah tebal ½ Bata


1) Umum
a. Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyusunan Bata dengan posisi lebar 11 cm sebagai tebal dinding
dan menggunakan perekat dengan campuran 1 Pc: 3 Ps.
b. Posisi dinding berada pada ruangan-ruangan basah yang akan tersiram air berkali-kali, baik itu dari
kegiatan pengguna maupun dari cuaca luar.
2) Persyaratan Bahan
a. Bata uk. 5,5 x 11 x 23 cm.
b. Semen Portland (Pc) sebagai perekat bata.
c. Pasir dengan butir-butir tajam, keras, besih dari tanah dan lumpur, dan tidak mengandung bahan-
bahan organik.
d. Air yang bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa, garam, dan kotoran lainnya dalam jumlah
yang dapat merusak.
3) Persyaratan Peralatan
a. Sendok semen
b. Roskam
c. Ayakan
d. Beton molen
e. Cangkul
f. Ember
g. Palu Baja untuk memecahkan Bata
h. Palu Karet untuk meratakan Bata yang terpasang
i. Mistar ukur
j. Benang tukang
k. Kayu pasak
4) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Posisi lebar 11 cm pada Bata sebagai tebal dinding.
b. Campuran perekat dengan komposisi 1 Pc: 3 Ps.
c. Pemasangan benang acuan sebagai patokan agar penyusunan dan pemasangan Bata bisa dilakukan
dengan lurus.
d. Bata direndam 10 menit sebelum dipasang.
e. Pemasangan Bata dengan perekat berupa campuran 1 Pc: 3 Ps. Tebal perekat sekitar 1-1,5 cm.
f. Pemasangan Bata dengan susunan lurus secara horizontal dan berselang-seling secara vertikal.
g. Bata diratakan dengan cara dipukul-pukul pelan menggunakan palu karet.
5) Pengendalian Mutu
a. Bata yang bagus tidak patah jika diinjak di tengahnya.
b. Pemeriksaan kelurusan benang acuan dengan waterpass. Pemeriksaan dilakukan sebelum
pemasangan Bata.
c. Pemeriksaan kelurusan pasangan Bata sesuai benang acuan.
d. Pemeriksaan ketebalan perekat agar tidak kurang dari 1 cm dan tidak lebih dari 1,5 cm. Serta diperiksa
juga keseragaman perekat agar lurus secara horizontal.

7.1.3 Pekerjaan Pemasangan Plesteran


1) Umum
a. Pekerjaan yang dimaksud meliputi pelapisan pasangan bata dengan plesteran setebal 1,5-2 cm.
b. Posisi dinding berada pada ruangan-ruangan basah yang akan tersiram air berkali-kali, baik itu dari
kegiatan pengguna maupun dari cuaca luar.
2) Persyaratan Bahan
a. Semen Portland.
b. Pasir dengan butir-butir tajam, keras, besih dari tanah dan lumpur, dan tidak mengandung bahan-
bahan organik.
c. Air yang bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa, garam, dan kotoran lainnya dalam jumlah
yang dapat merusak.
d. Persyaratan Peralatan
e. Sendok semen
f. Roskam
g. Ayakan
h. Beton molen
i. Cangkul
j. Ember
k. Mistar ukur
3) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Campuran plesteran dengan komposisi 1 Pc: 3 Ps.
b. Ketebalan plesteran adalah 1,5-2 cm disesuaikan sampai batas terluar dinding dengan tebal dinding
maksimal 15 cm.
c. Pemasangan plester pada dinding yang sudah ditentukan.
4) Pengendalian Mutu
a. Pemeriksaan kerataan plesteran.

7.1.4 Pekerjaan Pemasangan Plesteran Trasram


1) Umum
a. Pekerjaan yang dimaksud meliputi pelapisan pasangan bata dengan plesteran setebal 1,5-2 cm.
b. Posisi dinding berada pada ruangan-ruangan basah yang akan tersiram air berkali-kali, baik itu dari
kegiatan pengguna maupun dari cuaca luar.
2) Persyaratan Bahan
a. Semen Portland.
b. Pasir dengan butir-butir tajam, keras, besih dari tanah dan lumpur, dan tidak mengandung bahan-
bahan organik.
c. Air yang bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa, garam, dan kotoran lainnya dalam jumlah
yang dapat merusak.
3) Persyaratan Peralatan
a. Sendok semen
b. Roskam
c. Ayakan
d. Beton molen
e. Cangkul
f. Ember
g. Mistar ukur
4) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Campuran plesteran dengan komposisi 1 Pc: 2 Ps.
b. Ketebalan plesteran adalah 1,5-2 cm disesuaikan sampai batas terluar dinding dengan tebal dinding
maksimal 15 cm.
c. Pemasangan plester pada dinding yang sudah ditentukan.
5) Pengendalian Mutu
a. Pemeriksaan kerataan plesteran

7.1.5 Pekerjaan Pemasangan Acian


1) Umum
Pekerjaan yang dimaksud meliputi penutupan lapisan plester dinding dengan lapisan acian yang berfungsi
untuk mengaluskan permukaan dinding.
2) Persyaratan Bahan
a. Acian instan, seperti: Mortar MU-200 atau setara.
b. Air yang bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa, garam, dan kotoran lainnya dalam jumlah
yang dapat merusak.
3) Persyaratan Peralatan
a. Sendok semen
b. Roskam
c. Ember
4) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Plesteran telah dalam kondisi kering.
b. Pencampuran acian instan dan air. Jika memakai MU-200, maka komposisinya 12,5-13,5 liter air
untuk tiap 40 kg MU-200.
c. Pemasangan lapisan acian setebal 1,5-3 mm pada dinding yang sudah ditentukan.
5) Pengendalian Mutu
a. Pemeriksaan kerataan dan kehalusan acian terpasang.
7.2 PEKERJAAN LANTAI
7.2.3 Umum
Pekerjaan lantai ini meliputi pekerjaan pemasangan lantai kerja beton, pemasangan lantai Homogeneous
tile, pemasangan lantai ubin keramik, pemasangan plint ubin keramik, pemasangan dinding keramik,
pemasangan batu andesit tempel, dan pengaplikasian waterproofing lantai.

7.2.4 Pekerjaan Urugan Pasir Bawah Lantai


1) Umum
Pekerjaan yang dimaksud adalah menghamparkan pasir urug sebelum memasang finishing
lantai.
2) Persyaratan Bahan
Pasir urug
3) Persyaratan Peralatan
a. Cangkul
b. Sekop
c. Waterpass
d. Gerobak sorong
4) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Pengurugan pasir urug dilakukan setelah permukaan tanah dipadatkan.
b. Mobilisasi pasir urug menuju lokasi pengurugan.
5) Pengendalian Mutu
a. Volume urugan pasir dihitung dalam satuan per meter kubik (m 3).
b. Pemeriksaaan hasil urugan pasir harus merata di setiap area yang akan dipasang penutup lantai.
c. Pemeriksaan ketebalan urugan pasir harus sesuai standar atau sesuai gambar kerja.

7.2.5 Pekerjaan Pemasangan Lantai Kerja Beton


1) Umum
Pekerjaan yang dimaksud adalah menghamparkan beton di atas lapisan pasir sebelum memasang
finishing lantai.
2) Persyaratan Bahan
a. Semen portland
b. Pasir beton
c. Batu split
d. Air
e. Besi beton
f. Kawat beton
3) Persyaratan Peralatan
a. Cangkul
b. Sekop
c. Sendok semen
d. Ember aduk
e. Ayakan
f. Waterpass
g. Benang tukang
h. Concrete mixer
4) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Pengecoran dilakukan setelah pasir dihamparkan dan rata.
b. Pemasangan benang tukang sebagai pelurus.
c. Pengecoran lantai kerja dilakukan pada area yang telah ditentukan.
d. Mobilisasi adukan beton menuju lokasi pemasangan.
5) Pengendalian Mutu
a. Pemeriksaan lokasi lantai kerja harus sesuai dengan gambar kerja.
b. Pemeriksaan ketebalan lantai kerja harus sesuai standar atau sesuai gambar kerja.
c. Pemeriksaan rata permukaan lantai kerja menggunakan waterpass.
d. Pemeriksaan mutu beton.
e. Menjelang pelat beton mengering, perlu dilakukan hidrasi berkala terhadap beton agar tidak terjadi
keretakan tipis.

7.2.6 Pekerjaan Pemasangan Lantai Ubin Keramik


1) Umum
a. Pekerjaan yang dicakup yaitu pekerjaan pemasangan finishing lantai berupa ubin keramik dari
berbagai motif dan ukuran.
b. Untuk pemilihan motif dan ukuran dapat melihat gambar denah pola lantai dan dengan petunjuk dari
direksi.
2) Persyaratan Bahan
a. Ubin keramik (motif dan ukuran menyesuaikan gambar kerja atau arahan direksi)
b. Semen portland
c. Pasir pasang
d. Air
3) Persyaratan Peralatan
a. Sendok semen
b. Cetok bergerigi
c. Ember aduk
d. Waterpass
e. Benang tukang
f. Kayu pasak
g. Palu
h. Pemotong ubin
i. Tile spacer (pemisah ubin)
4) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Pelat lantai atau lantai kerja telah dalam kondisi kering dan dapat diberi beban.
b. Merendam ubin agar semen perekat dapat menempel dengan baik pada ubin. Untuk ubin kelas B2
butuh waktu perendaman kurang lebih 10 menit. Semakin rendah kualitas suatu ubin maka efektifitas
penyerapannya juga semakin rendah, sehingga akan memakan waktu perendaman lebih lama.
c. Membuat adukan perekat dari campuran semen Portland dan air.
d. Mengaplikasikan semen perekat pada lantai. Semen perekat dicetak/ditata dengan menggunakan
cetok bergerigi.
e. Pemasangan ubin keramik sebelum perekat menjadi kering. Antar ubin dapat diberikan tile spacer
agar jarak antar ubin dapat lebih konsisten. Ubin yang telah terpasang diketok pelan menggunakan
palu sampai datar dan sesuai dengan level yang direncanakan pada gambar.
5) Pengendalian Mutu
a. Ubin keramik yang terpasang diukur kedatarannya menggunakan waterpass sebelum semen perekat
ubin mengering. Jika terdapat kemiringan, maka diperbaiki dengan cara diketuk-ketuk menggunakan
palu karet.
b. Jika terdapat kemiringan dan perekat telah mongering, maka dapat dilakukan pembongkaran atas
keputusan direksi.
c. Jika terdapat keretakan pada ubin terpasang, maka dapat dilakukan pembongkaran atas keputusan
direksi.
d. Pemeriksaan motif dan ukuran ubin keramik.

7.2.7 Pekerjaan Pemasangan Dinding Ubin Keramik


1) Umum
a. Pekerjaan yang dicakup yaitu pekerjaan pemasangan finishing dinding berupa ubin keramik.
b. Pemasangan dinding keramik dilakukan pada ruang yang disebutkan atau ditunjukkan dalam gambar
dan sesuai dengan petunjuk Direksi.
c. Untuk pemilihan motif dan ukuran dapat melihat gambar kerja dan dengan petunjuk dari direksi.
2) Persyaratan Bahan
a. Ubin keramik (motif dan ukuran menyesuaikan gambar kerja atau arahan direksi)
b. Semen portland
c. Pasir pasang
d. Air
3) Persyaratan Peralatan
a. Sendok semen
b. Cetok bergerigi
c. Ember aduk
d. Waterpass
e. Benang tukang
f. Palu
g. Pemotong ubin
h. Tile spacer (pemisah ubin)
4) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Permukaan dinding dalam keadaan kasar. Permukaan kasar pada dinding dapat dibuat dengan cara
membuat coakan-coakan pada plesteran dinding. Permukaan dinding yang kasar akan membuat
semen perekat menjadi lebih kuat menempel pada dinding.
b. Merendam ubin agar semen perekat dapat menempel dengan baik pada ubin. Untuk ubin kelas B2
butuh waktu perendaman kurang lebih 10 menit. Semakin rendah kualitas suatu ubin maka efektifitas
penyerapannya juga semakin rendah, sehingga akan memakan waktu perendaman lebih lama.
c. Membuat adukan perekat dari campuran semen Portland dan air.
d. Mengaplikasikan semen perekat pada dinding. Semen perekat dicetak/ditata dengan menggunakan
cetok bergerigi.
e. Memasang keramik pada dinding. Bagian bawah keramik dapat disangga dengan menggunakan dua
buah paku yang ditancapkan pada dinding. Paku dapat dicabut setelah semen perekat telah kering.
5) Pengendalian Mutu
a. Ubin keramik yang terpasang diukur kedatarannya menggunakan waterpass sebelum perekat keramik
mengering.
b. Jika terdapat kemiringan, maka diperbaiki dengan cara diketuk-ketuk menggunakan palu karet.
c. Jika terdapat keretakan pada ubin terpasang, maka dapat dilakukan pembongkaran atas keputusan
direksi.
d. Pemeriksaan motif dan ukuran ubin keramik.

7.2.8 Pekerjaan Pengisian Ceramic Grout (Nat Ubin Keramik)


1) Umum
a. Pekerjaan pengisian ceramic grout mencakup pengisian nat ubin keramik dengan menggunakan
semen instan berwarna yang berfungsi sebagai filler.
b. Pemasangan ceramic grout dilakukan setelah pemasangan ubin keramik.
2) Persyaratan Bahan
a. Tile joint filler berupa semen instan berwarna yang khusus untuk mengisi nat lantai keramik dan
Homogeneous tile.
b. Air
3) Persyaratan Peralatan
a. Trowel karet
b. Sendok semen
c. Ember aduk
4) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Lantai ubin keramik telah dapat menerima beban manusia.
b. Aduk campuran dengan air sesuai komposisi yang direkomendasikan produk.
c. Pengaplikasian ceramic grout dengan menggunakan trowel karet secara diagonal dari garis nat ubin.
d. Membersihkan sisa semen instan yang berlepotan pada permukaan ubin dengan menggunakan air.
Jangan menggunakan asam keras (seperti HCl) untuk membersihkan semen instan yang berlepotan
tersebut.
5) Pengendalian Mutu
a. Memastikan seluruh celah keramik sudah terisi oleh ceramic grout.
b. Memastikan tidak ada semen instan yang berlepotan pada permukaan ubin.
7.3 PEKERJAAN PENGECATAN
7.3.3 Umum
Pekerjaan Pengecatan meliputi Pekerjaan Pengecatan Dinding Eksterior, Pengecatan Dinding Interior, dan
Pengecatan Plafon.

7.3.4 Pekerjaan Pengecatan Dinding Eksterior


1) Umum
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pengecatan dinding pasangan Bata dan permukaan beton.
2) Persyaratan Bahan
a. Cat Weathershield untuk dinding eksterior.
b. Air yang bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa, garam, dan kotoran lainnya dalam jumlah
yang dapat merusak.
3) Persyaratan Peralatan
a. Roller untuk cat dinding.
b. Kuas untuk cat dinding; kuas digunakan untuk permukaan yang tidak terjangkau oleh roller.
c. Tangga atau scaffolding bila diperlukan.
4) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Seluruh permukaan harus bersih dari debu, lemak, kotoran, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi
permukaan yang pernah dicat dan dalam kondisi kering.
b. Pengecatan dengan kuas atau roller sebagai lapisan pertama dengan ketebalan 25-150 micron atau
daya sebar 10 m² per liter.
c. Setelah 24 jam, pengecatan dengan kuas atau roller sebagai lapisan kedua dan seterusnya dengan
ketebalan 25-40 micron atau daya sebar 11-17 m² per liter setiap lapisan. Lapisan-lapisan berikutnya
dilakukan setiap 12 jam sampai didapatkan permukaan rata.
d. Pembersihan noda bekas cat yang tercecer di bidang lain, seperti lantai dan lain-lain.
5) Pengendalian Mutu
a. Pemeriksaan terhadap jenis dan kualitas cat yang digunakan.
b. Pemeriksaan terhadap noda dan kerataan warna cat pada permukaan.

7.3.5 Pekerjaan Pengecatan Dinding Interior


1) Umum
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pengecatan dinding pasangan Bata dan permukaan beton.
2) Persyaratan Bahan
a. Cat jenis Vinil Acrylic Emulsion untuk dinding interior.
b. Air yang bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa, garam, dan kotoran lainnya dalam jumlah
yang dapat merusak.
3) Persyaratan Peralatan
a. Roller untuk cat dinding.
b. Kuas untuk cat dinding; kuas digunakan untuk permukaan yang tidak terjangkau oleh roller.
c. Tangga atau scaffolding bila diperlukan.
4) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Seluruh permukaan harus bersih dari debu, lemak, kotoran, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi
permukaan yang pernah dicat dan dalam kondisi kering.
b. Pengecatan dengan kuas atau roller sebagai lapisan pertama dengan ketebalan 25-150 micron atau
daya sebar 10 m² per liter.
c. Setelah 24 jam, pengecatan dengan kuas atau roller sebagai lapisan kedua dan seterusnya dengan
ketebalan 25-40 micron atau daya sebar 11-17 m² per liter setiap lapisan. Lapisan-lapisan berikutnya
dilakukan setiap 12 jam sampai didapatkan permukaan rata.
d. Pembersihan noda bekas cat yang tercecer di bidang lain, seperti lantai dan lain-lain.
5) Pengendalian Mutu
a. Pemeriksaan terhadap jenis dan kualitas cat yang digunakan.
b. Pemeriksaan terhadap noda dan kerataan warna cat pada permukaan.

7.3.6 Pekerjaan Pengecatan Plafon


1) Umum
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pengecatan plafon berbahan kalsiboard dan list plafond
berbahan gypsum.
2) Persyaratan Bahan
a. Cat Water Based warna putih.
b. Air yang bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa, garam, dan kotoran lainnya dalam jumlah
yang dapat merusak.
3) Persyaratan Peralatan
a. Roller untuk cat dinding.
b. Kuas untuk cat dinding; kuas digunakan untuk permukaan yang tidak terjangkau oleh roller.
c. Tangga atau scaffolding bila diperlukan.
4) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Seluruh permukaan harus bersih dari debu, lemak, kotoran, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi
permukaan yang pernah dicat dan dalam kondisi kering.
b. Pembersihan noda bekas cat yang tercecer di bidang lain, seperti lantai dan lain-lain.
5) Pengendalian Mutu
a. Pemeriksaan terhadap jenis dan kualitas cat yang digunakan.
b. Pemeriksaan terhadap noda dan kerataan warna cat pada permukaan.

7.3.7 Pekerjaan Pengecatan Besi


1) Umum
Pekerjaan yang dimaksud meliputi pekerjaan pengecatan besi zinchromate.
2) Persyaratan Bahan
a. Cat meni besi.
b. Cat besi (standar sesuai gambar kerja atau arahan direksi).
c. Air yang bebas lumpur, minyak, asam, bahan organik, basa, garam, dan kotoran lainnya dalam jumlah
yang dapat merusak.
3) Persyaratan Peralatan
a. Ember aduk.
b. Kuas.
c. Compressor dan alat semprot.
d. Tangga atau scaffolding bila diperlukan.
4) Persyaratan Kerja dan Pelaksanaan
a. Seluruh permukaan harus bersih dari debu, lemak, kotoran, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi
permukaan yang pernah dicat dan dalam kondisi kering.
b. Pembersihan noda bekas cat yang tercecer di bidang lain, seperti lantai dan lain-lain.
5) Pengendalian Mutu
a. Pemeriksaan terhadap jenis dan kualitas cat yang digunakan.
b. Pemeriksaan terhadap noda dan kerataan warna cat pada permukaan.

7.4 PEKERJAAN LAIN-LAIN


BAB VIII
PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR

7.5 PEKERJAAN TANAH


5.1.1. Pekerjaan Tanah
Lingkup Pekerjaan :
1) Pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan kerja dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan tanah yang terdiri dari pekerjaan galian, urugan dan pemadatan sesuai dengan
gambar rencana serta Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS) yang diuraikan dalam buku ini.
2) Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau pembuangan tanah, batu-batuan atau material
lain yang tidak berguna dari tempat proyek, pembuangan lapisan tanah atas, pembuangan bekas-bekas
longsoran, yang keseluruhannya disesuaikan dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.
3) Pekerjaan pengurugan kembali sampai dengan level yang ditentukan dalam gambar rencana.
4) Pekerjaan pemadatan hingga mencapai kepadatan yang direncanakan sesuai dengan gambar rencana
serta Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS) yang diuraikan dalam buku ini

5.1.2. Persyaratan Umum Pekerjaan Galian Dan Urugan


1) Tata Letak
Kontraktor bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
Sebelum penataan, Kontraktor harus menyerahkan rencana tata letak untuk mendapat persetujuan dari
Direksi Lapangan/MK. Bench Mark yang bersifat tetap ataupun sementara harus dijaga dari kemungkinan
terganggu atau pemindahan.
2) Pengawasan
Selama pelaksanaan pekerjaan tanah, Kontraktor harus diwakili oleh seorang pengawas ahli yang sudah
berpengalaman dalam bidang pekerjaan penggalian dan pengurugan, yang mengetahui semua aspek
pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai kontrak.
3) Pekerjaan Pembersihan dan Pembongkaran.
Semua benda di permukaan seperti pohon, akar dan tonjolan, serta rintangan-rintangan dan lain-lain
yang berada di dalam batas daerah pembangunan sesuai yang tercantum dalam gambar, harus
dibersihkan dan/atau dibongkar kecuali untuk hal-hal di bawah ini :
a. Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda yang tidak mudah rusak,
yang letaknya minimal 1 meter di bawah dasar pondasi.
b. Pembongkaran tiang, saluran dan selokan hanya sampai dengan kedalaman yang diperlukan di
tempat tersebut.
c. Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali, lubang-lubang bekas pepohonan dan lubang-lubang
lain, harus diurug kembali dengan bahan-bahan urugan yang baik dan harus dipadatkan.
d. Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang tanaman-tanaman dan puing-puing bekas
bongkaran, ke tempat yang telah ditentukan oleh Direksi Lapangan/MK.
e. Kontraktor harus melestarikan semua benda-benda yang ditentukan tetap berada pada tempatnya.
4) Obstacle (kalau ada)
a. Obstacle adalah berupa konstruksi beton, pasangan batu kali, pasangan dinding tembok, besi-besi
tua dan lain-lain bekas konstruksi bangunan lama, yang cara pembongkarannya memerlukan metoda
khusus dengan menggunakan peralatan yang lebih khusus pula (misalnya beton breaker,
compressor, mesin potong) dibanding dengan peralatan yang digunakan pada pekerjaan galian tanah.
b. Semua brangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi existing, galian dan lain-lain, harus
segera dikeluarkan dari tapak dan dibuang ke tempat yang ditentukan oleh Direksi Lapangan/MK.
Semua peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini, harus tersedia di
Lapangan dalam keadaan siap pakai.
c. Pemborong harus tetap menjaga kebersihan di Area dan disekitarnya yang diakibatkan oleh semua
kegiatan pekerjaan ini, serta menjaga keutuhan terhadap material/barang-barang yang sudah
terpasang (existing) yang tidak dibongkar.
d. Batasan pembongkaran obstacle bekas bangunan adalah sebagai berikut:
e. Pada daerah titik pondasi dalam, sampai mencapai kedalaman yang masih memungkinkan
obstacle tersebut bisa dibongkar/digali sesuai dengan kondisi dan sifat tanah pada daerah tersebut.
f. Pada jalur yang akan dibuat pondasi dangkal atau pondasi telapak, poer dan balok sloof, mulai dari
permukaan tanah existing sampai dengan di bawah permukaan dasar urugan pasir dari konstruksi
pondasi, poer dan balok sloof.

5.1.3. Persyaratan Pekerjaan Pembuangan Humus


1) Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan humus dan rumput harus dibersihkan dan harus bebas dari
sisa-sisa tanah lepas (subsoil), bekas-bekas pohon, akar-akar, batu-batuan lepas, semak-semak atau
bahan-bahan lain.
2) Humus dan lain-lain sesuai butir 1.3.1. sebagai hasil dari pengupasan/penggalian tersebut harus dibuang
ketempat yang sudah ditentukan oleh Direksi Lapangan/MK.

5.1.4. Pekerjaan Galian


1) Selama proses penggalian, kondisi lapangan harus dijaga agar selalu mendapatkan sistem drainase yang
baik.
2) Dalam pelaksanaan penggalian, diperbolehkan unutk menggunakan mesin kecuali untuk tempat-tempat
dimana penggunaan mesin tersebut dapat merusak benda-benda yang berada didekatnya, bangunan-
bangunan ataupun pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan. Dalam hal ini metoda pekerjaan dengan
tangan yang harus dilaksanakan.
3) Kontraktor harus membuat turap sementara yang cukup kuat untuk menahan lereng-lereng tanah galian
agar lereng-lereng galian tersebut tidak longsor atau ambruk sehingga tidak mengganggu pekerjaan.
4) Turap sementara tersebut harus dapat menjaga/menahan bangunan-bangunan yang berada disekitar
lereng galian agar tetap stabil.
5) Apabila terjadi kerusakan pada bangunan atau ambruk yang diakibatkan oleh pekerjaan galian,
maka Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusakan bangunan tersebut termasuk barang-
barang yang menjadi rusak dan harus menggantinya atas biaya kontraktor.
6) Kontraktor harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup untuk bagian-bagian pekerjaan dia-
tas tanah maupun dibawah tanah, drainase, saluran-saluran pembuang dan rintangan-rintangan yang
dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan. Semua biaya yang diakibatkannya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
7) Kemiringan galian harus dibuat dengan perbandingan minimal 1 (satu) horizontal dengan 1 (satu) vertical,
kecuali diperlihatkan lain dalam gambar atau atas petunjuk Direksi Lapangan/MK.
8) Macam/Jenis Galian.
Macam/Jenis Penggalian dibagi dalam 3 (tiga) jenis yaitu :
a. Galian tanah biasa.
b. Galian batu.
c. Galian konstruksi / obstacle.
9) Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini untuk
ketiga jenis galian tersebut di atas. Syarat-syarat pekerjaan yang menyangkut bidang lain, mengikuti
ketentuan-ketentuan letak, peil, dan dimensi seperti yang tercantum dalam gambar rencana atau atas
petunjuk Direksi Lapangan/MK.
10) Galian Tanah Biasa
a. Galian tanah biasa harus mencakup semua galian yang bukan galian batu, galian
konstruksi atau galian material dan bahan baku lainnya.
b. Apabila Direksi Lapangan/MK menghendaki, Kontraktor harus membongkar/ membuang material-
material yang tidak diinginkan dari hasil pekerjaan galian, ke tempat lain yang sudah ditentukan.
c. Bila material-material yang tidak diinginkan itu harus dibuang, tanah yang digunakan untuk menutup
lubang bekas galian harus dipadatkan.
d. Bila tanah/material yang tidak diinginkan itu terletak di bawah muka air tanah, maka tanah dan material
penggantinya harus terdiri dari pasir atau material berbutir lepas lainnya, sampai dengan
tebal minimum 30 cm diatas permukaan air tanah. Dalam keadaan seperti ini pemadatan dapat
ditiadakan, dengan syarat apabila Direksi Lapangan/MK mengijinkan.
11) Galian Batu.
Galian batu terdiri dari pekerjaan menggali/membongkar batu-batuan pada daerah galian termasuk batu-
batuan konglomerat yang menurut pendapat Direksi Lapangan/MK harus dilakukan
penggalian/pembongkaran.
12) Galian Konstruksi / Obstacle
a. Galian Konstruksi adalah semua galian, selain dari galian tanah dan galian batu dalam batas
pekerjaan yang disebut dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini atau tercantum dalam
gambar kerja.
b. Semua galian yang disebut sebagai galian Konstruksi terdiri dari galian lantai bangunan, galian
pondasi bangunan existing, galian perkerasan jalan/halaman, galian pipa/kabel listrik, pipa gas, pipa air
minum, saluran-saluran serta konstruksi-konstruksi lainnya, selain yang disebutkan pada Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.
c. Pekerjaan ini juga termasuk pekerjaan untuk mengisi kembali lubang-lubang bekas galian dengan
material-material yang baik dan dari jenis yang disetujui Direksi Lapangan/MK, membuang kelebihan
material, pengeringan atau pemompaan air bila diperlukan, pembongkaran dan lain-lain sehubungan
dengan pekerjaan ini.
d. Sebelum memulai pekerjaan galian, terlebih dulu Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi
Lapangan/MK. Sehingga penampang, peil dan pengukurannya dapat dilakukan pada keadaan
tanah yang belum terganggu.
e. Galian untuk pondasi, balok sloof atau konstruksi lainnya harus digali sampai pada batas-batas
kemiringan dan peil yang tercantum pada gambar rencana atau atas petunjuk Direksi Lapangan/MK.
Galian tersebut harus mempunyai ukuran yang cukup agar penempatan konstruksi dengan dimensi
yang sesuai dengan gambar rencana dapat dengan mudah dilaksanakan.
f. Direksi Lapangan/MK dapat menentukan perubahan dimensi atau peil dari dasar galian bila dipandang
perlu. Sesudah galian selesai dilakukan, Kontraktor harus memberi tahu Direksi Lapangan/MK tentang
kondisi dasar galian.
g. Batuan keras, bahan-bahan lain yang cukup keras dan yang diperbolehkan untuk menjadi bagian dari
dasar pondasi / konstruksi, harus dibersihkan dari bahan-bahan lepas dan dipotong dengan bentuk
yang kokoh dan rata sesuai dengan petunjuk Direksi Lapangan/MK. Semua retakan atau celah-celah
yang ada harus dibersihkan dan diisi dengan spesi. Semua material lepas, batu-batuan lapuk dan
lapisan-lapisan yang tipis harus dibuang.

5.1.5. Pekerjaan Urugan


1) Persyaratan Bahan Urugan
a. Bahan urugan yang dipakai adalah tanah merah atau batuan ballast dan pasir urug darat yang
memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan antara lain :
1. Bahan urugan harus bebas dari humus, sampah (baik sampah organik maupun sampah anorganik),
akar-akar tanaman atau sisa-sisa tumbuhan atau barang-barang lainnya yang dapat merusak
kepadatan dan daya dukung tanah.
2. Bahan urugan harus bebas dari batuan-batuan yang berukuran ≥ 5/7 cm yang dapat menyebabkan
terjadinya rongga-rongga dalam tanah setelah dipadatkan, kecuali batuan ballast.
3. Kadar air bahan urugan harus berada dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai 1%
diatas kadar air optimum. Kadar air optimum adalah kadar air pada kepadatan kering maksimum
yang diperoleh dari percobaan pemadatan tanah sesuai dengan SNI 03-1743-1989,Metode D.
4. Tanah bahan urugan tidak boleh tanah yang berplastis tinggi yang diklasifikasikan sebagai A-7-6
menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut “Unified atau Casagrande Soil Classification
System”.
5. Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif (perbandingan antara Indeks Plastis / PI-(SNI 03-
1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994)) lebih besar dari 1,25 atau derajat
pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai “very high” atau “extra high”, tidak
boleh digunakan sebagai bahan urugan.
b. Tanah bekas galian tidak boleh dipakai lagi untuk bahan urugan, kecuali apabila tanah tersebut
memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan dan mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan/MK.
c. Sumber bahan urugan harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin penyediaan bahan
urugan sehingga dapat mencukupi seluruh kebutuhan Proyek.
d. Semua bahan urugan, harus mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan/MK. baik mengenai kualitas
bahan, maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa atau digunakan didalam lokasi pekerjaan.
e. Bahan urugan yang mengandung tanah organis, akar- akaran, sampah, dan lain-lain, tidak boleh
dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini harus dipindahkan dan ditempatkan pada lokasi
pembuangan yang disetujui atau ditunjuk oleh Direksi Lapangan/MK.
2) Pengujian bahan urugan
a. Sebagai bahan urugan sebelum dipakai untuk mengurug/menimbun lokasi proyek, terlebih dulu harus
dilakukan pengujian sehingga semua persyaratan bahan urugan dapat terpenuhi.
b. Kontraktor harus melakukan survey dan penelitian pada lokasi Quary untuk pengujian persyaratan
bahan urugan sesuai persyaratan butir 1.5.1. (1). a) dan c).
c. Kontraktor harus mengambil sampel tanah dari Quary, minimal 3 (tiga) titik sampel untuk 1 (satu) Quary.
Volume pengambilan sampel untuk masing-masing titik adalah 1 m3 tanah yang diambil pada
kedalaman 1 m dibawah permukaan tanah.
d. Sampel tanah Quary tersebut selanjutnya dibawa ke Laboratorium untuk dilakukan pengujian terhadap:
1. Indeks Plastisitas.
2. Pengujian Gradasi Partikel.
3. Penentuan kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 03-1743-1989, metode D.
4. Pengujian CBR.
3) Percobaan Pemadatan
a. Kontraktor harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan untuk pemadatan agar
dicapai suatu kepadatan yang disyaratkan.
b. Percobaan pemadatan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan alat pemadat dan harus
dimonitor kadar airnya sehingga kepadatan yang disyaratkan dapat tercapai.
c. Hasil percobaan pemadatan ini selanjutnya harus dijadikan acuan dalam pelaksanaan pemadatan yang
sebenarnya.
4) Pengujian mutu bahan harus dilaksanakan secara rutin terhadap bahan urugan yang dibawa ke lokasi
proyek. Untuk setiap 1000 m3 bahan urugan yang masuk ke proyek, minimal harus dilakukan satu pengujian
Nilai Aktif, seperti yang disyaratkan dalam butir 2.1.5 Persyaratan Bahan Urugan poin 1). e).
5) Pelaksanaan pengurugan.
a. Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari sampah, potongan-potongan kayu atau bahan-bahan
lainnya selain bahan urugan sesuai pentunjuk Direksi Lapangan/MK.
b. Bahan urugan yang sudah ditempatkan dilokasi pengurugan tetapi tidak memenuhi standar persyaratan
sebagai bahan urugan, harus dibuang dan diganti dengan bahan urugan yang memenuhi standar
persyaratan atas biaya Kontraktor.
c. Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk sebelum pekerjaan
pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan dan pengurugan, daerah tersebut harus dikeringkan.
d. Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan artikel tentang hal tersebut dalam bab ini
selanjutnya.
e. Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras. Jika permukaan lapisan yang
sudah dipadatkan tergenang oleh air, Kontraktor harus membuat alur-alur pada permukaan atas urugan
untuk mengeringkannya sampai mencapai kadar air yang benar dan dipadatkan kembali.
f. Ketinggian permukaan urugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasi sesuai dengan gambar
rencana.
g. Ketebalan Lapisan-lapisan urugan dan material lainnya disesuaikan dengan petunjuk pada gambar
kerja (Detail Konstruksi Jalan), atau sesuai arahan Direksi Lapangan/MK.
6) Pelaksanaan Pengurugan diatas tanah yang sangat lunak.
Pengurugan pada daerah-daerah yang tanah aslinya sangat lunak dimana ketinggian/ketebalan urugan
setelah dipadatkan mencapai 1,5 meter atau lebih, pelaksanaan pengurugan harus mengikuti ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
a. Sebelum dilaksanakan pengurugan, terlebih dahulu pada tanah dasarnya harus dipasangi cerucuk
diameter 8 cm, panjang 4 meter yang dipancang tiap jarak 40 cm untuk kedua arahnya.
b. Pemancangan cerucuk harus dilaksanakan sehingga ujung bagian atas cerucuk masuk kedalam tanah
minimal harus sampai rata dengan permukaan tanah dasar.
c. Setelah pemasangan cerucuk selesai dikerjakan, kemudian dilaksanakan pengurugan lapis demi lapis
dengan ketebalan masing-masing lapisan sesuai butir 1.5.5. Pelaksanaan Pemadatan
7) Pelaksanaan Pemadatan
a. Kontraktor harus menentukan jenis, ukuran dan berat dari alat pemadat, yang paling sesuai untuk
pemadatan bahan urugan. Alat-alat pemadatan tersebut harus mendapat persetujuan Direksi
Lapangan/MK.
b. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan maksimum 30 cm dan
dipadatkan sampai mencapai minimal 90% (modified proctor) dari kepadatan kering maksimum seperti
yang ditentukan dalam AASHTO T99.
c. Segera setelah penghamparan lapisan bahan urugan selesai, urugan harus dipadatkan dengan
peralatan pemadat atau mesin gilas yang cocok dan memadai serta telah mendapat persetujuan dari
Direksi Lapangan/MK.
d. Pemadatan harus dilakukan dengan memakai alat mesin gilas statis beroda baja dengan berat yang
disesuaikan untuk keperluan pemadatan tanah proyek ini, sehingga kepadatan tanah yang
direncanakan sebagaimana tercantum dalam gambar rencana dapat tercapai.
e. Pelaksanaan pemadatan dengan mesin gilas harus dilakukan berulang-ulang/bolak-balik sampai tanah
urugan betul-betul padat secara merata sesuai dengan yang direncanakan dan penggilasan harus
dilanjutkan sampai seluruh alur bekas roda mesin gilas hilang.
f. Direksi Lapangan/MK dapat memerintahkan untuk menggunakan mesin gilas beroda karet pada
pemadatan terahir apabila pemadatan dengan mesin gilas statis beroda baja dapat mengakibatkan
kerusakan pada lapisan dibawahnya.
g. Pemadatan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, bahan urugan
harus dihampar lapis demi lapis dengan tebal tiap-tiap lapisan maksimum 15 cm. Pemadatan dilakukan
dengan menggunakan penumbuk loncat mekanis dengan berat minimum 25 kg.
h. Pemadatan tanah urugan hanya dapat dilaksanakan apabila kadar air bahan urugan berada dalam
rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai 1% diatas kadar air optimum sebagaimana yang
ditetapkan dalam SNI 03-1743-1989,Metode D
i. Kontraktor harus bertanggung jawab atas ketepatan, penempatan dan pemadatan bahan-bahan urugan
dan juga harus memperbaiki kekurangan-kekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup/sempurna.
8) Pengujian Mutu Pemadatan
a. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan/urugan yang dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-2828-1992. Bila hasil setiap pengujian menunjukkan bahwa kepadatannya kurang dari
yang disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki pekerjaannya sehingga memenuhi persyaratan
tanpa ada biaya tambahan.
b. Pengujian dengan pemeriksaan CBR lapangan.
1. Peralatan yang dipergunakan dalam pemeriksaan CBR lapangan terdiri dari :
 Dongkrak CBR mekanis dengan kapasitas 10 ton yang dilengkapi dengan swivel head dan
proving ring (cincin penguji) dengan kapasitas 1,5 ton, 3 ton dan 5 ton atau sesuai dengan
kebutuhan, piston (torak) penetrasi dan pipa-pipa penyambung.
 Arloji penunjuk untuk mengukur penetrasi dengan ketelitian 0,01 mm yang dilengkapi dengan
balok penyokong dari baja propil sepanjang ± 2,5 m.
 Keping beban yang bergaris tengah 2,5 cm yang berlubang ditengahnya dengan berat 5 kg dan
beban-beban tambahan seberat 2,5 kg untuk penambahan beban bila diperlukan.
 Sebuah truk yang dibebani sesuai kebutuhan, pada bagian bawah belakang truk harus dipasang
sebuah dongkrak CBR mekanis.
 Dua dongkrak truk, alat-alat penggali, alat-alat penumbuk, alat-alat perata dan lain-lain yang
diperlukan untuk pengujian.
2. Pengujian ini dilakukan untuk memeriksa CBR (California Bearing Ratio) secara langsung di
Tempat. CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu lapisan tanah atau perkerasan
terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama.
3. Kontraktor harus melaksanakan pengujian CBR lapangan pada permukaan lapisan tanah terakhir
yang dipadatkan yang dikehendaki nilai CBR nya sesuai gambar rencana.

Anda mungkin juga menyukai