Anda di halaman 1dari 51

SPESIFIKASI TEKNIS

PENGELOHAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM AIR MINUM (SPAM) DI DAERAH


KABUPATEN/KOTA PADA PEKERJAAN UPRATING INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA)
DESA ILANG BATU KEC. WALENRANG BARAT

1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :


- PENINGKATAN SPAM JARINGAN PERPIPAAN DI DAERAH KABUPATEN/KOTA pada
Pekerjaan UPRATING INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) di Desa Ilang Batu Kec.
Walenrang Barat

2. Pekerjaan Harus Sesuai dengan :


a. Uraian dan syarat-syarat umum pekerjaan ini (Spesifikasi Umum CIPTA KARYA).
b. Semua gambar-gambar perencanaan yang telah dibuat oleh konsultan perencana
dan telah diketahui oleh pengelolah Teknik Kegiatan.
c. Petunjuk-petunjuk dari pejabat pelaksana kegiatan dari unsur-unsur teknik
lainnya baik lisan maupun tertulis.
d. Syarat – syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan umum di
Indonesia (A.V.1941).
e. Syarat-syarat perburuhan.
f. Standar bahan/material dan peralatan
1) Semua bahan/material maupun peralatan yang dipasang secara permanen
harus baru dan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, jika menggunakan
diluar yang ditentukan dalam spesifikasi harus dibuat amandemen.
2) Jika tidak disebutkan dalam spesifikasi penggunaan bahan/material maupun
peralatan yang dipergunakan dalam pelaksanaan konsruksi maka dapat
dipergunakan daftar standar yang dikeluarkan oleh organisasi resmi sebagai
berikut :
a) PKKI : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
b) PBI : Peraturan Beton Indonesia
c) SII : Standar Industri Indonesia
d) HGPS : Hydraulic Gate and Penstock Association Japan
e) JRA : Japan Road Association
f) SSPC : Steel Structures Painting Council
g) ASBR : (Water and Power Resources Service, United States
Departement of the Interior (Formerly United States
Bureau of Reclamation).
h) AWS : American Welding Society
i) ASTM : American Society for Testing and Materials
j) AISA : American Iron Steel Institute
k) ACI : American Conrete Institute
l) JCEA : Japan Civil Engineer Association
m) AASHTO : American Association of State Highways and
Transportaion Officials
n) JIS : Japanese Industrian Standard

g. Risalah Berita Acara Penjelasan Pekerjaan

3. Lingkup Pekerjaan :
- Pekerjaan persiapan
- Pekerjaan Tanggul / Intake
- Pekerjaan Pipa Transmisi
- Pekerjaan Bak Resevoar / Pengolahan
- Pekerjaan Pipa Distribusi
- Pekerjaan Sambungan Rumah Warga (SR)

3. Pekerjaan Persiapan
a. Dalam waktu 15 hari setelah menerima surat perintah, kontraktor harus
mengirimkan Rencana Pelaksanaan Kerja, Metode Pelaksanaan dan Laporan
Kegiatan secara rinci yang sesuai rencana kerja global yang telah diajukan dalam
pelelangan. Rincian tersebut harus mencantumkan Program Pelaksanaan :
- Mobilisasi/Demobilisasi
- Survey dan Testing Lapangan
- Daftar Bahan dan Peralatan Khusus
- Kemungkinan Kelambatan Pekerjaan
b. Rencana pelaksanaan kerja disusun dalam bentuk bagan (Bar Chart dan/atau S-
Curve).
c. Mobilisasi/demobilisasi tenaga kerja dan peralatan serta pengadaan bahan material.
d. Pelaksana lapangan yang cakap/terampil sesuai bidang disiplin ilmunya.
e. Bangsal kerja, kantor lapangan sementara dan direksi keet, dengan ketentuan
sebagai berikut (Apabila Dipersyaratkan):
1. Ukuran bangunan 3 x 4 m, tinggi langit-langit 2,00 m.
2. Tiang dari kayu kelas III (Bitau ) ukuran 10/10 cm.
3. Rangka dan atap dan dinding kayu dari kayu kelas III ( Bitau ) ukuran 5/10 dan
5/7 cm.
4. Dinding terbuat dari papan yang dilengkapi pintu tripleks dan jendela yang cukup
untuk penerangan jendela udara.
5. Atap seng gelombang BJLS 0,20 / BWG 34.
6. Ruang Direksi Dilengkapi kursi meja ½ biro, meja tamu, papan tempel ukuran
122 x 244 cm, White board ukuran 122 x 122 cm, gambar pelaksanaan dan
bester serta jadwal pelaksanaan pekerjaan, perlengkapan P3K/obat-obatan.
7. Contoh material yang akan digunakan/diuji.
f. Papan Nama Kegiatan
g. Dokumen kontrak
1) Konsep dokumen kontrak disiapkan oleh Pemilik Pekerjaan namun
penggandaannya oleh kontraktor.
2) Jumlah dokumen kontrak sebanyak yang telah ditetapkan pada syarat-syarat
administrasi, kontraktor harus menyiapkan maksimum 5 (lima) set untuk
pelaksanaan di lapangan. Jumlah tersebut sudah termasuk yang harus disiapkan
oleh kontraktor untuk Direksi Pekerjaan dan Engineer Konsultan yang ditunjuk.
h. Gambar-gambar kerja yang selalu siap di lapangan
i. Laporan
Kontraktor harus membuat laporan kegiatan pekerjaan dengan menggunakan
format yang telah disetujui oleh Direksi.
1) Buku harian yang mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan
detail-detail penting dari unsur teknik.
2) Laporan harian, berisi hal-hal berikut :
 Kondisi musim/cuaca
 Jumlah staf dan pekerja yang bekerja
 Jumlah dan jenis material dan peralatan di lapangan
 Laporan kemajuan pekerjaan, termasuk lokasi serta perhitungan volume
setiap hari.
 Kejadian yang menghambat pekerjaan.
 Kejadian atau kondisi yang mengakibatkan keterlambatan kemajuan (progres)
pekerjaan.
 Semua informasi yang berkaitan dengan pekerjaan.
3) Laporan Mingguan
- Setiap akhir minggu dibuat laporan dengan format yang telah disetujui dan
membuat program rencana kerja minggu berikutnya.
- Setiap satu minggu sekali diadakan rapat antara personil inti dari kontraktor
dengan Direksi lapangan untuk membahas kelancaran pekerjaan.
4) Laporan Bulanan
a. Setiap tanggal 25 bulan berjalan, Kontraktor harus sudah membuat laporan
dengan menggunakan format yang telah disetujui. Laporan tersebut
meliputi laporan fisik dan laporan keuangan.
b. Laporan berisi (tidak mutlak dibatasi) hal-hal sebagai berikut :
 Secara rinci uraian pekerjaan yang dilaksanakan pada periode bulan
tersebut.
 Ringkasan komulatif kemajuan fisik dan progres keuangan untuk setiap
kegiatan utama.
 Prosentase hasil kerja terhadap seluruh pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak.
 Penjelasan penyebab keterlambatan pelaksanaan dan usulan pemecahan
untuk mengejar ketinggalan dan kehilangan waktu.
 Rencana kerja bulan berikutnya.
 Daftar peralatan mesin-mesin konstruksi dan bahan/material yang
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan termasuk mesin-mesin yang baru
didatangkan maupun yang dikeluarkan dari lokasi lapangan pekerjaan
termasuk periode mesin-mesin dan peralatan tidak digunakan.
 Jumlah total volume dari jenis pekerjaan yang tercantum dalam daftar
volume (Bill of Quantity).
 Kondisi cuaca secara umum, termasuk pencatatan periode serta intensitas
hujan setiap hari.
 Daftar kecelakaan :
- Masuk rumah sakit atau meninggal bila ada.
- Kerusakan pekerjaan
- Kerusakan hunian, material dan peralatan.
 Schedule progres kemajuan yang menunjukkan tanggal penerimaan dan
jumlah dan tagihan yang dikirim tetapi belum dibayar.
 Perkiraan jumlah pembayaran dari pemilik untuk bulan periode
berikutnya.
 Foto-foto pelaksanaan pekerjaan pada bulan tersebut.
5) Foto-foto Pelaksanaan Pekerjaan
a. Kontraktor harus membuat foto yang menggambarkan kemajuan
pelaksanaan pekerjaan, foto harus menunjukkan keadaan sebelum dimulai
pelaksanaan, sedang dalam pelaksanaan dan setelah selesai pelaksanaan.
Pengambilan fot harus dalam satu titik dan arah yang sama.
b. Tiga lembar cetak foto untuk setiap pemotretan harus diserahkan kepada
Direksi dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari.
c. Ukuran foto 3R
d. Setiap foto harus dilampirkan sebagai berikut :
 Penjelasan ringkas, termasuk lokasi dan kode nomor
 Nomor foto dan tanggal pengambilan
 Nama kontraktor
 Nama kegiatan
Negatif film harus diserahkan juga kepada Direksi dengan diberi label dan
mudah disimpan.
a. Gambar-Gambar Pelaksanaan
Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan yang cermat terutama
ukuran-ukurannya maupun dimensi dari segi yang tertera di dalam
gambar rencana tersebut. Bila ada yang tidak sesuai atau kurang jelas
harus dikonfirmasikan kepada Direksi. Semua yang meragukan harus
dimintakan penegasan dari Direksi dalam bentuk tertulis.
Format Gambar
- Bahasa
Semua gambar dan data perhitungan pendukungnya yang harus
disiapkan oleh kontraktor menggunakan bahasa Indonesia, bila ada
gambar yang berbahasa asing diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.
- Satuan
Semua satuan menggunaan sistem metrik.
- Ukuran
Semua gambar menggunakan ukuran standard, JIS, ukuran A3 (297 x
420) mm, kecuali ada perintah lain atau persetujuan dari Direksi.
- Judul
Konsep tentang judul maupun format semua gambar yang disiapkan
oleh kontraktor, ditunjukkan terlebih dahulu untuk mendapat
persetujuan Direksi.
- Penomoran
Referensi penomoran gambar menggunakan sistem penomoran
gambar teknik. Urutan penomoran akan ditetapkan oleh Direksi. Bila
kontraktor bermaksud memberikan referensi penomoran untuk
kepentingan sendiri bisa menambahkan kolom pada kolom-kolom
judul.
- Indeks Gambar
Tiap-tiap gambar yang dihasilkan diberikan indeks. Lembaran-lembaran
indeks gambar harus diserahkan kepada direksi.
- Gambar di lapangan
Semua lembara gambar yang paling akhir mendapatkan persetujuan
revisi oleh direksi segera dikirim ke kantor lapangan kontraktor.
Gambar-gambar tersebut harus selalu ada di lapangan dan sewaktu-
waktu selalu dapat dipergunakan untuk pemeriksaan oleh Direksi.
b. Gambar pelaksanaan (Construction Drawing)
Semua gambar untuk dilaksanakan (construction drawing) diberikan oleh
Pemilik yang disiapkan oleh Konsultan.
Dalam gambar ini jelas menunjukkan tata letaknya, dimensinya, jenis
konstruksinya dan seterusnya seperti yang disebutkan dalam spesifikasi
atau petunjuk direksi.
c. Gambar Kerja (Working Drawing)
Kontraktor harus membuat gambar kerja (working drawing) dan gambar
tersebut mengacu pada gambar untuk dilaksanakan (construction
drawing) yang diberikan oleh pemilik pekerjaan.
Gambar kerja harus detail dan dicantumkan jumlah material yang
digunakan (bar bending schedule, list of material, dll), juga
mempertimbangkan kemudahan pemeriksaan/inspeksi dari prosedur
kerja maupun metode pelaksanaan yang akan dikerjakan di lapangan
oleh Kontraktor.
Gambar kerja diajukan kepada Direksi sebanyak 3 (tiga) rangkap cetak
biru (blue print) untuk dilakukan pemeriksaan sampai mendapatkan
persetujuan. Bila ada perubahan dalam gambar kerja, maka harus dalam
bentuk tertulis yang ditandatangani oleh Direksi dan gambar perubahan
ini merupakan bagian daripada Gambar Kerja.
Dari gambar kerja yang telah disetujui, ternyata setelah memperhatikan
kondisi pondasi, hasil galian maupun hasil test laboratorium, konstruksi
yang dikehendaki lain dan perlu perubahan gambar kerja, maka
perubahan tersebut harus dalam bentuk tertulis dari Direksi pekerjaan.
Semua biaya gambar kerja berikut perubahan-perubahannya menjadi
beban kontraktor.
Gambar kerja dalam beberapa item pekerjaan juga digunakan sebagai
dasar acuan pengajuan Tagihan Pembayaran (Monthly Payment)
Kontraktor.
d. Gambar Fasilitas/Bangunan Sementara
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulai pekerjaan dari
tiap seksi pekerjaan, kontraktor harus sudah mengirimkan gambar-
gambar fasilitas/bangunan sementara yang akan dipergunakan di daerah
areal proyek seperti gambar gudang, rencana kantor, tempat
penyimpanan peralatan mesin, asrama pekerja dan bangunan, bangunan
lainnya yang diusulkan oleh kontraktor. Gambar-gambar harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi.
Bila ternyata dalam pelaksanaan ada perubahan, kontraktor juga harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi perihal perubahan tersebut baik
dari segi lokasi maupun konstruksinya.
e. Gambar Terlaksana (As Built Drawing)
1. Selama pelaksanaan konstruksi pekerjaan, kontraktor harus
mengikuti seksama dan mencocokkan dengan gambar kerja.
Ketidakcocokan dengan gambar kerka yang telah disetujui, supaya
dicantumkan perubahan-perubahannya dan konstruksi pekerjaan
yang dikerjakan sesuai dengan keadaan yang dikerjakan/dengan
keadaan sebenarnya untuk selanjutnya dibuat gambar terlaksana.
2. Penyesuaian gambar dengan pelaksana pekerjaan di lapangan akan
diadakan pemeriksaan oleh Direksi Teknik.
Bila dari hasil pemeriksaan ternyata ditemukan ketidak sesuaian
maka dalam jangka 14 (empat belas) hari, kontraktor harus telah
memperbaiki gambar tersebut, sehingga gambar terlaksana benar-
benar sesuai dengan yang dilaksanakan di lapangan.
Setelah mendapatkan persetujuan maka Kontraktor menggandakan
di samping untuk keperluannya sendiri, sebanyak 3 (tiga) set
diserahka kepada Direksi/Engineer.
3. Gambar terlaksana harus dibuat di atas, kertas yang berkualitas baik
dari memudahkan dalam penggandaannya. Selanjutnya gambar
terlaksana yang telah selesai dan telah mendapatkan persetujuan
dari Direksi/Engineer diserahkan kepada pemilik pekerjaan oleh
kontraktor.
4. Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah penandatanganan serah
terima pekerjaan 100%, kontraktor harus sudah menyerahkan
gambar terlaksana lengkap yang terdiri dari :
a. 1 (satu) set gambar lengkap dalam kertas A3 berkualitas baik.
b. 3 (tiga) set gambar lengkap cetakan ukuran penuh (A3)
c. 10 (sepuluh) set gambar lengkap, dengan uk. diperkecil menjadi A4.
d. Gambar-Gambar Lain
Selain gambar-gambar yang disebutkan di atas, gambar-gambar
lain yang masih diperlukan dalam pelaksanaan seperti gambar
metode pelaksanaan, skema diagram ataupun grafik jadwal
pelaksanaan pekerjaan, harus diserahkan juga untuk mendapatkan
persetujuan dari Direksi/Engineer.
Jika ada perbedaan gambar dan syarat-syarat teknik, maka syarat-
syarat teknik yang harus diikuti. Jika ada perbedaan pada gambar
dan atau ukuran-ukuran maka gambar skala yang lebih besar yang
diikuti, dan jika terdapat keragu-raguan dari isi dokumen proyek,
maka kontrakor harus mendiskusikan atau minta penjelasan pada
direksi teknik, dan dalam terjadi pertentangan isi antara dokumen-
dokumen yang ada maka yang menentukan adalah tingkat
“kekuatan” dari dokumen yang dimaksud sebagaimana telah
ditetapkan dalam salah satu bagian dari dokumen proyek.
e. Survey dan Pengukuran Kembali
1. Paling lambat 15 hari setelah penandatanganan kontrak,
kontraktor diwajibkan untuk melaksanakan survey lapangan
yang lengkap terhadap kondisi fisik dan struktur jalan lama.
Kemudian harus mengajukan atau menyerahkan laporan
lengkap dan detail dari hasil survey ini kepada direksi teknik.
Laporan itu berupa rencana kera secara tertulis, menjelaskan
secara terperinci urutan-urutan dan cara pelaksanaan
pekerjaan, termasuk hal-hal khusus bila perlu, misalnya
cuaca/curah hujan dan sebagainya.
2. Titik referensi atau Bench Mark (BM), telah ditetapkan oleh
Pemilik di lapangan seperti dapat diperiksa di dalam gambar.
Pengecekan BM sebelum digunakan sebagai pedoman
koordinat dan elevasi harus diadakan pengecekan dan verifikasi
tentang akurasinya. Kontraktor harus membuat titik
referensi/BM sementara untuk kepentingan kontraktor sendiri
dalam melaksanakan pekerjaan, tetapi setiap titik/BM
sementara harus mendapat persetujuan direksi lapangan.
3. Kontraktor harus menyampaikan secara Direksi, rencana
pemasangan patok-patok dalam waktu tidak kurang dari 48
jam, mendahului pelaksanaannya. Pematokan dilakukan oleh
kontraktor di bawah supervisi direksi dan bila dianggap perlu
direksi dapat melakukan perubahan-perubahan di lapangan
dan dalam hal ini akan disampaikan secara tertulis kepada
kontraktor.
4. Kontraktor harus mempersiapkan alat-alat ukur yang
diperlukan di lapangan sehubungan dengan pekerjaan ini,
termasuk yang diperlukan oleh direksi untuk pengecekan.
5. Peralatan
Kontraktor harus mengajukan daftar peralatan yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
schedule pada rencana dan kontraktor mempersiapkan
peralatan lapangan sebelum pelaksanaan dimulai seperti tanda
pengaman lalu lintas, rol meter, mal ukuran kemiringan, papan
nama proyek dan foto keadaan.
6. Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi syarat-
syarat minimal seperti yang ditetapkan dalam peraturan umum
mengenai bangunan di Indonesia.
7. Air
Air untuk pengecoran beton harus air tawar yang tidak
mengandung mineral dan alkalide. Selanjutnya harus
memenuhi syarat-syarat yang sebagaiman diuraikan dalam PBI-
1971 dan PUBB (NI-12) 1971.
8. Portland Cement (PC)
- Digunakan Portland Cement (PC) biasa yang mempunyai
kualitas mineral sampai dengan S.400 (semen tonasa atau
semen bosowa), berdasarkan kualifikasi yang diteatpkan
dalam NI-8.
- Semen yang telah mengeras/membantu atau berbungkah
tidak boleh dipergukan lagi.
9. Pasir
Pasir pasangan dan pasir beton dipergunakan pasir yang
memenuhi syarat baik dan bersih, tidak mengandung lumpur
serta tidak terlalu halus telah disetujui oleh Pihak Direksi.
Selanjutnya harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang
diuraikan dalam PBI-1971 dan PUBB (NI-12) 1971.
10. Batu
Untuk pasangan pondasi dipakai batu batu kali yang tidak
pecah jenis keras, bersih dan permukaan tidak licin, ukuran
besar rata-rata 20 cm. Sedangkan untuk pasangan tembok
dipakai batu-bata kualitas baik dan telah mendapat
persetujuan direksi.
11. Kayu
Kayu yang digunakan adalah kayu kelas I jenis bayam dan kayu
kelas II Kalapi, Bitti dan kayu klas III atau yang berkualitas
baik/mutu “A”.
12. Kerikil
Kerikil beton yang digunakan adalah kerikil saring yang tidak
mengandung lumpur.
13. Besi Beton
Besi beton digunakan besi U24 sesuai syarat atau peraturan
Bahan Bangunan Indonesia.
f. Sumber Material
Kontraktor harus mencari sendiri sumber-sumber bahan sub base
yang memenuhi syarat dan mengajukan daftar kepada direksi
mengenai sumber (asal) subbase yang akan digunakan. Direksi
bersama kontraktor mengambil contoh material tersebut untuk
keperluan pemeriksaan sebelum memberikan persetujuannya,
biaya-biaya untuk itu menjadi tanggungan kontraktor.
g. Pemeriksaan testing dan persetujuan
Kontraktor harus menyerahkan hasil pemeriksaan sebelum sumber
bahan tersebut dieksploitir. Segala biaya yang menyangkut
pemeriksaan tersebut menjadi tanggungan kontraktor. Material-
material yang contohnya masih dalam tahap pemeriksaan, atau
sifat-sifatnya meragukan belum diperkenakan untuk dibawah ke
job site, dan bila material yang telah ada di job site ternyata tidak
memenuhi syarat yang ditetapkan, direksi berhak untuk
menolaknya dan kontraktor harus segera menyingkirkannya atas
biaya sendiri.
h. Penyimpanan Material
- Harus disimpan sedemikian rupa sehingga tidak mengalami
perubahan komposisi (segregasi) dan sedapat mungkin ditumpuk
di tempat yang ditunjuk/ disetujui direksi. Segala biaya yang
dikeluarkan termasuk ganti rugi bila penyimpanan tersebut
berada di luar batas penguasaan jalan, menjadi tanggungan
kontraktor.
- Penempatan material harus diatur sedemikian rupa agar tidak
mengganggu lalu lintas dan tidak mengurangi mutu material
dalam pelaksanaan pekerjaan.
- Jenis bahan material yang akan dimasukkan ke dalam lokasi harus
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu oleh pengawas
lapangan dengan memberikan contoh bahan.
- Bahan material yang ditolak harus dikeluarkan dari lokasi proyek
atas tanggungan/biaya pemborong sendiri selambat-lambatnya 2
x 24 jam sejak waktu ditolak bahan material tersebut.
i. Persyaratan Material
Semua material harus bersih dan kotoran-kotoran, bahan-bahan
organik dan bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. yang
penggunaannya masing-masing dijelaskan dalam petunjuk teknis
Departemen PU Cipta Karya dan diupayakan bahan yang berada di
sekitar lokasi.
j. Biaya-Biaya
Kontraktor menanggung segala biaya ganti rugi/kompensasi biaya-
biaya retribusi dan sebagainya yang sehubungan dengan
pengambilan/ penandatanganan material-material tersebut,
namun tidak ada mata pembiayaan khusus untuk hal ini sehingga
kesemuanya telah harus diperhitungkan dalam harga satuan
material tersebut.

A. PEKERJAAN PERSIAPAN
Cakupan pekerjaan ini adalah :
- Pembersihan Lokasi, yaitu membersihkan lokasi dari tumbuhan yang ada di lokasi
tempat akan didirikan bangunan .
- Pengukuran dan pemasangan bouplank dilaksanakan sesuai gambar kerja dan
petunjuk pihak direksi atau dalam hal ini konsultan pengawas.
- Pembuatan Direksi Keet lengkap dengan kotak P3K dan menyediakan ruangan
direksi.
- Pemasangan Papan Proyek
B. PEKERJAAN TANGGUL
1. Galian tanah :
- Galian tanah untuk pondasi dapat dimulai setelah pemasangan bouplank dan
patok – patok yang disetujui oleh direksi / Pengawas Teknis.
- Galian Awal Untuk Pondasi. Lalu Galian Untuk Pondasi Batu Kali.
- Galian pondasi harus sepenuhnya ukuran dalam gambar.
- Untuk mempertahankan kepadatan muka tanah galian, maka lubang yang
telah siap harus segera dilanjutkan dengan pasangan pasir urug bawah
pondasi dan pasangan batu kosong.
- Kecuali bila mendapatkan batu cadas, maka cukup diratakan pada muka batu
padat atau sesuai dengan petunjuk teknis.
2. Bahan Urugan
- Bahan urugan setinggi pondasi mengunakan sirtu yang berkualitas baik dan
bebas dari bahan organic dan Lumpur.
- Bahan urugan bawah pondasi dan lantai menggunakan pasir timbunan yang
bersih dari lumpur
- Pemadatan urugan tapak dilaksanakan lapis demi lapis.

3. Pekerjaan Batu dan Plesteran


i. Bahan.
- Semen Portland.
Sement Portland yang digunakan adalah produksi dalam negeri dengan
mutu yang baik ( tidak mengeras )
- Pasir dan kerikil.
Pasir pasangan dan kerikil yang digunakan asal local kategoti tambang
kelas C dan sesuai dengan PBI 1971 ( NI – 2 )
- Batu kali.
Batu kali di gunakan asal lokal dan bersih dari lumpur / tanah
ii. Pekerjaan Pondasi.
- Gradasi batu rata – rata berdiameter 15 – 25 cm, dan batu yang kurang
ukurannya hanya boleh digunakan sebagai pasak / pengisi.
- Ukuran dan kedalam pondasi disesuaikan dengan gambar kerja dan
detail.
- Spesi campuran unyuk pondasi batu kali menggunakan Campuran 1 PC :
4 PS.
- Pada bagian yang kena kolom beton disiapkan lubang besi kolom.
iii. Pekerjaan Plesteran .
- Sebelum melakukan pekerjaan plesteran, permukaan dinding harus
dibasahi / disiram air terlebih dahulu.
- Jenis Spesifikasi campuran :
Plesteran 1 Pc : 2 Ps, untuk semua pasangan dinding.
C. PEKERJAAN INTAKE
1. Galian tanah :
- Galian tanah untuk pondasi dapat dimulai setelah pemasangan bouplank dan
patok – patok yang disetujui oleh direksi / Pengawas Teknis.
- Galian Awal Untuk Pondasi. Lalu Galian Untuk Pondasi Batu Kali.
- Galian pondasi harus sepenuhnya ukuran dalam gambar.
- Untuk mempertahankan kepadatan muka tanah galian, maka lubang yang
telah siap harus segera dilanjutkan dengan pasangan pasir urug bawah
pondasi dan pasangan batu kosong.
- Kecuali bila mendapatkan batu cadas, maka cukup diratakan pada muka batu
padat atau sesuai dengan petunjuk teknis.
2. Bahan Urugan
- Bahan urugan setinggi pondasi mengunakan sirtu yang berkualitas baik dan
bebas dari bahan organic dan Lumpur.
- Bahan urugan bawah pondasi dan lantai menggunakan pasir timbunan yang
bersih dari lumpur
- Pemadatan urugan tapak dilaksanakan lapis demi lapis.
Pekerjaan Batu dan Plesteran
i. Bahan.
- Semen Portland.
Sement Portland yang digunakan adalah produksi dalam negeri dengan
mutu yang baik ( tidak mengeras )
- Pasir dan kerikil.
Pasir pasangan dan kerikil yang digunakan asal local kategoti tambang
kelas C dan sesuai dengan PBI 1971 ( NI – 2 )
- Batu kali.
Batu kali di gunakan asal lokal dan bersih dari lumpur / tanah
ii. Pekerjaan Pondasi.
- Gradasi batu rata – rata berdiameter 15 – 25 cm, dan batu yang kurang
ukurannya hanya boleh digunakan sebagai pasak / pengisi.
- Ukuran dan kedalam pondasi disesuaikan dengan gambar kerja dan
detail.
- Spesi campuran unyuk pondasi batu kali menggunakan Campuran 1 PC :
4 PS.
- Pada bagian yang kena kolom beton disiapkan lubang besi kolom.
iii. Pekerjaan Beton Bertulang
Lingkup pekerjaan yaitu beton sloeft, kolom, ringbalk, plat lantai dan plat
penutup. Mutu beton yang digunakan ialah beton K – 175.
iv. Pekerjaan Plesteran .
- Sebelum melakukan pekerjaan plesteran, permukaan dinding harus
dibasahi / disiram air terlebih dahulu.
- Jenis Spesifikasi campuran :
Plesteran 1 Pc : 2 Ps, untuk semua pasangan dinding.
v. Pekerjaan Rabat beton lantai, dikerjakan diatas pasir urug untuk lantai yang
telah disiram dengan air sampai padat dengan spesifikasi Campuran 1 Pc :
3 Psr : 5 Kr.

D. PEKERJAAN RESERVOIR

PEKERJAAN STRUKTUR BETON


1.1. PERSYARATAN MUTU.
1.1.1. Mutu Beton.
Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah teknik atau syarat-syarat
pelaksanaan pekerjaan beton secara umum menjadi satu kesatuan dalam
persyaratan teknis ini. Dalam segala hal yang menyangkut pekerjaan beton dan
struktur beton harus sesuai dengan standard yang berlaku yaitu : a. Tata Cara
Perhitungan Kekuatan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15- 1991-
03). b. Peraturan Umum Beton Indonesia (PUBI, 1982). c. Standard Industri Indonesia
(SII). d. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, 1983. e. Peraturan
Perencanaan Tahan Gempa Untuk Gedung (PPTGUG, 1983). f. American Society Of
Testing Matrial (ASTM). 1.2.
Beton yang dipergunakan untuk struktur bangunan ini harus mempunyai mutu
karakteristik minimal, sebagai berikut :

a. -. Pondasi Pelat Beton setempat : K-175


-. Sloof Beton : K-175
-. Kolom dan Balok Baja WF : K-175
-. Pelat Lantai & Atap Dak : K-175
-. Sloof ,Kolom & Ring Balok Praktis : K-175

b. Adukan Beton.
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus Beton
Readymix, kecuali ada pertimbangan lain pada bagian- bagian tertentu dapat
menggunakan beton konvensional yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas / Konsultan Pengawas.

b. Adukan Beton.
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus Beton
Readymix, kecuali ada pertimbangan lain pada bagian- bagian tertentu dapat
menggunakan beton konvensional yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas / Konsultan Pengawas

c. Lantai Kerja
Seluruh beton untuk lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran 1pc : 3ps :
5kr.

1.1.2. Mutu Baja Tulangan.

Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah
sebagai berikut :
a. Mutu baja tulangan s/d. ∅ 14 mm. adalah BJTP 240 ( U-24 ) dengan kekuatan
tarik 2080 Kg/Cm2.
b. Mutu baja tulangan ≥ ∅ 13 mm. (diameter luar) adalah BJTD 320 (U-32 / besi ulir
) dengan kekuatan tarik 2780 Kg/Cm2.

c. Atau bila dalam gambar disyaratkan menggunakan wiremesh, maka digunakan


wiremesh U-50, dengan ukuran / tipe sesuai dengan Gambar Kerja.

1.2. PERSYARATAN BAHAN BETON.


1.2.1. Semen.
a. Semua semen harus Semen Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam
Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standar
Inggris BS 12.

b. Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah TONASA, BOSOWA
serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merk semen adalah
mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.

c. Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang
pada setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk
memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk
pengambilan contoh-contoh tersebut. Semen yang tidak dapat diterima sesuai
pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas, harus tidak dipergunakan atau diafkir.
Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan
untuk beton, maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk
membongkar beton tersebut dan diganti dengan memakai semen yang telah
disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan semua semen-
semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya Kontraktor.
d. Tempat Penyimpanan
• Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen,
dan setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara.
Tempat penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar
memudahkan waktu pengambilan.

• Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30


cm. dari tanah, harus cukup besar untuk dapat memuat semen dalam jumlah cukup
besar sehingga kelambatan atau kemacetan dalam pekerjaan dapat dicegah dan
harus mempunyai ruang lantai yang cukup untuk menyimpan tiap muatan truk
semen secara terpisah- pisah dan menyediakan jalan yang mudah untuk mengambil
contoh, menghitung zak-zak dan memindahkannya. Semen dalam zak tidak boleh
ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.

• Untuk mencegah semen didalam zak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan,
Kontraktor hendaknya mempergunakan semen menurut urutan kronologis yang
diterima di tempat pekerjaan. Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian
rupa sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya. Semua zak kosong harus
disimpan dengan rapih dan diberi tanda yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.

• Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus diadakan oleh Kontraktor


untuk menimbang semen didalam gudang dan di lokasi serta harus dilengkapi
segala timbangan untuk untuk keperluan penyelidikan.

• Kontraktor harus menyediakan penjaga yang cakap, untuk mengawasi gudang-


gudang semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari penerimaan dan
pemakaian semen seluruhnya.

• Tembusan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Konsultan Pengawas


bila dikehendakinya, jumlah dari semen yang digunakan selama hari itu ditiap bagian
pekerjaan.

1.2.2. Pasir dan Split

a. Kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan menimbun semua


pasir dan Split. Segala cara yang dilaksanakan oleh Kontraktor untuk pembongkaran,
pemuatan, pengerjaan dan penimbunan pasir dan Split harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus membersihkan bahkan
memperbaiki saluran buangan disemua tempat penimbunan dan harus mengatur
semua pekerjaan penimbunan pasir dan Split sedemikian rupa sehingga timbulnya
pemisahan dan pencampuran antara pasir dan Split akan dapat dihindari dan
bahan yang ditimbun tidak akan tercampur tanah atau bahan lain pada waktu
ada banjir atau air rembesan. Kontraktor diminta untuk menanggung sendiri
segala biaya untuk pengolahan kembali pasir dan kerikil yang kotor karena
timbunan yang tidak sempurna dan lalai dalam pencegahan yang cukup. Pasir dan
Split tidak boleh dipindah-pindah dari timbunan, kecuali bila diperlukan untuk
meratakan pengiriman berikutnya.

c. Pasir

• Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah pasir alam yaitu
pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.

• Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai


persetujuan dasar ( pokok ) untuk semua bahan yang diambil dari sumber
tersebut. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kualitas tiap jenis dari
semua bahan yang dipakai dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan pada
Konsultan Pengawas sebagai bahan pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan,
contoh yang cukup, seberat 15 kg. dari pasir alam yang diusulkan untuk dipakai,
sedikitnya 14 hari sebelum diperlukan.

• Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dan dari
bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. Segala macam tanah pasir dan kerikil
yang tidak dapat dipakai, harus disingkirkan. Timbunan harus diatur dan
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kegunaan dari timbunan.

• Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari
tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang merusak, jumlah
prosentase dari segala macam subsansi yang merugikan, beratnya tidak boleh
lebih dari 5% berat pasir.

• Pasir harus mempunyai “modulus kehalusan butir“ antara 2 sampai 32, atau jika
diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan standar Indonesia untuk
beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :

Saringan
No. Persentase satuan timbangan tertinggal di saringan 4, 8, 16, 30, 50, 100 PAN 0
- 15, 6 - 15, 10 - 25, 10 - 30, 15 - 35, 12 - 20, 3 - 7 Jika persentase satuan
tertinggal dalam saringan no. 16 adalah
15% atau kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan
no. 8 dapat naik sampai 20%.

d. Agregat Kasar ( Kerikil )


• Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini dapat berupa
kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari pemecahan batu.

• Kebersihan dan mutu


Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah,
tipis atau yang berukuran panjang, bersih dari alkali, bahan-bahan organis atau dari
substansi yang merusak dalam jumlah yang merugikan. Besarnya persentase dari
semua substansi yang merusak tidak boleh mencapai 3 (tiga) persen dari beratnya.
Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, kekal dan tidak berpori.
Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.

• Gradasi
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara
5 mm. sampai dengan 25 mm. dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :

- Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6 % berat.


- Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat.
- Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan,
adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat serta harus menyesuaikan
dengan semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-2 PBI-1971.

Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Konsultan
Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus
menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk
menghasilkan agregat yang dapat disetujui Konsultan Pengawas.

1.2.2. A i r
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan spesi injeksi harus
bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-
kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di
Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk
menetap-kan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-
1971 untuk bahan campuran beton.

1.2.4. Baja Tulangan


a. Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan standar
Indonesia untuk beton NI-2, PBI-1971, atau ASTM Designation A-15, dan harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak meminta kepada
Kontraktor, surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik dari semua baja
tulangan beton yang disediakan, untuk persetujuan Konsultan Pengawas sesuai
dengan persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi seperti tercantum di
dalam gambar rencana.

b. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat,
minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya
lekat antara baja tulangan dengan beton.

c. Khusus untuk plat lantai apabila pada gambar menggunakan wiremesh, maka
wiremesh yang digunakan adalah tipe deform (ulir) produk UNION METAL atau BRC
LYSAGHT.

1.2.5. Cetakan ( bekisting )


a. Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex dengan tebal
minimum 12 mm. Bekisting dari multiplex tersebut harus diperkuat dengan rangka
kayu Borneo Super ukuran 5/7, 6/10, 6/12 dan sebagainya, untuk mendapatkan
kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana.

b. Steiger / penyangga bekisting harus terdiri dari pipa-pipa besi standar pabrik
(schafolding) atau kayu dan tidak diperkenankan memakai bambu.

1.2.6. Water stop


Water stop harus dipasang di setiap penghentian pengecoran untuk bagian-
bagian yang harus kedap air, yaitu antara lain pelat atap, lantai toilet dan
tempat-tempat basah lainnya sesuai dengan Gambar Kerja.
Water stop yang digunakan adalah NODROP dan AQUAPROOF, tipe disesuaikan
dengan posisi joint dengan minimum lebar 20 cm.

1.2.7. Bonding Agent


Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan / dicor secara
terputus, untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan design dan
perhitungannya.
Bonding agent yang dipergunakan adalah Produk dari LEMKRA berupa material
liquid berwarna putih terbuat dari bahan polymer acrylic digunakan pada
sambungan pengecoran beton lama dan baru khusus untuk daerah kering. Cara
pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik.

1.2.8. Admixture

a. Admixture / hardener dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk


mempercepat pengerasan beton Produk dari LEMKRA

b. Retarder digunakan untuk memperlambat waktu setting beton (initial set), dimana
bila waktu pengiriman beton dari Batching Plant ke proyek dan sampai dengan
waktu penuangan beton memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) jam. Bahan
retarder yang dipergunakan adalah CONPLAST RP264M2 dengan takaran 0,20 –
0,60 liter per 100 kg. semen. Pencampuran dilakukan di Batching Plant.

c. Superplasticizer digunakan untuk membuat beton lebih plastis dan


mencapai kekuatan awal yang lebih tinggi (high early strength). Bahan plasticizer
adalah CONPLAST SP 430D dengan takaran 0,60 – 2,00 liter per 100 kg. semen.
Pencampuran dilakukan di dalam mixer sebelum beton dituang ke dalam cetakan.

1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON


1.3.1. Kelas dan Mutu Pekerjaan Beton
a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Beton Indonesia NI-2 PBI-
1971. Bilamana tidak ditentukan lain, kuat tekan dari beton adalah selalu
kekuatan tekan hancur dari contoh kubus yang bersisi 15 cm. (0,003375 m3) diuji
pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari.

b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian
benda-benda uji harus memberikan hasil σ’bk ( kekuatan tekan beton karakteristik )
yang lebih besar dari yang ditentukan di dalam table, 4.2.1. PBI-1971.

c. Umur benda uji pada saat pengujian harus dilaksanakan pada umur 7, 14, atau 28
hari sesuai dengan kesepakatan dengan Konsultan Pengawas yang tertuang dalam
risalah rapat.

1.3.2. Komposisi campuran Beton

a. Beton harus dibentuk dari campuran bahan-bahan semen portland, pasir, kerikil
dan air seperti yang ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam
perbandingan yang tertentu / serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada
kekentalan yang baik / tepat.

b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam
spesifikasi ini, harus dipakai “campuran yang direncanakan (design mix)“.
Campuran yang direncanakan ini dihasilkan dari percobaan-percobaan campuran
yang memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan dan dilakukan oleh
laboratorium dari instansi pemerintah atau Badan yang sudah terbukti
akreditasinya.

c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari
pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan
bahan beton, ukuran mana ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai
pengecoran yang tepat dan memuaskan.

d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai


mutu, harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan,
demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.

e. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas
dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan,
keawetan dan kekuatan yang dikehendaki.

f. Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi beton


harus disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan
adukan beton dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain
ditentukan oleh faktor air semen.

g. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang


direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :
• Faktor air semen untuk pondasi, sloof, maksimum 0,60.
• Faktor air semen untuk kolom, balok, plat lantai, tangga, dinding beton dan
listplank / parapet, maksimum 0,60.
• Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat basah lainnnya,
maksimum 0,55.

h. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor.
Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan
yang dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan
Kontraktor tidak berhak atas klaim yang disebabkan perubahan yang demikian.
1.3.3. Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton

a. Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk
menjamin beton dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan
variasi kandungan lembab atau gradasi ( perbutiran ) dari agregat waktu masuk
dalam mesin pengaduk ( mixer ). Penambahan air untuk mencairkan kembali beton
padat hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum
dipasang adalah sama sekali tidak diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton
untuk setiap kali pengadukan sangat perlu.
Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari
8 cm. dan tidak melampaui 12 cm. untuk segala beton yang dipergunakan. Semua
pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas berhak
untuk menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan
dan akan menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan.

b. Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas


melalui pengujian biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm. dibuat dan diuji sesuai
dengan NI-2 PBI-1971. Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan Pengawas
sesuai dengan NI-2 PBI-1971, Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan
untuk mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang representatif.

1.3.4. Pekerjaan Baja Tulangan

a. Baja tulangan beton harus dibengkokkan / dibentuk dengan teliti sesuai dengan
bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi. Baja
tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara yang
dapat merusak bahannya. Batang dengan bengkokan yang tidak ditunjukan dalam
gambar tidak boleh dipakai. Semua batang harus dibengkokkan dalam keadaan
dingin, pemanasan dari besi beton hanya dapat diperkenankan bila seluruh cara
pengerjaannya disetujui oleh Konsultan Pengawas atau Perencana.

b. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana.
Untuk menempatkan tulangan-tulangan tetap tepat ditempatnya, maka tulangan
harus diikat kuat dengan kawat beton ( bendraat ) dan memakai bantalan blok-blok
beton cetak ( beton decking ) dan atau kursi-kursi besi / cakar ayam perenggang.
Dalam segala hal untuk besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang yang
tepat, sehingga tidak akan ada batang yang turun.
c. Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan dalam
gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan
harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.

d. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan perhitungan.
Apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang
menentukan adalah luas tulangan.
Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas.

1.3.5. Pekerjaan Selimut Beton

Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau
dasar cetakan sesuai butir 1.3.4.b. tersebut di atas, serta harus mempunyai jarak
tetap dan tertentu untuk setiap bagian-bagian konstruksi sesuai dengan gambar
rencana.
Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk
satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :

a. Pondasi Pelat, untuk sisi bawah 8 cm, untuk sisi lainnya 4 cm.
b. Balok sloof = 4,0 cm.
c. Kolom = 4,0 cm.
d. Balok = 3,0 cm.
e. Pelat beton = 2,0 cm.

1.3.6. Pekerjaan Sambungan Baja Tulangan


Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang
ditunjukkan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus
minimal 40 kali diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di dalam
gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

1.3.7. Pekerjaan Mengaduk


a. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai
ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing
bahan beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu
harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

b. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin


pengaduk beton ( “batch mixer/beton mollen“ ). Konsultan Pengawas berwenang
untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara
pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan
dan warna yang merata / seragam dalam komposisi atau konsistensi. Air harus
dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.

c. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebihan


(lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi
beton yang dikehendaki.
Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki
dan atau diganti.
Mesin pengaduk yang disentralisir ( batching mixing plant ) harus diatur sedemikian
rupa, sehingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari stasiun
operator.
Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan.
Setiap mesin pengaduk harus diperlengkapi dengan alat mekanis untuk
mengatur waktu dan menghitung jumlah adukan.

1.3.9. S u h u
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32oC dan tidak kurang dari
4,5oC. Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 27oC - 32oC, beton harus
diaduk di tempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian rupa sehingga suhu dari beton
melebihi 32oC sebagai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor
harus mengambil langlah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat,
mencampur dengan es dan mengecor pada waktu
malam hari bila perlu, untuk mempertahankan suhu beton waktu dicor pada suhu
dibawah 32o C.

1.3.10. Pekerjaan Rencana Cetakan

Cetakan (bekisting) harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan dalam
gambar rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi
persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor
terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-
kerusakan yang mungkin dapat timbul pada waktu pemakaian.
Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari bentuk
yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera
menanggulangi bentuk yang diafkir tesebut dan menggantinya atas bebannya
sendiri.

1.3.11. Pekerjaan Konstruksi Cetakan


a. Semua cetakan harus betul-betul teliti, kuat dan aman pada kedudukannya
sehingga dapat dicegah pengembangan atau lain gerakan selama dan sesudah
pengecoran beton.

b. Semua cetakan beton harus kokoh.


Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan (bekisting) harus dilaburi /
diminyaki dengan minyak bekisting yang biasa diperdagangkan untuk maksud itu
yang dapat mencegah secara efektif melekatnya beton pada cetakan, dan akan
memudahkan melepas bekisting / cetakan beton. Minyak bekisting tersebut dapat
dipakai hanya setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Penggunaan minyak bekisting ini harus hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi
beton dan mengakibatkan kurangnya daya lekat.

c. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-
cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai, harus tersedia.

d. Penyangga cetakan ( steiger ) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat
sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.

1.3.12. Pekerjaan Pengangkutan Beton


Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian
rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat
dibawa ke tempat pekerjaan, tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang
menyebabkan perubahan nilai slump.

1.3.13. Pekerjaan Pengecoran


a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak
baja tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-
sparing instalasi, penyokong, pengikatan dan lain- lainnya telah selesai dikerjakan.
Sebelum pengecoran dimulai, permukaan-permukaan yang berhubungan dengan
pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

b. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran


beton ( cetakan / bekisting ) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau
bahan lepas. Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap pada
tempat-tempat yang akan dicor, harus dibasahi dengan merata sehingga
kelembaban / air dari beton yang baru dicor - tidak akan diserap.

c. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu dimana akan dicor
beton baru, harus bersih dan lembab / basah ketika dicor dengan beton baru.
Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton
yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua
genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut sebelum beton
baru dicor.
Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai bahan perekat beton yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas.

d. Perlu diperhatikan letak / jarak / sudut untuk setiap penghentian


pengecoran yang masih akan berlanjut, terhadap sistem struktur / penulangan yang
ada.

e. Beton boleh dicor hanya ketika Konsultan Pengawas atau wakilnya yang ditunjuk
serta Staf Kontraktor yang setaraf ada ditempat / lokasi pekerjaan, dan
persiapannya betul-betul telah memadai.

f. Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar
pengangkutan ke tempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada
waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya.
Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton yang disebabkan jatuh
bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk
dengan baja-baja tulangan, tidak diijinkan. Kalau diperkirakan pemisahan yang
demikian itu mungkin akan terjadi, Kontraktor harus mempersiapkan tremie atau
alat lain yang cocok untuk mengontrol jatuhnya beton.

g. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua
penuangan beton harus selalu lapis - perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih
dari 50 cm. Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal
tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm. tidak dapat memenuhi
spesifikasi ini.

h. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama terjadi hujan deras atau turun
hujan yang lama, sedemikian rupa sehingga spesi / mortar terpisah dari agregat
kasar. Selama hujan, air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada
construction joint, dan air semen atau spesi yang hanyut terhampar harus
dibuang sebelum pekerjaan dilanjutkan.

i. Ember-ember / gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup menuang


dengan tepat dalam slump yang rendah dan memenuhi syarat- syarat campuran.
Mekanisme penuangan harus dibuat dengan kapasitas minimal 50 liter.
Juga harus tersedia peralatan lainnya untuk mendukung lancarnya pengecoran
dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang sulit / terbatas.j. Setiap lapisan
beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari
kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan
dan material yang diletakan.
Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator)
harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari
lapisan yang terletak di bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan
terpisahnya bahan beton dengan airnya.
Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar yang beroperasi dengan
kecepatan paling sedikit 3.000 putaran per menit ketika dibenamkan ke dalam
beton.

1.3.14. Waktu dan Cara-Cara Pembukaan Cetakan


a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk
Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk
menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda / lunak tidak
diijinkan untuk dibebani.
Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa
dengan teliti dan permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus segera
diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas

b. Umumnya diperlukan waktu minimum sebelum cetakan beton boleh dibuka,


yaitu minimum
3 hari untuk cetakan - cetakan samping pada pondasi dan sloof.
7 hari untuk dinding-dinding pemikul dan kolom.
21 hari untuk balok-balok, plat lantai, plat atap dan tangga.

1.3.15. Perawatan ( Curing )


a. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di bawah
ini atau disemprot dengan Curing Agent CONCURE P yang berupa bahan cair /
liquid material dimana setelah mengering berbentuk membrane clear dan
berfungsi sebagai pelindung (curing compound) untuk menahan / mencegah
penguapan air dari dalam beton, dengan
takaran pemakaian untuk 1 liter adalah 5 – 6 m2.
Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus
digunakan pada bagian-bagian pekerjaan.

b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang
langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran.
Perlindungan semacam itu dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan
deklit atau karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah
pengecoran dilaksanakan.
c. Perawatan beton setelah 3 hari, adalah dengan melakukan penggenangan
dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus.
Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau
dengan pipa yang berlubang-lubang atau dengan cara lain yang disetujui Konsultan
Pengawas sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu dalam
keadaan basah. Air yang digunakan dalam perawatan ( curing ) harus memenuhi
persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.

1.3.16. Pekerjaan Perlindungan (Protection).


Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan
sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.

1.3.17. Pekerjaan Perbaikan Permukaan Beton

a. Jika sesudah pembukaan cetakan, ada permukaan beton yang tidak sesuai
dengan yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis
permukaan, atau ternyata ada permukaan yang cacat/rusak, semua hal itu
dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan
diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila Konsultan
Pengawas memberikan ijinnya untuk memperbaiki/menambal tempat yang
rusak, dalam hal mana perbaikan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum
dalam pasal-pasal berikut.

b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri


dari sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan-cetakan, lubang-lubang
karena keropos, ketidak-rataan dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan
atau dengan batu gerinda. Sarang kerikil dan beton lainnya harus dipahat,
lubang-lubang pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan dicor sedemikian
sehingga pengisian akan terikat ( terkunci ) di tempatnya. Semua lubang harus
terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor, dan seterusnya
disempurnakan.

c. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal tidak sempurna pada


bagian bangunan yang akan terlihat jika dengan penambalan saja akan
menghasilkan sebidang dinding yang tidak memuaskan kelihatannya, Kontraktor
diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding ( dengan spesi plesteran 1pc : 3ps
) dengan ketebalan yang tidak melebihi 1 cm, demikian juga pada dinding yang
berbatasan (yang bersambungan) sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengawas.
Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar, batas toleransi kelurusan (
pencekungan atau Pencembungan ) bidang tidak boleh melebihi dari L / 1000
untuk semua komponen.

PENYEKAT-PENYEKAT AIR
2.1. Penyekat-penyekat air (waterstop) dari PVC harus ditempatkan pada
sambungan- sambungan bangunan seperti yang ditunjukkan pada gambar-
gambar. Kontraktor harus menyiapkan semua penyekat-penyekat air termasuk lem
PVC, semen, pasak, mur-mur dan bahan penyambung lainnya.

2.2. Kontraktor harus membuat semua sambungan-sambungan (splices),


penyatuan dan lengkungan-lengkungan (joints and bends), pasak-pasak untuk
penyekat air, pertemuan perpotongan-perpotongan yang dibuat secara
khusus sesuai dengan gambar-gambar atau seperti ditunjukkan oleh Konsultan
Perencana.
2.3. Semua penyatuan-penyatuan harus diletakan persis dengan petunjuk-petunjuk
pabrik pembuat dan penggunaan material yang disyahkan oleh pabrik dan harus
dibentuk sedemikian rupa agar menghasilkan sambungan yang kuat dan kedap air.
Bahan waterstop yang dipakai adalah SUPERCAST SW 20, tipe disesuaikan dengan
posisi joint dengan lebar minimum 20 cm.

PEKERJAAN SPARING
3.1. Bahan-bahan material sparing, letak-letak dan posisi sparing harus sesuai
dengan gambar kerja dan tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.

3.2. Tempat-tempat dimana sparing dilaksanakan, bila tidak ada dalam gambar,
maka Kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan
Pengawas.

3.3. Bilamana sparing-sparing (pipa dan lain-lain) berpotongan dengan baja


tulangan, maka baja tulangan tersebut tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa
persetujuan dari Konsultan Pengawas.

3.4. Semua sparing-sparing (pipa) harus dipasang sebelum pengecoran dan


harus diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.

3.5. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu
pengecoran.
PEKERJAAN WATERPROOFING
4.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Yang termasuk kedalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan
peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutannya yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan
dalam gambar, memenuhi uraian syarat-syarat di bawah ini serta memenuhi
spesifikasi dari pabrik yang bersangkutan. Bagian-bagian yang harus di-
waterproofing ini mencakup seluruh bagian plat atap dan daerah-daerah basah
lainnya, kecuali daerah basah pada plat lantai.

4.2. PERSYARATAN BAHAN.

4.2.1. Persyaratan Standar Mutu Bahan.


Standar dari bahan dan prosedur yang ditentukan oleh pabrik dan standar-
standar lainnya seperti : NI-3, ASTM 828, ASTME, TAPP I 803 dan 407. Kontraktor
tidak dibenarkan merubah standar dengan cara apapun tanpa ijin dari Konsultan
Pengawas.

4.2.2. Bahan.

a. Untuk Kamar Mandi / WC


Menggunakan Aquaproof atau Nodrop, merupakan bahan pelapis kedap air pada
beton dengan bahan dasar semen dan acrylic (2komponen). Pemakaiannya dengan
cara pelaburan ( coating ). Takarannya adalah
2 kg/cm2 ( 2 kali pelaburan ) tebal 1,2 mm.

b. Untuk waterproofing atap Dak.


Menggunakan Aquaproof atau Nodrop, merupakan bahan pelapis kedap air pada
beton dengan bahan dasar semen dan acrylic (2komponen). Pemakaiannya dengan
cara pelaburan ( coating ). Takarannya adalah
2 kg/cm2 ( 2 kali pelaburan ) tebal 1,2 mm.

4.3. PENGUJIAN.
4.3.1. Bila diperlukan, wajib mengadakan tes bahan tersebut pada laboratorium
yang independen, baik mengenai komposisi, konsentrasi dan hasil yang
ditimbulkannya. Untuk ini Kontraktor / Supplier harus menunjuk syarat rekomendasi
dari lembaga resmi yang ditunjuk tersebut sebelum memulai pekerjaan.

4.3.2. Pada waktu penyerahan, Kontraktor memberikan jaminan atas produk yang
digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya selama
minimal 10 (sepuluh) tahun termasuk kesanggupan mengganti dan memperbaiki
segala jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari
pihak pabrik untuk kualitas material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator)
untuk kualitas pemasangan.

4.3.3. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan-percobaan dengan cara


memberi air di atas permukaan yang diberi lapisan kedap air, pelaksanaan
pekerjaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

4.4. PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN BAHAN.


4.4.1. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan baik dan tidak
bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih tersegel dan berlabel
pabriknya.

4.4.2. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak


lembab, kering dan bersih, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

4.4.3. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya.

4.4.4. Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang


disimpan, baik sebelum atau selama pelaksanaan, kalau terdapat kerusakan yang
bukan karena tindakan Pemilik.

4.5. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN.


4.5.1. Persyaratan umum.
a. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan terlebih dahulu kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan /
persyaratan pabrik yang bersangkutan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti
tanpa biaya tambahan.

b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran / penggantian, maka bahan- bahan


pengganti harus yang disetujui oleh Konsultan Pengawas berdasarkan contoh
yang diajukan oleh Kontraktor.

c. Sebelum pekerjaan ini dimulai, permukaan dari bagian yang akan diberi lapisan
ini harus dibersihkan sampai keadaan yang dapat disetujui oleh Konsultan
Pengawas dengan cara-cara yang telah disetujui Konsultan Pengawas.
Peil dan ukuran harus sesuai dengan gambar.
d. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari
pabrik yang bersangkutan, dan atas petunjuk Konsultan Pengawas.

e. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan
lainnya, maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada Konsultan Pengawas
sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di
suatu tempat dalam hal ada kelainan / perbedaan di tempat itu, sebelum perbedaan
tersebut diselesaikan.

4.5.2. Cara pelaksanaan.

a. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman (ahli


dari pihak pemberi jaminan pemasangan) dan terlebih dahulu harus mengajukan
metode pelaksanaan sesuai dengan spesifikasi pabrik untuk mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas.

b. Khusus untuk bahan waterproofing yang dipasang pada tempat-tempat yang


terkena langsung oleh sinar matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung
terhadap ultra violet atau apabila disyaratkan dalam gambar pelaksanaan atau
spesifikasi Arsitektur, maka di bagian atas dari lembaran waterproofing ini harus
diberi lapisan pelindung sesuai dengan gambar pelaksanaan, dimana lapisan ini
dapat berupa screed ataupun material finishing.

c. Waterproofing untuk atap, tebal 3 mm. lengkap dengan primer, screed


lapisan pertama dan screed lapisan kedua, kawat ayam dan pengaturan
kemiringan harus sesuai dengan yang dibutuhkan.

4.5.3. Gambar detail pelaksanaan.

a. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan)


berdasarkan pada gambar dokumen kontrak dan telah disesuaikan dengan keadaan
lapangan.

b. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail-detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam gambar kerja / dokumen kontrak.

c. Dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan
termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus yang
belum tercakup secara lengkap didalam gambar kerja / dokumen kontrak sesuai
dengan spesifikasi pabrik.
Shop drawing harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, sebelum mulai dilaksanakan.

4.4. TANGGUNG JAWAB

4.4.1. Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan pekerjaannya


sampai dengan saat-saat berakhirnya masa garansi.

4.4.2. Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian
Rencana Kerja dan Syarat-syarat maupun yang tercantum dalam gambar-
gambar atau peraturan-peraturan yang berlaku.

4.4.3. Kontraktor harus menempatkan tenaga ahli di lapangan yang setiap saat
diperlukan bisa berdiskusi dan dapat memutuskan setiap persoalan di
lapangan, baik teknis mapun administratif.

4.7. CONTOH.

4.7.1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap dan
jaminan dari pabrik, kecuali bahan yan disediakan oleh proyek.

4.7.2. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas
minimal sebanyak 2 (dua) produk yang setara dari berbagai merk pembuatan, kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.

4.7.3. Keputusan jenis bahan, warna, tekstur dan merk yang memenuhi spesifikasi
akan diambil oleh Konsultan Pengawas dan akan diinformasikan kepada Kontraktor
selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh
bahan tersebut.
4.8 PENGUJIAN MUTU.

4.8.1. Kontraktor diwajibkan untuk melakukan percobaan / pengetesan


terhadap hasil pekerjaan atas biaya sendiri, seperti dengan cara memberi siraman di
atas permukaan yang telah diberi lapisan kedap air.

4.8.2. Pekerjaan percobaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan


dari
Konsultan Pengawas.
4.8.3. Pada waktu penyerahan maka Kontraktor harus memberikan jaminan
atas semua pekerjaan perlindungan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat
lainnya, akibat kegagalan dari bahan maupun hasil pekerjaan.

Jaminan pekerjaan ini berlaku selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan
memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi.

4.9. PENGAMANAN PEKERJAAN.


4.9.1. Kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap pemasangan yang telah
dilakukan terhadap kemungkinan pergeseran, lecet permukaan atau kerusakan
lainnya.

4.9.2. Apabila terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik
atau Pemakai pada waktu pekerjaan ini dilakukan/dilaksanakan, maka Kontraktor
harus memperbaiki/mengganti sampai dinyatakan dapat diterima oleh
Konsultan Pengawas.
Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab
Kontraktor.

SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR


PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN

1.1. LINGKUP PEKERJAAN.


Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan adukan pasangan batu kali
b. Pekerjaan adukan pasangan bata ringan (hebel)
c. Pekerjaan adukan lain seperti tercantum dalam gambar kerja.

1.2. PERSYARATAN BAHAN.


1.2.1. Semen.Mortal
Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Buku Rencana Kerja dan
Syarat-syarat Teknis Struktur.

1.2.2. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, bersih
dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis.

1.2.3. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan organik
dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

1.3.1. Campuran adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 (tiga) menit.

1.3.2. Jenis adukan.


a. Adukan biasa adalah campuran 1pc: 4ps dan 1pc: 5ps.
Adukan ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup semua
permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak
kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
b. Adukan kedap air adalah campuran 1pc : 3ps.
Aduk plesteran ini untuk :
• Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar
bangunan.
• Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang disyaratkan
harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja hingga ketinggian 150
cm. dari permukaan lantai.
• Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai
20 cm. dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

1.3.3. Semua jenis adukan tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada
waktu pelaksanaan pemasangan.

1.3.4. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu


pencampuran adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama untuk
adukan kedap air.
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI
2.1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan pondasi pasangan batu kali.
b. Pekerjaan pasangan batu kali lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

2.2. PERSYARATAN BAHAN.


2.2.1. Batu kali.
Batu kali yang digunakan harus batu pecah dari jenis yang keras, bersudut
runcing dan tidak porous.

2.2.2. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1.

2.2.3. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2.

2.2.4. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3.

2.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


2.3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, harus dibuat profil / bentuk pondasi
dari bambuatau kayu pada setiap ujung yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan
Gambar Kerja dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

2.3.2. Galian pondasi harus telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas,
kemudian dasar galian harus diurug dengan pasir urug tebal 10 cm. disiram sampai
jenuh, diratakan dan dipadatkan sampai benar-benar padat.
Di atas lapisan pasir tersebut diberi pasangan batu kali kosong yang dipasang sesuai
dengan Gambar Kerja.

2.3.3. Pasangan batu kali untuk pondasi menggunakan adukan dengan campuran
1pc : 4ps, terkecuali disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar
Kerja. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air 1pc : 3ps.

2.3.4. Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak
ada bagian dari pondasi yang berongga atau tidak padat khususnya pada bagian
tengah.

2.3.5. Setiap jarak 50 cm. As-as harus ditanam stek ∅ 10 mm. untuk sloof dan
dinding pasangan yang tercantum dalam Gambar Kerja.
Pada perletakan kolom beton atau kolom praktis beton harus ditanamkan stek-
stek tulangan kolom dengan diameter dan jumlah besi yang sama dengan
tulangan pokok pada kolom beton atau kolom praktis tersebut.
Stek-stek harus tertanam dengan baik dalam pondasi sedalam minimum 40-d atau
sesuai dengan ukuran dalam Gambar Kerja.
Jarak antara stek-stek ini adalah tiap 100 cm. dan atau seperti yang tercantum
dalam Gambar Kerja.

PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA RINGAN (HABEL)


3.1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pembuatan dinding.
b. Pekerjaan pasangan lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

3.2. PERSYARATAN BAHAN.


3.2.1. Bata Ringan (Habel).
Batu bata ringan yang digunakan bata celkone ex. lokal dengan kualitas terbaik yang
disetujui Perencana/Konsultan Management Konstruksi, siku dan sama ukurannya
10x20x40.Sebelum pengadaan bahan ini, Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh,
disertai data teknis dari batu bata yang akan dipakai kepada Konsultan,
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

3.2.2. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.

3.2.3. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.

3.2.4. Air.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.

3.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

3.3.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail


bentuk profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakannya
sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja.

3.3.2. Pasangan bata ringan / bata celkone, dengan menggunakan aduk MU-300,PM-
100 Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas permukaan batu bata
tersebut.

3.3.3. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok rata dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air

3.3.4. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk perekat / spesi
harus sama setebal 1 cm. Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi
dengan baik dan penuh.

3.3.5. Pasangan dinding bata ringan sebelum diplester dengan MU-301,PM-200


harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta
dibersihkan
3.3.6. Setelah pekerjaan plesteran selesai tidak diperkenankan untuk langsung diaci
atau di pasang keramik dinding, tunggu 48 jam setelah kelembaban air keluar dalam
dinding/berkeringat kering, dapat dilakukan pekerjaan acian dengan MU-200,PM-
300 atau pemasangan keramik dinding.
.

3.3.7. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum
8-10 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis Pekerjaan pemasangan
harus benar-benar vertikal dan horizontal. Pengukuran dilakukan dengan tiang lot
dan harus diukur dengan tepat.
Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau
pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm. vertikal
dan horizontal. Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar / memperbaiki dan
biaya untuk perkaan ini ditanggung oleh Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.

3.3.8. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan
kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan
tulangan pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm.
.
3.3.9. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan. Kecuali Pembuatan lubang pada pasangan bata ringan yang
berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat
stek-stek besi beton diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam
dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan
bata ringan sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain

3.3.10. Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah 2 (dua) melebihi dari
2 %. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan

3.3.11. Pasangan bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish
setebal 13 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan
harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.

3.3.12. Pemeliharaan :
Selama pasangan dinding bata belum di-finish, Kontraktor wajib untuk memelihara
dan menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain. Apabila pada saat
di-finish terdapat kerusakan, berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor harus
memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas.
Biaya ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.
PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL
4.1. LINGKUP PEKERJAAN.
4.1.1. Pekerjaan Beton Tumbuk.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
Pembuatan lantai kerja beton tumbuk pada lantai dasar sesuai Gambar Kerja.

4.2. PERSYARATAN BAHAN.

4.2.1. Besi Beton.

a. Besi beton yang dipakai adalah dari mutu U-24 untuk diameter lebih kecil dari ∅
16 mm.

b. Besi harus bersih dari lapisan minyak, lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-
serpih.

c. Penampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2.

d. Diameter besi beton yang dipasang harus sesuai dengan Gambar Kerja.

e. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan
kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Konsultan Pengawas.

f. Kawat pengikat besi beton adalah dari baja lunak dan tidak disepuh / dilapis
seng. Diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi
beton harus memenuhi syarat-syarat dalam NI-2 (PBI-1971)

4.2.2. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.
4.2.3. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2. Pasir yang dipakai harus Pasir Beton.

4.2.4. Koral beton / Spleet.


a. Koral beton / spleet harus bersih, bersudut tajam, tidak berpori serta mempunyai
gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat NI-2.
b. Penyimpanan / penimbunan koral beton dengan pasir harus dipisahkan satu
sama lain, hingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan perbandingan adukan
beton yang disyaratkan.

4.2.5. A i r.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.

4.2.6. Acuan / bekisting dan perancah.


a. Papan acuan / bekisting dibuat dari multiplex tebal 9 mm.
b. Balok-balok pengaku dan pengikat papan acuan dari kaso 5/7.
c. Perancah disyaratkan memakai perancah besi, tidak diperkenankan
mempergunakan balok kaso 5/7 atau bambu.

4.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


4.3.1. Beton Bertulang.
a. Campuran dan mutu beton
• Campuran adalah 1pc : 2ps : 3Kr.
• Mutu beton yang disyaratkan dalam pekerjaan beton bertulang non struktural
ini adalah K-175.

b. Pembesian.

• Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan,


sambungan, kait-kait dan sengkang (ring) persyaratannya harus sesuai NI-2 (PBI-
1971).
• Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus sesuai dengan
Gambar Kerja.

• Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi tulangan
tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran, dan harus bebas dari papan
acuan / bekisting atau lantai kerja dengan memasang selimut beton dan bantalan
beton (beton decking) sesuai dengan NI-2 (PBI-1971).

c. Acuan / bekisting.
• Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan dalam Gambar Kerja.

• Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga


cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama
pengecoran berlangsung.

• Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran tahi
gergaji, potongan kayu, tanah, lumpur dan sebagainya.
d. Cara pengadukan.
• Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.

• Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh
Konsultan Pengawas.

• Beton harus dilindungi dari sinar matahari langsung, hingga tidak terjadi
penguapan terlalu cepat.

• Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus


diperhatikan.

e. Pengecoran Beton.
• Sebelum pelaksanaan pengecoran, Kontraktor diwajibkan me- laksanakan
pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai
jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan
penempatan penahan jarak.

• Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan


Konsultan Pengawas.

• Pengecoran harus dilakukan dengan menggunakan alat penggetar beton untuk


menjamin beton cukup padat, dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton
seperti keropos dan sarang-sarang koral / spleet yang dapat memperlemah
konstruksi.

• Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya,
maka tempat perhentian tersebut harus disetujui Konsultan Pengawas.

• Penyambungan beton lama dengan beton baru harus memakai Bonding


Agent NITOBOND PVA merk FOSROC.

• Permukaan beton lama yang akan diteruskan pengecorannya harus


dikasarkan, dilapis dengan Bonding Agent NITOBOND PVA yang pelaksanaannya
sesuai persyaratan pabrik pembuat, selanjutnya langsung dilakukan pengecoran
beton baru.

f. Pekerjaan pembongkaran acuan / bekisting.

Pekerjaan pembongkaran acuan / bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin


tertulis dari Konsultan Pengawas.
Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada
permukaan beton tanpa persetujuan Konsultan Pengawas.

g. Penulangan beton kolom dan balok praktis sesuai Gambar Kerja dan atau seperti
terurai dalam pekerjaan beton di Bab lain dalam Buku ini.

h. Pemasangan kolom praktis dan balok praktis / lintel seperti tercantum dalam
Butir 5.3.1.g. dan 5.3.1.h. di atas, terlepas apakah pekerjaan tersebut tergambar
atau tidak dalam Gambar Kerja.

i. Pada setiap pertemuan dinding pasangan batu bata dengan kolom praktis, ring
balok beton maupun beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja harus
diperkuat angker ∅ 8 mm. setiap jarak 50 cm. yang terlebih
dahulu telah ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan kolom dan balok
praktis ini. Bagian yang tertanam dalam pasangan bata minimal sedalam 30 cm.
kecuali ditentukan lain.

4.3.2. Pekerjaan Beton Tumbuk.


Campuran beton tumbuk adalah 1pc : 3ps : 5kr dengan tulangan praktis 1 lapis – 2
arah diameter 6 mm.- 15 cm. atau wiremesh BRC M-6, terkecuali pada daerah basah
(KM / WC dan Pantry) tidak dipasang tulangan.

Lapisan beton tumbuk harus padat, tidak berongga, tidak retak dan rata permukaan /
waterpass dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

Tebal lapisan beton tumbuk adalah 6 cm, dan atau sesuai Gambar Kerja.

PEKERJAAN PLESTERAN
5.1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
• Plesteran aci halus untuk dinding pasangan bata rinagan dan permukaan beton.
• Plesteran kedap air.
• Plesteran biasa.
• Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam Gambar Kerja.

5.2. PERSYARATAN BAHAN.

5.2.1. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.
5.2.2. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.
5.2.3. A i r.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.

5.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.


5.3.1. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume.
Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding pasangan bata
atau bidang beton telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.

5.3.2. Jenis plesteran.


a. Plesteran kasar adalah plesteran dengan permukaan tidak dhaluskan.
Campuan plesteran kasar adalah campuran aduk kedap air,yaitu Dipakai untuk :

• Menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah hingga ke


permukaan tanah dan atau lantai.

• Menutup permukaan dinding pagar yang menghadap tetangga.

b. Plesteran biasa adalah campuran .


Aduk plesteran ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup
semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan
tidak kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

c. Plesteran kedap air adalah campuran .


Aduk plesteran ini untuk :

• Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar
bangunan.

• Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang disyaratkan


harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja hingga ketinggian 150 cm.
dari permukaan lantai.

• Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 20


cm. dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

d. Plesteran halus / aci halus adalah campuran Semen Mortar dengan air yang
dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh campuran yang homogen.
Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan.
Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk plesteran sebagai
lapisan dasar telah berumur 8 (delapan) hari, atau sudah kering benar.

5.3.3. Pelaksanaan.
a. Adukan semua jenis plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu
pelaksanaan pemasangan.

b. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran


aduk plesteran dengan waktu pemasangan tidak melebihi
30 menit, terutama untuk plesteran kedap air.

c. Kontraktor harus menyediakan Pekerja / Tukang yang ahli untuk


pelaksanaan pekerjaan plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus.

d. Terkecuali untuk plesteran kasar, permukaan semua aduk plesteran harus


diratakan. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus / aci harus rata,
tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak
mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.

e. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi


terlebih dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus
dibersihkan dari sisa-sisa bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”). Semua
lubang - lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk
plesteran.

d. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat / wallpaper dipakai
plesteran aci halus di atas permukaan plesterannya.
Untuk bidang dinding pasangan yang menggunakan bahan / material akhir lain,
permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan
ikatan yang lebih baik terhadap bahan / material yang akan digunakan tersebut.

e. Untuk setiap pertemuan bahan / material yang berbeda jenisnya pada satu
bidang datar, harus diberi naat / celah dengan ukuran lebar 7 mm. dan dalam 5 mm.

f. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau


pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m.
g. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom
seperti yang dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar Kerja. Tebal plesteran
adalah maksimal 1 cm.
Jika ketebalan melebihi 1 cm, maka diharuskan menggunakan kawat
ayam yang diikatkan / dipakukan ke permukaan dinding pasangan yang
bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran.

h. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan


instalasi pipa listrik, pipa plumbing, untuk seluruh bangunan.

5.3.4. Pemeliharaan.

a. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan


wajar. Hal ini dilakukan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat
kering dan melindunginya dari sinar matahari langsung dengan bahan penutup yang
dapat mencegah penguapan secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama 7
(tujuh) hari setelah pengacian selesai, Kontraktor harus selalu menyiram
dengan air sekurang- kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.

b. Selama permukaan plesteran belum dilapis dengan bahan / material akhir,


Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan- kerusakan dan
pengotoran dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim
sebagai pekerjaan tambah.

c. Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan / material akhir di atas


permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua)
minggu, cukup kering, bersih dari retak, noda dan cacat lain seperti yang disyaratkan
tersebut di atas.

d. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Konsultan
Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Biaya untuk perbaikan tersebut ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat
dijadikan sebagai pekerjaan tambah.

PEKERJAAN PENGECATAN
6.1. LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi ;


• Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata dan beton ,
6.1.1. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Batu Bata dan Beton
Semua permukaan dinding pasangan batu bata dan permukaan beton yang tampak
(exposed) seperti tercantum dalam Gambar Kerja.

6.1.2. Pekerjaan Pengecatan Logam


Semua pekerjaan logam yang terpasang seperti tercantum dalam Gambar
Kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Semua bagian / permukaan yang tampak (exposed) dicat sampai dengan cat finish.

b. Semua bagian / permukaan yang tidak ditampakkan (un-exposed) dicat hanya


sampai dengan cat dasar.

6.2. PERSYARATAN BAHAN.

6.2.1. Cat Tembok Exterior.


Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tahan terhadap udara dan garam. Tipe
exterior matt emulsion.
Produk SUNLEX, ICI atau setara.

6.2.2. Cat Tembok Interior.


Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tipe interior matt emulsion. Produk
SUNLEX, ICI atau setara.

6.2.3. Cat Logam & Kayu.


Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss kualitas utama, tipe interior &
exterior gloss paint. Produk , SEIV atau setara.

6.2.4. Lapisan Primer.


Bahan dari kualitas utama, produk SUNLEX, ICI Atau setara.

6.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.

6.3.1. Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila
dispesifikasikan lain.
Tebal minimum dari tiap lapisan jadi (finish) minimum sama dengan syarat yang
dispesifikasikan pabrik.

Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas yang
menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.
6.3.2. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun
atau membahayakan kesehatan manusia, maka Kontraktor harus
menyediakan peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan
sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.

6.3.3. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca


yang lembab atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup. Terutama untuk
pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau
membahayakan manusia, maka ruangan tersebut harus mempunyai ventilasi
yang cukup atau pergantian udara berlangsung lancar.

Di dalam keadaan tertentu misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor harus


memakai kipas angin ( fan ) untuk memperlancar pergantian / aliran udara.

6.3.4. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan
(vacuum cleaner), semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas / mutu
terbaik dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.

6.3.5. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas.
Penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui Konsultan Pengawas.

6.3.6. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan


kain kering terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas, terkecuali disyaratkan lain dalam spesifikasi ini.

6.3.7. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen
bahan / material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.

6.3.8. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulang dan
diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat
finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Konsultan
Pengawas.

Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.

6.3.9. Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan oleh aplikator yang


direkomendasikan oleh pihak pabrik untuk mendapatkan garansi bahan dan
pekerjaan dari pabrik.
6.3.10. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata dan Beton a.
Sebelum Pelaksanaan.
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, minyak, lemak, kotoran atau noda
lain, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat dan dalam
kondisi kering.

b. Pelaksanaan Pekerjaan dengan Roller


Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin menggunakan roller.

c. Permukaan Interior.

f Lapisan Pertama :
• Cat dasar jenis Alkali .
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
• Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar per liter 13–15 m2.
• Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
• Warna bening ( transparan ).

f Lapisan Kedua dan Ketiga :


• Cat jenis Interior Setara Dulux.
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
• Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar per liter 11-17 m2
per lapis.
• Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
• Warna ditentukan kemudian.

d. Permukaan Exterior.

f Lapisan Pertama :
• Cat dasar jenis Alkali .
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
• Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar per liter 13–15 m2.
• Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
• Warna bening ( transparan ).

f Lapisan Kedua dan Ketiga :


• Cat jenis Exterior .
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
• Ketebalan lapisan 25-40 micron atau daya sebar per liter 11-17 m2
per lapis.
• Tenggang waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
• Warna ditentukan kemudian.

16.3.12. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Ditampakkan. a. Persiapan Sebelum


Pengecatan.
Bersihkan permukaan dari kulit giling (kerak / millscale), karat, minyak, lemak dan
kotoran lain secara teliti, seksama dan menyeluruh sehingga permukaan yang
dimaksud menampilkan tampak logam yang halus dan mengkilap.

Pekerjaan ini dilaksanakan dengan sikat kawat mekanik (Mechanical Wire Brush).
Akhirnya permukaan dibersihkan dengan vacuum cleaner atau sikat yang bersih.

Sebelum dilakukan pengecatan, semua permukaan logam harus mendapat


“solvent treatment” untuk menghilangkan lemak dan kotoran.

b. Pelaksanaan pengecatan.

f Lapisan Pertama :
Pekerjaan cat primer / dasar dilaksanakan sebelum komponen bahan
/ material logam terpasang. Cat primer SEIV.
Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.

f Lapisan Kedua :
Cat dasar jenis Undercoat.
Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.

f Lapisan Ketiga dan Keempat : Cat akhir (“finish”) , SEIV.


Pelaksanaan dengan kuas
Tenggang waktu antara pelapisan minimum 16 jam. Warna ditentukan kemudian.

6.3.11. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Tidak Ditampakkan.


Semua pengecatan permukaan logam yang tidak ditampakkan hanya cat dasar
SEIV 1 (satu) lapis.
Pelaksanaan dengan kuas.
D. PEKERJAAN PEMIPAAN
Pekerjaan Pemipaan terdiri dari pemasangan pipa transmisi dan pemasangan
pipa distribusi. Dimana Pipa yang digunakan adalah Jenis Pipa HDPE PN 10 baik pada
transimisi maupun pada distribusi.

Persyaratan Pemasangan :

1. Umum
a) Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk
menjamin kebersihan dan kerapian.
b) Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak
kurang dari 30 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan &
peralatan.
c) Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti
sebelum dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda
tajam/runcing serta penghalang lainnya.
d) Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup
yang diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik
dan sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan
dalam gambar.
e) Sambungan lengkung, reducer ,expander dan sambungan-
sambungan cabang pada pekerjaan perpipaan harus
mempergunakan fitting buatan pabrik.
f) Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk
pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (valve handled)
tidak boleh menukik.
g) Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat
ke arah pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagain
penyempitan. Katup-katup dan fitting pada pemipaan demikian
harus ukuran jalur penuh.
h) Semua galian, harus juga termasuk pengurungan serta pemadatan
kembali sehingga kembali seperti kondisi semula.
2. Cara Pemasangan Pipa dalam Tanah
a) Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.
b) Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda keras.
c) Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar
galian dengan adukan semen.
d) Pipa yang telah tersambung dilettakan di atas dasar (dudukan).
e) Dibuat blok beton setiap interval 2 meter atau disesuaikan dengan
kondisi sambungan pipa, fitting, dan kondisi lapangan.
f) Untuk pipa yang menyeberangi jalan harus diberi pipa pengaman
(selubug) baja atau beton.
3. Sambungan cincin karet
a) Penyambungan antara pipa HDPE dan fitting mempergunakan
sambungan cincin karet atau rubber ring joint berlaku untuk ukuran
sesuai yang dipersyaratkan.
b) Semua pemotongan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau
roda atau peralatan lainnya yang sesuai sehingga hasil potongan
sesuai standar.
c) Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter
dengan reamer.
d) Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
4. Sambungan Las
a) Sambungan las ini berlaku antara pipa galvanized dan fittingnya
seperti yang dalam gambar atau yang dipersyaratkan. Kawat las
atau elektrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang
dilas.
b) Sebelum pekerjaan las di mulai Pemborong harus mengajukan
kepada direksi contoh hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
c) Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja
sesudah mempunyai surat ijin tertulis dari Direksi / Konsultan
Pengawas.
d) Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus
untuk itu.
e) Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang
berkondisi baik menurut penilaian Direksi / Konsultan Pengawas.
5. Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan,
pemipaan di setiap service harus dibersihkan dengan seksama,
menggunakan cara-cara / metoda-metoda yang disetujui sampai semua
benda-benda asing disingkirkan.

6. Testing dan Commissioning


Pemborong pekerjaan instalasi harus melakukan semua testing
pengukuran secara partial dan secara system, untuk megetahui apakah
instalasi yang sudah dilaksanakan berfungsi dengan baik dan memenui
persyaratan yang ditentukan .
Semua tenaga, bahan, perlengkapan yang perlu untuk testing
merupakan tanggung jawab pemborong, sehingga semua persyaratan
test yang dianjurkan oleh pabrik hingga dapat dilakukan dan diketahui
hasil test sesuai pesyaratan yang ditentukan.
E. PERATURAN PENUTUP
1) Meskipun dalam Spesifikasi dan Syarat – Syarat Teknis ini pada uraian pekerjaan
dan uraian bahan-bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus disediakan oleh
Penyedia Jasa dan tidak disebutkan dalam penjelasan pekerjaan pemborongan
ini, perkataan tersebut di atas tetap dianggap ada dan dimuat dalam Spesifikasi
dan Syarat – syarat ini.
2) Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari Pekerjaan Pembangunan
Jembatan Gantung, tetapi tidak diuraikan atau dimuat dalam Rencana Teknis
Pekerjaan ini, tetapi diselenggarakan dan diselesaikan oleh Penyedia Jasa, harus
dianggap seakan-akan pekerjaan itu diuraikan dan dimuat dalam Spesifikasi
Teknis ini, untuk menuju ke penyerahan yang lengkap dan sempurna menurut
pertimbangan Direksi.

F. PEKERJAAN PEMBERSIHAN, SELESAI DAN TAMBAHAN


a. Pekerjaan Pembersihan
Semua sisa bahan – bahan, setelah pekerjaan selesai harus diangkut keluar
lokasi. Setelah pekerjaan dianggap selesai maka semua bangunan yang masih
kotor harus dibersihkan / dicuci. Semua macam pekerjaan telah diselesaikan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Pekerjaan Selesai.
Pekerjaan dianggap selesai Jika :
Pembersihan bangunan halaman telah selesai dikerjakan.
Pekerjaan telah diperiksa secara bersama oleh direksi pekerjaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
c. Pekerjaan Tambahan
Selain rencana kerja dan syarat-syarat ini maka semua ketentuan administrasi,
pemeriksaan bahan, mutu pekerjaan serta ketentuan lain dari pemeriksaan yang
menyangkut pelaksanaan bahan mutu pekerjaan ini termasuk pula sebagai
syarat-syarat yang harus dipenuhi dan ditaati.
Semua akibat yang timbul dari pelaksanaan pekerjaan yang keliru/kelalaian
kontraktor adalah menjadi tanggung jawab kontraktor.
Biaya pemeliharaan dan sejenisnya sampai bangunan diserahkan untuk kedua
kalinya menjadi tanggungan rekanan.

Anda mungkin juga menyukai