3. Lingkup Pekerjaan :
- Pekerjaan persiapan
- Pekerjaan Tanggul / Intake
- Pekerjaan Pipa Transmisi
- Pekerjaan Bak Resevoar / Pengolahan
- Pekerjaan Pipa Distribusi
- Pekerjaan Sambungan Rumah Warga (SR)
3. Pekerjaan Persiapan
a. Dalam waktu 15 hari setelah menerima surat perintah, kontraktor harus
mengirimkan Rencana Pelaksanaan Kerja, Metode Pelaksanaan dan Laporan
Kegiatan secara rinci yang sesuai rencana kerja global yang telah diajukan dalam
pelelangan. Rincian tersebut harus mencantumkan Program Pelaksanaan :
- Mobilisasi/Demobilisasi
- Survey dan Testing Lapangan
- Daftar Bahan dan Peralatan Khusus
- Kemungkinan Kelambatan Pekerjaan
b. Rencana pelaksanaan kerja disusun dalam bentuk bagan (Bar Chart dan/atau S-
Curve).
c. Mobilisasi/demobilisasi tenaga kerja dan peralatan serta pengadaan bahan material.
d. Pelaksana lapangan yang cakap/terampil sesuai bidang disiplin ilmunya.
e. Bangsal kerja, kantor lapangan sementara dan direksi keet, dengan ketentuan
sebagai berikut (Apabila Dipersyaratkan):
1. Ukuran bangunan 3 x 4 m, tinggi langit-langit 2,00 m.
2. Tiang dari kayu kelas III (Bitau ) ukuran 10/10 cm.
3. Rangka dan atap dan dinding kayu dari kayu kelas III ( Bitau ) ukuran 5/10 dan
5/7 cm.
4. Dinding terbuat dari papan yang dilengkapi pintu tripleks dan jendela yang cukup
untuk penerangan jendela udara.
5. Atap seng gelombang BJLS 0,20 / BWG 34.
6. Ruang Direksi Dilengkapi kursi meja ½ biro, meja tamu, papan tempel ukuran
122 x 244 cm, White board ukuran 122 x 122 cm, gambar pelaksanaan dan
bester serta jadwal pelaksanaan pekerjaan, perlengkapan P3K/obat-obatan.
7. Contoh material yang akan digunakan/diuji.
f. Papan Nama Kegiatan
g. Dokumen kontrak
1) Konsep dokumen kontrak disiapkan oleh Pemilik Pekerjaan namun
penggandaannya oleh kontraktor.
2) Jumlah dokumen kontrak sebanyak yang telah ditetapkan pada syarat-syarat
administrasi, kontraktor harus menyiapkan maksimum 5 (lima) set untuk
pelaksanaan di lapangan. Jumlah tersebut sudah termasuk yang harus disiapkan
oleh kontraktor untuk Direksi Pekerjaan dan Engineer Konsultan yang ditunjuk.
h. Gambar-gambar kerja yang selalu siap di lapangan
i. Laporan
Kontraktor harus membuat laporan kegiatan pekerjaan dengan menggunakan
format yang telah disetujui oleh Direksi.
1) Buku harian yang mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan
detail-detail penting dari unsur teknik.
2) Laporan harian, berisi hal-hal berikut :
Kondisi musim/cuaca
Jumlah staf dan pekerja yang bekerja
Jumlah dan jenis material dan peralatan di lapangan
Laporan kemajuan pekerjaan, termasuk lokasi serta perhitungan volume
setiap hari.
Kejadian yang menghambat pekerjaan.
Kejadian atau kondisi yang mengakibatkan keterlambatan kemajuan (progres)
pekerjaan.
Semua informasi yang berkaitan dengan pekerjaan.
3) Laporan Mingguan
- Setiap akhir minggu dibuat laporan dengan format yang telah disetujui dan
membuat program rencana kerja minggu berikutnya.
- Setiap satu minggu sekali diadakan rapat antara personil inti dari kontraktor
dengan Direksi lapangan untuk membahas kelancaran pekerjaan.
4) Laporan Bulanan
a. Setiap tanggal 25 bulan berjalan, Kontraktor harus sudah membuat laporan
dengan menggunakan format yang telah disetujui. Laporan tersebut
meliputi laporan fisik dan laporan keuangan.
b. Laporan berisi (tidak mutlak dibatasi) hal-hal sebagai berikut :
Secara rinci uraian pekerjaan yang dilaksanakan pada periode bulan
tersebut.
Ringkasan komulatif kemajuan fisik dan progres keuangan untuk setiap
kegiatan utama.
Prosentase hasil kerja terhadap seluruh pekerjaan yang tercantum dalam
kontrak.
Penjelasan penyebab keterlambatan pelaksanaan dan usulan pemecahan
untuk mengejar ketinggalan dan kehilangan waktu.
Rencana kerja bulan berikutnya.
Daftar peralatan mesin-mesin konstruksi dan bahan/material yang
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan termasuk mesin-mesin yang baru
didatangkan maupun yang dikeluarkan dari lokasi lapangan pekerjaan
termasuk periode mesin-mesin dan peralatan tidak digunakan.
Jumlah total volume dari jenis pekerjaan yang tercantum dalam daftar
volume (Bill of Quantity).
Kondisi cuaca secara umum, termasuk pencatatan periode serta intensitas
hujan setiap hari.
Daftar kecelakaan :
- Masuk rumah sakit atau meninggal bila ada.
- Kerusakan pekerjaan
- Kerusakan hunian, material dan peralatan.
Schedule progres kemajuan yang menunjukkan tanggal penerimaan dan
jumlah dan tagihan yang dikirim tetapi belum dibayar.
Perkiraan jumlah pembayaran dari pemilik untuk bulan periode
berikutnya.
Foto-foto pelaksanaan pekerjaan pada bulan tersebut.
5) Foto-foto Pelaksanaan Pekerjaan
a. Kontraktor harus membuat foto yang menggambarkan kemajuan
pelaksanaan pekerjaan, foto harus menunjukkan keadaan sebelum dimulai
pelaksanaan, sedang dalam pelaksanaan dan setelah selesai pelaksanaan.
Pengambilan fot harus dalam satu titik dan arah yang sama.
b. Tiga lembar cetak foto untuk setiap pemotretan harus diserahkan kepada
Direksi dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari.
c. Ukuran foto 3R
d. Setiap foto harus dilampirkan sebagai berikut :
Penjelasan ringkas, termasuk lokasi dan kode nomor
Nomor foto dan tanggal pengambilan
Nama kontraktor
Nama kegiatan
Negatif film harus diserahkan juga kepada Direksi dengan diberi label dan
mudah disimpan.
a. Gambar-Gambar Pelaksanaan
Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan yang cermat terutama
ukuran-ukurannya maupun dimensi dari segi yang tertera di dalam
gambar rencana tersebut. Bila ada yang tidak sesuai atau kurang jelas
harus dikonfirmasikan kepada Direksi. Semua yang meragukan harus
dimintakan penegasan dari Direksi dalam bentuk tertulis.
Format Gambar
- Bahasa
Semua gambar dan data perhitungan pendukungnya yang harus
disiapkan oleh kontraktor menggunakan bahasa Indonesia, bila ada
gambar yang berbahasa asing diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.
- Satuan
Semua satuan menggunaan sistem metrik.
- Ukuran
Semua gambar menggunakan ukuran standard, JIS, ukuran A3 (297 x
420) mm, kecuali ada perintah lain atau persetujuan dari Direksi.
- Judul
Konsep tentang judul maupun format semua gambar yang disiapkan
oleh kontraktor, ditunjukkan terlebih dahulu untuk mendapat
persetujuan Direksi.
- Penomoran
Referensi penomoran gambar menggunakan sistem penomoran
gambar teknik. Urutan penomoran akan ditetapkan oleh Direksi. Bila
kontraktor bermaksud memberikan referensi penomoran untuk
kepentingan sendiri bisa menambahkan kolom pada kolom-kolom
judul.
- Indeks Gambar
Tiap-tiap gambar yang dihasilkan diberikan indeks. Lembaran-lembaran
indeks gambar harus diserahkan kepada direksi.
- Gambar di lapangan
Semua lembara gambar yang paling akhir mendapatkan persetujuan
revisi oleh direksi segera dikirim ke kantor lapangan kontraktor.
Gambar-gambar tersebut harus selalu ada di lapangan dan sewaktu-
waktu selalu dapat dipergunakan untuk pemeriksaan oleh Direksi.
b. Gambar pelaksanaan (Construction Drawing)
Semua gambar untuk dilaksanakan (construction drawing) diberikan oleh
Pemilik yang disiapkan oleh Konsultan.
Dalam gambar ini jelas menunjukkan tata letaknya, dimensinya, jenis
konstruksinya dan seterusnya seperti yang disebutkan dalam spesifikasi
atau petunjuk direksi.
c. Gambar Kerja (Working Drawing)
Kontraktor harus membuat gambar kerja (working drawing) dan gambar
tersebut mengacu pada gambar untuk dilaksanakan (construction
drawing) yang diberikan oleh pemilik pekerjaan.
Gambar kerja harus detail dan dicantumkan jumlah material yang
digunakan (bar bending schedule, list of material, dll), juga
mempertimbangkan kemudahan pemeriksaan/inspeksi dari prosedur
kerja maupun metode pelaksanaan yang akan dikerjakan di lapangan
oleh Kontraktor.
Gambar kerja diajukan kepada Direksi sebanyak 3 (tiga) rangkap cetak
biru (blue print) untuk dilakukan pemeriksaan sampai mendapatkan
persetujuan. Bila ada perubahan dalam gambar kerja, maka harus dalam
bentuk tertulis yang ditandatangani oleh Direksi dan gambar perubahan
ini merupakan bagian daripada Gambar Kerja.
Dari gambar kerja yang telah disetujui, ternyata setelah memperhatikan
kondisi pondasi, hasil galian maupun hasil test laboratorium, konstruksi
yang dikehendaki lain dan perlu perubahan gambar kerja, maka
perubahan tersebut harus dalam bentuk tertulis dari Direksi pekerjaan.
Semua biaya gambar kerja berikut perubahan-perubahannya menjadi
beban kontraktor.
Gambar kerja dalam beberapa item pekerjaan juga digunakan sebagai
dasar acuan pengajuan Tagihan Pembayaran (Monthly Payment)
Kontraktor.
d. Gambar Fasilitas/Bangunan Sementara
Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulai pekerjaan dari
tiap seksi pekerjaan, kontraktor harus sudah mengirimkan gambar-
gambar fasilitas/bangunan sementara yang akan dipergunakan di daerah
areal proyek seperti gambar gudang, rencana kantor, tempat
penyimpanan peralatan mesin, asrama pekerja dan bangunan, bangunan
lainnya yang diusulkan oleh kontraktor. Gambar-gambar harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi.
Bila ternyata dalam pelaksanaan ada perubahan, kontraktor juga harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi perihal perubahan tersebut baik
dari segi lokasi maupun konstruksinya.
e. Gambar Terlaksana (As Built Drawing)
1. Selama pelaksanaan konstruksi pekerjaan, kontraktor harus
mengikuti seksama dan mencocokkan dengan gambar kerja.
Ketidakcocokan dengan gambar kerka yang telah disetujui, supaya
dicantumkan perubahan-perubahannya dan konstruksi pekerjaan
yang dikerjakan sesuai dengan keadaan yang dikerjakan/dengan
keadaan sebenarnya untuk selanjutnya dibuat gambar terlaksana.
2. Penyesuaian gambar dengan pelaksana pekerjaan di lapangan akan
diadakan pemeriksaan oleh Direksi Teknik.
Bila dari hasil pemeriksaan ternyata ditemukan ketidak sesuaian
maka dalam jangka 14 (empat belas) hari, kontraktor harus telah
memperbaiki gambar tersebut, sehingga gambar terlaksana benar-
benar sesuai dengan yang dilaksanakan di lapangan.
Setelah mendapatkan persetujuan maka Kontraktor menggandakan
di samping untuk keperluannya sendiri, sebanyak 3 (tiga) set
diserahka kepada Direksi/Engineer.
3. Gambar terlaksana harus dibuat di atas, kertas yang berkualitas baik
dari memudahkan dalam penggandaannya. Selanjutnya gambar
terlaksana yang telah selesai dan telah mendapatkan persetujuan
dari Direksi/Engineer diserahkan kepada pemilik pekerjaan oleh
kontraktor.
4. Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah penandatanganan serah
terima pekerjaan 100%, kontraktor harus sudah menyerahkan
gambar terlaksana lengkap yang terdiri dari :
a. 1 (satu) set gambar lengkap dalam kertas A3 berkualitas baik.
b. 3 (tiga) set gambar lengkap cetakan ukuran penuh (A3)
c. 10 (sepuluh) set gambar lengkap, dengan uk. diperkecil menjadi A4.
d. Gambar-Gambar Lain
Selain gambar-gambar yang disebutkan di atas, gambar-gambar
lain yang masih diperlukan dalam pelaksanaan seperti gambar
metode pelaksanaan, skema diagram ataupun grafik jadwal
pelaksanaan pekerjaan, harus diserahkan juga untuk mendapatkan
persetujuan dari Direksi/Engineer.
Jika ada perbedaan gambar dan syarat-syarat teknik, maka syarat-
syarat teknik yang harus diikuti. Jika ada perbedaan pada gambar
dan atau ukuran-ukuran maka gambar skala yang lebih besar yang
diikuti, dan jika terdapat keragu-raguan dari isi dokumen proyek,
maka kontrakor harus mendiskusikan atau minta penjelasan pada
direksi teknik, dan dalam terjadi pertentangan isi antara dokumen-
dokumen yang ada maka yang menentukan adalah tingkat
“kekuatan” dari dokumen yang dimaksud sebagaimana telah
ditetapkan dalam salah satu bagian dari dokumen proyek.
e. Survey dan Pengukuran Kembali
1. Paling lambat 15 hari setelah penandatanganan kontrak,
kontraktor diwajibkan untuk melaksanakan survey lapangan
yang lengkap terhadap kondisi fisik dan struktur jalan lama.
Kemudian harus mengajukan atau menyerahkan laporan
lengkap dan detail dari hasil survey ini kepada direksi teknik.
Laporan itu berupa rencana kera secara tertulis, menjelaskan
secara terperinci urutan-urutan dan cara pelaksanaan
pekerjaan, termasuk hal-hal khusus bila perlu, misalnya
cuaca/curah hujan dan sebagainya.
2. Titik referensi atau Bench Mark (BM), telah ditetapkan oleh
Pemilik di lapangan seperti dapat diperiksa di dalam gambar.
Pengecekan BM sebelum digunakan sebagai pedoman
koordinat dan elevasi harus diadakan pengecekan dan verifikasi
tentang akurasinya. Kontraktor harus membuat titik
referensi/BM sementara untuk kepentingan kontraktor sendiri
dalam melaksanakan pekerjaan, tetapi setiap titik/BM
sementara harus mendapat persetujuan direksi lapangan.
3. Kontraktor harus menyampaikan secara Direksi, rencana
pemasangan patok-patok dalam waktu tidak kurang dari 48
jam, mendahului pelaksanaannya. Pematokan dilakukan oleh
kontraktor di bawah supervisi direksi dan bila dianggap perlu
direksi dapat melakukan perubahan-perubahan di lapangan
dan dalam hal ini akan disampaikan secara tertulis kepada
kontraktor.
4. Kontraktor harus mempersiapkan alat-alat ukur yang
diperlukan di lapangan sehubungan dengan pekerjaan ini,
termasuk yang diperlukan oleh direksi untuk pengecekan.
5. Peralatan
Kontraktor harus mengajukan daftar peralatan yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
schedule pada rencana dan kontraktor mempersiapkan
peralatan lapangan sebelum pelaksanaan dimulai seperti tanda
pengaman lalu lintas, rol meter, mal ukuran kemiringan, papan
nama proyek dan foto keadaan.
6. Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi syarat-
syarat minimal seperti yang ditetapkan dalam peraturan umum
mengenai bangunan di Indonesia.
7. Air
Air untuk pengecoran beton harus air tawar yang tidak
mengandung mineral dan alkalide. Selanjutnya harus
memenuhi syarat-syarat yang sebagaiman diuraikan dalam PBI-
1971 dan PUBB (NI-12) 1971.
8. Portland Cement (PC)
- Digunakan Portland Cement (PC) biasa yang mempunyai
kualitas mineral sampai dengan S.400 (semen tonasa atau
semen bosowa), berdasarkan kualifikasi yang diteatpkan
dalam NI-8.
- Semen yang telah mengeras/membantu atau berbungkah
tidak boleh dipergukan lagi.
9. Pasir
Pasir pasangan dan pasir beton dipergunakan pasir yang
memenuhi syarat baik dan bersih, tidak mengandung lumpur
serta tidak terlalu halus telah disetujui oleh Pihak Direksi.
Selanjutnya harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang
diuraikan dalam PBI-1971 dan PUBB (NI-12) 1971.
10. Batu
Untuk pasangan pondasi dipakai batu batu kali yang tidak
pecah jenis keras, bersih dan permukaan tidak licin, ukuran
besar rata-rata 20 cm. Sedangkan untuk pasangan tembok
dipakai batu-bata kualitas baik dan telah mendapat
persetujuan direksi.
11. Kayu
Kayu yang digunakan adalah kayu kelas I jenis bayam dan kayu
kelas II Kalapi, Bitti dan kayu klas III atau yang berkualitas
baik/mutu “A”.
12. Kerikil
Kerikil beton yang digunakan adalah kerikil saring yang tidak
mengandung lumpur.
13. Besi Beton
Besi beton digunakan besi U24 sesuai syarat atau peraturan
Bahan Bangunan Indonesia.
f. Sumber Material
Kontraktor harus mencari sendiri sumber-sumber bahan sub base
yang memenuhi syarat dan mengajukan daftar kepada direksi
mengenai sumber (asal) subbase yang akan digunakan. Direksi
bersama kontraktor mengambil contoh material tersebut untuk
keperluan pemeriksaan sebelum memberikan persetujuannya,
biaya-biaya untuk itu menjadi tanggungan kontraktor.
g. Pemeriksaan testing dan persetujuan
Kontraktor harus menyerahkan hasil pemeriksaan sebelum sumber
bahan tersebut dieksploitir. Segala biaya yang menyangkut
pemeriksaan tersebut menjadi tanggungan kontraktor. Material-
material yang contohnya masih dalam tahap pemeriksaan, atau
sifat-sifatnya meragukan belum diperkenakan untuk dibawah ke
job site, dan bila material yang telah ada di job site ternyata tidak
memenuhi syarat yang ditetapkan, direksi berhak untuk
menolaknya dan kontraktor harus segera menyingkirkannya atas
biaya sendiri.
h. Penyimpanan Material
- Harus disimpan sedemikian rupa sehingga tidak mengalami
perubahan komposisi (segregasi) dan sedapat mungkin ditumpuk
di tempat yang ditunjuk/ disetujui direksi. Segala biaya yang
dikeluarkan termasuk ganti rugi bila penyimpanan tersebut
berada di luar batas penguasaan jalan, menjadi tanggungan
kontraktor.
- Penempatan material harus diatur sedemikian rupa agar tidak
mengganggu lalu lintas dan tidak mengurangi mutu material
dalam pelaksanaan pekerjaan.
- Jenis bahan material yang akan dimasukkan ke dalam lokasi harus
mendapatkan persetujuan terlebih dahulu oleh pengawas
lapangan dengan memberikan contoh bahan.
- Bahan material yang ditolak harus dikeluarkan dari lokasi proyek
atas tanggungan/biaya pemborong sendiri selambat-lambatnya 2
x 24 jam sejak waktu ditolak bahan material tersebut.
i. Persyaratan Material
Semua material harus bersih dan kotoran-kotoran, bahan-bahan
organik dan bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. yang
penggunaannya masing-masing dijelaskan dalam petunjuk teknis
Departemen PU Cipta Karya dan diupayakan bahan yang berada di
sekitar lokasi.
j. Biaya-Biaya
Kontraktor menanggung segala biaya ganti rugi/kompensasi biaya-
biaya retribusi dan sebagainya yang sehubungan dengan
pengambilan/ penandatanganan material-material tersebut,
namun tidak ada mata pembiayaan khusus untuk hal ini sehingga
kesemuanya telah harus diperhitungkan dalam harga satuan
material tersebut.
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
Cakupan pekerjaan ini adalah :
- Pembersihan Lokasi, yaitu membersihkan lokasi dari tumbuhan yang ada di lokasi
tempat akan didirikan bangunan .
- Pengukuran dan pemasangan bouplank dilaksanakan sesuai gambar kerja dan
petunjuk pihak direksi atau dalam hal ini konsultan pengawas.
- Pembuatan Direksi Keet lengkap dengan kotak P3K dan menyediakan ruangan
direksi.
- Pemasangan Papan Proyek
B. PEKERJAAN TANGGUL
1. Galian tanah :
- Galian tanah untuk pondasi dapat dimulai setelah pemasangan bouplank dan
patok – patok yang disetujui oleh direksi / Pengawas Teknis.
- Galian Awal Untuk Pondasi. Lalu Galian Untuk Pondasi Batu Kali.
- Galian pondasi harus sepenuhnya ukuran dalam gambar.
- Untuk mempertahankan kepadatan muka tanah galian, maka lubang yang
telah siap harus segera dilanjutkan dengan pasangan pasir urug bawah
pondasi dan pasangan batu kosong.
- Kecuali bila mendapatkan batu cadas, maka cukup diratakan pada muka batu
padat atau sesuai dengan petunjuk teknis.
2. Bahan Urugan
- Bahan urugan setinggi pondasi mengunakan sirtu yang berkualitas baik dan
bebas dari bahan organic dan Lumpur.
- Bahan urugan bawah pondasi dan lantai menggunakan pasir timbunan yang
bersih dari lumpur
- Pemadatan urugan tapak dilaksanakan lapis demi lapis.
D. PEKERJAAN RESERVOIR
b. Adukan Beton.
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus Beton
Readymix, kecuali ada pertimbangan lain pada bagian- bagian tertentu dapat
menggunakan beton konvensional yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas / Konsultan Pengawas.
b. Adukan Beton.
Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus Beton
Readymix, kecuali ada pertimbangan lain pada bagian- bagian tertentu dapat
menggunakan beton konvensional yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas / Konsultan Pengawas
c. Lantai Kerja
Seluruh beton untuk lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran 1pc : 3ps :
5kr.
Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah
sebagai berikut :
a. Mutu baja tulangan s/d. ∅ 14 mm. adalah BJTP 240 ( U-24 ) dengan kekuatan
tarik 2080 Kg/Cm2.
b. Mutu baja tulangan ≥ ∅ 13 mm. (diameter luar) adalah BJTD 320 (U-32 / besi ulir
) dengan kekuatan tarik 2780 Kg/Cm2.
b. Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah TONASA, BOSOWA
serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merk semen adalah
mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.
c. Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang
pada setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk
memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk
pengambilan contoh-contoh tersebut. Semen yang tidak dapat diterima sesuai
pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas, harus tidak dipergunakan atau diafkir.
Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan
untuk beton, maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk
membongkar beton tersebut dan diganti dengan memakai semen yang telah
disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan semua semen-
semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya Kontraktor.
d. Tempat Penyimpanan
• Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen,
dan setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara.
Tempat penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar
memudahkan waktu pengambilan.
• Untuk mencegah semen didalam zak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan,
Kontraktor hendaknya mempergunakan semen menurut urutan kronologis yang
diterima di tempat pekerjaan. Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian
rupa sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya. Semua zak kosong harus
disimpan dengan rapih dan diberi tanda yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
c. Pasir
• Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah pasir alam yaitu
pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.
• Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dan dari
bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. Segala macam tanah pasir dan kerikil
yang tidak dapat dipakai, harus disingkirkan. Timbunan harus diatur dan
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kegunaan dari timbunan.
• Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari
tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang merusak, jumlah
prosentase dari segala macam subsansi yang merugikan, beratnya tidak boleh
lebih dari 5% berat pasir.
• Pasir harus mempunyai “modulus kehalusan butir“ antara 2 sampai 32, atau jika
diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan standar Indonesia untuk
beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :
Saringan
No. Persentase satuan timbangan tertinggal di saringan 4, 8, 16, 30, 50, 100 PAN 0
- 15, 6 - 15, 10 - 25, 10 - 30, 15 - 35, 12 - 20, 3 - 7 Jika persentase satuan
tertinggal dalam saringan no. 16 adalah
15% atau kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan
no. 8 dapat naik sampai 20%.
• Gradasi
Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara
5 mm. sampai dengan 25 mm. dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Konsultan
Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus
menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk
menghasilkan agregat yang dapat disetujui Konsultan Pengawas.
1.2.2. A i r
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan spesi injeksi harus
bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-
kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di
Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk
menetap-kan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-
1971 untuk bahan campuran beton.
b. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat,
minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya
lekat antara baja tulangan dengan beton.
c. Khusus untuk plat lantai apabila pada gambar menggunakan wiremesh, maka
wiremesh yang digunakan adalah tipe deform (ulir) produk UNION METAL atau BRC
LYSAGHT.
b. Steiger / penyangga bekisting harus terdiri dari pipa-pipa besi standar pabrik
(schafolding) atau kayu dan tidak diperkenankan memakai bambu.
1.2.8. Admixture
b. Retarder digunakan untuk memperlambat waktu setting beton (initial set), dimana
bila waktu pengiriman beton dari Batching Plant ke proyek dan sampai dengan
waktu penuangan beton memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) jam. Bahan
retarder yang dipergunakan adalah CONPLAST RP264M2 dengan takaran 0,20 –
0,60 liter per 100 kg. semen. Pencampuran dilakukan di Batching Plant.
b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian
benda-benda uji harus memberikan hasil σ’bk ( kekuatan tekan beton karakteristik )
yang lebih besar dari yang ditentukan di dalam table, 4.2.1. PBI-1971.
c. Umur benda uji pada saat pengujian harus dilaksanakan pada umur 7, 14, atau 28
hari sesuai dengan kesepakatan dengan Konsultan Pengawas yang tertuang dalam
risalah rapat.
a. Beton harus dibentuk dari campuran bahan-bahan semen portland, pasir, kerikil
dan air seperti yang ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam
perbandingan yang tertentu / serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada
kekentalan yang baik / tepat.
b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam
spesifikasi ini, harus dipakai “campuran yang direncanakan (design mix)“.
Campuran yang direncanakan ini dihasilkan dari percobaan-percobaan campuran
yang memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan dan dilakukan oleh
laboratorium dari instansi pemerintah atau Badan yang sudah terbukti
akreditasinya.
c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari
pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan
bahan beton, ukuran mana ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai
pengecoran yang tepat dan memuaskan.
e. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas
dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan,
keawetan dan kekuatan yang dikehendaki.
h. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor.
Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan
yang dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan
Kontraktor tidak berhak atas klaim yang disebabkan perubahan yang demikian.
1.3.3. Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton
a. Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk
menjamin beton dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan
variasi kandungan lembab atau gradasi ( perbutiran ) dari agregat waktu masuk
dalam mesin pengaduk ( mixer ). Penambahan air untuk mencairkan kembali beton
padat hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum
dipasang adalah sama sekali tidak diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton
untuk setiap kali pengadukan sangat perlu.
Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari
8 cm. dan tidak melampaui 12 cm. untuk segala beton yang dipergunakan. Semua
pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas berhak
untuk menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan
dan akan menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan.
a. Baja tulangan beton harus dibengkokkan / dibentuk dengan teliti sesuai dengan
bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi. Baja
tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara yang
dapat merusak bahannya. Batang dengan bengkokan yang tidak ditunjukan dalam
gambar tidak boleh dipakai. Semua batang harus dibengkokkan dalam keadaan
dingin, pemanasan dari besi beton hanya dapat diperkenankan bila seluruh cara
pengerjaannya disetujui oleh Konsultan Pengawas atau Perencana.
b. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana.
Untuk menempatkan tulangan-tulangan tetap tepat ditempatnya, maka tulangan
harus diikat kuat dengan kawat beton ( bendraat ) dan memakai bantalan blok-blok
beton cetak ( beton decking ) dan atau kursi-kursi besi / cakar ayam perenggang.
Dalam segala hal untuk besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang yang
tepat, sehingga tidak akan ada batang yang turun.
c. Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan dalam
gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan
harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.
d. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan perhitungan.
Apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang
menentukan adalah luas tulangan.
Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas.
Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau
dasar cetakan sesuai butir 1.3.4.b. tersebut di atas, serta harus mempunyai jarak
tetap dan tertentu untuk setiap bagian-bagian konstruksi sesuai dengan gambar
rencana.
Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk
satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :
a. Pondasi Pelat, untuk sisi bawah 8 cm, untuk sisi lainnya 4 cm.
b. Balok sloof = 4,0 cm.
c. Kolom = 4,0 cm.
d. Balok = 3,0 cm.
e. Pelat beton = 2,0 cm.
1.3.9. S u h u
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32oC dan tidak kurang dari
4,5oC. Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 27oC - 32oC, beton harus
diaduk di tempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian rupa sehingga suhu dari beton
melebihi 32oC sebagai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor
harus mengambil langlah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat,
mencampur dengan es dan mengecor pada waktu
malam hari bila perlu, untuk mempertahankan suhu beton waktu dicor pada suhu
dibawah 32o C.
Cetakan (bekisting) harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan dalam
gambar rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi
persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor
terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-
kerusakan yang mungkin dapat timbul pada waktu pemakaian.
Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari bentuk
yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera
menanggulangi bentuk yang diafkir tesebut dan menggantinya atas bebannya
sendiri.
c. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-
cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai, harus tersedia.
d. Penyangga cetakan ( steiger ) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat
sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.
c. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu dimana akan dicor
beton baru, harus bersih dan lembab / basah ketika dicor dengan beton baru.
Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton
yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua
genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut sebelum beton
baru dicor.
Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai bahan perekat beton yang disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
e. Beton boleh dicor hanya ketika Konsultan Pengawas atau wakilnya yang ditunjuk
serta Staf Kontraktor yang setaraf ada ditempat / lokasi pekerjaan, dan
persiapannya betul-betul telah memadai.
f. Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar
pengangkutan ke tempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada
waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya.
Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton yang disebabkan jatuh
bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk
dengan baja-baja tulangan, tidak diijinkan. Kalau diperkirakan pemisahan yang
demikian itu mungkin akan terjadi, Kontraktor harus mempersiapkan tremie atau
alat lain yang cocok untuk mengontrol jatuhnya beton.
g. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua
penuangan beton harus selalu lapis - perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih
dari 50 cm. Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal
tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm. tidak dapat memenuhi
spesifikasi ini.
h. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama terjadi hujan deras atau turun
hujan yang lama, sedemikian rupa sehingga spesi / mortar terpisah dari agregat
kasar. Selama hujan, air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada
construction joint, dan air semen atau spesi yang hanyut terhampar harus
dibuang sebelum pekerjaan dilanjutkan.
b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang
langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran.
Perlindungan semacam itu dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan
deklit atau karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah
pengecoran dilaksanakan.
c. Perawatan beton setelah 3 hari, adalah dengan melakukan penggenangan
dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus.
Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau
dengan pipa yang berlubang-lubang atau dengan cara lain yang disetujui Konsultan
Pengawas sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu dalam
keadaan basah. Air yang digunakan dalam perawatan ( curing ) harus memenuhi
persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.
a. Jika sesudah pembukaan cetakan, ada permukaan beton yang tidak sesuai
dengan yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis
permukaan, atau ternyata ada permukaan yang cacat/rusak, semua hal itu
dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan
diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila Konsultan
Pengawas memberikan ijinnya untuk memperbaiki/menambal tempat yang
rusak, dalam hal mana perbaikan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum
dalam pasal-pasal berikut.
PENYEKAT-PENYEKAT AIR
2.1. Penyekat-penyekat air (waterstop) dari PVC harus ditempatkan pada
sambungan- sambungan bangunan seperti yang ditunjukkan pada gambar-
gambar. Kontraktor harus menyiapkan semua penyekat-penyekat air termasuk lem
PVC, semen, pasak, mur-mur dan bahan penyambung lainnya.
PEKERJAAN SPARING
3.1. Bahan-bahan material sparing, letak-letak dan posisi sparing harus sesuai
dengan gambar kerja dan tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.
3.2. Tempat-tempat dimana sparing dilaksanakan, bila tidak ada dalam gambar,
maka Kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
3.5. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu
pengecoran.
PEKERJAAN WATERPROOFING
4.1. LINGKUP PEKERJAAN.
Yang termasuk kedalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan
peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutannya yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan
dalam gambar, memenuhi uraian syarat-syarat di bawah ini serta memenuhi
spesifikasi dari pabrik yang bersangkutan. Bagian-bagian yang harus di-
waterproofing ini mencakup seluruh bagian plat atap dan daerah-daerah basah
lainnya, kecuali daerah basah pada plat lantai.
4.2.2. Bahan.
4.3. PENGUJIAN.
4.3.1. Bila diperlukan, wajib mengadakan tes bahan tersebut pada laboratorium
yang independen, baik mengenai komposisi, konsentrasi dan hasil yang
ditimbulkannya. Untuk ini Kontraktor / Supplier harus menunjuk syarat rekomendasi
dari lembaga resmi yang ditunjuk tersebut sebelum memulai pekerjaan.
4.3.2. Pada waktu penyerahan, Kontraktor memberikan jaminan atas produk yang
digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya selama
minimal 10 (sepuluh) tahun termasuk kesanggupan mengganti dan memperbaiki
segala jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari
pihak pabrik untuk kualitas material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator)
untuk kualitas pemasangan.
4.4.3. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai
dengan jenisnya.
c. Sebelum pekerjaan ini dimulai, permukaan dari bagian yang akan diberi lapisan
ini harus dibersihkan sampai keadaan yang dapat disetujui oleh Konsultan
Pengawas dengan cara-cara yang telah disetujui Konsultan Pengawas.
Peil dan ukuran harus sesuai dengan gambar.
d. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari
pabrik yang bersangkutan, dan atas petunjuk Konsultan Pengawas.
e. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan
lainnya, maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada Konsultan Pengawas
sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di
suatu tempat dalam hal ada kelainan / perbedaan di tempat itu, sebelum perbedaan
tersebut diselesaikan.
b. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail-detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam gambar kerja / dokumen kontrak.
c. Dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan
termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus yang
belum tercakup secara lengkap didalam gambar kerja / dokumen kontrak sesuai
dengan spesifikasi pabrik.
Shop drawing harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan
Pengawas, sebelum mulai dilaksanakan.
4.4.2. Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian
Rencana Kerja dan Syarat-syarat maupun yang tercantum dalam gambar-
gambar atau peraturan-peraturan yang berlaku.
4.4.3. Kontraktor harus menempatkan tenaga ahli di lapangan yang setiap saat
diperlukan bisa berdiskusi dan dapat memutuskan setiap persoalan di
lapangan, baik teknis mapun administratif.
4.7. CONTOH.
4.7.1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap dan
jaminan dari pabrik, kecuali bahan yan disediakan oleh proyek.
4.7.2. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas
minimal sebanyak 2 (dua) produk yang setara dari berbagai merk pembuatan, kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas.
4.7.3. Keputusan jenis bahan, warna, tekstur dan merk yang memenuhi spesifikasi
akan diambil oleh Konsultan Pengawas dan akan diinformasikan kepada Kontraktor
selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh
bahan tersebut.
4.8 PENGUJIAN MUTU.
Jaminan pekerjaan ini berlaku selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan
memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi.
4.9.2. Apabila terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik
atau Pemakai pada waktu pekerjaan ini dilakukan/dilaksanakan, maka Kontraktor
harus memperbaiki/mengganti sampai dinyatakan dapat diterima oleh
Konsultan Pengawas.
Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab
Kontraktor.
1.2.2. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, bersih
dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis.
1.2.3. Air.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan organik
dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak.
1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN.
1.3.1. Campuran adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Cara
pembuatannya menggunakan mixer selama 3 (tiga) menit.
1.3.3. Semua jenis adukan tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada
waktu pelaksanaan pemasangan.
2.2.2. Semen.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1.
2.2.3. Pasir.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2.
2.2.4. Air.
Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3.
2.3.2. Galian pondasi harus telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas,
kemudian dasar galian harus diurug dengan pasir urug tebal 10 cm. disiram sampai
jenuh, diratakan dan dipadatkan sampai benar-benar padat.
Di atas lapisan pasir tersebut diberi pasangan batu kali kosong yang dipasang sesuai
dengan Gambar Kerja.
2.3.3. Pasangan batu kali untuk pondasi menggunakan adukan dengan campuran
1pc : 4ps, terkecuali disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar
Kerja. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air 1pc : 3ps.
2.3.4. Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak
ada bagian dari pondasi yang berongga atau tidak padat khususnya pada bagian
tengah.
2.3.5. Setiap jarak 50 cm. As-as harus ditanam stek ∅ 10 mm. untuk sloof dan
dinding pasangan yang tercantum dalam Gambar Kerja.
Pada perletakan kolom beton atau kolom praktis beton harus ditanamkan stek-
stek tulangan kolom dengan diameter dan jumlah besi yang sama dengan
tulangan pokok pada kolom beton atau kolom praktis tersebut.
Stek-stek harus tertanam dengan baik dalam pondasi sedalam minimum 40-d atau
sesuai dengan ukuran dalam Gambar Kerja.
Jarak antara stek-stek ini adalah tiap 100 cm. dan atau seperti yang tercantum
dalam Gambar Kerja.
3.2.2. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.
3.2.3. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.
3.2.4. Air.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.
3.3.2. Pasangan bata ringan / bata celkone, dengan menggunakan aduk MU-300,PM-
100 Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas permukaan batu bata
tersebut.
3.3.3. Setelah bata terpasang dengan aduk, nad/siar-siar harus dikerok rata dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air
3.3.4. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk perekat / spesi
harus sama setebal 1 cm. Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi
dengan baik dan penuh.
3.3.7. Pemasangan dinding bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum
8-10 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis Pekerjaan pemasangan
harus benar-benar vertikal dan horizontal. Pengukuran dilakukan dengan tiang lot
dan harus diukur dengan tepat.
Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau
pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm. vertikal
dan horizontal. Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar / memperbaiki dan
biaya untuk perkaan ini ditanggung oleh Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.
3.3.8. Bidang dinding 1/2 batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan
kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan
tulangan pokok 4 diameter 10 mm, beugel diameter 6 mm jarak 20 cm.
.
3.3.9. Pembuatan lubang pada pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak
diperkenankan. Kecuali Pembuatan lubang pada pasangan bata ringan yang
berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat
stek-stek besi beton diameter 6 mm jarak 75 cm, yang terlebih dahulu ditanam
dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan
bata ringan sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain
3.3.10. Tidak diperkenankan memasang bata ringan yang patah 2 (dua) melebihi dari
2 %. Bata yang patah lebih dari 2 tidak boleh digunakan
3.3.11. Pasangan bata untuk dinding 1/2 batu harus menghasilkan dinding finish
setebal 13 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm. Pelaksanaan pasangan
harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.
3.3.12. Pemeliharaan :
Selama pasangan dinding bata belum di-finish, Kontraktor wajib untuk memelihara
dan menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain. Apabila pada saat
di-finish terdapat kerusakan, berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor harus
memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas.
Biaya ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.
PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL
4.1. LINGKUP PEKERJAAN.
4.1.1. Pekerjaan Beton Tumbuk.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
Pembuatan lantai kerja beton tumbuk pada lantai dasar sesuai Gambar Kerja.
a. Besi beton yang dipakai adalah dari mutu U-24 untuk diameter lebih kecil dari ∅
16 mm.
b. Besi harus bersih dari lapisan minyak, lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-
serpih.
d. Diameter besi beton yang dipasang harus sesuai dengan Gambar Kerja.
e. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan
kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Konsultan Pengawas.
f. Kawat pengikat besi beton adalah dari baja lunak dan tidak disepuh / dilapis
seng. Diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi
beton harus memenuhi syarat-syarat dalam NI-2 (PBI-1971)
4.2.2. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.
4.2.3. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2. Pasir yang dipakai harus Pasir Beton.
4.2.5. A i r.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.
b. Pembesian.
• Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi tulangan
tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran, dan harus bebas dari papan
acuan / bekisting atau lantai kerja dengan memasang selimut beton dan bantalan
beton (beton decking) sesuai dengan NI-2 (PBI-1971).
c. Acuan / bekisting.
• Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan dalam Gambar Kerja.
• Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran tahi
gergaji, potongan kayu, tanah, lumpur dan sebagainya.
d. Cara pengadukan.
• Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
• Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh
Konsultan Pengawas.
• Beton harus dilindungi dari sinar matahari langsung, hingga tidak terjadi
penguapan terlalu cepat.
e. Pengecoran Beton.
• Sebelum pelaksanaan pengecoran, Kontraktor diwajibkan me- laksanakan
pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai
jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan
penempatan penahan jarak.
• Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya,
maka tempat perhentian tersebut harus disetujui Konsultan Pengawas.
g. Penulangan beton kolom dan balok praktis sesuai Gambar Kerja dan atau seperti
terurai dalam pekerjaan beton di Bab lain dalam Buku ini.
h. Pemasangan kolom praktis dan balok praktis / lintel seperti tercantum dalam
Butir 5.3.1.g. dan 5.3.1.h. di atas, terlepas apakah pekerjaan tersebut tergambar
atau tidak dalam Gambar Kerja.
i. Pada setiap pertemuan dinding pasangan batu bata dengan kolom praktis, ring
balok beton maupun beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja harus
diperkuat angker ∅ 8 mm. setiap jarak 50 cm. yang terlebih
dahulu telah ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan kolom dan balok
praktis ini. Bagian yang tertanam dalam pasangan bata minimal sedalam 30 cm.
kecuali ditentukan lain.
Lapisan beton tumbuk harus padat, tidak berongga, tidak retak dan rata permukaan /
waterpass dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
Tebal lapisan beton tumbuk adalah 6 cm, dan atau sesuai Gambar Kerja.
PEKERJAAN PLESTERAN
5.1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
• Plesteran aci halus untuk dinding pasangan bata rinagan dan permukaan beton.
• Plesteran kedap air.
• Plesteran biasa.
• Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam Gambar Kerja.
5.2.1. Semen.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1.
5.2.2. Pasir.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2.
5.2.3. A i r.
Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.
• Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar
bangunan.
d. Plesteran halus / aci halus adalah campuran Semen Mortar dengan air yang
dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh campuran yang homogen.
Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan.
Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk plesteran sebagai
lapisan dasar telah berumur 8 (delapan) hari, atau sudah kering benar.
5.3.3. Pelaksanaan.
a. Adukan semua jenis plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu
pelaksanaan pemasangan.
d. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat / wallpaper dipakai
plesteran aci halus di atas permukaan plesterannya.
Untuk bidang dinding pasangan yang menggunakan bahan / material akhir lain,
permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan
ikatan yang lebih baik terhadap bahan / material yang akan digunakan tersebut.
e. Untuk setiap pertemuan bahan / material yang berbeda jenisnya pada satu
bidang datar, harus diberi naat / celah dengan ukuran lebar 7 mm. dan dalam 5 mm.
5.3.4. Pemeliharaan.
d. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Konsultan
Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Biaya untuk perbaikan tersebut ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat
dijadikan sebagai pekerjaan tambah.
PEKERJAAN PENGECATAN
6.1. LINGKUP PEKERJAAN.
6.3.1. Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila
dispesifikasikan lain.
Tebal minimum dari tiap lapisan jadi (finish) minimum sama dengan syarat yang
dispesifikasikan pabrik.
Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas yang
menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.
6.3.2. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun
atau membahayakan kesehatan manusia, maka Kontraktor harus
menyediakan peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan
sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
6.3.4. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan
(vacuum cleaner), semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas / mutu
terbaik dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini.
6.3.5. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas.
Penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui Konsultan Pengawas.
6.3.7. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen
bahan / material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.
6.3.8. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulang dan
diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat
finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Konsultan
Pengawas.
Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.
c. Permukaan Interior.
f Lapisan Pertama :
• Cat dasar jenis Alkali .
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
• Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar per liter 13–15 m2.
• Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
• Warna bening ( transparan ).
d. Permukaan Exterior.
f Lapisan Pertama :
• Cat dasar jenis Alkali .
• Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
• Ketebalan lapisan 25–40 micron atau daya sebar per liter 13–15 m2.
• Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
• Warna bening ( transparan ).
Pekerjaan ini dilaksanakan dengan sikat kawat mekanik (Mechanical Wire Brush).
Akhirnya permukaan dibersihkan dengan vacuum cleaner atau sikat yang bersih.
b. Pelaksanaan pengecatan.
f Lapisan Pertama :
Pekerjaan cat primer / dasar dilaksanakan sebelum komponen bahan
/ material logam terpasang. Cat primer SEIV.
Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
f Lapisan Kedua :
Cat dasar jenis Undercoat.
Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
Persyaratan Pemasangan :
1. Umum
a) Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk
menjamin kebersihan dan kerapian.
b) Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak
kurang dari 30 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan &
peralatan.
c) Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan teliti
sebelum dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda
tajam/runcing serta penghalang lainnya.
d) Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup
yang diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik
dan sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan
dalam gambar.
e) Sambungan lengkung, reducer ,expander dan sambungan-
sambungan cabang pada pekerjaan perpipaan harus
mempergunakan fitting buatan pabrik.
f) Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai untuk
pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (valve handled)
tidak boleh menukik.
g) Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat
ke arah pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagain
penyempitan. Katup-katup dan fitting pada pemipaan demikian
harus ukuran jalur penuh.
h) Semua galian, harus juga termasuk pengurungan serta pemadatan
kembali sehingga kembali seperti kondisi semula.
2. Cara Pemasangan Pipa dalam Tanah
a) Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.
b) Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda keras.
c) Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada dasar
galian dengan adukan semen.
d) Pipa yang telah tersambung dilettakan di atas dasar (dudukan).
e) Dibuat blok beton setiap interval 2 meter atau disesuaikan dengan
kondisi sambungan pipa, fitting, dan kondisi lapangan.
f) Untuk pipa yang menyeberangi jalan harus diberi pipa pengaman
(selubug) baja atau beton.
3. Sambungan cincin karet
a) Penyambungan antara pipa HDPE dan fitting mempergunakan
sambungan cincin karet atau rubber ring joint berlaku untuk ukuran
sesuai yang dipersyaratkan.
b) Semua pemotongan pipa harus memakai pipe cutter dengan pisau
roda atau peralatan lainnya yang sesuai sehingga hasil potongan
sesuai standar.
c) Tiap ujung pipa bagian dalam harus dibersihkan dari bekas cutter
dengan reamer.
d) Semua pipa harus bersih dari bekas bahan perapat sambungan.
4. Sambungan Las
a) Sambungan las ini berlaku antara pipa galvanized dan fittingnya
seperti yang dalam gambar atau yang dipersyaratkan. Kawat las
atau elektrode yang dipakai harus sesuai dengan jenis pipa yang
dilas.
b) Sebelum pekerjaan las di mulai Pemborong harus mengajukan
kepada direksi contoh hasil las untuk mendapat persetujuan tertulis.
c) Tukang las harus mempunyai sertifikat dan hanya boleh bekerja
sesudah mempunyai surat ijin tertulis dari Direksi / Konsultan
Pengawas.
d) Setiap bekas sambungan las harus segera dicat dengan cat khusus
untuk itu.
e) Alat las yang boleh dipergunakan adalah alat las listrik yang
berkondisi baik menurut penilaian Direksi / Konsultan Pengawas.
5. Pembersihan
Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian dilaksanakan,
pemipaan di setiap service harus dibersihkan dengan seksama,
menggunakan cara-cara / metoda-metoda yang disetujui sampai semua
benda-benda asing disingkirkan.