Anda di halaman 1dari 15

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

SPESIFIKASI
TEKNIS

Pasal 1

Penjelasan Umum

1.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah : Perencanaan Proyek Pengembangan Sarana dan Prasarana
Pendidikan Kab. Halmahera Selatan, Terdiri dari Paket Pekerjaan :

PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUANG KANTOR SDN 168 HALMAHERA SELATAN

1.2. Pekerjaan harus sesuai dengan :

a. Uraian dan syarat-syarat umum pekerjaan ini (Spesifikasi Umum CIPTA KARYA).
b. Semua gambar-gambar perencanaan yang telah dibuat oleh konsultan perencana dan telah diketahui
oleh Pengelola Teknik Proyek.
c. Petunjuk-petunjuk dari Pemimpin Proyek dan unsur-unsur teknik lainnya baik lisan maupun tertulis.
d. Syarat-syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan umum di Indonesia (A.V.i 1941).
e. Syarat-syarat perburuhan
f. Standar bahan/material dan peralatan

Semua bahan/material maupun peralatan yang dipasang secara permanen harus baru dan sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan, jika menggunakan di luar yang ditentukan dalam spesifikasi harus dibuat
amandemen.
Jika tidak disebutkan dalam spesifikasi penggunaan bahan/material maupun peralatan yang
dipergunakan dalam pelaksanaan konstruksi maka dapat dipergunakan daftar standar yang dikeluarkan oleh
organisasi resmi sebagai berikut

PKKI : Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia


PBI : Peraturan Beton Indonesia
SII : Standar Industri Indonesia
HGPS : Hydraulic Gate and Penstock Association Japan
JRA : Japan Road Association
SSPC : Steel Structures Painting Council
ASBR : (Water and Power Resources Service, United States Departement
of the Interior (Formerly United States Bureau of Reclamation).
AWS : American Welding Society
ASTM : American Society for Testing and Materials
AISA : American Iron and Steel Institute
ACI : American Conrete Institute
JCEA : Japan Civil Engineer Association
AASHTO : American Association of State Highways and Transportaion Officials
JIS : Japanese Industrian Standard

g. Risalah Berita Acara Penjelasan Pekerjaan

1.3. Pekerjaan Persiapan

a. Dalam waktu 15 hari setelah menerima surat perintah, kontraktor harus mengirimkan Rencana
Pelaksanaan Kerja, Metode Pelaksanaan dan Laporan Kegiatan secara rinci yang sesuai rencana kerja
global yang telah diajukan dalam pelelangan. Rincian tersebut harus mencantumkan Program
Pelaksanaan :
 Mobilisasi/Demobilisasi

1
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

 Survey dan Testing Lapangan


 Daftar Bahan dan Peralatan Khusus
 Kemungkinan Kelambatan Pekerjaan

b. Rencana pelaksanaan kerja disusun dalam bentuk bagan (Bar Chart dan/atau S-Curve).
c. Mobilisasi/demobilisasi tenaga kerja dan peralatan serta pengadaan bahan material.
d. Pelaksana lapangan yang cakap/terampil sesuai bidang disiplin ilmunya.
e. Bangunan Lapangan Direksikeet atau bangsal kerja. Stok Material, Listrik dan Air Kerja Bangunan
untuk keperluan Tim Pelaksana Pembangunan (R.Kerja dll) ditempatkan pada lokasi yang telah
disetujui bersama dengan pihak Konsultan Pengawas Lapangan. Tempat penimbunan material
sementara tidak mengganggu proses bongkar muat dari kendaraan pengangkut material. Untuk
keperluan listrik dan air menggunakan fasilitas sumber yang telah ada.
f. Papan Nama Proyek
g. Dokumen kontrak
 Konsep dokumen kontrak disiapkan oleh Pemilik Pekerjaan namun penggandaannya oleh
kontraktor.
 Jumlah dokumen kontrak sebanyak yang telah ditetapkan pada syarat-syarat administrasi,
kontraktor harus menyiapkan maksimum 5 (lima) set untuk pelaksanaan di lapangan. Jumlah
tersebut sudah termasuk yang harus disiapkan oleh kontraktor untuk Direksi Pekerjaan dan
Engineer Konsultan yang ditunjuk.
h. Gambar-gambar kerja yang selalu siap di lapangan
i. Laporan
Kontraktor harus membuat laporan kegiatan pekerjaan dengan menggunakan format yang telah
disetujui oleh Direksi.
1. Buku harian yang mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail-detail
penting dari unsur teknik.
2. Laporan harian, berisi hal-hal berikut :
 Kondisi musim/cuaca
 Jumlah staf dan pekerja yang bekerja
 Jumlah dan jenis material dan peralatan di lapangan
 Laporan kemajuan pekerjaan, termasuk lokasi serta perhitungan volume setiap hari.
 Kejadian yang menghambat pekerjaan.
 Kejadian atau kondisi yang mengakibatkan keterlambatan kemajuan (progres) pekerjaan.
 Semua informasi yang berkaitan dengan pekerjaan.
3. Laporan Mingguan
 Setiap akhir minggu dibuat laporan dengan format yang telah disetujui dan membuat program
rencana kerja minggu berikutnya.
 Setiap satu minggu sekali diadakan rapat antara personil inti dari kontraktor dengan Direksi
lapangan untuk membahas kelancaran pekerjaan.
4. Laporan Bulanan

 Setiap tanggal 25 bulan berjalan, Kontraktor harus sudah membuat laporan dengan
menggunakan format yang telah disetujui. Laporan tersebut meliputi laporan fisik dan laporan
keuangan.
 Laporan berisi (tidak mutlak dibatasi) hal-hal sebagai berikut :
 Secara rinci uraian pekerjaan yang dilaksanakan pada periode bulan tersebut
 Ringkasan komulatif kemajuan fisik dan progres keuangan untuk setiap kegiatan utama.
 Persentase hasil kerja terhadap seluruh pekerjaan yang tercantum dalam kontrak.
 Penjelasan penyebab keterlambatan pelaksanaan dan usulan pemecahan untuk mengejar
ketinggalan dan kehilangan waktu.
 Rencana kerja bulan berikutnya.
 Daftar peralatan mesin-mesin konstruksi dan bahan/material yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan termasuk mesin-mesin yang baru didatangkan maupun yang
dikeluarkan dari lokasi lapangan pekerjaan termasuk periode mesin-mesin dan peralatan
tidak digunakan.
 Jumlah total volume dari jenis pekerjaan yang tercantum dalam daftar volume (Bill of
Quantity).
 Kondisi cuaca secara umum, termasuk pencatatan periode serta intensitas hujan setiap
hari.
 Daftar kecelakaan :
 Masuk rumah sakit atau meninggal bila ada.
 Kerusakan pekerjaan

2
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

 Kerusakan hunian, material dan peralatan.


 Schedule progres kemajuan yang menunjukkan tanggal penerimaan dan jumlah dan tagihan
yang dikirim tetapi belum dibayar.
 Perkiraan jumlah pembayaran dari pemilik untuk bulan periode berikutnya.
 Foto-foto pelaksanaan pekerjaan pada bulan tersebut.

5. Foto-foto Pelaksanaan Pekerjaan


 Kontraktor harus membuat foto yang menggambarkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan, foto
harus menunjukkan keadaan sebelum dimulai pelaksanaan, sedang dalam pelaksanaan dan
setelah selesai pelaksanaan. Pengambilan foto harus dalam satu titik dan arah yang sama.
 Tiga lembar cetak foto untuk setiap pemotretan harus diserahkan kepada Direksi dalam jangka
waktu 10 (sepuluh) hari.
 Ukuran foto 3R
 Setiap foto harus dilampirkan sebagai berikut :
 Penjelasan ringkas, termasuk lokasi dan kode nomor
 Nomor foto dan tanggal pengambilan
 Nama kontraktor
 Nama proyek
 Negatif film harus diserahkan juga kepada Direksi dengan diberi label dan mudah disimpan.

1.4. Gambar-Gambar Pelaksanaan


Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan yang cermat terutama ukuran-ukurannya maupun dimensi dari
segi yang tertera di dalam gambar rencana tersebut. Bila ada yang tidak sesuai atau kurang jelas harus
dikonfirmasikan kepada Direksi. Semua yang meragukan harus dimintakan penegasan dari Direksi dalam
bentuk tertulis.
Format Gambar sebagai berikut :
A. Bahasa
Semua gambar dan data perhitungan pendukungnya yang harus disiapkan oleh kontraktor menggunakan
bahasa Indonesia, bila ada gambar yang berbahasa asing diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
B. Satuan
Semua satuan menggunakan sistem metrik.
C. Ukuran
Semua gambar menggunakan ukuran standard, JIS, ukuran A3 (297 mm x 420 mm) dan ukuran A4 (210
mm x 297 mm) kecualia ada perintah lain atau persetujuan dari Direksi.
D. Judul
Konsep tentang judul maupun format semua gambar yang disiapkan oleh kontraktor, ditunjukkan terlebih
dahulu untuk mendapat persetujuan Direksi.
E. Penomoran
Referensi penomoran gambar menggunakan sistem penomoran gambar teknik. Urutan penomoran akan
ditetapkan oleh Direksi. Bila kontraktor bermaksud memberikan referensi penomoran untuk kepentingan
sendiri bisa menambahkan kolom pada kolom-kolom judul.
F. Indeks Gambar
Tiap-tiap gambar yang dihasilkan diberikan indeks. Lembaran-lembaran indeks gambar harus diserahkan
kepada direksi.
G. Gambar di lapangan
 Semua lembaran gambar yang paling akhir mendapatkan persetujuan revisi oleh direksi segera
dikirim ke kantor lapangan kontraktor.
 Gambar-gambar tersebut harus selalu ada di lapangan dan sewaktu-waktu selalu dapat
dipergunakan untuk pemeriksaan oleh Direksi.
a. Gambar pelaksanaan (Construction Drawing)
 Semua gambar untuk dilaksanakan (construction drawing) diberikan oleh Pemilik yang
disiapkan oleh Konsultan.

3
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

 Dalam gambar ini jelas menunjukkan tata letaknya, dimensinya, jenis konstruksinya dan
seterusnya seperti yang disebutkan dalam spesifikasi atau petunjuk direksi.
b. Gambar Kerja (Working Drawing)
 Kontraktor harus membuat gambar kerja (working drawing) dan gambar tersebut mengacu pada
gambar untuk dilaksanakan (construction drawing) yang diberikan oleh pemilik pekerjaan.
 Gambar kerja harus detail dan dicantumkan jumlah material yang digunakan (bar bending
schedule, list of material, dll), juga mempertimbangkan kemudahan pemeriksaan/inspeksi dari
prosedur kerja maupun metode pelaksanaan yang akan dikerjakan di lapangan oleh Kontraktor.
 Gambar kerja diajukan kepada Direksi sebanyak 3 (tiga) rangkap cetak biru (blue print) untuk
dilakukan pemeriksaan sampai mendapatkan persetujuan. Bila ada perubahan dalam gambar
kerja, maka harus dalam bentuk tertulis yang ditandatangani oleh Direksi dan gambar perubahan
ini merupakan bagian daripada Gambar Kerja.
 Dari gambar kerja yang telah disetujui, ternyata setelah memperhatikan kondisi pondasi, hasil
galian maupun hasil test laboratorium, konstruksi yang dikehendaki lain dan perlu perubahan
gambar kerja, maka perubahan tersebut harus dalam bentuk tertulis dari Direksi pekerjaan.
Semua biaya gambar kerja berikut perubahan-perubahannya menjadi beban kontraktor.
 Gambar kerja dalam beberapa item pekerjaan juga digunakan sebagai dasar acuan pengajuan
Tagihan Pembayaran (Monthly Payment) Kontraktor.
c. Gambar Fasilitas/Bangunan Sementara
 Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulai pekerjaan dari tiap seksi pekerjaan,
kontraktor harus sudah mengirimkan gambar-gambar fasilitas/bangunan sementara yang akan
dipergunakan di daerah areal proyek seperti gambar gudang, rencana kantor, tempat
penyimpanan peralatan mesin, asrama pekerja dan bangunan, bangunan lainnya yang diusulkan
oleh kontraktor. Gambar-gambar harus mendapatkan persetujuan dari Direksi.
 Bila ternyata dalam pelaksanaan ada perubahan, kontraktor juga harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi perihal perubahan tersebut baik dari segi lokasi maupun konstruksinya.
d. Gambar Terlaksana (As Built Drawing)

 Selama pelaksanaan konstruksi pekerjaan, kontraktor harus mengikuti seksama dan


mencocokkan dengan gambar kerja. Ketidakcocokan dengan gambar kerja yang telah disetujui,
supaya dicantumkan perubahan-perubahannya dan konstruksi pekerjaan yang dikerjakan sesuai
dengan keadaan yang dikerjakan/dengan keadaan sebenarnya untuk selanjutnya dibuat gambar
terlaksana.
 Penyesuaian gambar dengan pelaksana pekerjaan di lapangan akan diadakan pemeriksaan oleh
Direksi Teknik.
 Bila dari hasil pemeriksaan ternyata ditemukan ketidaksesuaian maka dalam jangka 14 (empat
belas) hari, kontraktor harus telah memperbaiki gambar tersebut, sehingga gambar terlaksana
benar-benar sesuai dengan yang dilaksanakan di lapangan.
 Setelah mendapatkan persetujuan maka Kontraktor menggandakan di samping untuk
keperluannya sendiri, sebanyak 3 (tiga) set diserahkan kepada Direksi/Engineer.
 Gambar terlaksana harus dibuat di atas, kertas kalkir yang berkualitas baik dari memudahkan
dalam penggandaannya. Selanjutnya gambar terlaksana yang telah selesai dan telah
mendapatkan persetujuan dari Direksi/Engineer diserahkan kepada pemilik pekerjaan oleh
kontraktor.
 Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah penandatanganan serah terima pekerjaan 100%,
kontraktor harus sudah menyerahkan gambar terlaksana lengkap yang terdiri dari :
 3 (tiga) set gambar lengkap cetakan ukuran penuh (A 3)
e. Gambar-Gambar Lain
Selain gambar-gambar yang disebutkan di atas, gambar-gambar lain yang masih diperlukan dalam
pelaksanaan seperti gambar metode pelaksanaan, skema diagram ataupun grafik jadwal
pelaksanaan pekerjaan, harus diserahkan juga untuk mendapatkan persetujuan dari
Direksi/Engineer.

1.5. Terjadi perbedaan antara perencanaan dan pelaksanaan di lapangan

Jika ada perbedaan gambar dan syarat-syarat teknik, maka syarat-syarat teknik yang harus diikuti. Jika ada
perbedaan pada gambar dan atau ukuran-ukuran maka gambar skala yang lebih besar yang diikuti, dan
jika terdapat keragu-raguan dari isi dokumen proyek, maka kontraktor harus mendiskusikan atau minta
penjelasan pada direksi teknik, dan dalam terjadi pertentangan isi antara dokumen-dokumen yang ada maka
yang menentukan adalah tingkat “kekuatan” dari dokumen yang dimaksud sebagaimana telah ditetapkan
dalam salah satu bagian dari dokumen proyek.

4
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

1.6. Survey dan Pengukuran Kembali

a. Paling lambat 15 hari setelah penandatanganan kontrak, kontraktor diwajibkan untuk melaksanakan
survey lapangan yang lengkap terhadap kondisi fisik dan struktur jalan lama. Kemudian harus
mengajukan atau menyerahkan laporan lengkap dan detail dari hasil survey ini kepada direksi
teknik. Laporan itu berupa rencana kerja secara tertulis, menjelaskan secara terperinci urutan-urutan
dan cara pelaksanaan pekerjaan, termasuk hal-hal khusus bila perlu, misalnya cuaca/curah hujan dan
sebagainya.
b. Titik referensi atau Bench Mark (BM), telah ditetapkan oleh Pemilik di lapangan seperti dapat
diperiksa di dalam gambar.

 Pengecekan BM sebelum digunakan sebagai pedoman koordinat dan elevasi harus


diadakan pengecekan dan verifikasi tentang akurasinya.
 Kontraktor harus membuat titik referensi/BM sementara untuk kepentingan kontraktor sendiri
dalam melaksanakan pekerjaan, tetapi setiap titik/BM sementara harus mendapat persetujuan
direksi lapangan.
c. Kontraktor harus menyampaikan secara Direksi, rencana pemasangan patok-patok dalam waktu tidak
kurang dari 48 jam, mendahului pelaksanaannya. Pematokan dilakukan oleh kontraktor di bawah
supervisi direksi dan bila dianggap perlu direksi dapat melakukan perubahan-perubahan di lapangan
dan dalam hal ini akan disampaikan secara tertulis kepada kontraktor.
d. Kontraktor harus mempersiapkan alat-alat ukur yang diperlukan di lapangan sehubungan dengan
pekerjaan ini, termasuk yang diperlukan oleh direksi untuk pengecekan.

1.7. Peralatan
Kontraktor harus mengajukan daftar peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan schedule pada rencana dan kontraktor mempersiapkan peralatan lapangan sebelum pelaksanaan
dimulai seperti tanda pengaman lalu lintas, rol meter, mal ukuran kemiringan, papan nama proyek dan foto
keadaan.

1.8. Bahan Bangunan


Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat minimal seperti yang ditetapkan dalam
peraturan umum mengenai bangunan di Indonesia.
a. Air
Air untuk pengecoran beton harus air tawar yang tidak mengandung mineral dan alkalide. Selanjutnya
harus memenuhi syarat-syarat yang sebagaimana diuraikan dalam PBI-1971 dan PUBB (NI-12) 1971.
b. Portland Cement (PC)
 Digunakan Portland Cement (PC) biasa yang mempunyai kualitas mineral sampai dengan S.400
(semen tonasa atau semen bosowa), berdasarkan kualifikasi yang ditetapkan dalam NI-8.
 Semen yang telah mengeras/membantu atau berbongkah tidak boleh dipergunakan lagi.
c. Pasir
Pasir pasangan dan pasir beton dipergunakan pasir yang memenuhi syarat baik dan bersih, tidak
mengandung lumpur serta tidak terlalu halus dan telah disetujui oleh Pihak Direksi. Selanjutnya harus
memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang diuraikan dalam PBI-1971 dan PUBB (NI-12) 1971.
d. Batu
Untuk pasangan pondasi dipakai batu kali yang tidak pecah jenis keras, bersih dan permukaan tidak
licin, ukuran besar rata-rata 20 cm. Sedangkan untuk pasangan tembok dipakai batu bata kualitas baik
dan telah mendapat persetujuan direksi.
e. Kayu
Kayu yang digunakan adalah :

 Kayu kelas I
 Kayu kelas II
f. Kerikil
Kerikil beton yang digunakan adalah kerikil cipping yang tidak mengandung lumpur.
g. Besi Beton
Besi beton digunakan besi U24 sesuai syarat atau peraturan Bahan Bangunan Indonesia.

5
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

1.9. Sumber Material

Kontraktor harus mencari sendiri sumber-sumber bahan sub base yang memenuhi syarat dan mengajukan
daftar kepada direksi mengenai sumber (asal) subbase yang akan digunakan. Direksi bersama kontraktor
mengambil contoh material tersebut untuk keperluan pemeriksaan sebelum memberikan persetujuannya,
biaya-biaya untuk itu menjadi tanggungan kontraktor.

1.10. Pemeriksaan testing dan persetujuan

Kontraktor harus menyerahkan hasil pemeriksaan sebelum sumber bahan tersebut dieksploitir. Segala biaya
yang menyangkut pemeriksaan tersebut menjadi tanggungan kontraktor. Material- material yang contohnya
masih dalam tahap pemeriksaan, atau sifat-sifatnya meragukan belum diperkenakan untuk dibawa ke job
site, dan bila material yang telah ada di job site ternyata tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan,
direksi berhak untuk menolaknya dan kontraktor harus segera menyingkirkannya atas biaya sendiri.

1.11. Penyimpanan Material


a. Harus disimpan sedemikian rupa sehingga tidak mengalami perubahan komposisi (segregasi) dan
sedapat mungkin ditumpuk di tempat yang ditunjuk/ disetujui direksi. Segala biaya yang dikeluarkan
termasuk ganti rugi bila penyimpanan tersebut berada di luar batas penguasaan jalan, menjadi
tanggungan kontraktor.
b. Penempatan material harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu lalu lintas dan tidak
mengurangi mutu material dalam pelaksanaan pekerjaan.
c. Jenis bahan material yang akan dimasukkan ke dalam lokasi harus mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu oleh pengawas lapangan dengan memberikan contoh bahan.

d. Bahan material yang ditolak harus dikeluarkan dari lokasi proyek atas tanggungan/biaya pemborong
sendiri selambat-lambatnya 2 x 24 jam sejak waktu ditolak bahan material tersebut.

1.12. Persyaratan Material

Semua material harus bersih dari kotoran-kotoran, bahan-bahan organik dan bahan-bahan lain yang tidak
dikehendaki. yang penggunaannya masing-masing dijelaskan dalam petunjuk teknis Departemen PU Cipta
Karya dan diupayakan bahan yang berada di sekitar lokasi.

1.13. Biaya-Biaya

Kontraktor menanggung segala biaya ganti rugi/kompensasi biaya-biaya retribusi dan sebagainya yang
sehubungan dengan pengambilan/ penandatanganan material-material tersebut, namun tidak ada mata
pembiayaan khusus untuk hal ini sehingga kesemuanya telah harus diperhitungkan dalam harga satuan
material tersebut.

6
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

Pasal 2

Penjelasan Khusus

2.1 Lingkup Pekerjaan

PERENCANAAN TEKNIS PEMBANGUNAN RUANG KANTOR SDN 168 HALMAHERA SELATAN

2.2 Pekerjaan Pendahuluan

Cakupan pekerjaan ini adalah :

a. Pengukuran dan pemasangan bouwplank dilaksanakan sesuai gambar kerja dan petunjuk pihak direksi atau
dalam hal ini konsultan pengawas.
b. Pembuatan bangsal kerja lengkap dengan kotak P3K dan menyediakan ruangan direksi.
c. Pembuatan papan nama proyek dari papan dengan ukuran 200 x 100 cm. Didirikan di atas kayu 5/7 cm
setinggi 240 cm, diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama proyek memuat :
 Nama Proyek
 Pemilik Proyek
 Lokasi Proyek
 Jumlah biaya ( kontrak )
 Nama konsultan Perencana
 Nama Pelaksana
 Proyek dimulai Tanggal, bulan, tahun.

2.3 Pekerjaan Tanah dan Pasir

1. Galian tanah

a. Galian tanah untuk pondasi dapat dimulai setelah pemasangan bouwplank dan patok – patok yang disetujui
oleh direksi / Pengawas Teknis.
b. Galian pondasi harus sepenuhnya sesuai ukuran dalam gambar.
c. Hal penting dalam tahap pekerjaan ini adalah pengendalian aliran air permukaaan tanah bertujuan untuk
menjaga agar lokasi tempat kerja terbebas dari genangan air, baik air tanah maupun air hujan.

2. Urugan Pasir bawah pondasi

a. Untuk mempertahankan kepadatan muka tanah galian, maka lubang yang telah siap harus segera dilanjutkan
dengan pasangan pasir urug bawah pondasi. Kecuali bila mendapatkan batu cadas, maka cukup diratakan
pada muka batu padat atau sesuai dengan petunjuk teknis.
b. Bahan urugan bawah pondasi dan lantai menggunakan pasir timbunan yang bersih dari lumpur.

3. Urugan tanah

a. Bahan urugan tanah setinggi pondasi menggunakan tanah timbunan yang berkualitas baik dan bebas dari
bahan organic dan Lumpur.
b. Pemadatan urugan tanah dilaksanakan lapis demi lapis.

4. Urugan sirtu

a. Untuk urugan sirtu setebal 10 cm menggunakan Sirtu pilihan yang terbebas dari bahan organik dan bahan
lain yang dapat merusak kwalitas bangunan.
b. Setelah pengurugan harus diadakan penyiraman air agar padat.

5. Timbunan bekas galian

a. Timbunan kembali dilaksanakan apabila pondasi batu kali dalam kondisi kering.
b. Timbunan harus menutup celah-celah pondasi sampai rata dengan permukaan tanah asli.

6. Timbunan pasir di bawah lantai


a. Untuk timbunan pasir di bawah lantai setebal 5 cm menggunakan pasir pilihan yang terbebas dari bahan
organik dan lumpur.
b. Timbunan pasir disiram agar lebih padat.

7
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

2.4 Pekerjaan batu dan beton

1. Mutu dan bahan

a. Semen Portland.
Sement Portland yang digunakan adalah produksi dalam negeri dengan mutu yang baik ( tidak
mengeras ) dan telah ditetapkan pada PBI 1971 ( NI-8 ) seperti Semen tonasa atau Semen Bosowa.
b. Pasir dan kerikil.
Pasir pasangan dan kerikil yang digunakan asal lokal kategori tambang kelas C dan sesuai dengan
PBI 1971 ( NI–2 )
c. Batu kali
Batu kali digunakan asal lokal dan bersih dari lumpur / tanah.
d. Batu Bata
Batu bata yang digunakan asal lokal dengan ukuran 5 x 11 x 22 cm, tidak mudah pecah dan
berkualitas baik.
e. Besi
Besi yang digunakan U24 polos dengan ukuran Ø 12 mm dan Ø 8 mm (SNI).
f. Kayu
Kayu yang digunakan dalam lingkup pekerjaan batu dan beton adalah kayu kelas III.
g. Gypsum
Gypsum yang digunakan dalam lingkup pekerjaan ini adalah Gypsum 9 mm.
h. Keramik
Keramik yang digunakan ukuran 40 x 40 cm & 20 x 25 merk Masteria, Mulia atau yang setara
dengan bentuk harus presisi (Besar sudut yang sama).
i. Bahan Pendukung lainnya
Bahan pendukung lainnya adalah bendrat ( kawat pengikat tulangan), Paku, dan minyak bekisting
yang semuanya harus dengan mutu yang baik. Dan apabila ada tambahan bahan lain yang tidak
mengurangi mutu pekerjaan tersebut harus melalui persetujuan Direksi terlebih dahulu.

2. Pekerjaan Batu Kosong

a. Elevasi pasangan batu kosong mengikuti petunjuk gambar kerja / detail.


b. Pada bagian sisi / celah pasangan batu kosong diisi dengan pasir urug dan dipadatkan dengan cara
menyiram air hingga celah – celah pasangan batu kosong telah terisi pasir sampai padat.
3. Pekerjaan Pondasi.

a. Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan pengukuran–pengukuran untuk As pondasi


sesuai gambar konstruksi.
b. Dibawah dasar pondasi didasari dengan pasir pasang amstamping, untuk pondasi plat tapak beton
bertulang dan pondasi batu kali/batu belah, terdiri dari batu kali dan pasir pasang (pasang batu
kosong). Lapisan ini juga harus diratakan, dengan menyiram air diatasnya, sehingga pasir akan
mengisi rongga-rongga batu kali tersebut. Tebal lapisan dibuat sesuai gambar detail pondasi
c. Untuk tanah yang berdaya dukung lebih kecil 0,5 kg/cm2, dibawah pondasi dipasang cerucuk kayu
hitam / ulin yang ditumbuk hingga mencapai tanah yang keras.
d. Untuk pondasi dilaksanakan dengan ukuran sesuai gambar kerja dan gambar detail. Campuran
yang digunakan .Plat tapak beton adukan 1Pc : 2 Ps : 3 Kr. Pondasi batu kali/belah dipasang dengan
perekat 1Pc : 4 Ps dan pada bagian sisi diplester kasar/brappen adukan 1 Pc : 3 Ps.
e. Untuk pondasi plat tapak beton bertulang pelaksanaannya dengan adukan dan pembesian harus
memenuhi pedoman pada pasal beton bertulang.
f. Gradasi batu rata–rata berdiameter 15–25 cm, dan batu yang kurang ukurannya hanya boleh
digunakan sebagai pasak / pengisi.
g. Hasil akhir :

 Permukaan harus cukup rata


 Ukuran harus sesuai dengan rencana
 Bagian yang menghadap keluar harus muka batu yang cukup rata
 Bagian atas yang bertemu dengan sloef beton dipasang stek besi

4. Pekerjaan Tembok / Dinding Bata.

a. Pekerjaan dinding mempunyai dua macam pasangan , yaitu :

8
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

 Pasangan kedap air 1 Pc : 3 Psr

 Semua pasangan bata dimulai diatas sloof sampai tinggi 30 cm diatas lantai .
 Pasangan dinding dan dasar saluran keliling bangunan.

 Pasangan dinding 1 Pc : 5 Psr

Semua Pasangan bata yang lain yang tidak disebutkan di atas.


b. Adukan Untuk Pasangan
Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati , diaduk didalam bak kayu yang memenuhi syarat .
Mencampur semen dan pasir harus dalam keadaan kering yang kemudian diberi air sampai didapat
campuran yang Elastis. Adapun yang telah mengering akibat tidak habis digunakan sebelumnya
tidak boleh dicampur dengan adukan yang baru.
c. Pengukuran ( Uit-zet ) harus dilakukan secara teliti dan sesuai gambar, dengan syarat :
 Semua pasangan dinding harus rata ( horisontal ) ,dan pengukuran harus dilakukan dengan
benang.
 Pengukuran pasangan benang antara satu kali menaikkan benang tidak boleh melebihi 30
cm , dari pasangan bata yang telah selesai.
d. Panjang bata
 Bata setengah tidak dibenarkan digunakan ditengah pasangan bata, kecuali pasangan pada
sudut
 Siar tegak tidak boleh ada yang menerus bila ketinggian pasangan bata lebih dari 1,5 m ,
maka mempergunakan bangku atau perancah sebagai alat bantu, maksimum ketinggian
pasangan bata adalah 1 m . Setiap jarak 3 m tinggi 4 m (12 m2) diperkuat dengan kolom
praktis.
 Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bentangan menurun dan tidak
tegak bergigi untuk menghindari retak dikemudian hari. Pada tempat - tempat tertentu
sesuai gambar dari kolom - kolom praktis yang ukuran disesuaikan dengan tebal dinding.
 Dalam mendirikan dinding yang kena udara terbuka, selama waktu hujan lebat harus diberi
perhitungan dengan suatu penutup yang sesuai (plastik). Dinding yang telah dipasang
harus diberi perawatan dengan cara membasahi secara terus menerus paling sedikit 7 hari
setelah pemasangan.
e. Pekerjaan pasangan dinding / tembok dari pasangan ½ bata yang ukurannya seperti dalam gambar kerja.
f. Batu bata sebelum dipasang harus direndam air terlebih dahulu.
g. Tembok yang akan dipasangkan kusen harus diikat dengan kolom terlebih dahulu.

5. Pekerjaaan Beton Bertulang


a. Ketentuan umum
Untuk melaksanakan pekerjaan beton bertulang berlaku ketentuan – ketentuan dan syarat – syarat
dalam PBI 1971, SK SNI T-15 1919.03 dan tidak ada satu bagian pekerjaan beton yang dapat
di cor tanpa persetujuan direksi teknis.
b. Bahan

 Semen Portland.
 Semen Portland yang digunakan adalah semen yang masih berkualitas baik,
butirannya halus tidak membatu.
 Pasir dan Kerikil
 Pasir pasangan dan kerikil digunakan asal local kategori tambang kelas C dan harus
bersih dari bahan organic. Tanah , lumpur dan tidak mengandung garam.
 Besi Beton.
 Besi beton yang digunakan adalah jenis baja mutu U24 polos dan memenuhi ketentuan
PBI 1971
 Ukuran besi beton yang dipakai adalah :

 Sloof dan Kolom

o Tulangan Pokok = Dia. 12 mm (SNI)


o Tulangan Beugel = Dia. 8 mm (SNI)

9
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

 Ring Balk

o Tulangan Pokok = Dia. 12 mm SNI


o Tulangan Beugel = Dia. 8 mm SNI
 Besar tulangan / Besi beton didasarkan pada ukuran melalui alat pengukur besi (SNI)
bukan berdasar atas informasi pabrik/Toko.
 Kayu Maal ( Becasting Beton )
Dinding maal menggunakan Tripleks 3 mm dan Balok untuk maal beton digunakan jenis
kayu kelas III yang telah disetujui oleh Konsultan pengawas.

c. Pekerjaan Bekisting Beton.

 Bekisting harus dibuat dan direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan
bentuk sampai pembongkaran bekisting tersebut dan juga harus cukup rapat untuk
menghindarkan keluarnya adukan campuran beton selama berlangsungnya pengecoran.
 Kayu bekisting harus bersih dan disiram air terlebih dahulu sebelum pengecoran.
 Tiang penyangga harus diberi jarak antara yang dapat mencegah difleksi bahan- bahan
becasting.
d. Adukan Beton

 Adukan tidak boleh terlalu kental atau encer bila dimasukan dalam ember dibalikan dan
dicatu maka tinggi beton minimal 0.75 kali tinggi ember.
 Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yaitu :
o Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan
o Tidak terjadi waktu pengikatan yang mencolok antar beton yang sudah
dicor, dan nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton harus memenuhi
table 4.4 SNI T-15. 1919.03.
o Beton yang mengeras atau sudah berumur 1,5 jam tidak boleh dimasukkan
dalam pengecoran.
e. Pengecoran

 Pengecoran beton dilaksanakan setelah terkait siap dan lokasi yang dicor harus bersih dan
bebas dari kotoran/Genangan air. Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri
dan berjalan – jalan diatas penulangan Untuk dapat sampai ke tempat – tempat yang sulit
dicapai harus digunakan papan berkaki yang tidak membebani tulangan. Papan tersebut
harus sudah dapat dicabut pada saat beton dicor.
 Apabila pengecoran beton harus dihentikan ( dibalok harizontal ). Maka tempat
penghentiannya adalah ditengah bentang sesuai PBI tahun 1971. Untuk melanjutkan
bagian pekerjaan yang putus tersebut, bagian permukaan yang mengeras harus dibersihkan
dan dibuat kasar kemudian diberi aditive yang tidak boleh dicurahkan dari ketiggian yang
lebih tinggi dari 1,5 cm.
 Selimut Beton digunakan minimal 2 cm dan diberi tahu-tahu beton dengan ukuran 5x5 cm
dan tebal sesuai dengan selimut beton sebagai penyangga tulangan agar tidak rapat dengan
bekisting terutama pada daerah sisi bawah.
 Apabila pengecoran lebih dari 2 m agar menggunakan talang cor dan selama pengecoran
tidak boleh terjadi pergeseran / perubahan bekisting dan tulangan.
 Besi Tulangan diatur jaraknya harus lebih besar dari butiran kerikil sehingga tidak keropos.
 Selama Pengecoran tidak boleh terjadi perubahan posisi tahu beton dan harus selalu
diperiksa sehingga jarak besi ke bekisting tidak berubah.
 Selama Pengecoran adukan boleh ditusuk – tusuk dengan tongkat besi sehingga adukan
menyebar dan rata.
f. Perawatan beton

Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk paling sedikit 14 ( empat
belas ) hari. Untuk keperluan tersebut ditetapkam cara sebagai berikut :
 Dipergunakan karung-karung goni yang senantiasa basah sebagai penutup beton
 Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil permukaan tidak mengikuti
bentuk yang diinginkan, munculnya pembesian pada permukaan beton, dan lain-lain yang
tidak memenuhi syarat, harus dibongkar kembali sebagian atau seluruhnya.

10
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

g. Pekerjaan pembesian

 Perakitan pembesian dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja.


 Ikatan besi harus kokoh hingga tidak berubah tempat selama pengecoran. Selimut beton
harus sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam PBI 1971 dan SNI 1991.
h. Jenis dan mutu beton

 Jenis pekerjaan beton bertulang menggunakan adukan 1Pc : 2 Psr : 3 Krk.


 Mutu beton yang digunakan adalah sesuai yang diisyaratkan dan disetujui oleh Direksi.

6. Pekerjaan Plesteran dan Acian


a. Sebelum plesteran dilakukan, maka :

 Dinding dibersihkan dari semua kotoran.


 Dinding dibasahi dengan air.
 Semua permukaan dinding batu bata dikorek sedalam

b. Adukan plesteran pasangan bata kedap air dipakai campuran 1 Pc : 3 Ps, sedangkan plesteran bata
lainnya dipergunakan campuran 1 Pc : 4 Ps.
c. Kepala plester (patok) harus dipasang di dinding setiap jarak 1,5 m
d. Ketebalan plesteran pada semua bidang harus sama tebalnya dan tidak diperbolehkan berkisar antara
1,00 cm. untuk mencapai tebal plesteran yang rata sebaiknya didakan pemeriksaan secara silang
dengan menggunakan mistar kayu panjang yang digerakkan secara horisontal dan vertikal.
e. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan memperbaiki secara
keseluruhan. Bidang bidang yang harus diperbaiki hendaknya dibongkar secara teratur. (dibuat
bongkaran berbentuk segi empat) dan plesteran baru harus rata dengan sekitarnya .
f. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu sejak permulaan plesteran
dan selalu disiram setiap hari selama 3 hari agar tidak retak – retak.
g. Bila mana ketinggian pasangan lebih dari 1,5 m, maka harus menggunakan bangku atau perancah
sebagai alat bantu.
h. Pekerjaan acian dilakukan minimum sehari sesudah diplester.
i. Pekerjaan plesteran baru boleh dilaksanakan setelah pekerjaan penutup atap selesai dipasang.
j. Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bentangan menurun dan tidak tegak bergigi
untuk menghindari retak dikemudikan hari. Pada tempat-tempat tertentu sesuai gambar dari kolom
praktis yang ukuran disesuaikan dengan tebal dinding.
7. Pekerjaan Lantai
a. Lantai bangunan terdiri dari :
 Rabat Beton
Pekerjaan Rabat beton dikerjakan diatas pasir urug untuk lantai yang telah disiram dengan air
sampai padat dengan spesifikasi Campuran 1 Pc : 3 Psr : 5 Krl dengan ketebalan 8 cm.
 Lantai Keramik 40 x 40 cm
Pekerjaan lantai menggunakan keramik 40 x 40 cm dengan kualitas yang baik yang telah cukup
kering dengan permukaan yang rata dan dipasang setelah lantai rabat beton mengeras dan cukup
kering.
b. Teknis Pelaksanaan

 Dasar lantai dilapisi pasir pasangan setebal 5 cm dan diratakan


 Sebelum lantai dipasang, harus diperiksa pasangan pipa-pipa, saluran-saluran dan lain lain yang
harus sudah terpasang dengan baik sebelum pemasangan lantai dimulai.
 Adukan dasar dengan minimal 1,5 cm sebagai perata permukaan dengan kepala pemasangan (
patok ) tiap 2 cm. Adukan harus rata, penuh dan tidak berongga.
 Adukan untuk keramik 1 Ps : 3 Ps
 Untuk beton tumbuk 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr dan diplester 1 Pc : 3 Ps
 Pemasangan

 Lantai beton tumbuk dipasang dengan ketebalan 8 cm dan di plester dengan tebal 1
cm. Adukan perekat lantai dipakai 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr dengan plesteran 1Pc : 3 Ps .

 Adukan perekat untuk lantai harus betul-betul padat/penuh agar tidak terdapat rongga-
rongga dibawah keramik yang dapat melemahkan kontruksi. Sambungan antara
keramik dengan keramik harus sama lebarnya, lurus dan harus diisi dengan air semen
yang warnanya sesuai dengan warna keramik. Hasil pasangan akhir harus rata tidak
bergelombang dan waterpass.

11
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

 Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada yang retak, noda dan cacat-cacat lainnya.
Apabila terjadi cacat pada lantai, maka bagian cacat tersebut harus dibongkar sampai
berbentuk bujur sangkar dan pasangan baru harus rata dengan sekitarnya.
 Pasangan keramik lantai dimulai dari sudut bangunan yang siku.
 Permukaan pasangan keramik harus datar dan waterpass pada lantai KM/WC.
 Permukaan lantai dimiringkan 1% kearah floor drain.
 Tarikan benang dipasang tiap rencana 3 keramik ke arah panjang dan 6 keramik ke
arah lebar, benang juga berfungsi sebagai acuan peil lantai.
 Pengecekan kemiringan permukaan lantai keramik dan nat dilakukan untuk setiap 1
m2 pemasangan.
 Pengisian nat dilakukan setelah 2 x 24 jam dan gunakan lap selalu untuk
membersihkan adukan yang tercecer.
c. Hasil akhir

 Permukaan harus rata dan lebar nat harus sama serta lurus.
 Keramik yang retak harus diganti.

2.5 Pekerjaan kayu dan atap

Struktur Kuda-Kuda

Pada pekerjaan rangka baja ringan yang digunakan baja yang berkwaliatas tinggi yaitu mempunyai
kekuatan bahan yang kualitas baik dengan ukuran dimendi untuk rangka baja ringan CNP 75
(75mmX34mmX6mX0,75mm) dan pada BATTEN 38 (38mmX74mmX6mX0,45mm) . Pada
pekerjaan baja ini dirangkai dengan system sambungan Sekrup.
Penutup atap yang digunakan adalah Metal Roof (Merk Sakura Roof Atau Yang Sejenisnya)yang di
Sesuaikan dengan gambar kerja.

2.6 Plafond Gypsum Board

Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan langit-langit yang dipasang pada bangunan sesuai dengan gambar.
Bahan-bahan
 Gypsum
Gypsum yang digunakan merupakan kualitas terbaik dengan ukuran 120x 140 cm tebal 9 mm.
 Hollow
Untuk ukuran seperti yang dinyatakan dalam gambar dari jenis Hollow dengan ukuran 40x40x0,4
mm dan 40x20x0,4 mm.
 Fisher + Skrup
Untuk penggunaan skrup disesuaikan dengan penggunaan rangka hollow yang akan ditanam
dalam plat atau balok beton.

Pelaksanaan
Pemborong harus menyerahkan rencana langit-langit kepada Konsultan Pengawas untuk
persetujuannya.
Siapkan sambungan-sambungan lubang-lubang untuk pekerjaan lain (listrik, mekanikal)
pada pekerjaan langit-langit.

Pemasangan
Lembaran plat asbes semen yang cacat dan retak-retak tidak boleh digunakan, dan harus
disingkirkan dari lapangan pekerjaan.

Penyimpanan
Letakkan lembaran-lembaran Gypsum yang akan dipakai di daerah yang terlindung baik
dari cuaca. Tumpukkan di atas tiga kayu penahan (alas) pada setiap panjang lembaran ini.
Tinggi tumpukkan lembaran-lembaran plat asbes semen tidak boleh lebih dari 2 meter.

12
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

Tempat tumpukkan harus jauh dari lalu lintas kendaraan-kendaraan proyek yang mungkin
menggangu.
4. Penutup Atap Spandek

Umum

 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan baku, perlengkapan atap dan alat-alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan hingga diperoleh hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
 Pemasangan atap meliputi seluruh pasangan pada rangka atap yang ditentukan seperti yang
ditunjukan/diisyaratkan dalam gambar atau dalam table rincian jenis pekerjaan.

Persyaratan Bahan
Penutup atap yang digunakan adalah dari bahan Aluminium Spandek dengan ketebalan
0.35 mm
Kontraktor harus memberikan contoh-contoh bahan, brosur serta data teknis kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
Penyimpanan semua bahan atap, harus memperhatikan cara-cara sedemikian rupa sehingga
bahan atap terhindar dari lecet, retak, tertekuk selama penyimpanan.
Sebelum pemasangan penutup atap semua pekerjaan yang mendahuluinya telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas diantaranya rangka konsol, pekerjaan reng.

Pelaksanaan
Pemasangan penutup atap tepat pada tempatnya, lurus, rata dan level, ukur dari bagian-
bagian yang sudah permanen, lakukan pemotongan dan keperluan lain untuk pemasangan
sesuai dengan shop drawing.
Pemasangan bumbungan/nok menggunakan bumbung genteng keramik yang berkualitas
sama dengan atapnya, pemasangan harus dilakukan dengan baik dan teliti. Kebocoran
bumbungan yang diakibatkan ketidaksempurnaan pelaksanaan pekerjaan maupun bahan
merupakan kewajiban pemborong untuk mengulang kembali/memperbaiki pekerjaan
tersebut.
Perbaikan/pembersihan harus dilaksanakan semikian rupa sehingga tidak mengganggu
pekerjaan finishing lainnya.
Apabila ada pekerjaan finishing yang rusak akibat perbaikan pekerjaan penutup atap ini,
maka kerusakan-kerusakan pekerjaan finishing tersebut harus segera diperbaiki.

5. Listplank

a. Listpank

 Lisplank digunakan berbahan kalsiplank dengan lebar 20 cm, tebal 9 mm dengan memasang dua
lembar setiap bidangnya.
 Pemasangan harus rapi dan lurus dan apabila dijumpai pemasangan yang tidak lurus, maka bagian
tersebut harus dibongkar dan diperbaiki.

13
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

6. Mutu dan bahan

a. Persyaratan harus sesuai dengan PPKI / 1961 ( NI 5 ) kecuali ditentukan dalam gambar rencana.

2.6. Pekerjaaan Pintu, Jendela, kunci dan penggantung

1. Kusen

a. Ukuran kayu untuk kusen 5/14 cm ( ukuran setelah jadi dibuat ). Jenis kayu bayam,bitti dan kalapi.
b. Kontruksi sambungan kayu harus rapi, tidak longgar ikatan perkuatan harus menggunakan pen kayu
keras yang sebelumnya bidang sambungan harus dilumuri dengan lem kayu, agar sambungan dapat
melekat dengan baik.
c. Setiap kusen pintu harus dilengkapi anggker minimal 3 buah kiri kanan kusen yang melekat tembok.
Khusus untuk kusen pintu dibawah dilengkapi dengan drok yang diangker kedalaman neut beton.
d. Semua bidang kusen yang bersinggungan dengan dinding/beton dibuat alur-alur kapur, kemudian
bidang tersebut diawetkan dengan cat meni 2 (dua).
e. Dikerjakan oleh tukang kayu yang berpengalaman untuk pekerjaan kayu halus.

2. Daun pintu/jendela dan ventilasi

a. Daun pintu dengan kayu klas II Jenis kayu Ponto,kalapi, bitti, dan bayam.
b. Jendela dibuat model dibuat sesuai dengan gambar detail. Kaca untuk jendela dipasang kaca polos
tebal 5 mm. pasangan kaca harus memperhatikan muai susut baik dari kusen, maupun bahan kaca
tersebut.
c. Daun pintu/jendela disetel pada posisi yang tepat terhadap kusen maka engsel dipasang pada daun
(jumlah sesuai rencana).
d. Daun pintu jendela dipasang pada kusen dengan semua kondisi harus rapat cela dan pintu/jendela
dengan kusen hanya 2 mm. Ventilasi jalusi dibuat dari papan kamper dari Samarinda klas II dengan
ukuran minimal 1,5 x 13 cm dan diketam halus serta dipasang dengan rapi.
3. Kunci dan penggantung

a. Posisi kunci/hak angin dipasang sesuai gambar.


b. Setiap daun pintu dipasang kunci tanam 2 (dua) slaag merk Cavel atau yang setara dan berkualitas
baik.
c. Engsel pintu dipasang 3 (tiga) buah setiap lembar daun pintu. Pemasangan dilakukan dengan mur
khusus untuk pintu, tidak dibenarkan melengketkan engsel ke pintu dan kusen dengan menggunakan
paku pengunci mur harus dilakukan dengan memutarnya dengan obeng, sehingga seluruh batang
masuk dan menempel kuat ke batang kayu yang dipasang.
d. Apabila pada waktu pemasangan alat – alat tersebut tidak sesuai yang disyaratkan, maka dibongkar
kembali dan diganti dengan alat-alat yang disyaratkan.

e. Grendel 1 (satu) buah dan hak angin dipasang 2 (dua) buah untuk setiap daun jendela. Pasangan harus
rapi dan dapat bekerja dangan baik. Untuk melengketkan alat tersebut ke daun jendela harus
menggunakan sekrup.

14
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARATNYA

2.7 Pekerjaan Pengecatan

a. Pekerjaan Pengecatan dilaksanakan setelah pemasangan plafond.


b. Cat kayu
 Cat kayu menggunakan merk Avian, Glotex, atau yang setara.
 Pekerjaan meni, residu harus betul betul rata, berwarna sama, pengecatan minimal 2 kali.
 Meni kayu untuk bidang kusen yang nampak dan melekat ke tembok, daun pintu/jendela, ventilasi
kuda-kuda, listplank, dan jalusi.
 Cat kayu untuk bidang–bidang kayu kusen yang nampak, daun pintu/Jendela, ventilasi kuda-kuda,
listplank, jalusi dan les sudut plafon.
 Pekerjaan cat kayu harus dilakukan lapis demi lapis dengan memperhatikan waktu pengeringan
jenis bahan yang digunakan dan mengikuti tata cara patent pabrik.
 Sebelum kusen dicat terlebih dahulu diamplas agar permukaannya menjadi halus.
c. Cat Tembok
 Cat tembok menggunakan merk Aries, Avitex, atau merk lain yang setara.
 Cat tembok untuk dinding yang diplaster, bidang – bidang beton, Plafond serta dinding partisi
multipleks.
 Pengecatan dinding harus dilakukan menurut proses sebagai berikut
 Penggosokan dinding dengan batu gosok sampai rata dan halus, setelah itu dilap dengan kain
basah hingga bersih minimal 2 minggu setelah plesteran.
 Melapis dinding dengan plamor tembok, dipoles sampai rata. Setelah betul-betul kering digosok
dengan amplas halus dan dilap dengan kain kering yang bersih.
 Pengecatan dengan cat tembok emulsi sampai rata, minimal 2 kali.

d. Cat Plafond

 Cat plafond menggunakan merk Aries, Avitex, atau merk lain yang setara.
 Pengecatan Plafond harus dilakukan menurut proses berikut :

 Membersihkan bidang plafond yang akan dicat.


 Mengecat plafond 2 kali, sehingga menghasilkan bidang pengecatan yang merata sama
dan tidak terdapat belang–belang atau noda – noda mengelupas.
 Warna yang digunakan apabila tidak ditentukan lain oleh konsultan pengawas maka
digunakan warna yang disepakati oleh pelaksana.

2.8 Pekerjaan Pembersihan dan Finishing

Setelah Pekerjaan dinyatakan telah selesai maka sisa – sisa material harus dibersihkan dari lokasi Proyek.
a. Pekerjaan Pembersihan

 Semua sisa bahan – bahan, setelah pekerjaan selesai harus diangkut keluar lokasi.
 Setelah pekerjaan dianggap selesai maka semua bangunan yang masih kotor harus dibersihkan /
dicuci.
 Semua macam pekerjaan telah diselesaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Pekerjaan Selesai.
 Pekerjaan dianggap selesai Jika :
 Pembersihan bangunan halaman telah selesai dikerjakan.
 Pekerjaan telah diperiksa secara bersama oleh direksi pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

2.9 Penutup

a. Hal-hal yang belum diatur dalam Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS) ini, ini yang akan diatur dan
Surat Perjanjian Pemborongan Pekerjaan (Kontraktor)
b. Semua batasan (devinisi) dan ketentuan-ketentuan dalam RKS ini berlaku pula untuk kontrak.
b. RKS ini merupakan dokumen lelang yang tidak terpisahkan dengan Surat Perjanjian Pekerjaan (kontraktor)

15

Anda mungkin juga menyukai