Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN KEPERAWATAN

LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN


“KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG TUNGGU INTENSIVE
CARE UNIT RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU”

OLEH:

KELOMPOK 8

1. Andrian Sahid 22502004


2. Anggi Putri Oktavia 22501006
3. Gusdi Riska Sapitri 22501031
4. Imelda Safitri 22501033
5. Putri Lestari Sinaga 22501056
6. Rahma Mutia Anggraini 22501059
7. Syarifah Desnitha R 22501082
8. Tri Imelda Butar-Butar 22501086

PROGRAM STUDI PROFERSI NERS

STIKES PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2022
PANITIA PELAKSANA PENYULUHAN KESEHATAN

Ketua Pelaksana Wakil Pelaksana

Andrian Sahid Gusdi Riska Sapitri


NIM: 22501004 NIM : 22501031

Mengetahui

Dosen Pembimbing Preseptor Klinik

Ns.Emulyani, M.Kep Ns. Liza Imelda, S.Kep

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kecemasan terjadi sebagai proses respon emosional ketika pasien
atau keluarga merasakan ketakutan, kemudian akan diikuti oleh beberapa
tanda dan gejala seperti ketegangan, ketakutan, kecemasan dan
kewaspadaan Townsend, 2014 (dalam Pratiwi & Dewi, 2016). Keadaan
penyakit kritis menghadapkan keluarga pasien ke tingkat tinggi dari
tekanan psikologis. Gejala tekanan psikologis mempengaruhi lebih dari
setengah dari anggota keluarga terkena penyakit kritis pasien.
Proporsi anggota keluarga mengalami tekanan psikologis yang
berat dari penyakit kritis akan terus meningkat, sejalan dengan
meningkatnya angka pasien yang dirawat di unit perawatan intensif untuk
penggunaan alat bantu nafas yang berkepanjangan (Ronald & Sara, 2010).
Kecemasan dapat menjadi sumber masalah klinis jika sudah sampai
tingkat ketegangan yang sedemikian rupa sehingga mempengaruhi
kemampuan berfungsinya seseorang dalam kehidupan sehari-hari, karena
orang tersebut jatuh kedalam kondisi maladaptif yang dicirikan reaksi fisik
dan psikologis ekstrem.
Pengalaman yang menegangkan, irasional dan tidak dapat diatasi
ini merupakan dasar gangguan kecemasan. Sekitar 28% orang Amerika
Serikat sepanjang hidupnya mengalami kecemasan (Halgin & Whitbourne,
2010). Pelayanan di ruang ICU diberikan kepada pasien dengan kondisi
kritis stabil yang membutuhkan pelayanan, pengobatan dan observasi
secara ketat (Dirjen Bina Upaya Kesehatan, 2011).

II. TUJUAN KEGIATAN


Peserta mengetahui tentang cara mengurangi tingkat kecemasan pada
keluarga di ruang ICU RSUD Arifin Achmad.

III. TEMA KEGIATAN


“Pentingnya cara mengurangi tingkat kecemasan pada keluarga di ICU”

IV. PENYELENGGARA
Penyelenggara dari kegiatan ini adalah mahasiswa/i Program Studi
Profersi Ners STIKes Payung Negeri Pekanbaru.

V. SASARAN
Sasaran dari kegiatan promkes yang akan dilakukan yaitu pada keluarga
yang sedang menunggu pasien yang di rawat di ICU RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru

VI. WAKTU,TEMPAT DAN BENTUK KEGIATAN


Tanggal : 09 Februari 2023
Pukul : 09.00-09.30 WIB
Tempat : Ruang Tunggu Pasien ICU RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru
Bentuk kegiatan : Pendidikan kesehatan

X. SUSUNAN ACARA
Waktu Kegiatan
09.00 – 09.05 WIB Pembukaan

09.05 – 09.15 WIB Kata Sambutan Dari Ketua Pelaksana

09.15 – 09.25 WIB Pemberian Materi

09.25 – 09.30 WIB Penutup

XI. SUSUNAN PANITIA


Susunan panitia penyuluhan keperawatan anak Program Studi Profersi
Ners STIKes Payung Negeri Pekanbaru :
Pembimbing : Ns. Emulyani, M.Kep
Preseptor Klinik : Ns. Liza Imelda, S.Kep
Ketua Pelaksana : Andrian Sahid
Wakil Ketua : Gusdi Riska Sapitri
Sekretaris : Putri Lestari & Imelda
Bendahara : Rahma Mutia Anggraini
Pemateri/ Leader : Anggi Putri Oktavia & Tri Imelda
Seksi Acara : Syarifah Desnitha R

LAMPIRAN 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Mata ajar : Manajemen Keperawatan


Pokok Bahasan : Cara mengurangi tingkat kecemasan pada keluarga

Sasaran : keluarga yang sedang menunggu pasien yang di rawat di


ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Hari/Tanggal : Kamis, 09 Februari 2023

Waktu : 30 Menit

Tempat : Ruang Tunggu Keluarga ICU RSUD Arifin Achmad

Kegiatan : Penyuluhan Tentang cara mengurangi tingkat kecemasan


pada keluarga pasien di ICU

Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penjelasan tentang cara mngurangi tingkat
kecemasan kepada keluarga, sehingga keluarga yang sedang menunggu
pasien di rawat di ruang ICU mampu mengetahui tentang cara mengurangi
kecemasan.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penjelasan tentang cara mengurangi kecemasan, keluarga
mampu:
1. Mengetahui pengertian Kecemasan
2. Mengetahui Tanda Dan Gejala Kecemasan
3. Mengetahui Tingkat Kecemasan
4. Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
5. Mengetahui Bagaimana Cara Mengurangi Kecemasan

A. Materi (Terlampir)
1. Pengertian Kecemasan
2. Tanda Dan Gejala Kecemasan
3. Tingkat Kecemasan
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
5. Bagaimana Cara Mengurangi Kecemasan

B. Metode Penyuluhan
1. Materi SAP

C. Rincian Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta Oleh

1.     1 5 Pembukaan: Moderator


Menit  Membuka kegiatan Menjawab Salam
dengan mengucapkan
salam b.
 Memperkenalkan Diri Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan
penyuluhan
 Menyebut materi yang  Memperhatikan
akan diberikan
2.     2 15 Pelaksanaan: Penyaji
Menit Menjelaskan materi a.  Memperhatikan
penyuluhan secara
berurutan dan teratur. b.
Materi :
 Pengertian Pengertian Memperhatikan
Kecemasan Memperhatikan
 Tanda Dan Gejala Memperhatikan
Kecemasan Memperhatikan
 Tingkat Kecemasan
 Faktor-Faktor yang Memperhatikan
Mempengaruhi
Kecemasan
 Bagaimana cara
mengurangi
kecemasan
3. 5 Evaluasi: Moderator
Menit Memberikan kesempatan    Bertanya dan
Fasilitator
kepada keluarga untuk menjawab
bertanya pertanyaan yang
diajukan

4. 5 Terminasi:
Menit  Menyimpulkan materi Mendengarkan
Penyaji
yang telah disampaikan
 Menyampaikan Mendengarkan Moderator
terimakasih atas
perhatian dan waktu
yang telah diberikan
kepada peserta
 Mengucapkan salam
Menjawab Salam

LAMPIRAN 2
MATERI

1. Pengertian Kecemasan
Pengertian Cemas menurut Caplan (2005) adalah sebagai kesulitan
atau kesusahan dan merupakan konsekuensi yang normal dari
pertumbuhan, perubahan , pengalaman baru, penemuan identitas dan
makna hidup. Sedangkan menurut Stuart 2007 cemas adalah kekhawatiran
yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti
dan tidak berdaya. Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan
tidak didukung oleh situasi (Videbeck, 2008).
Kecemasan juga timbul sebagai akibat hasil perawatan yang tidak
pasti, gejolak emosi, masalah keuangan, perubahan peran, gangguan
rutinitas, dan lingkungan rumah sakit yang asing (Jane, 2004). Keluarga
adalah sekelompok orang yang terdiri dari kepala keluarga dan anggotanya
dalam ikatan nikah ataupun nasab yang hidup dalam satu tempat tinggal,
memiliki aturan yang ditaati secara bersama dan mampu mempengaruhi
antar anggotanya serta memiliki tujuan dan progam yang jelas. Keluarga
ini terdiri atas ayah, ibu, anak, saudara dan kerabat lainya. Keluarga batih
biasanya terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak . Keluarga ini bisa
dikatakan keluarga kecil. (Safrudin, 2015)
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah kecemasan keluarga pasien
merupakan kecemasan yang timbul pada keluarga pasien yang salah satu
anggota keluarganya dirawat di rumah sakit. Kecemasan tersebut timbul
karena perubahan peran, gangguan rutinitas, dan lingkungan rumah sakit
yang asing (Jane, 2004).
2. Etiologi Kecemasan
Tanda dan gejala kecemasan keluarga yang ditunjukkan atau
dikemukakan oleh seseorang bervariasi yaitu: perilaku keluarga yang
sering bertanya tentang kondisi anggota keluarganya, bertanya dengan
pertanyaan diulang-ulang, berkunjung diluar jam kunjung, dan keluarga
takut kehilangan.
Menurut Donsu 2017 tanda dan gejalanya adalah : a Secara fisik
Respon fisik saat terjadi kecemasan dapat ditandai dengan nafas pendek,
nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi,
gelisah, tremor, berkeringat, sulit tidur, dan sakit kepala. b Secara kognitif
Tanda kecemasan secara kognitif dapat dilihat saat mempresepsikan
sesuatu cenderung menyempit, penderita tidak bisa menerima rangsangan
dari luar. Penderita lebih fokus pada apa yang diperhatikannya. Prilaku
dapat dilihat dari gerakan tubuhnya. Misalnya gerakanya tersentak –
sentak, cara bicara berlebihan dan cepat. Penderita kelihatan normal tetapi
memiliki perasaan tidak aman. Respon emosi juga mengalami gangguan ,
merasa menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, suka cita
berlebihan, ketidak berdayaan meninggkat secara menetap, ketidakpastian,
kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak kuat,
ketakutan, distress, khawatir, prihatin.
3. Tingkat Kecemasan
a. Kecemasan ringan
Pada kecemasan ringan berhubunngan dengan ketenganggan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebebkan seseorang menjadi
waspada. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang
muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, kesadaran
meningkat, mampu untuk belajar, motivasi meninngkat dan
tingkah laku sesuai dengan situasi.
b. Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang
penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu
yang terarah. Manifestasi yang muncul yaitu kelelahan meningkat,
denyut jantung, dan pernafasan meningkat, ketengangan otot
meningkat, bicara cepat degan volume tinggi, mampu untuk belajar
namun tidak fokus pada rangsang yang tidak menambah
kecemasan, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah
dan menangis.
c. Kecemasan berat
Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan
perhatian pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat
berfikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak
pengarahan untuk memusatkan padasuatu area yang lain.
Manifestasi yang muncul adalah mengeluh pusing, sakit kepala
mual, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi,
tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri,
perasaan tidak berdaya, binggung dan disorentasi.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan menurut Kaplan & Sadock
(1997) dalam ellias (2013) dibagi sebagai berikut :
1) Jenis kelamin
Teori Smith ( 1968:51) mengatakan bahwa perempuan lebih mudah
dipengaruhi oleh tekanan – tekanan lingkungan daripada laki-laki.
Perempuan lebih cemas, kurang sabar, dan mudah mengeluarkan air
mata (ellias dkk, 2013).
2) Umur
Menurut Kaplan dan Sandock (1997) gangguan kecemasan dapat
terjadi pada semua usia , lebih sering pada usia dewasa dan lebih
banyak pada wanita , biasanya terjadi pada usia 21-45 tahun.
3) Tingkat pendidikan
Menurut yusuf ,2001 dalam ellias 2013, semakin tinggi pendidikan
seseorang diharapkan mereka dapat berfikir secara rasional dan
menahan emosi dengan baik.
4) Pengalaman menunggu.
Menurut Kaplan dan Sadock ( 19970) dalam ellias dkk 2013, keluarga
yang baru pertama kali anggota keluarganya dirawat akan berbeda
dengan yang sudah beberapa kali menghadapi hal yang sama dirawat
dirumah sakit , hal itu karena sudah terbentuk koping yaitu upaya
berupa aksi berorientasi dan intra fisik , untuk mengelola
( mentoleransi, menampung, meminimalkan ) lingkungan dan
kebutuhan internal mengenai hal tersebut.
5) Kondisi medis atau penyakit.
Kecemasan yang berhubungan dengan diagnosa medis sering
ditemukan walaupun insidenya gangguan bervariasi untuk
masingmasing kondisi medis.Misalnya untuk diagnosa medis
pembedahan akan mempengaruhi tingkat kecemasan keluarga klien.
Sebaliknya dengan diagnosa baik tidak terlalu mempengaruhi tingkat
kecemasan keluarga pasien, (Ellias dkk 2013).
6) Akses informasi
Pemberian informasi yang tepat akan membantu keluarga tidak hanya
dalam perawatan pasien tetapi juga dalam mengatasi kecemasan itu
sendiri.Akses informasi dapat berupa komunikasi, bimbingan dan
konseling kepada keluarga agar keluarga dapat mengatasi kecemasan
kearah adaptif sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan keluarga.
7) Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian
asuhan keperawatan. Komunikasi yang terjalin baik akan
menimbulkan kepercayaan sehingga terjadi hubungan yang lebih
hangat dan mendalam. Kehangatan suatu hubungan akan mendorong
pengungkapan beban perasaan dan pikiran yang dirasakan selama
hospitalisasi (Purwanto, 1994) yang dapat menjadi jembatan dalam
menurunkan tingkat kecemasan yang terjadi ( Tamsuri, 2006 dalam
ellias 2013).
8) Lingkungan
Lingkungan yang tidak nyaman dan asing akan mempengaruhi tingkat
kecemasan keluarga pasien .Kebijaksanaan dalam ruangan serta
suasana personil ruangan itu sendiri dapat menjadi pencentus
terjadinya krisis bagi klien dan keluarga pasien, sehingga diperlukan
adaptasi dengan cara yang berbeda dengan hasil proses adaptasi yang
mereka alami sebelumnya .
9) Fasilitas kesehatan
Alat-alat yang cangkih dan rumit akan mempengaruhi kecemasan,
dikarenakan alat-alat tersebut asing bagi keluarga karena mereka
beranggapan bahwa keluarga yang sakit serius bahkan mungkin
sekarat, hal ini berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
mengenai kondisi penyakit yang diderita oleh pasien . Sehingga peran
perawat sebagai pendidik memberikan informasi atau pendidikan
kesehatan kepada keluarga ( Elias dkk, 2013).
5. Cara Mengurangi Kecemasan
Untuk mengurangi kecemasan dapat menggunakan cara sebagai
berikut: menggunakan teknik relaksasi pernafasan segitiga (Triangle
Breathing), menggunakan teknik guided imagery, menghindari kafein,
alkhohol dan rokok, tertawa dan berolahraga, menuliskan rasa cemas
dalam secarik kertas, bersantai dan mendengarkan musik. Peran keluarga
adalah orang orang yang sangat dekat dengan pasien dan dianggap paling
banyak tahu kondisi pasien serta dianggap paling banyak memberi
pengaruh pada pasien, sehingga keluarga sangat penting artinya dalam
perawatan dan penyembuhan pasien (Pratiwi and Edmaningsih, 2020).
Salah satu peran keluarga dalam mengatasi kecemasan yaitu yang
pertama, selalu tenang dan tetap mendampingi pasien. Kedua, membawa
pasien ke tempat yang lebih tenang. Ketiga, tanyakan kepada pasien apa
yang ia butuhkan. Keempat, tanyakan apakah dia membawa obat
khusus/pribadi untuk mengatasi kecemasannya. Kelima, cobalah untuk
berbicara dengan kalimat pendek dan sederhana selama kecemasan
berlangsung. Keenam, hindari atau jauhi kegiatan yang bersifat
menyibukkan. Ketujuh, bantu pasien untuk mengatur nafasnya dengan
teknik relaksasi segituga pernafasan (Triangle Breathing). Dan yang
terakhir terus berikan kalimat-kalimat positif kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, & Dewi. (2016). Reality Orientation Model For Mental Disorder
Patients Who Experienced Auditory Hallucinations. INJEC, 1, 87

Ronald, & Sara. (2010). Impact of Chronic Critical Illness on the


Psychological Outcomes of Family Members. AACN Adv Crit Care, 21(1),
80–91. doi:10.1097/NCI.0b013e3181c930a3.Impact
Muhlisin, A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Nugroho, A. W. (2009). Komunikasi interpersonal antara perawat dan
pasien.
Pratiwi, A. and Edmaningsih, Y. (2020) ‘Manajemen Stres dan Ansietas
untuk Penurunan Tekanan Darah’, 4(1), pp. 679–683.

Anda mungkin juga menyukai