Anda di halaman 1dari 8

Cinta Tanah Air bukanlah sebuah Eksistensi tapi Tasdik

Penulis : Muhammad Ali Hasyemi

Indonesia, sebuah Negara dengan beragam keunikan dan polemik politik yang tidak ada
habisnya. Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 230 juta orang, tidak peduli suku, agama dan
pekerjaannya. Kearifan lokal, adat-istiadat yang kental, nilai kebersamaan dan gotong royong; adalah
sederet gambaran atau sifat dari masyarakat Indonesia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, bangsa dapat didefinisikan sebagai
kelompok masyarakat yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa, serta sejarahnya, dan
memiliki pemerintahan sendiri. Menurut Hans Kohn dalam pengertiannya, sebuah bangsa merupakan
hasil proses perjuangan hidup manusia yang ada di dalam sebuah sejarah. Bangsa dapat mencakup
komunitas yang majemuk sehingga tidak dapat dinyatakan dalam matematika. Selain itu, ada juga
penanda dari bangsa sendiri, yaitu faktor objektif yang menjadi latar belakang serta menjadi sebuah jati
diri dari suatu bangsa seperti ras, agama, wilayah, budaya, serta adat istiadat.

Dikutip dari laman resmi Indonesia.go.id , Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik
atau suku bangsa, lebih tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa di Tanah Air menurut sensus BPS tahun
2010. Suku Jawa adalah kelompok terbesar di Indonesia dengan jumlah yang mencapai 41% dari total
populasi. Ada ribuan bahasa yang digunakan masyarakat di seluruh dunia. Indonesia memiliki 1 bahasa
daerah dan bahasa Indonesia itu sendiri sebagai bahasa resmi nasional.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia
bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah
satu dari 718 bahasa yang ada di Indonesia di bawah ini sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia
kerap kali menggunakan versi sehari-hari dan mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau
bahasa Indonesia.

Berdasarkan data BPS di tahun 2015, maka hanya terdapat 14 bahasa daerah yang memiliki
penutur di atas 1.000.000 jiwa atau sekitar 69.22% dari sekitar 252.200.000 jiwa total penduduk
Indonesia. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 juga menyebutkan tentang Bahasa Isyarat Indonesia,
yang digunakan oleh 2.000.000 jiwa penutur. Adapun ke-14 bahasa daerah dengan jumlah penutur
terbanyak di Indonesia tersebut adalah:

Bahasa Aceh (3.500.000 jiwa penutur)

Bahasa Bali (3.330.000 jiwa penutur)

Bahasa Batak (7.045.000 jiwa penutur)

Bahasa Betawi (5.000.000 jiwa penutur)


Bahasa Bugis (5.000.000 jiwa penutur)

Bahasa Gorontalo (1.000.000 jiwa penutur)

Bahasa Jawa (84.300.000 jiwa penutur)

Bahasa Lampung (1.834.000 jiwa penutur)

Bahasa Madura (6.770.000 jiwa penutur)

Bahasa Makassar (2.130.000 jiwa penutur)

Bahasa Melayu (160.140.000 jiwa penutur)

Bahasa Minangkabau (5.530.000 jiwa penutur)

Bahasa Sasak (2.100.000 jiwa penutur)

Bahasa Sunda (42.000.000 jiwa penutur) Menurut laporan Ethnologue, Papua Nugini
menempati deretan teratas negara dengan jumlah bahasa terbanyak pada 2022, dengan total 840 bahasa.
Indonesia menempati peringkat kedua dengan 715 bahasa, diikuti Nigeria dengan 527 bahasa, dan India
456 bahasa.

Agama di Indonesia terdiri atas berbagai macam agama. Dalam sensus resmi yang dirilis pada
tahun 2020, oleh Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2018, 86,7% penduduk Indonesia beragama
Islam, 10,72% Kristen, 1,74% Hindu, 0,77% Buddha, 0,03% Konghucu, dan 0,04% aliran kepercayaan
atau agama lainnya.

Dalam perkiraan Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, penduduk Indonesia berjumlah 272,32
juta jiwa dengan 86,88% beragama Islam, 10,58% Kristen (7,49% Kristen Protestan, 3,09% Kristen
Katolik), 1,71% Hindu, 0,75% Buddha, 0,03% Konghucu, dan 0,05% agama lainnya. Sungguh banyak
bukan Agama di Indonesia? Artinya di Indonesia tidak hanya Islam saja, tapi agama-agama lain juga
ikut serta di dalamnya.

Berdasarkan Informasi dari Badan Informasi Geopasial (BIG), luas wilayah Indonesia untuk
daratan ialah 1.922.570 km² dan perairan 3.257.483 km². Bila ditotal, luas Indonesia wilayah Indonesia
adalah 5.180.053 km². Sementara, dilansir situs resmi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman
dan Investasi disebutkan, Rujukan Nasional Data Kewilayahan RI menyebutkan luas wilayah Indonesia
baik itu darat dan perairan mencapai 8.300.000 km2.

Indonesia sangat kaya akan keberagaman itu, bukankah kita sebagai warga Negara Indonesia
Bangga terhadap itu? sebagai warga negara Indonesia dalam mensyukurinya tidak hanya mengeksistensi
diri hanya seucap kata “ Saya Bangga menjadi bangsa Indonesia”, “ Saya Cinta Indonesia “, “ Saya
Nasionalisme “, karena itu semua hanyalah eksistensi mutlak kita sebagai warga negara Indonesia.

Terlepas dari itu, tahukah kalian bahwa Cinta Tanah Air juga termasuk Tasdik, Tasdik
merupakan sinonim dari kata Keimanan, yang dimana jika warga Indonesia cinta terhadap bangsanya
sendiri itu juga termasuk Keimanan terhadap diri kita. Keimanan merupakan kepercayaan yang kokoh
kepada Allah Swt. dan pemeliharaan iman seseorang berusaha untuk mempertahankan islam. Manfaat
dan pengaruh keimanan pada diri kita yaitu harus melakukan introspeksi pada peritiwa-peristiwa yang
berada di sifat manusia dan kejadian luar biasa alam semesta. Kejadian keberagaman yang ada di
Indonesia itulah yang menjadikan kita lebih Taqwa kepada Allah Swt sebagai tuhan semesta alam yang
telah memberikan keberkahan, kemakmuran dan keharmonisan hidup di Negara Indonesia.

Banyak ayat Al-Qur'an dan Hadis yang menganjurkan kita mencintai tanah air. Bahkan, cinta
tanah air merupakan fitrah. Siapa pun pasti tidak akan mampu melupakan tanah kelahiran, meski sudah
bertahun-tahun hijrah ke tempat baru yang lebih nyaman. Begitu juga, nama tempat kelahiran akan
selalu terbawa dalam data identitas seseorang, di mana pun dan sampai kapan pun. Berikut Dalil Cinta
Tanah Air termasuk Tasdik yang termaktub dalam beberapa Al-Quran dan Hadis :

QS. Al-Baqarah Ayat 126

‫هّٰلل‬
َ Rَ‫ا َل َو َم ْن َكف‬RRَ‫ ۗ ِر ق‬R‫وْ ِم ااْل ٰ ِخ‬RRَ‫ت َم ْن ٰا َمنَ ِم ْنهُ ْم بِا ِ َو ْالي‬
‫هٗ قَلِ ْياًل ثُ َّم‬RR‫ر فَا ُ َمتِّ ُع‬R ِ ‫ال اِب ْٰر ٖه ُم َربِّ اجْ َعلْ ٰه َذا بَلَدًا ٰا ِمنًا َّوارْ ُز ْق اَ ْهلَهٗ ِمنَ الثَّ َم ٰر‬
َ َ‫َواِ ْذ ق‬
ِ ‫س ْال َم‬
‫ص ْي ُر‬ َ ‫ار ۗ َوبِْئ‬ ِ ‫رُّه اِ ٰلى َع َذا‬
ِ َّ‫ب الن‬ ٓ ٗ َ‫اَضْ ط‬

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini negeri yang
aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian,” Dia (Allah) berfirman, “Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri
kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk
tempat kembali.”

Firman Allah tersebut menggambarkan bahwa cinta tanah air ada pada hati siapa saja. Sejatinya
itu merupakan fitrah yang terhujam sangat dalam pada jiwa manusia, bahkan, sebegitu cintanya Nabi
Ibrahim As terhadap Negerinya sampai-sampai beliau berdoa agar tanah kelahirannya diberi
kemakmuran.

Rasulullah sendiri senantiasa mencintai tanah air yang beliau diami. Dalam sebuah hadis
diceritakan:

- ‫ صلى هللا عليه وس لم‬- ُّ‫ َفلَ ْم َيقُ ْل َل ُه ال َّن ِبي‬، ْ‫ َل ُت َك َّذ َب َّنه‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫هللا‬ ِ ‫ُول‬ِ ‫ث َو َر َق َة َأ َّن ُه َقا َل ل َِرس‬
ِ ‫ َوفِي َح ِد ْي‬:‫َقا َل ال ُّس َه ْيلِي‬
‫ ََأو م ُْخ ِر ِجيَّ ُه ْم؟ َففِي َه َذا دَ لِي ٌل‬:‫ َف َقا َل‬،ْ‫ َولَ ُت ْخ َر َج َّنه‬:‫ ُث َّم َقا َل‬،ً‫ َشيْئا‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ُّ‫ َفلَ ْم َيقُ ْل ال َّن ِبي‬،ْ‫ َولَ ُتْؤ َذ َي َّنه‬:‫ ُث َّم َقا َل‬،ً‫َشيْئا‬
َ ‫“ َعلَى حُبِّ ْا َلو َط ِن َوشِ َّد ِة ُم َف‬
ِ ‫ار َق ِت ِه َعلَى ال َّن ْف‬
‫س‬

As-Suhaili berkata—di dalam hadis (tentang) Waraqah, bahwa dia berkata kepada Rasulullah
SAW: Sungguh engkau akan didustakan. Nabi tidak berkata sedikit pun. Lalu dia berkata lagi: Dan
sungguh engkau akan disakiti. Nabi pun tidak berkata apa-apa. Lalu dia berkata: Sungguh engkau akan
diusir. Kemudian Nabi menjawab: Apa mereka akan mengusirku? As-Suhaili menyatakan di sinilah
terdapat dalil atas cinta tanah air dan beratnya memisahkannya dari hati.” Dalam hadis riwayat Bukhari
juga diceritakan bahwa Nabi SAW, ketika kembali dari bepergian dan melihat dinding-dinding
Madinah, beliau mempercepat laju unta. Dan, apabila  beliau menunggangi unta, beliau
menggerakkannya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah.
Hadis berikut lebih tegas lagi menyatakan bahwa Rasulullah sangat mencintai tanah airnya :

ِ ‫ ِا ِّني ُأَل ْخ َر ُج ِم ْنكِ َو ِا ِّني َأَلعْ لَ ُم َأ َّنكِ َأ َحبُّ ِباَل ِد‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َلمَّا ُأ ْخ ِر َج مِنْ َم َّك َة‬
‫هللا ِالَ ْي ِه َوَأ ْك َر ُم ُه‬ ِ ‫ َقا َل َرس ُْو ُل‬:‫َّاس َقا َل‬
َ ‫هللا‬ ٍ ‫ْن َعب‬
ِ ‫َع ِن اب‬
ْ ُ َ ْ
ِ‫ك خ َرج ُْونِي ِمنكِ َما خ َرجْ ت ِمنك‬ ْ ‫َأ‬ َ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫اَل‬
َ ‫هللا َول ْو نَّ هْ ل‬ َ ِ ‫َعلى‬ َ

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa saat Nabi diusir dari Mekkah, beliau berkata: Sungguh
aku diusir darimu. Sungguh aku tahu bahwa engkau adalah negara yang paling dicintai dan dimuliakan
oleh Allah. Andai pendudukmu tidak mengusirku darimu, maka aku takkan meninggalkanmu.” Dalil
Hujjah di atas menunjukkan bahwa cinta tanah air memiliki dalil yang bersumber dari Al-Qur’an dan
hadis, sebagaimana juga dijelaskan para ulama. 

Banyak yang mengira cinta tanah air hanyalah sebuah eksistensi biasa, eksistensi hanyalah
sebuah kemutlakan yang sudah sewajarnya dilakukan oleh warga negara Indonesia terhadap bangsanya.
namun sebenarnya tidak hanya itu saja, cinta tanah air juga termasuk tasdiq, yakni kepeceryaan atau
keyakinan keimanan hamba kepada tuhannya sebagai eksistensi keberadaan rabbnya dan menambah
jiwa bersyukur di dalam diri manusia. Sebenarnya kebanggaan atau kecintaan terhadap bangsa itu tidak
perlu diperdebatkan, karena itu sudah menjadi fitrah manusia untuk cinta kepada tanah airnya. Dalil
sudah jelas menyatakan bahkan menganjurkan manusia untuk cinta kepada tanah lahirnya. Warga negara
Indonesia yang sudah diberi keberagaman suku, bahasa, luas wilayah dan masih banyak yang lainnya
sudah seharusnya wajib hukumnya untuk bersyukur nan bangga terhadap tuhan yang maha esa karena
telah mentakdirkan untuk hidup di Negara Indonesia, negara yang diberikan kemakmuran,
kemashlahatan, semua serba ada dan masih banyak yang lainnya. Tetap cintai tanah air dimanapun
kalian berada karena sesusah susahnya, sesukses suksesnya kalian pasti akan kembali ke tanah kelahiran,
tanah air Indonesia dengan berjuta keberkahan. Semoga negara kita tercinta senantiasa dijadikan Allah
Swt negara yang Baldatun Toyyibatun Wa Rabbul Ghofur.
Saya menulis opini tersebut berdasarkan alur yang telah di contohkan oleh penulis opini
yang sebelumnya saya review, yakni penulisan opini yang di tulis oleh Prof. Badri Munir
Sukoco, P.h.D. Beliau merupakan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Airlangga Surabaya, di dalam penulisan opininya, beliau selalu menyertakan data kuantitatif
berupa persen dan sejenisnya dan dalil dalil yang dimana hal itu dijadikan penguat argumen
dalam opininya.

Berikut Opini yang beliau tulis dan saya review Minggu lalu yang berjudul “ Merdeka dari
Resesi Ekonomi “

Judul Opini :

Merdeka dari Resesi Ekonomi

Sumber Pencarian Opini :

Website Resmi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga Surabaya

Penulis Opini :

Prof. Badri Munir Sukoco, P.h.D.

Jabatan Penulis :

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga Surabaya

Isi Opini :

Kemerdekaan Indonesia telah memasuki usia ke-75 tahun. Puji syukur patut dipanjatkan oleh
seluruh bangsa Indonesia, karena beragam peristiwa besar yang dikhawatirkan akan memecah belah
Indonesia justru tidak terjadi. Konflik berkepanjangan pasca kemerdekaan, G30S PKI, Reformasi dan
Krisis Ekonomi yang menjadi multidomensi pada 1998, serta Krisis Ekonomi 2008 adalah beberapa
peristiwa besar dan berpotensi menimbulkan disintegrasi bangsa. Namun Indonesia tetap bersatu
teguh, bahkan menjadi kekuatan ekonomi terbesar nomor 7 dunia pada 2019 (𝑊𝑜𝑟𝑙𝑑 𝐸𝑐𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑐
𝐹𝑜𝑟𝑢𝑚, 2019). Hal ini mendasari dicanangkannya visi Kabinet Indonesia Maju untuk lepas dari
𝑚𝑖𝑑𝑑𝑙𝑒 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑡𝑟𝑎𝑝 dan mengantarkan Indonesia menjadi negara maju pada 2045.Namun pandemi
Covid-19 yang melanda dunia sejak awal tahun 2020 merubah semua. 𝐿𝑜𝑐𝑘𝑑𝑜𝑤𝑛 disertai
pembatasan mobilitas manusia menjadikan volume penerbangan turun
hingga 82%, 7,5 juta penerbangan dibatalkan, turunnya pendapatan mencapai 55%, serta hilangnya
pekerjaan bagi 50 juta orang di seluruh dunia (𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝐴𝑖𝑟 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑜𝑐𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛–
IATA, 2020). Tentu industri ikutannya terdampak sangat besar, khususnya pariwisata, hotel, restoran,
maupun jasa angkutan darat (penumpang). Adapun pergerakan barang dan jasa melalui ekspor dan
impor mengalami penurunan volume antara 13-23% (Bank Dunia, 2020).

Kondisi diatas menjadikan resesi ekonomi dunia nyata adanya, tidak terkecuali Indonesia.
Menurut Airlangga Hartarto, Menko Perekonomian, Indonesia mengalami pertumbuhan -5,32% pada
kuartal II, dan diproyeksikan menjadi -1% pada kuartal III tahun ini. Kondisi ini diperparah akan
lambatnya eksekusi belanja negara, menjadikan Presiden Joko Widodo memarahi para pembantunya
dalam beberapa kesempatan terakhir. Secara umum, pertumbuhan ekonomi merupakan perbandingan
produk domestik bruto (PDB) antara tahun ini dibandingkan tahun lalu. PDB terdiri atas konsumsi
rumah tangga, investasi, belanja negara, dan ekspor dikurangi impor. Uraian diatas menunjukkan 3
faktor terakhir sulit diharapkan, sehingga konsumsi rumah tangga menjadi harapan terbesar bagi
Indonesia untuk terlepas dari resesi.

Bagaimana Indonesia meningkatkan konsumsi rumah tangga agar terhindar dari resesi ekonomi?

𝐄𝐤𝐨𝐧𝐨𝐦𝐢 𝐍𝐚𝐫𝐚𝐭𝐢𝐟 𝑁𝑎𝑟𝑟𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐸𝑐𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑐𝑠 (2019), buku yang ditulis Prof. Robert J. Shiller
(pemenang Nobel Bidang Ekonomi tahun 2013) berargumentasi bahwa mempelajari cerita yang
sedang trending adalah langkah awal dan penting bagi pengambil kebijakan untuk memahami
perilaku ekonomi individu dan masyarakat. Kemampuan pengambil kebijakan untuk memprediksi,
mempersiapkan, dan mengurangi dampak krisis ekonomi (bahkan resesi maupun depresi) akan
meningkat dengan memahami Ekonomi Naratif.

Terdapat 2 elemen yang akan mempengaruhi 𝑒𝑝𝑖𝑑𝑒𝑚𝑖𝑜𝑙𝑜𝑔𝑦 𝑜𝑓 𝑛𝑎𝑟𝑟𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒𝑠: Pertama, cerita


𝑤𝑜𝑟𝑑-𝑜𝑓-𝑚𝑜𝑢𝑡ℎ yang menjadikan cerita menjalar. Kedua, upaya yang dilakukan guna membuat
cerita baru yang menjalar (𝑛𝑒𝑤 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑎𝑔𝑖𝑜𝑢𝑠 𝑠𝑡𝑜𝑟𝑖𝑒𝑠) atau membuat cerita semakin menjalar (𝑚𝑎𝑘𝑒
𝑚𝑜𝑟𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑎𝑔𝑖𝑜𝑢𝑠). Apakah cerita yang disampaikan benar atau salah (ℎ𝑜𝑎𝑥), akan ditransmisikan
oleh 𝑤𝑜𝑟𝑑-𝑜𝑓-𝑚𝑜𝑢𝑡ℎ, media berita, dan tentunya 𝑠𝑜𝑐𝑖𝑎𝑙 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎.
Perekonomian akan terdorong karena naratif yang ada, baik positif maupun negatif, mempengaruhi
bagaimana konsumen akan berkonsumsi, berinvestasi, menabung, dan melakukan kegiatan ekonomi
lainnya. Meskipun Ekonomi Naratif ini penting, namun banyak pengambil kebijakan maupun ahli
ekonomi kurang memberi perhatian.

Ukuran yang bisa digunakan untuk melihat cerita apa yang ada di masyarakat adalah
𝑐𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑒𝑟 𝑐𝑜𝑛𝑓𝑖𝑑𝑒𝑛𝑐𝑒 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 - CCI maupun 𝑏𝑢𝑠𝑖𝑛𝑒𝑠𝑠 𝑐𝑜𝑛𝑓𝑖𝑑𝑒𝑛𝑐𝑒 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 – BCI. Berdasarkan data
yang dikeluarkan oleh 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑧𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑜𝑓 𝐸𝑐𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑐 𝐶𝑜-𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑎𝑛𝑑
𝐷𝑒𝑣𝑒𝑙𝑜𝑝𝑚𝑒𝑛𝑡 (OECD, 2020), Indonesia memiliki CCI tertinggi pada Desember 2019 (100,39) dan
Januari 2020 (100,22), bahkan dibandingkan rerata tahun 2019. Sejak pandemi Covid-19, CCI
Indonesia turun dan terendah pada Mei 2020 (91,34), meskipun mulai naik pada Juli 2020 (94,12).
Bagaimana dengan China, negara asal pandemi? Sepanjang 2019 memiliki rata2 CCI sebesar 99,15,
dan jatuh ke level terendah pada Februari 2020 (85,43). Pada bulan Juli, levelnya mulai bangkit ke
level 97,94. Sebelum terjadinya pandemi, Amerika Serikat (AS) memiliki rerata 99,35 pada CCI.
Menariknya, meskipun jumlah penderita yang positif Covid- 19 dan meninggal karenanya terbesar di
dunia, level CCI naik hingga 97,47 bulan lalu (terendah pada bulan April: 92,63). Hal ini akan
berakibat pada tumbuhnya konsumsi domestik di China dan AS lebih tinggi dibandingkan dengan
Indonesia.

Untuk BCI, rerata 37 negara anggota OECD sebesar 98,39 dalam 6 bulan terakhir. Sedangkan
Indonesia mulai menurun dari awal tahun 2020 ke level 98,37 (Juni), turun tipis dibandingkan rerata
tahun 2019 (99,57). Adapun AS sempat mengalami penurunan selama 3 bulan berturut-turut (Maret,
April, dan Mei 2020), menariknya pada bulan Juni justru meningkat ke level 100,18. China
mengalami level BCI terendah pada Februari (94,52) (jauh lebih rendah dibandingkan rerata 2019
yang mencapai 98,11). Namun pada Juni meningkat menjadi 99.44. Tentu tren yang semakin
membaik pada level BCI (OECD, AS, China, dan Indonesia) ini menunjukkan bahwa para pebisnis
memiliki tingkat optimisme yang tinggi bahwa resesi ekonomi yang diakibatkan pandemi Covid-19
akan segera berakhir.

Selain itu, survei dwi-mingguan yang dilakukan oleh McKinsey pada 45 negara menunjukkan
penduduk negara Korea Selatan, Afrika Selatan, dan Meksiko akan mengurangi pengeluaran rumah
tangganya > 20% dalam 2 bulan ke depan. Menariknya, Indonesia memiliki level tertinggi di dunia
untuk penduduk yang berencana meningkatkan pengeluaran rumah tangganya > 25%. Dari sisi
optimism, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan China memiliki
penduduk yang paling optimis dibandingkan negara lain. Indonesia memiliki peringkat optimisme
ke-7, dibawah India.

Rekomendasi, Pada ulang tahun ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia, kita sedang diuji
bersama negara di seluruh dunia dengan pandemi Covid-19 dan resesi yang bila salah kelola bisa
menjadi depresi ekonomi. Pemulihan ekonomi yang ditugaskan kepada Satuan Tugas Pemulihan
Ekonomi perlu memahami perilaku ekonomi masyarakat, dan Ekonomi Naratif dapat menjadi
alternatif pendekatan yang efektif.

Menurut Badan Pusat Statistik (2019), konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar
56,62% PDB Indonesia. Dari jumlah tersebut, 𝑚𝑖𝑑𝑑𝑙𝑒 𝑐𝑙𝑎𝑠𝑠 (MC) Indonesia yang berjumlah 52
juta orang menyumbang setengah konsumsi rumah tangga (Bank Dunia, 2020). Yang patut menjadi
perhatian bagi pemerintah adalah MC 1 (Rp. 1,2-3,2 juta per orang per bulan) memiliki proporsi
90%, adapun MC 2 (Rp. 3,2-6 juta) hanya 10%. Resesi yang terjadi saat ini sangat riskan bagi MC
1 untuk turun ke 𝑎𝑠𝑝𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑚𝑖𝑑𝑑𝑙𝑒 𝑐𝑙𝑎𝑠𝑠 (AMC, Rp. 532 ribu-1,2 juta) sehingga konsumsi rumah
tangga di Indonesia sulit untuk tumbuh. Tentu percepatan belanja negara sebesar Rp. 1.700 triliun
pada Kuartal 3 dan 4 bisa menjadi harapan, khususnya bantuan langsung ke masyarakat maupun
program lain untuk UKM guna meningkatkan konsumsi dan menggerakkan perekonomian.

Uraian diatas menunjukkan Indonesia memiliki kondisi yang menjanjikan untuk bangkit
dari resesi ekonomi. Optimisme yang dimiliki oleh penduduk Indonesia disertai kesediaan
untuk berbelanja adalah kunci peningkatan konsumsi rumah tangga di Indonesia. Penciptaan
harapan dan optimisme baru yang diyakini masyarakat (baik konsumen maupun pebisnis) serta
menjadikannya viral adalah resep utama Indonesia segera merdeka dari resesi ekonomi. Dan
tentunya protokol kesehatan menjadi prasyarat utama agar Indonesia tidak mengalami gelombang
kedua Covid-19 dan malah memperpanjang resesi ekonomi yang akan dialami.

Anda mungkin juga menyukai