Kepada
Hal : Lamaran Bekerja Yth. BUPATI LOMBOK UTARA
di -
TANJUNG
Dengan ini mengajukan permohonan agar dapat kiranya saya diangkat sebagai Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja pada Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dalam Jabatan
Bidan Terampil dengan Kualifikasi Pendidikan D3 Kebidanan pada unit Puskesmas Santong
Kabupaten Lombok Utara.
Demikian surat lamaran bekerja ini dibuat dengan harapan dapat diterima dan atas perhatian
disampaikan terima kasih.
Hormat saya,
(Sandita Sahida Putri)
Khutbah Pertama
ُش َه ُد أَنْ الَ إِ َل َه إِالَّ هللا ْ َ ا.ش ْي ٍء َق ِد ْي ٍر َ ِّ هلل َل ُه ا ْل ُم ْل ُك َو َل ُه ا ْل َح ْم ُد َو ُه َو َع َلى ُك ل ِ اَ ْل َح ْم ُد
ب ِ ِى هَداَ َنا َوأَ ْن َع َم َنا ِباإلِ ْسالَ ِم َوأَ َم َر َنا ِبا ْل ِج َها ِد َو َن َّو َر قُلُ ْْو َب َنا ِبا ْل ِك َت ا
ْ ش ِر ْي َك َل ُه اَ َّلذ
َ ََو ْح َدهُ ال
ص َح َ س ا َل ِة َوأَدَّ ى ْاألَ َما َن ِة َو َن ِّ ِى َب َل َغ
َ الر ْ س ْولُ ُه اَ َّلذُ ش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر ْ َ َوأ.ا ْل ُم ِن ْي ِر
ص َح ِاب ِهْ َلى آلِ ِه َوأ َ لى هَذاَ ال َّن ِب ِّي ْال َك ِر ْي ِم ُم َح َّم ُد ْبنُ َع ْب ِد هللا َو َع َ س ِّل ْم َع
َ صل ِّ َوَ اَل َّل ُه َّم.ِْاأل ُ َّمة
س ولِ ِه ُي ْؤ ِت ُك ْم ِك ْف َل ْي ِن مِنْ َر ْح َم ِت ِه ُ َياأَ ُّي َها ا َّلذِينَ َءا َم ُن وا ا َّتقُ وا هَّللا َ َو َءا ِم ُن وا ِب َر. َأَ ْج َم ِع ْين
شونَ ِب ِه َو َي ْغف ِْر َل ُك ْم َوهَّللا ُ َغفُو ٌر َرحِي ٌم ُ ورا َت ْم ً َو َي ْج َعلْ َل ُك ْم ُن.
Ribuan tahun yang lalu, di tanah kering dan tandus, di atas bukit-bukit bebatuan
yang ganas, sebuah cita-cita universal ummat manusia dipancangkan. Nabi
Ibrahim 'Alaihi As-Salaam, Abu al-Millah, telah memancangkan sebuah cita-cita
yang kelak terbukti melahirkan peradaban besar. Cita-cita kesejahteraan lahir
dan batin. Suatu kehidupan yang aman, tenteram, dan sentosa dan secara
materi subur dan makmur.
ت َمنْ َءا َمنَ ِم ْن ُه ْم ِ اج َعلْ ه ََذا َب َلدًا َءا ِم ًنا َو ْار ُز ْق أَهْ َل ُه مِنَ ال َّث َم َرا ْ َوإِ ْذ َقال َ إِ ْب َراهِي ُم َر ِّب
س َ ار َو ِب ْئ ِ ض َط ُّرهُ إِ َلى َع َذا
ِ ب ال َّن ْ َِباهَّلل ِ َوا ْل َي ْو ِم ْاآل ِخ ِر َق ال َ َو َمنْ َك َف َر َفأ ُ َم ِّت ُع ُه َقلِيالً ُث َّم أ
ا ْل َمصِ ي ُر.
''Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo`a: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang
aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang
beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan
kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia
menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS, al-Baqarah:
126)
Pada hari ini ratusan juta manusia, dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di
seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai
refleksi rasa syukur dan sikap kehambaan mereka kepada Allah SWT.
Sementara jutaan yang lain sedang membentuk lautan manusia di tanah suci
Makkah, menjadi sebuah panorama menakjubkan yang menggambarkan
eksistensi manusia di hadapan kebesaran Rabb Yang Maha Agung. Mereka
serempak menyatakan kesediaannya untuk memenuhi panggilan-Nya;
“Labbaiika Allaahumma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaiik. Innal hamda wan
ni’mata laka wal mulk laa syariika lak.”
Sesungguhnya apa yang dipancangkan oleh Nabi Ibrahim itu adalah sebuah
momentum sejarah yang menentukan perjalanan hidup manusia sampai
sekarang ini. Ia menghendaki sebuah masyarakat ideal yang bersih; yang
merupakan refleksi otentik interaksinya dengan sistem kepercayaan, nilai-nilai
luhur, dan tata aturan (syariat) yang telah menjadi dasar kehidupan bersama.
Baca Juga>Teks Khutbah Idul Adha Islam Agama Perdamaian dan Kasih Sayang
Ibrahim adalah suri tauladan abadi. Ketundukannya kepada sistem kepercayaan,
nilai-nilai dan tata aturan ilahiah selalu menjadi contoh yang hidup sepanjang
masa. “Ketika Allah berfirman kepadanya, “Tunduk patuhlah (Islamlah),” maka ia
tidak pernah menunda-nundanya walau sesaat, tidak pernah terbetik rasa
keraguan sedikit pun, apa lagi menyimpang. Ia menerima perintah itu dengan
seketika dan dengan penuh ketulusan.
Atas dasar itulah beliau wariskan Islam dan sikap ketundukan kepada-Nya untuk
anak cucu sepeninggalnya, untuk generasi berikutnya sampai akhir masa. Allah
berfirman dalam surat Al-Baqarah 132:
Hari raya Idul Adha juga merupakan hari raya istimewa karena dua ibadah
agung dilaksanakan pada hari raya ini yang jatuh di penghujung tahun hijriyah,
yaitu ibadah haji dan ibadah qurban. Qurban yang berasal dari kata “qaruba-
qaribun” yang berarti dekat. Jika posisi seseorang jauh dari Allah, maka dia akan
mengatakan lebih baik bersenang-senang keliling dunia dengan hartanya
daripada pergi ke Mekah menjalankan ibadah haji.
Dalam ibadah qurban, kembali Nabi Ibrahim tampil sebagai manusia pertama
yang mendapat ujian pengorbanan dari Allah SWT. Ia harus menunjukkan
ketaatannya yang totalitas dengan menyembelih putra kesayangannya yang
dinanti kelahirannya sekian lama.
''Maka tatkala anak itu sudah berumur baligh, Ibrahim berkata: “Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!” Ia menjawab: ''Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.''
Andaikan Ibrahim manusia yang lemah, tentu akan sulit untuk menentukan
pilihan. Salah satu diantara dua yang memiliki keterikatan besar dalam hidupnya;
Allah atau Isma’il. Berdasarkan rasio normal, boleh jadi Ibrahim akan lebih
memilih Ismail dengan menyelamatkannya dan tanpa menghiraukan perintah
Allah tersebut. Namun ternyata Ibrahim adalah sosok hamba pilihan Allah yang
siap memenuhi segala perintah-Nya, dalam bentuk apapun. Ia tidak ingin
cintanya kepada Allah memudar karena lebih mencintai putranya. Akhirnya ia
memilih Allah dan mengorbankan Isma’il yang akhirnya menjadi syariat ibadah
qurban bagi umat nabi Muhammad SAW.
Karena itu, dengan melihat keteladanan berqurban yang telah ditunjukkan oleh
seorang Ibrahim, apapun Isma’il kita, apapun yang kita cintai, qurbankanlah
manakala Allah menghendaki. Janganlah kecintaan terhadap isma’il-isma’il itu
membuat kita lupa kepada Allah. Tentu, negeri ini sangat membutuhkan hadirnya
sosok Ibrahim yang siap berbuat untuk kemaslahatan orang banyak meskipun
harus mengorbankan apa yang dicintainya.
Kita juga sadar bahwa kita berhutang budi dalam memanfaatkan negeri ini
kepada orang tua generasi pendahulu, para perintis dan mereka yang telah
berjasa untuk itu. Kita juga berhutang budi dalam masalah aqidah dan agama
yang kita banggakan ini, kepada generasi salaf saleh yang menanggung
bermacam kesulitan dan derita dalam mempertahankan risalah ini pada masa
pertamanya, dan yang telah mengorbankan harta dan jiwa mereka menghadapi
musuh-musuh Islam untuk menyampaikan agama ini kepada orang-orang
setelah mereka, mereka pula yang telah menghilangkan banyak rintangan yang
disebarkan oleh para pencela, pengingkar dan pendusta agama ini.
Demikian sungguh pelajaran yang sangat berharga. Kita selaku generasi masa
kini telah berhutang budi kepada generasi-genersai sebelumnya dalam seluruh
apa yang kita ni`mati saat ini sebagai hasil dari pengorbanan, perjuangan dan
sikap mereka yang mendahulukan kepentingan orang lain. Maka sepatutnyalah
jika kita melanjutkan rangkaian pengorbanan mereka itu sehingga kita dapat
menyampaikan keni`matan ini kepada generasi berikutnya seperti yang telah
dilakukan oleh generasi sebelum kita.
Disini hari raya Idul Adha kembali hadir untuk mengingatkan kita akan ketinggian
nilai ibadah haji dan ibadah qurban yang sarat dengan pelajaran
kesetiakawanan, ukhuwwah, pengorbanan dan mendahulukan kepentingan dan
kemaslahatan orang lain. Semoga akan lahir keluarga-keluarga Ibrahim
berikutnya dari bumi tercinta Indonesia ini yang layak dijadikan contoh teladan
dalam setiap kebaikan untuk seluruh umat.
الر ِح ْيم
َّ الر ْح َم ِن
َّ هللا
ِ ِب ْس ِم.الر ِج ْيم ِ ش ْي َط
َّ ان ِ أَ ُع ْو ُذ ِبا.
َّ هلل مِنَ ال
ْ َوقُ ل. َالص الِ ِح ْين َّ َوأَدْ َخ َل َنا َوإِ َّيا ُك ْم مِنْ عِ َبا ِد ِه. ََج َع َل َنا هللا َوإِ َّيا ُك ْم مِنَ ا ْل َعا ِئ ِد ْينَ َوا ْل َفائ ِِز ْين
َاغف ِْر َو ْار َح ْم َوأَ ْن َت َخ ْي ُر الراَّ ِح ِم ْين
ْ َر ِّب.