Anda di halaman 1dari 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK MENGAJARKAN


TEKNIK RELAKSASI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN NYERI
PRE OPERASI HIL REPONIBEL

DI RUANG KEMUNING RSUD WALED

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar

Disusun Oleh :

NENG SRI NURFALLAH

(CKR0210033)

PRODI S 1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

Jl. Lrk. Bayuning No.2 Kadugede Kab. Kuningan Jawa Barat


SATUAN ACARA PENYULUHAN

PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK MENGAJARKAN


TEKNIK RELAKSASI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN NYERI
PRE OPERASI HIL REPONIBEL
A. Pengertian
Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang
menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat,
berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman
(Smeltzer et al., 2010).

B. Tujuan
Menurut Bare dan Smeltzer (2002) teknik relaksasi nafas dalam bertujuan untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis paru,
meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stres baik stres fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan kecemasan.

C. Indikasi
- Pada pasien dengan keluhan nyeri
- Pada pasien dengan kecemasan

D. Prinsip
Penanganan nyeri dengan melakukan teknik relaksasi merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan untuk mengurangi nyeri. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menurunkan nyeri pre dan post operasi (Sehono,
2010).

E. Alat dan bahan


1. Ilustrasi kasus : Ny.D umur 54 tahun masuk Rumah Sakit dengan diagnosa medis Hil
Reponibel. Pasien mengatakan nyeri di bagian benjolan, berdasarkan pemeriksaan fisik
ada benjolan dibagian selangkangan, skala nyeri 6 (1-10).
2. Format SP komunikasi
3. Skenario SP komunikasi
Mengajarkan teknik relaksasi
4. Pemeran
Perawat & pasien

F. Prosedur tindakan
I. Pengkajian
a. Mengkaji kelengkapan ilustrasi, format SP komunikasi, skenario SP komunikasi
b. Memastikan kelompok roleplay telah siap dengan perannya masing masing.
II. Perencanaan
a. Seting tempat : di ruang Kemuning (E,5)
b. Pembagian peran :
Pasien : Ny.D
Keluarga pasien : Tn.T
Perawat : Neng Sri Nurfallah
c. Pembagian skenario komunikasi
Ny.D umur 54 tahun masuk Rumah Sakit dengan diagnosa medis Hil Reponibel.
Pasien mengatakan nyeri di bagian benjolan, berdasarkan pemeriksaan fisik ada
benjolan dibagian selangkangan, skala nyeri 6 (1-10). Maka pasien di anjurkan
untuk melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri.
Strategi komunikasi :
I. Tahap orientasi
Perawat : “Assalamualaikum, selamat sore”.
Pasien : “Waalaikumsalam, sore sus”.
Perawat : “Saya perawat Neng Sri yang sedang bertugas pada sore hari ini,
apa benar ini dengan ibu dasrini?”
Pasien : “Iya benar sus”.
Perawat : “Bagaimana keadaannya hari ini bu?”
Pasien : “Saya masih merasa nyeri pada benjolan di selangkangan seperti
ditusuk tusuk sus”
Perawat : “Kapan waktu nyerinya timbul dan mereda?”
Pasien : “Nyerinya timbul kalau saya berjalan dan mereda setelah kurang
lebih 30 menit duduk/ berbaring sus”
Perawat : “ohh, baik”
Perawat : “ibu, karena ibu akan melakukan operasi besok jadi untuk saat ini
saya akan mengajarkan ibu teknik relaksasi tujuannya untuk mengurangi nyeri.
Apakah ibu bersedia?”
Pasien : “iya sus yang penting nyerinya bisa berkurang”
Perawat : “baik, saya mungkin membutuhkan waktu sekitar 3-5 menit”
Pasien : “Iya sus”
II. Tahap kerja
Perawat : “Baik ibu, saya akan mempraktekkan terlebih dahulu tolong
simak dan perhatikan ya”
Pasien : “Iya sus”
Perawat : “pertama, atur posisi dengan posisi duduk ditempat tidur atau
dikursi. Selanjutnya letakkan satu tangan diatas perut ( tepat bawah iga) dan
tangan lainnya berada di tengah-tengah dada untuk merasakan gerakan dada
dan abdomen saat bernafas. Keluarkan nafas dengan perlahan-lahan, tarik nafas
dalam melalui hidung secara perlahan-lahan selama 4 detik sampai dada dan
perut terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap tertutup selama menarik
nafas. Tahan nafas selama 3 detik, hembuskan dan keluarkan nafas secara
perlahan-lahan melalui mulut secara perhalan.
Perawat mempraktekkan teknik relaksasi
Pasien : (memperhatikan perawat)
Perawat : “Nah, sekarang coba ibu praktekkan ya”
Pasien : (pasien mengangguk paham dan mempraktekkan teknik relaksasi)
Perawat : “Baik, untuk teknik relaksasi ini bisa ibu lakukan secara berulang
dalam 5 kali selama 15 menit dengan periode istirahat 2 menit. Apakah ada
yang ingin ditanyakan? ”
Pasien : “Tidak ada sus, saya mengerti”
Perawat : “Baik kalau gitu karena ibu sekarang sedang merasakan nyeri, ibu
boleh mencoba mempraktekkannya sekarang ya”
Pasien : “baik sus”
(pasien melakukan teknik relaksasi 5x/15 menit)
III. Tahap terminasi
Perawat : “Baik bu, setelah melakukan teknik relaksasi bagaimana keadaan
ibu sekarang?”
Pasien : “Saya merasa nyerinya mulai berkurang sus”
Perawat : “Alhamdulillah”
Pasien : “Sus, apakah saya boleh melakukan teknik relaksasi secara
berulang?”
Perawat : “Boleh bu, ibu bisa melakukan teknik relaksasi sampai nyerinya
mereda”
Pasien : “baik sus”
Perawat : “Apakah ada keluhan lain bu?”
Pasien : “Tidak ada sus”
Perawat : “Baik bu, kalau begitu saya kembali ke ruangan ya. Ibu atau
bapak bisa panggil saya di ruangan kalau ada apa apa”
Pasien : “Baik terimakasih banyak sus”
Perawat : “Sama sama, mari pak bu assalamualaikum”
Pasien : “iya sus waalaikumsalam”

III. Pelaksanaan
a. Melakukan bermain peran secara bergantian dengan menggunakan SP komunikasi seperti
contoh diatas.
b. Selama proses bermain peran sebagai perawat, observer melakukan observasi dengan
menggunakan format observasi komunikasi. Lalu memberikan penilaian secara obyektif dan
sampaikan hasilnya setelah selesai melakukan roleplay.

IV. Evaluasi
a. Saya senang karena pasien mengatakan nyerinya mereda
b. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan selama proses praktik
interaksi/komunikasi berlangsung
c. Meminta masukan kepada anggota kelompok untyk meningkatkan kemampuan
dalam berkomunikasi

V. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai