NIM : 220103020129
Prodi : Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Tugas UAS : Meresume buku Tasawuf
Judul buku : "Tasawuf Irfani" Tutup Nasut Buka Luhut, Karya Dr. H. Dahlan Tamrin
M.Ag, Penerbit UIN-Maliki Press, Terbitan tahun 2010
B. Kedudukan Tasawuf
Kedudukan Tasawuf dalam ajaran Islam adalah sebuah bagian yang tertinggi dan
mulia yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam itu sendiri. Karena memang dasar
rujukan dalam tasawuf adalah Al-Qur'an, Al-Sunnah dan Al-Athar (amalan dan pendapat
para sahabat dan tabi'in) serta Al-aqwal (pendapat para ulama al-Salaf al-Salih) terpercaya.
D. Asal-usul Tasawuf
Terdapat banyak teori yang berbeda beda mengenai timbulnya sufisme dalam Islam,
ada yang mengatakan bahwa sufisme muncul ketika memahami faham menjauhi dunia dan
hidup mengasingkan diri dalam biara-biara. Penelitian modern membuktikan bahwa asal
usul sufime dapt dilacak hanya melalui satu lintasan saja. Sebagian besar ahli sejarah
mengatakan bahwa pada pertengahan abad kedua atau di penghujung abad kedua adalah
masa dimana munculnya istilah tasawuf atau sufi.
2. Tasawuf Amali
Sering disebut tasawuf ‘irfani atau tasawuf dzauqi yang menekankan
intensitas dan ekstensitas ibadah agar diperoleh penghayatan spiritual dalam
beribadah (al-ibadah) sehingga mencapai tingkat al-ubudiyah dan selanjutnya
berada tingkat tertinggi menjadi al-abuddah.
3. Tasawuf falsafi
Adalah tasawuf yang menekankan pada mistik metafisis, diantara
tokohnya adalah al-hallaj, Ibn’ Araby, dan lain lain. Tasawuf ini menekankan
kajian filsafat tentang Allah.
F. Tujuan Tasawuf
Secara umum tujuan tasawuf yang terpenting adalah agar berada sedekat mungkin
dengan al-Haqq. Namun apabila diperhatikan karakteristik tasawuf secara umum,
terlihat tiga sasaran “antara” dari tasawuf yaitu :
1. Tasawuf yang menekankan pembinaan aspek moralitas yang tinggi sebagaimana
yang dikehendaki oleh Rasul di atas, contohnya : seseorang ketika mendapatkan
musibah dia bisa sabar dan bahkan dia bisa sabar atau bahkan dia bisa bersyukur
terhadap musibah yang menimpanya, karena ternyata yang diterimanya adalah
musibah yang kecil karena ada musibah yang lebih besar.
2. Tasawuf irfani adalah tasawuf yang bertujuan bisa ma’rifat kepada Allah melalui
penyingkapan langsung yang sering disebut dengan Kasf al-hijab.
1. Al-Shari’ah
a. Al-Taubah
Taubat dari kata al-Taubah adalah muradif (padanan kata) dari al-Inabah
dan al-Aubah yang terjemahan lughawi-nya adalah kembali (al-Ruju’). Sufi dalam
mengartikan taubat berbeda pandangan. Pertama, taubat dalam pengertian
meninggalkan segala kemaksiatan menuju melakukan kebajikan secara terus-
menerus. Kedua, taubat keluar dari kejahatan dan memasuki kebaikan karena takut
murka Allah. Ketiga, taubat dengan terus-menerus bertaubat walaupun sudah tidak
pernah lagi berbuat dosa, hal ini disebut taubat abadi (taubat al-dawam) atau
pelakunya berada pada maqam al-taubah.
b. Al-Taqwa
Seorang salik yang telah menapaki maqam taubat maka agar bisa
menghampiri al-Haqq maka dia haruslah menapaki maqam yang kedua yaitu
maqam Al-Taqwa sebagimana firman Allah ta’ala dalam Surat al-Hadid ayat 28
yang berbunyi :
ٰ ٰ ّللاَ َو ٰا ِمنُوْ ا بِ َرسُوْ لِ ٖه ي ُْؤتِ ُك ْم ِك ْفلَ ْي ِن ِم ْن رَّحْ َمتِ ٖه َويَجْ َعلْ لَّ ُك ْم نُوْ رًا تَ ْم ُشوْ نَ بِ ٖه َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْۗ ْم َو
ّللاُ َغفُوْ ٌر ٰ ٰ ٰيٰٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا
َّر ِح ْي ٌم
c. Al-Istiqamah
Al-Istiqomah dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan dengan terus-
menerus (ajeg-kontinu). Al-Istiqamah adalah ajeg ini Allah akan memberikan
kenikmatan yang besar, sebagaimana firman –Nya dalam surah Al-Jin ayat 16. Dan
juga firman-Nya dalam surat Fusshilat 30 yang menjelaskan tentang hasil dari
istiqomah yakni dilimpahkannya kenikmatan yang berupa hilangnya rasa takut dan
susah melalui perantaraan.
2. Al-Tariqah
Al-Tariqah jamaknya “al-Tara’iq”, secara etimologis berarti : 1) jalan,
cara 2) metode, sistem 3) mazhab, aliran, haluan 4) keadaan 5) pohon kurma yang
tinggi 6) tiang tempat berteduh, tongkat payung 7) yang mulia, terkemuka dari
kaum 8) goresan/garis pada sesuatu. Pengertian Al-Tariqah disini bukanlah sebagai
Al-Tariqah dalam pengertian di atas akan tetapi Al-Tariqah sebagai salah satu dari
Al-maqomat dalam tasawuf. Dalam kajian tingkatan ini ada tiga Al-Maqamat yaitu
a. Al-Ikhlas
Al-Ikhlas dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan bersih. Al-
Ghazali menjelaskan bahwa Ikhlas dalam beramal sangatlah diutamakan hanya saja
dia mengingatkan bahwa orang yang ikhlas beramal itu fii khatarin ‘azim.
b. Al-Sidqu
Al-Sidqu diterjemahkan dengan jujur. Jujur yang dimaksudkan adalah jujur
lisan, perbaikan dan hati. Seseorang yang sudah menapaki maqam Al-Ikhlas
hendaklah dia memasuki maqam Al-Sidqu.
c. Al-Tuma’ninah
Bagi salik yang selesai menapaki jejak Al-Ikhlas dan Al-Sidqu,yang
keduanya masuk pada jenjang Al-Tariqah, maka selanjutnya ia harus menapaki
jenjang Al-Tuma’ninah.
3. Al-Haqiqah
Allah memberikan hambanya dua penglihatan, dua pendengaran, penglihatan
melalui mata kepala (al-Basar) dan melalui mata hati (al-Basiroh). Mata kepala
melihat yang kasat mata, nampak jelas hanya berdasar pada perkiraan, berbeda
dengan mata hati yang melihat makna yang halus berdasarkan cahaya ke-Allah-an.
Penglihatan manusia melalui mata hati (al-Basiroh) dengan pertimbangan
temuan cahaya makna yang halus, dibagi dalam lima bagian, yakni :
a. Rusaknya pandangan dan bahkan buta serta mengingkari cahaya kebenaran dari
aslinya. Ini Bashiroh orang kafir sebagaimana dalam Al-Qur’an surah al-Hajj
ayat 42 :
Kemampuan seseorang yang berada pada tingkatan ini bisa melihat makna
dibalik sesuatu yakni melihat dengan mata hati, maka dia telah memasuki lautan al-
Musahadah dan al-Muraqabah.
a. Al-Mushahadah
Al-Mushahadah secara bahasa adalah menyaksikan sesuatu, sedangkan
secara istilahi adalah kelanggengan seseorang dalam melihat al-Haqq dengan mata
hati karena kebersihan hatinya melalui tazkiyah al-Nafs, tazkiyah al-ruh, dan
tazkiyat al-asrar.
Al-Mushahadah adalah maqam awal dalam maqam al-Haqaqah yang
harus ditempuh oleh setiap salik usai menyelesaikan maqam al-Tuma’ninah yakni
maqam dimana seseorang mampu menstabilkan ruhaninya walaupun banyak
godaan yang mengelilinginya.
b. Al-Muraqabah
Al-Muraqabah secara bahasa diartikan dengan kelanggengan dalam
memperhatikan tujuan (al-Maqsud), sedangkan secara istilah adalah kesadaran hati
seseorang bahwa dia senantiasa diawasi oleh Allah baik perbuatan lahiriah maupun
kondisi batinnya.
4. Al-Ma’rifah
Setelah salik mengarungi samudera al-Haqiqah maka sampailah dia
memasuki kedalaman samudera makrifat (al-Ma’rifah). Al-Qushairi berpandangan
bahwa ma’rifat dalam pandangan ualama fiqh adalah ilmu, setiap ilmu adalah
ma’rifah dan setiap ma’rifah adalah ilmu, setiap yang tahu terhadap al-Haqq adalah
‘arif dan setiap ‘arif adalah ‘alim. Abu ‘Ali al-Daqqaq mengatakan bahwa tanda-
tanda ma’rifat kepada al-Haqq adalah munculnya rasa takut pada Allah, apabila
bertambah ma’rifatnya maka bertambahlah rasa takutnya kepada Allah.
Seseorang yang ‘arif bi Allah memiliki tiga kondisi batin, yakni al-Rida,
al-Mahabbah, dan al-ittihad.
a. Al-Rida
Al-Rida adalah sebuah kata yang sudah menjadi Bahasa Indonesia
ridla/rela. Secara istilah al-Rida kerelaan yang tinggi terhadap apapun yang
diberikan oleh al-Haqq baik sesuatu yang menyenangkan atau tidak sebagai
sebuah anugerah yang istimewa pada dirinya. Al-Rida dalam pandangan al-
Ghazali sebagai maqam dibawah mahabbah dan di atas maqam sabar. Karena
itu sabar yang terus menerus akan menghasilkan al-Rida.
b. Al-Mahabbah
Al-Mahabbah dalam kajian ini dibedakan dengan Al-Mawaddah.
Namun secara bahasa keduanya sama yakni sama-sama bermakna cinta. Hanya
Al-Mahabbah secara khusus disebut sebagai cinta antara hamba dengan Allah
atau sebaliknya cinta Allah kepada hamba-Nya. Sedangkan Al-Mawaddah
adalah cinta antar hamba Allah. Al-Mahabbah dalam pengertian cinta antar
hamba dan Allah atau sebaliknya, sebagaimana firman Allah dalam Surat Ali
‘Imran 31 :
ٰ ٰ ّللاُ َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوْ بَ ُك ْم ْۗ َو
ّللاُ َغفُوْ ٌر َّر ِح ْي ٌم ٰ ٰ ّللاَ فَاتَّبِعُوْ نِ ْي يُحْ بِ ْب ُك ُم
ٰ ٰ َقُلْ اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ِحبُّوْ ن
B. Al-Ahwal
Al-ahwal jama’ dari kata al-Hal, secara bahasa diartikan dengan kondisi
batin bagi salik. Al-Hal dalam pandangan sufi adalah kondisi yang lewat di hati salik
tanpa sengaja, tanpa dipaksa, dan tanpa usaha, baik senang maupun susah. Menurut
al-Qusyairi, al-Hal selalu bergerak setapak demi setapak sampai ke tingkat puncak
rohani. Keadannya terus menerus bergerak dan beralih berganti mka karena itulah
disebut dengan al-Hal. Maqam adalah tingkatan pelatihan dalam membina sikap
hidup dan hasilnya dapat dibaca pada perilaku seseorang secara lahiriah, sedangkan
al-Hal bersifat abstrak dan tidak bisa dilihat dengan kasat mata dan tidak bisa
dijelaskan dengan bahasa tulisan atau lisan.
BAB 3 : Tazkiyah
Al-Tazkiyah dari kata tazakka yang secara bahasa diartikan dengan suci,
pensucisn, atau pembersihan. Sebagaimana firman Alah Ta’ala dalam surat al-A’la
16:
Bab 4 :
Tutup Nasut Singkap Lahut (Menutup Sifat Kemanusiaan dan Menyingkap
Tabir Ketuhanan)
A. Shalat
Secara lughawi, shalat diterjemahkan dengan do’a, menghubungkan,
menghampirkan, mengingat, dan menundukkan. Sedangkan secara istilah, oleh
fuqaha diaplikasikan sebagai ibadah yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan
salam di dalamnya terdapat bacaan dan gerakan tubuh tertentu dengan syarat dan
rukun tertentu pula.
Di dalam tawajjuh kepada Allah melalui shalat hendaknya konsentrasi
(fokus), sambil berusaha mengarahkan semua potensi diri kepada Allah SWT .
Potensi diri meliputi anggota badan, hati, akal, dan, nafsu (rogo, roso, cipto lan
karso-jawa).
B. Puasa
Puasa secara bahasa dalam pandangan syari’at adalah mencegah dari
sesuatu baik ucapan maupun perbuatan, sebagaimana firman Allah dalam surat
Maryam 26 sebagai hikayat maryam as :
ۚ صوْ ًما فَلَ ْن اُ َكل َم ْاليَوْ َم اِ ْن ِِيًٰا ِ فَ ُكلِ ْي َوا ْش َربِ ْي َوقَريْ َع ْينًا ۚفَا ِ َّما تَ َريِ َّن ِمنَ ْالبَش
ُ َْر اَ َحدًا فَقُوْ لِ ْٰٓي اِن ْي نَ َذر
َ ت لِلرَّحْ مٰ ِن