Anda di halaman 1dari 5

Judul: “Gambaran Prevalensi dan Letak Pemasangan Kolostomi di Rumah Sakit Dr.

Wahidin Sudirohusoso Makassar”


P: Kolostomi di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirihusodo Makassar
I: -
C: -
O: Prevalensi dan letak pemasangan Kolostomi di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar

Latar Belakang:
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa kanker sebagai salah satu
penyebab utama kematian di seluruh dunia. Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan
adanya sel yang abnormal yang bisa berkembang tanpa terkendali dan memiliki kemampuan
untuk menyerang serta berpindah antar sel dan jaringan tubuh. Penyakit kanker merupakan salah
satu penyakit tidak menular yang menjadi beban kesehatan diseluruh dunia (Infodatin, 2019).
Data dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) yang dirilis oleh Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus dan kematian akibat kanker sampai dengan tahun
2018 sebesar 18,1 juta kasus dan 9,6 juta kematian di tahun 2018. Kematian akibat kanker
diperkirakan akan terus meningkat hingga lebih dari 13,1 juta pada tahun 2030 (Infodatin, 2019).

Kanker dapat terjadi pada anus, kurang dari 5% merupakan kanker anorectal. Kanker ini
menyebar melalui perluasan local ke dalam ruang perirectal dan kemudian menuju limfo nodus
inguinal. Kanker dari kanal anus atau rectum bawah terjadi bersama dengan kondisi rectum
lainnya, dan lien mungkin salah mengira perdarahan sebagai hemoroid dan bukan karsinoma.
kanker anus lebih sering tejadi di Amerika-Afrika, klien yang terinfeksi human papolomanovirus
(HPV) atau HIV, dan pada klien dengan permasalahan anus dan perianal sebekumnya, sepetri
fistula (Hawks, Joice M. , & Black Jane Hokanson, 2014)

International Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan bahwa satu di antara
lima penduduk laki-laki dan satu di antara lima penduduk perempuan di seluruh dunia akan
menderita kanker sepanjang hidupnya. Satu di antara delapan dan satu di antara sebelas
perempuan tersebut akan meninggal karena kanker (Infodatin, 2019). GLOBOCAN menyatakan
bahwa negara-negara di Asia memiliki kontribusi terbesar terhadap kasus kanker di seluruh
dunia. Hal ini bisa dikarenakan memang sebagian negara dengan populasi besar seperti Cina,
India, dan Indonesia berada di Asia. Kanker terdiri dari beberapa jenis tergantung dari organ
tubuh yang menjadi tempat pertumbuhan sel dan jaringan kanker tersebut. Sampai dengan tahun
2018, paru, payudara, prostat, kolorektal, dan lambung merupakan jenis kanker yang palling
banyak ditemukan di dunia (Infodatin, 2019)

Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada


urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian tertinggi di
Indonesia untuk laki- laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan
rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk, yang diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per
100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka
kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000
penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk yang diikuti kanker leher rahim
sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk
(Direktorat Jendral P2P (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit), 2019).

Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya


peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada
tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000
penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 79 per 1000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1000
penduduk. (p2p.kemkes.go.id, 2019). Di Indonesia dari data RS Dharmais, kanker kolorektal
menduduki peringkat ketiga dengan 269 kasus baru pada tahun 2013. Angka ini akan terus
bertambah seiring perubahan pola hidup masyarakat Indonesia yang tidak sehat (Infodatin,
2019)

Kanker kolonorektal didominasi oleh adenokarsinoma (95%), dengan penderita kanker


kolon berjumlah lebih dari dua kali lipat dari jumlah penderita kanker rectum. Insiden
meningkat seiring dengan pertambahan usia ( insiden paling tinggi terjadi pada individu lebih
dari 85 tahun) dan lebih tinggi lapgi pada individu yang memiliki riwayat keluarga menderita
kanker kolon dan mereka yang mengalami penyakit radang usus atau polip. (Suddarth's, 2011)

Menurut Herlufsen, komplikasi kulit peristomal pasien dengan stoma permanen di


temukan paling banyak pada ileustomi, yaitu 57%, urostomi sebanyak 48% dan kolostomi
sebanyak 38% dimana hal ini menjadi suatu masalah bagi pasien dan keluarga. (Nursalam,
2018).

Kolostomi merupakan prosedur yang melibatkan pembuatna saluran antara kolon dan
dinding perut, dimana feses dapat lewat. Indikasi prosedur kolostomi diperlukan pada pasien
dengan kanker kolorektal. Kolostomi dapat di lakukan di kolon asendens, transversal, desendens,
atau sigmoid dan dapat bersifat permanen atau sementara. (Hawks, Joice M. , & Black Jane
Hokanson, 2014)

Letak stoma tergantung dari letak massa. Ada tiga tempat pembuatan stoma menurut
daniels & Nicol (2012) yaitu:

1. Assending colostomy

Jika letak massa pada usus desenden. Konsistensi feses yang keluar bertektur lembut karena
enzyme pencernaan masih keluar pada bagian ini. Pengeluaran feses tidak dapat diprediksi
waktunya.

2. Transverse colostomy
Jika letak massa pada usus transverse dan sigmoid. Konsistensis feses yang keluar bertekstur
lembut sedikit padat karena enzyme pencernaan sudah mulai berkurang pada bagian ini.
Pengeluaran feses waktunya tidak terduga.
3. Desending colostomy
Jika letak massa pada usus bagian desenden, rekta; dan sigmoid. Konsistensi fese yang keluar
berbentuk lebih padat dan berwarna coklat. Pengeluaran feses lebih teratur. Drainase dari
kolostomi ini lebih baik dibandingkan dengan kolostomi transverse. Pada bagian ini enzyme
perncernaan sudah tidak keluar.

Pemasangan kolostomi sementara di lakukan pada pasien yang mengalami kanker usus
yang tidak dapat dioperasi, dengan ostomy di letakkan dibagian proksimal dari kanker.
Kolostomi sementara paling sering di buat pada pertengahan kolon kiri atau kolon transversal,
sementara pada kolostomi permanen di buat pada kolon sigmoid. (Hawks, Joice M. , & Black
Jane Hokanson, 2014)
Dalam dunia kedokteran, stoma berarti pembukaan. Kata “stoma” berasal dari Bahasa
koine Yunani, yang diterjemahkan sebagai “mulut”, baik alami atau pembedahan buatan, yang
menghubungkan rongga tubuh ke luar tubuh. Jadi pengertian stoma adalah membuka atau
membuat lubang di atas permukaan tubuh yan bertujuan mengeluarkan sisa pembuangan dari
tubuh. (Nursalam, 2018).

Pada pasien dengan kolostomi banyak aspek yang di timbulkan, baik itu dari aspek fisik
dengan keluhan iritasi atau ruam kulit yang terjasi di sekitar stoma. Aspek social sangat
mempengaruhi pasien saat berinteraksi dengan masyarakat sekitar, mereka kadang membatsi
kegiatan misalnya kegiatan yang berhubungan langsung dengan pertemuan orang banyak. Pada
aspek ekonomi, dalam pembelian kantong kolostomi dan sarung tangan, adapula yang
melaporkan harus meninggalkan pekerjaannya karena keadaan terpasang kolostomi. (Masniati
Arafah, 2017)

Data yang di dapatkan di rekam medis Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo pada periode
bulan Januari 2019 sampai Desember 2020 sebanyak 215 pasien yang menggunakan kolostomi,
diantaranya ada 75 neonatus, 20 anak dan 120 dewasa ( umur 40 sampai 60 tahun ke atas).
Berdasarkan jenis kelamin pasien yang menggunakan kolostomi lebih banyak di derita oleh laki-
laki dari pada perempuan.

Rumusan Masalah:

Uraian singkat dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar bagi peneliti utuk
merumuskan pertanyaan-pertanyaan peneliti sebagai berikut:

1. Apa saja karakteristik penggunaan kolostomi di Rumah Sakit Dr. Wahidin


Sudirohusodo?
2. Siapa saja yang sering menggunakan kolostomi di Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo?
3. Penyakit apa saja yang paling banyak menggunakan kolostomi di Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo?
4. Dibagian manakah saja letak pemasangan kolostomi ?

Daftar Pustaka
Daniels, R & Nicoll, L. (2012). contemporary medical-surgical nursing. USA: DELMAR.

Direktorat Jendral P2P (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit). (2019). Penyakit Kanker di Indonesia.
Cegah Deteksi Respon.

Hawks, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Singapure: Elsevier.

Hawks, Joice M. , & Black Jane Hokanson. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Singapura: Elsevier.

Infodatin. (2019). Beban Kanker Di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, p. 2.

Masniati Arafah, A. S. (2017). Pengalaman Spirual Pasien Kanker Kolon Dengan Kolostomi Permanen,
Volume 2, No 2.

Nursalam, E. E. (2018). Manajemen Stoma. Jakarta Selatan: Salemba Medika.

P2P, D. J. (2019, Januari). Kementrian Kesehatan RI.

Suddarth's, H. B. (2011). Susan C. Smeltzer. ECG.

Anda mungkin juga menyukai