KAJIAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
mukosa jaringan epitel usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus
besar) dan rektum (bagian terakhir dari usus besar sebelum anus) yang dapat
menyebar luas menembus lapisan usus atau ketempat lain (Basir, et al., 2017;
Hamilton, et al., 2010). Usus besar berfungsi menyerap air dan garam dari sisa
bahan makanan setelah melewati usus kecil (usus halus). Sisa makanan yang
tertinggal setelah melewati usus besar masuk ke rektum, yang memiliki panjang 6
inci dan merupakan bagian terakhir dari sistem pencernaan (Reedy, 2017; Basir, et
al., 2017)
Dinding kolon dan rektum terdiri dari beberapa lapisan. Kanker kolorektal
dimulai di lapisan paling dalam (mukosa) dan bisa tumbuh keluar melalui
beberapa atau semua lapisan lainnya. Saat sel kanker berada di dinding, mereka
kemudian bisa tumbuh menjadi pembuluh darah atau pembuluh getah bening
(saluran kecil yang membawa limbah dan cairan). Dari sana, mereka bisa
melakukan perjalanan ke kelenjar getah bening terdekat atau ke bagian tubuh yang
jauh. Oleh karena terdapat beberapa persamaan maka kedua organ tersebut sering
7
8
Sebagian besar KKR dimulai dari benjolan yang disebut polip pada lapisan
dalam usus besar atau rektum. Beberapa jenis polip dapat berubah menjadi kanker
data WHO lebih dari 90% dari KKR adalah Adenocarcinoma. (Reedy, 2017;
2.1.2. Epidemiologi
paru dan kanker payudara (1360 dari 100.000 penduduk [9,7%]) dan menduduki
terbanyak adalah jenis Adenocarcinoma lebih dari 90% kasus. Kanker Kolorektal
berdasarkan basis data GLOBOCAN 2012 adalah kanker kedua setelah kanker
payudara (9,2% dari 614.000 kasus) pada wanita, dan ketiga pada pria setelah
kanker paru dan kanker prostat (10% dari 746.000 kasus). Hampir 55% kasus
Serikat pada akhir tahun 1940 dan awal tahun 1950. Pada Saat ini, KKR
(5%). (Siegel, et al., 2014; Benson, et al., 2017; Miller D, et al., 2016).
9
industry seperti Eropa, Asutralia, New Zealand, America Utara dan Jepang (40-60
kasus per 100.000 penduduk). Berdasarkan data dari WHO Negara di ASIA
didaerah China, Jepan, Korea dan Singapura. Tetapi tidak untuk beberapa Negara
disebabkan oleh perbedaan kultur etnik yang ada. Seperti insiden di Negera
jarang terjadi pada orang Asia dibandingkan dengan ras Kaukasia. Walau
demikian, studi terkini dari Jepang dan Korea telah menunjukkan bukan hanya
laju insiden yang tinggi tetapi juga peningkatan tren dalam populasi (Goh, et al.,
2005) (Young, et al., 2014). Pada tahun 2014, tidak banyak perbedaan antara Ras
Asia dan Ras Kukasia. Hanya saja terdapat perbedaan dalam lokasi tumor, dimana
pada Ras Asia 30% pada proximal, 57% distal dan 13% adalah sinkronis. Pada
Ras Kukasia (Barat) 49% proximal, 49% distal dan 2% sinkronis. (Goh, et al.,
besaran 1,4 per seribu penduduk atau mencapai 330.000 orang. Mengacu pada
Yogyakarta sebesar 4,1%, diikuti Jawa Tengah 2,1%, Bali 2%, dan DKI Jakarta
serta Bengkulu masing-masing 1,9%. (Adnam, 2012; Basir, et al., 2017; Djuwita,
et al., 2015)
Dari data Globocan 2012, insiden KKR di Indonesia sendiri adalah 12,8
per 100.000 penduduk usia dewasa, dengan mortalitas 9,5% dari seluruh kasus
kanker. Secara keseluruhan KKR menempati urutan ke 3 setelah kanker paru dan
payudara. Sedangkan pada laki-laki urutan ketiga setelah kanker paru dan prostat,
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan penderita kanker terbanyak yaitu
sekitar 68.638 orang dan 61.230 orang. Prevalensi kanker di Provinsi Bali sekitar
2.0% dengan perkiraan jumlah penduduk sekitar 8.279 orang. Kanker kolorektal
termasuk 5 besar dari jenis kanker dengan insiden dan penyebab kematian
seharusnya jarang pada usia dibawah 40 tahun, kecuali individu memiliki faktor
Tingkat kanker rektum sekitar 50% lebih tinggi dan tingkat kanker kolon sekitar
20% lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Rasio kanker kolon ke
rektum lebih tinggi pada populasi dengan tingkat insidensi tinggi dibandingkan
Denpasar dan didapatkan 456 kasus kanker kolorektal mulai tahun 2011-2015.
Pada laki-laki prevalensi kanker kolorektal lebih sering terjadi (57%) dari pada
perempuan (42%). Kelompok usia dengan frekuensi paling tinggi adalah di atas
60 tahun (34%) dengan keluhan yang paling sering ditemui, yakni pada 180 kasus
(40%) adalah perubahan pola defekasi. Lokasi tumor paling sering adalah rektum
(89%). (Djuwita, et al., 2015; Hamilton, et al., 2010; Qanita & Sriwidyani, 2016)
sekitar 1000 SM oleh ahli bedah India, Sushrut. Dalam teks Sanskerta tentang
operasi, Sushruta Samhita. Teks ini menggambarkan enam tipe utama tumor.
Dalam salah satu bagian "Raktaja arbuda" digambarkan sebagai tumor yang
Armand Trousseau pada tahun 1865, seorang Spesialis Penyakit Dalam dari
"radang kaki putih" atau "kaki susu – White Milk" karena kekurangan darah di
ekstremitas disebabkan oleh Trombus Vena Dalam (DVT - deep vein thrombosis),
kanker ganas pada waktu itu kenker lambung. Hal tersebut didasarkan pada
Mengatakan kepada muridnya, Peter "Saya tersesat, Penyakit flebitis yang muncul
bagiku tidak diragukan lagi tentang sifat penyakitku"(“I am lost, the phlebitis that
has just appeared leaves me no doubt about the nature of my illness”) dengan
mendasari pembekuan darah pada kanker ganas (David G, et al., 2014; Mitrugno,
et al., 2015)
darah atau trombosit, menempel pada pembuluh darah yang rusak dan
diterima secara luas pada tahun 1938 setelah sebuah penelitian oleh Sproul, di
mana dia melakukan 4.258 otopsi pada pasien dengan karsinoma. Dia menemukan
13
beberapa trombosis terkait dengan 31,3% kasus karsinoma pada pancreas bagian
badan dan ekor, dan 9,7% di bagian kepala pankreas dibandingkan bagian kanker
atau emboli tumor yang mengindikasikan bahwa keberadaan sel tidak diperlukan
perkembangan karsinoma paru dan tumor lainnya. Pada tikus, sifat tromboplastik
dan fibrinolitik diamati dalam model tumor tikus yang di transplantasi. Penyebab
peningkatan kelengketan platelet. Analisis lain dari 14.000 pemeriksaan darah dari
pasien yang memiliki tumor yang berbeda jenis menunjukkan peningkatan yang
pembentukan metastasis diakui pada akhir 1960-an dan awal 1970-an. Efek dari
trombosis pada metastasis juga dilaporkan berdasarkan pada model awal tumor di
model karsinoma V2. Pentingnya emboli yang mengandung sel tumor untuk
transplantasi pada tikus. Agregasi platelet yang diinduksi sel tumor (TCIPA -
tumor yang sekarang dikenal sebagai exosom, pada agregasi platelet ditemukan
tumor dan platelet, tetapi detail tertentu masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
megakariosit dan platelet serta interaksi sel tumor trombosit. (David G, et al.,
2014)
tumor dan platelet. Namun, tidak sampai tahap penemuan scanning dan transmisi
platelet serta interaksi sel tumor dan trombosit. Tidak seperti sel kanker,
(Gambar 1). Trombosit tidak memiliki nucleus dan kapasitas untuk adaptasi
genetik. Pada dasarnya, untuk memahami system molekuler, seluler, dan system
sistemik dari megakariosit dan platelet penting memahami peran mereka dalam
15
2014)
menunjukkan pengaruh yang lebih luas terhadap trombosit pada TME daripada
imunologi dan metastasis sebagai tumor padat di tempat-tempat yang lain, dimana
risiko genetik (tidak dapat dikontrol) dan faktor lingkungan (dapat dikontrol)
dinilai berhubungan erat dengan perkembangan KKR. Dari data skrining dan
peningkatan risiko, individu dengan risiko tinggi. Pembagian ini berbasis pada
individu dan faktor keturunan keluarga mereka. Risiko tinggi dan kelompok risiko
meningkat terdiri dari pasien dengan sindrom herediter yang diketahui atau
16
penyakit usus atau pasien dengan riwayat keluarga / keluarga polip dengan
prognosis pada pasien KKR stadium metastasis. Di antaranya adalah usia pasien,
Dimana pada colon pars spelic menujukkan gejala obstruksi yang paling tinggi
dan mengurangi angka harapan hidup lima tahun (5 year survival). (Sjo, 2012)
Penelitian lainnya, menunjukkan lokasi tumor primer pada pasien KKR metastasis
Segmen proksimal dan distal dari usus besar memiliki asal embriologis
yang berbeda. Segmennya tersebut dimulai dari sekum kedua pertiga proksimal
dari kolon transversum berasal dari midgut. Segmen selanjutnya terdiri dari
sepertiga distal kolon transversum sampai anal berasal dari hindgut. Jika kita
17
menganggap kolon transversal distal sebagai batas antara kolon kanan dan kolon
kiri,kolon kanan meliputi sekum, kolon asenden, fleksura hati, dan kolon
transversum, dan kolon kiri termasuk fleksura limpa, kolon desendens dan
perbedaan ini, beberapa peneliti bahkan mengklaim bahwa mereka dapat dianggap
sebagai sekelompok penyakit yang berbeda dari organ yang sama. (Mik, et al.,
2017)
Pada usia dan jenis kelamin, walau masih dalam perdebadan, seiring
pertambahan usia terjadi peningkatan morbiditas dan mortalitas pada pasien KKR.
Dan pada jenis kelamin tidak banyak perbedaan pada prognosisnya. Tetapi masih
reaksi imunologi dan pola umum lainnya yang membedakan antara laki dan
perempuan. Pada umumnya lebih banyak terjadi pada laki-laki. (Sjo, 2012)
pada lansia dan pada wanita tumor lebih sering berada di kolon kanan dan
berdiameter lebih besar di lokasi ini daripada di kolon kiri. Ada juga perbedaan
dalam patologi dan fitur molekuler dari tumor. Berbagai presentasi dan
metastasis tumor sisi kanan terlokalisasi terutama di lobus kanan hati tetapi ketika
tumor terletak di kolon kiri maka metastasis hati sering menempati kedua lobus
hati. Alasan perbedaan ini tidak sepenuhnya dipahami (Mik, et al., 2017).
18
1981) pernah melaporkan bahwa pasien dengan durasi gejala yang kurang dari 3
bulan memiliki angka harapan hidup terhadap kanker CSS (Cancer Specific
Survival) lebih rendah terutama pada stadium lanjut. Sedangkan dalam dua decade
terakhir tidak banyak penelitian yang membahas hal tesebut. (Sjo, 2012)
sejumlah faktor. Saat ini, standar emas prognostic adalah stadium klinik
pasien walau dalam stadium TNM yang sama. Banyak klinis, histopatologis dan
(Sjo, 2012)
kelenjar getah bening (pN) dan adanya metastasis jauh adalah faktor prognostik
independen. Ada juga korelasi kuat antara ketiga faktor tersebut. Stadium lanjut
atau metastasis pada T dikaitkan dengan penurunan hasil jangka panjang (Long
Term Outcome). Pasien dengan Tumor stadium II (pT3-4, pN0, pM0) mengalami
jumlah KGB (Kelenjar Getah Bening). Untuk mengetahui penyebaran pada KGB
perlu ditafsirkan node yang diketahui dari total node yang diambil selama operasi
dan tergantung pengalaman serta pemeriksaan saat itu. Sedangkan tumor yang
disertai dengan metastasis jauh memiliki prognosis paling buruk (M). (Sjo, 2012)
50% volume tumor diklasifikasikan sebagai mucinous. Jenis ini adalah paling
umum pada pria dan di usus besar bagian kanan. Berdasarkan data WHO pada
sedangkan di Bali sendiri mencapai 89% pada tahun 2015 (Sjo, 2012; Hamilton,
dikelompokkan menjadi tinggi, sedang dan rendah, dimana jika derajat rendah
(grade 4) sekarang menjadi istilah eksklusi yang diperuntukkan bagi tumor epitel
reproduktifitas yang lebih besar (Lmpiran 1). Penilaian morfologis tumor hanya
pada adanya jaringan tumor mikroskopik pada margin reseksi, namun tanpa tumor
makroskopik setelah operasi, lokal atau jauh, ditemukan pada laparotomi atau
2012)
tahun terakhir. Berbagai istilah untuk marker tersebut digunakan dalam literatur.
untuksekuensing DNA dan RNA, dan banyak metode lainnya. Studi tentang
bahan dari jaringan tumor primer atau Metastasis, darah, kotoran dan urin yang
Dalam KKR, proses replikasi multistep dari epitel kolon normal dan
berbagai faktor diantaranya proses inflamasi pada lingkungan mikro tumor (TME
– Tumor Micro Environment) dan biomolekuler itu sendiri. Interaksi antara sel
perhatian pada sifat lingkungan mikro tumor dan mekanisme dimana sel
Lingkungan mikro tumor pada dasarnya terdiri dari sel-sel infiltrasi tumor,
Transformasi sel epitel memodulasi fungsi sel stroma dengan tujuan untuk
dari TME termasuk sel stroma lokal, seperti fibroblas dan makrofag, serta sel
yang direkrut dari jauh seperti sel endotel, sel imun termasuk myeloid dan sel
limfoid, sel prekursor yang berasal dari sumsum tulang, dan trombosit. Sel
tumor yang berhubungan dendritik sel (Kim & Bae, 2016; Peddareddigari, et al.,
2010)
kebanyakan tumor padat lainnya, disusupi oleh sel yang seperti sel supresor
myeloid (MDSCs – myeloid derived suppressor cells), sel mast, Kanker terkait
(Cluster of Differentiation) dan sel T CD4, sel dendritik (DC), alami sel
pembunuh (NK – Natural Killer), sel endothelial, sel endotel progenitor (EPCs –
Mesenchymal Stem Cells) (Gambar. 1). Dua faktor penting untuk ini infiltrasi
adalah peradangan dan interaksi media yang dapat larut dan disekresikan oleh sel
tumor dan sel stroma. Setelah interaksi interaksi timbal balik antara sel epitel dan
stroma yang terjadi dapat mengalihkan lingkungan mikro dari yang normal ke
23
Gambar 1.Interaksi antara sel epitel dan sel stroma dalam perkembangan kanker.
(Peddareddigari, et al., 2010)
biologi kanker. Hal yang paling utama dari platelet adalah berperan sebagai “first
responder” saat terjadinya luka” paparan dari matriks ekstraselular dan komponen
matriks protein dan akan memicu aktivasi platelet, adhesi, agregasi, dan stabilisasi
melepaskan growth factor dan bioaktif lipid ke dalam aliran darah. Proses siklik
24
trombogenesis. Proses ini akan mengakibatkan penutupan luka atau bahkan bisa
mengenali benda pathologi yang beredar. Pada saat sel kanker masuk ke dalam
aliran darah, hal ini akan memicu pengenalan oleh mediasi platelet dan ini
diperkuat oleh reseptor permukaan sel, produk selular, faktor ekstraselular dan sel
imun, pada beberapa kasus akan menekan pengenalan imun dan mengeliminasi sel
kanker, atau bahkan mendukung terjadinya fase istirahat pada endotelium, atau
juga memainkan peran penting dalam perbaikan jaringan dan perawatannya fungsi
diaktifkan oleh trombin, dan dapat merangsang pertumbuhan sel tumor. Selain itu
mereka bisa diaktifkan oleh ADP atau dengan kontak langsung dengan molekul
A2 and pelepasan dari butira alfa dan butiran padat yang meliputi faktor
PDGF (Platelet Derived Growth Factor) dan CXCL12 [(C-X-C motif chemokine
menyelubungi sel tumor, sehingga melindungi mereka dari clearance oleh sistem
25
kekebalan dan dengan memfasilitasi penangkapan sel tumor yang bersirkulasi dan
platelet akan melewati berbagai variasi dari reseptor, interaksi antara tumor sel
dan platelet dapat melibatkan type dari sel dan matriks, protein Ekstraselular
Matriks (ECM – Ecxta Cellular Matrix) yang berbeda beda yang berfungsi
sebagai perantara. Invasi sel tumor ke dalam aliran darah dapat memaparkan
Factor (ULVWF) dan memicu platelet tersebut akan bergulir melalui ikatan ke
kolagen dan ikatan protein ECM lainnya atau sel endotelial lainnya. Kompleks
XII. Kompleks GPIb yang terdiri dari dua bagian GPIX(Glycoprotein IX),
sel tumor akan dimediasi oleh sel GPVI(Glycoprotein VI), interaksi tumor sel
dengan fibrinogen dapat juga terjadi melalui molekul adhesi intraselular-1 (ICAM-
sebagai perantara dengan beberapa interaksi dengan variasi protein ECM. Integrin
αIIβ3 adalah yang paling mudah berikatan dengan fibrinogen, fibrin, fibronectin,
26
dimediasi oleh α2β1. Interaksi antara sel tumor dan permukaan sel yang
Lewisx atau Sialyl LewisxA. Interaksi ini juga melibatkan beberapa ikatan atau
tinreceptor-2 (CLEC-2) pada platelet dan podoplanin pada sel tumor. Faktor
Ekspresi tumor dapat berikatan dengan faktor koagulasi VII atau X dan memicu
Interaksi sel tumor dengan platelet dan faktor sirkulasi lainnya dalam
aliran cairan tubuh sangatlah kompleks. Saat pergesaran cairan meningkat dari
Prostaglandin I2) yang diproduksi oleh sel endotelial akan menghambat aktivasi
platelet. Beberapa molekul yang diproduksi oleh sel tumor atau sumber lainnya
dapat mengaktifkan platelet sebagai bagian dari siklus yang ada. Stimulasi yang
pelepasan kalsium adalah kejadian yang terjadi dalam kaskade molekul kecil.
Formasi dari ikatan vWF-GpIb akan mendukung gulungan sel atau Molekul
Ultralarge vWF, yang akan menarik platelet dan akan meningkatkan ikatannya.
perlekatan dan memicu αIIbβ3 dan α2β1 bersamaan dengan aktivasi lain yang
diikuti penyebaran, agregasi, dan invasi. Dalam kaskade yang sama, regenerasi
trombin meningkatkan pelapisan formasi platelet dan formasi embolus yang akan
memungkinkan sel tumor menolak cell-mediated imunity. Produk dari sel tumor
termasuk exosomes, PGE2, Tissue factor, dan faktor koagulasi sebagai pemicu
aktivasi platelet, dalam hal ini juga terjadi retraksi dari endotel pembuluh darah
Gambar. 3. Komplesitas interaksi Sel Tumor dengan Platelet dan faktor sirkulasi
lainnya didalam peredaran darah (David G, et al., 2014)
BFGF (Basic Fibroblast Growth Factor), EGF (Epidermal Growth Factor), HGF
dan di sekresi oleh α-granules selama pembentukan dari sel platelet emboli tumor
limfosit telah diteliti pada beberapa penelitian. Limfosit dikaitkan dengan fungsi
sitotoksiknya. Respon yang baik bila banyak limfosit yang infiltrasi ke sel tumor
(Templeton, et al., 2014; Gu, et al., 2016). Limfosit adalah sejenis sel darah putih
yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Ada dua jenis utama
limfosit: sel B dan sel T. Sel B menghasilkan antibodi yang digunakan untuk
menyerang bakteri, virus, dan racun yang menyerang. Sel T menghancurkan sel
tubuh sendiri yang telah diambil alih oleh virus atau menjadi kanker. (De Crecy-
Lagard, 2015)
tumor spesifik antigen atau host antigen yang diekspresikan adalah basis dari
mediasi sitotoksik melawan sel tumor masih banyak diteliti.CD 8 Tsel dari sistem
imunitas hewan merupakan sistem imunitas dalam melawan tumor. Selain itu
CD8 dan CD4 T sel dikloning dan digandakan secara in vitro dan digunakan
sebagai identifikasi tumor dengan peptide spesifik.Saat ini sudah jelas bahwa CD4
Tsel dapat menjadi sitolitik. Selain itu Natural Killer (NK) juga berperan dalam
Suatu studi tentang pengukuran serum perifer CD8 yang tinggi memiliki
survival yang lebih baik dan pada penghitungan limfosit, didapatkan hasil
outcome yang lebih baik pada limfosit yang tinggi (Rana, et al., 2015; Koch, et
al., 2006). Selanjutnya, limfosit memberikan peran yang sangat diperlukan dalam
menghambat metastasis tumor. Apalagi mereka bisa mengenali tumor antigen dan
ini juga menunjukkan bahwa limfosit rendah secara signifikan terkait dengan
tingkat OS (Overall Survival) dan DFS (Desease Free Survival) yang lebih rendah
bisa terjadi lebih banyak diubah pada pasien KKR daripada masing-masing dari
mereka. (Gu, et al., 2016; Tan, et al., 2016; Lin, et al., 2017; Guo, et al., 2017)
rasionya berubah lebih signifikan. Selain itu nilai PLR merupakan penggabungan
angka trombosit dan angka limfosit, maka dapat sebagai indikator lebih stabil
status antitumor penderita kanker. Selain itu, PLR tidak sulit untuk diuji dan
klinis rutin.Oleh karena itu, PLR adalah indeks prognostik yang berguna dan
bermanfaat (Gu, et al., 2016; Tan, et al., 2016; Lin, et al., 2017; Guo, et al., 2017)
Ratio) masih kontroeversi, sudah banyak dilakukan meta analisis, dan pada
(Overall Survival), DFS (Disease Free Survival) dan RFS (Reccurence Free
Survival) yang buruk juga untuk KKR. (Gu, et al., 2016) Selain itu nilai PLR yang
getah bening dan penyebaran kesekitar organ primer (perinural). (Gu, et al., 2016;
lapisan dinding usus dengan atau tanpa penetrasi ke organ yang berlekatan atau
Sedangkan untuk jumlah kelenjar nodul limfe atau kelenjar getah bening
memiliki subtipe lagi untuk menjelaskan jumlah dan seberapa jauh penyebaran
terhadap pembuluh limfe. Kemudian untuk ada atau tidaknya metastasis jauh
diberikan lambing “M” yang ada beberapa subtipe juga. (Kaiser, et al., 2013; Hari,
et al., 2012)
digunakan tapi kebanyakan dan sudah seharusnya tidak digunakan lagi. Karena
luasnya reseksi tumor (komplit atau tidak komplit) sangat berhubungan dengan
setelah reseksi pembedahan dengan symbol “R” (Lampiran 3). (Kaiser, et al.,
hiperkromatisme dan produksi musin) tetapi derajat bentuk kelenjar secara luas
adalah paling penting dalam grading, sebagian besar sistem stratifikasi tumor
tingkat tumor menjadi 4 (Lampiran 3). (Kaiser, et al., 2013; Campton, et al., 2009;
dua, High grade untuk poorly differentiated dan Low grade untuk