Anda di halaman 1dari 2

Kelestarian Pulau Bangka

Pulau Bangka adalah salah satu dari ribuan pulau di Indonesia. Banyak orang
mengenalnya sebagai pulau penghasil timah. Tapi tahukah kamu, selain memiliki
kekayaan alam, Bangka juga memiliki kebudayaan yang sangat beragam. Beberapa
kebudayaan tersebut ada yang merupakan tradisi turun-temurun dari zaman nenek
moyang.

````````````````````````````````````` Salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Bangka


adalah perang ketupat. Tradisi ini sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Dalam tradisi
ini orang-orang saling melempar ketupat sebagai senjata dalam perang. Tradisi ini biasa
dilakukan pada saat menyambut masuknya bulan puasa atau Ramadhan. Tujuannya
adalah untuk mencapai kesejahteraan dan mewujudkan kesatuan masyarakat. Di sisi
lain upacara perang ketupat ini bisa juga dikatakan sebagai ritual untuk keselamatan,
baik yang berhubungan dengan kehidupan, hari raya dan sosial. Pertanyaannya, apakah
orang-orang di zaman sekarang masih melakukan tradisi tersebut? Jawabannya masih,
tetapi perang ketupat ini sempat tertunda selama dua tahun dan tahun terakhir
pelaksanaannya terjadi di tahun 2014. Namun tahun ini, tanggal 27 Maret 2022, perang
ketupat kembali dilaksanakan di Pantai Pasir Kuning, Desa Tempilang. Faktor yang
membuat perang ketupat tersebut tertunda mungkin karena kondisi sekarang sedang
pandemi. Harapannya semoga tradisi masih dapat terus dilaksanakan, karena itu adalah
salah satu ciri khas Bangka.

Jika berbicara mengenai makanan, Bangka memiliki cukup banyak makanan


khas. Salah satu yang terkenal adalah lempah kuning. Lempah berasal dari kata ‘lem’
yang berarti merekatkan atau mencampur, sedangkan kata ‘pah’ berasal dari kata
rempah, sehingga jika digabungkan artinya menjadi mencampur rempah. Rasanya
sedikit pedas, manis dan cenderung bercampur asam. Menurut orang Bangka, Lempah
Kuning merupakan simbol akulturasi budaya antara orang laut dengan orang darat
serta kearifan masyarakat terhadap lingkungannya. Mengapa demikian? Karena ada
beragam rempah yang digunakan dalam Lempah Kuning. Memang sebagian besar
bahan-bahannya diperoleh dari darat. Tetapi ada juga yang diperoleh dari laut, yaitu
ikan. Sebenarnya ada juga masyarakat yang menggantinya dengan daging ayam atau
sapi, tetapi aslinya masakan ini menggunakan ikan hasil tangkapan laut. Makanan ini
juga membuat masyarakat Bangka menjaga lingkungannya, karena jika lahan
perkebunan atau hutan habis dan laut rusak karena kegiatan pertambangan timah,
hidangan lempah kuning ini mungkin lama-kelamaan akan hilang.

Aset-aset daerah ini sudah mulai terancam hilang, karena seperti yang kita tahu
zaman dan teknologi semakin berkembang. Banyak budaya asing yang mulai masuk ke
daerah-daerah. Tentunya hal tersebut menarik pusat perhatian banyak masyarakat.
Perkembangan zaman dan teknologi ini memang memberikan dampak positif. Tetapi
dapat juga memberikan dampak negatif, khususnya pada anak-anak. Beberapa orang
tua memang sengaja memberikan handphone kepada anak-anaknya. Tujuan awalnya
mungkin memang hanya sebagai hiburan untuk anaknya dan untuk keperluan belajar,
mengingat kegiatan pembelajaran zaman sekarang sudah banyak yang menggunakan
teknologi dan juga sudah banyak aplikasi-aplikasi belajar yang bisa digunakan secara
gratis. Namun lama-kelamaan tujuan awal ini hilang, karena tidak sedikit anak-anak
mengalami ketergantungan pada handphone dan ujung-ujungnya anak-anak mulai
terpengaruh dan mulai meniru budaya dari luar tanpa adanya pemahaman dan
penyaringan. Hal ini dapat menyebabkan anak-anak melupakan budaya daerah mereka
sedikit demi sedikit. Untuk menghindari itu, tentunya orang tua harus bijaksana dalam
mengontrol perkembangan teknologi bagi anak-anaknya agar mereka masih tetap bisa
mengenal budaya-budaya apa saja yang ada di daerah mereka.

Anda mungkin juga menyukai