Anda di halaman 1dari 2

Nama : Annisa Ayu Shafira

NPM : 180110210054
MK : Telaah Drama
Kelas :B
Dosen : Dr. Lina Meilianawati, M.Hum

ASPEK-ASPEK YANG BERUBAH DARI NASKAH DRAMA TERJEMAHAN ASRUL


SANI INSPEKTUR JENDERAL KETIKA DIADAPTASI STB OLEH ARYA SANJAYA

STB adalah salah satu kelompok teater besar tertua di Indonesia yang ciri khasnya selalu
membawakan naskah drama terjemahan. Inspektur Jenderal adalah salah satu naskah yang
mereka pentaskan pada tahun 2007 lalu. Naskah ini diadaptasi bebas oleh Arya Sanjaya dan
disesuaikan sedemikian rupa sehingga layak dikonsumsi penonton lokal. Karena ini naskah
terjemahan tentu aspek bahasa menjadi aspek yang sangat kentara mata untuk dianalisis.
Menurut saya ada beberapa hal yang diadaptasi oleh Arya Sanjaya seperti misalnya nama-nama
tokoh, latar, hirarki sosial, dan beberapa ungkapan atau frasa asing yang akan saya bahas dalam
peragraf selanjutnya beserta pendapat saya mengenai perlu atau tidaknya pengadaptasian
tersebut.
Hal yang pertama akan saya bahas adalah mengenai penokohan yang di lembar kedua
naskah kita bisa langsung menjumpai daftar penokohan antara naskah terjemahan asli dengan
versi bebasnya. Kita dapat langsung membandingkan bahwa naskah asli memiliki nama-nama
khas orang eropa seperti sang walikota Anton Antonovich dan istrinya Anna Andreyevna.
Sedangkan pada naskah versi bebas cenderung menggunakan nama-nama lokal. Anton sang
walikota diganti menjadi Raden Oekar Wiranegara yang juga diganti perannya menjadi wedana
yang dalam KBBI setara dengan pemimpin daerah tingkat dua atau bupati. Penggantian
nama-nama ini memiliki pengaruh besar terhadap kemudahan membaca. Nama-nama yang asing
dan panjang pada naskah terjemahan asli cenderung membuat otak bekerja lebih keras untuk
nama-nama tersebut dengan berujung kurang menikmati alur cerita. Sedangkan dalam naskah
versi bebas nama-nama cenderung mudah diingat sehingga pembaca bisa lebih fokus ke alur
daripada fokus ke siapa yang berbicara. Selain nama yang dipermudah faktor lain yang membuat
versi bebas lebih mudah dimengerti adalah penggunaan status daripada nama dalam penulisan
teks. Hal ini lebih memudahkan pembaca karena pembaca bisa langsung mengetahui siapa yang
berbicara, apa posisi dia, dan apa kepentingan dia di dialog tersebut. Oleh karena itu
pengadaptasian nama menurut saya merupakan keputusan yang baik dari Arya Sanjaya.
Jika sudah mengubah nama-nama tokoh maka aspek geografis juga pasti ikut berubah.
Tidak mungkin ada seorang bergelar Raden di Rusia sana, kecuali jika memiliki latar belakang
tersendiri. Latar yang digunakan Nikola Gogol tentu saja yang berada di negara asalnya yaitu
Rusia. Sebagaimana ungkapan sastra tidak lahir dari kekosongan budaya. Hirarki dan tatanan
sosial dan budaya feodal khas negeri belahan bumi utara itu tercermin jelas dalam naskah
terjemahan aslinya. Misalnya Inspektur Jenderal, walikota, pegawai, yang mana pada saat itu di
abad ke-19 belum masuk ke Indonesia membuat Arya mau tak mau mengubah setting waktu dan
tempat ke masa yang sesuai dengan masa yang sosial budayanya mirip dengan latar pada naskah
terjemahan aslinya yaitu di masa pemerintahan Hindia Belanda dimana kebudayaan eropa ikutv
masuk ke sana. Menurut saya pengadaptasian latar dan waktu yang dilakukan Arya adalah
sebuah langkah yang cerdas dan jenius. Karena ia sama saja menjelaskan kebudayaan yang sama
sekali asing dan rumit di ujung bumi utara sana kepada pribumi dengan budaya unggah
ungguhnya melalui situasi yang mirip dan lebih sederhana yang terjadi di Indoensia.
Aspek terakhir yang berubah dari teks terjemahan aslinya adalah penghilangan
metafora-metafora yang sebenarnya sangat berguna dan sangat memboboti dialog. Seperti
misalnya pada metafora “Semalam-malaman aku bermimpi dua ekor tikus yang besar sekali.
Betul, belum pernah aku melihat tikus seperti itu; hitam dan besar bukan alang kepalang.
Mereka datang mencium-cium di sana-sini lalu pergi lagi”. Kalimat ini merupakan sebuah
pembuka yang baik karena hanya dengan satu metaphor saja penulis sudah dapat menginfokan
secara tersirat tentang apa sebenarnya isi naskah tersebut. Yaitu tentang dua orang oknum yang
akan menyusup ke wilayah mereka menipu, mencuri, dan berpura-pura sebagai seorang
Inspektur Jenderal. Sayangnya entah bagaimana Arya menghilangkan dialog penting itu dari
karya bebasnya. Oleh karena itu untuk keputusan Arya yang satu ini saya kurang setuju. Karena
mengurangi nilai sastra yang dibawa oleh naskah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai